Anda di halaman 1dari 24

Pertumbuhan Penduduk

Kepadatan Penduduk: Pengertian, Faktor, dan Dampaknya

Oleh Iqbal HakimDiposting pada Januari 3, 2021

Kepadatan penduduk merupakan salah satu aspek kependudukan yang sangat penting untuk dipahami
dan dipelajari oleh demografer dan semua peneliti yang bergerak di bidang sosial.

Oleh karena itu, pada artikel ini, kita akan membahas secara lebih lanjut mengenai kepadatan
penduduk, mulai dari pengertiannya hingga penerapannya.

Daftar Isi

Pengertian Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk menjelaskan mengenai berapa jumlah manusia yang tinggal dalam wilayah dengan
ukuran tertentu, biasanya 1 kilometer persegi.

Semakin banyak manusia yang tinggal di suatu tempat, maka kepadatan penduduk di wilayah tersebut
pun semakin tinggi, atau kerap disebut semakin padat.

Kepadatan penduduk didapatkan dengan membagi jumlah populasi total dari suatu daerah dengan luas
daerah tersebut. Oleh karena itu, notasi umum dari kepadatan penduduk adalah berapa orang per
kilometer persegi.

Sama seperti persebaran penduduk, kepadatan penduduk juga tidak merata. Ada daerah yang memiliki
kepadatan sangat tinggi, ada pula yang memiliki kepadatan rendah.

Semuanya bergantung pada faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dinamika kependudukan di


suatu wilayah.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa persebaran penduduk memberi tahu kita mengenai tempat
tinggal manusia sedangkan kepadatan memberi tahu kita mengenai seberapa banyak orang yang tinggal
dalam wilayah tersebut.

Jenis-Jenis Kepadatan Penduduk

Jenis-jenis kepadatan penduduk

Secara umum, terdapat 4 jenis kepadatan penduduk yang kerap digunakan oleh para ahli. Keempat jenis
tersebut adalah

Kepadatan penduduk Aritmatik

Kepadatan penduduk Agraris

Kepadatan penduduk Fisiologis

Kepadatan penduduk Ekonomi

Agar kalian lebih paham mengenai keempat jenis kepadatan yang sudah disebutkan diatas, akan kita
bahas secara singkat dibawah ini

Kepadatan Penduduk Agraris

Kepadatan penduduk agraris adalah kepadatan penduduk yang dihitung berdasarkan perbandingan
antara jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dengan luas total lahan pertanian di suatu
wilayah.

Kepadatan penduduk agraris dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Jumlah Penduduk Pertanian/Luas Lahan Pertanian

Kepadatan penduduk ini juga kerap disebut sebagai kepadatan penduduk netto.
Jika suatu wilayah memiliki lahan pertanian yang sama, maka daerah dengan petani yang lebih banyak
akan memiliki kepadatan agraris yang lebih tinggi pula.

Kepadatan Penduduk Fisiologis

Kepadatan penduduk fisiologis cukup mirip dengan kepadatan penduduk agraris, namun perbedaannya
disini adalah jumlah penduduk total dibagi dengan luas lahan pertanian di suatu wilayah.

Kepadatan penduduk fisiologis dihitung dengan menggunakan rumus

Jumlah Total Penduduk/Luas Lahan Pertanian

Disini, jumlah total penduduk tidak memperhatikan mereka memiliki mata pencaharian apa.

Oleh karena itu, kepadatan fisiologis daerah perkotaan bisa jadi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
kepadatan penduduk agrarisnya karena lebih banyak yang bermata pencaharian non-pertanian.

Kepadatan Penduduk Aritmatika

Kepadatan penduduk artimatik adalah jumlah penduduk rata-rata yang ada di suatu wilayah dengan luas
tertentu. Kepadatan aritmatika inilah yang kerap kalian kenal sebagai kepadatan penduduk pada
umumnya.

Kepadatan aritmatika dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

Jumlah Penduduk Total/Luas Wilayah Total


Kepadatan penduduk ini menghitung semua penduduk yang tinggal di wilayah tersebut dan
dibandingkan dengan wilayah totalnya.

Oleh karena itu, kepadatan penduduk inilah yang paling umum digunakan, terutama pada daerah
perkotaan yang tidak banyak memiliki lahan pertanian ataupun petani.

Kepadatan Penduduk Ekonomi

Kepadatan penduduk ekonomi adalah kepadatan yang dihitung dengan membandingkan jumlah
penduduk yang ada di wilayah tersebut dengan kemampuan ekonomi yang ada di wilayah tersebut.

Tentu saja daerah dengan produk domestik bruto yang besar dan lapangan pekerjaan banyak akan
memiliki kapasitas ekonomi yang lebih tinggi.

Contohnya adalah kawasan terluar Indonesia yang sektor ekonominya hanya perikanan dan pertanian
subsisten. Tentu saja daerah tersebut akan memiliki kapasitas ekonomi yang jauh lebih rendah
dibandingkan kota-kota terbesar Indonesia seperti Jakarta dan Bandung.

Dengan menggunakan pendekatan ini, kalian bisa mengetahui apakah suatu wilayah mengalami
overpopulasi, underpopulasi, atau justru memiliki jumlah penduduk optimum.

Hal ini dapat kalian gunakan untuk merencanakan program pembanguunan sarana dan prasarana
ataupun pengembangan perekonomian lokal di suatu wilayah tertentu.
Selain itu, kalian juga dapat memanfaatkan informasi ini untuk membentuk rencana penduduk apakah
harus melakukan transmigrasi, kontrol penduduk lewat kontrasepsi, atau justru memberikan insentif
untuk melahirkan anak.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepadatan Penduduk

Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan penduduk di suatu wilayah relatif sama
dengan faktor yang mempengaruhi persebaran penduduk di suatu wilayah.

Faktor-faktor tersebut antara lain adalah

Faktor fisik

Faktor iklim

Faktor tanah

Faktor vegetasi

Faktor suplai air

Faktor kebencanaan & penyakit

Faktor komunikasi

Faktor ekonomi

Faktor politis

Faktor sumber daya alam

Agar kalian lebih memahami faktor-faktor yang sudah dijelaskan diatas, akan coba kita bahas secara
lebih rinci faktor-faktor tersebut dibawah ini.

Faktor Fisik

Faktor fisik mempengaruhi kepadatan penduduk


Faktor fisik merupakan faktor yang cukup besar dalam mempengaruhi kepadatan penduduk di suatu
wilayah.

Daerah dengan bentang alam yang mudah dibangun cenderung memiliki kepadatan yang lebih tinggi
dengan daerah yang sulit dibangun atau memiliki bentang alam buruk.

Contoh daerah yang mudah dibangun adalah daerah dataran rendah, padang rumput, dan pinggir
sungai.

Sedangkan, contoh daerah yang sukar dibangun adalah dataran tinggi, pegunungan dengan lereng terjal,
kawasan vulkanik aktif, dan dataran shield yang ter-erosi.

Faktor Iklim

Faktor cuaca dan iklim memiliki peran yang sangat besar juga dalam mempengaruhi kepadatan
penduduk di suatu wilayah. Daerah dengan iklim yang baik cenderung akan memiliki penduduk yang
banyak pula.

Berikut ini adalah faktor-faktor iklim yang cukup penting untuk mendukung suatu daerah agar dapat
memiliki penduduk yang banyak.

Curah hujan rata sepanjang tahun atau mengikuti pola yang mudah ditebak

Tidak terdapat temperatur ekstrim

Dengan sinar matahari (Costa De Sol, Bali, French Riviera) atau salju (Alps) yang cukup untuk menarik
turis, namun tidak terlalu ekstrim seperti Gurun Sahara atau Pegunungan Himalaya.

Memiliki musim tanam yang lama, sehingga dapat menunjang pertanian intensif
Iklim yang ideal dapat menunjang aktivitas agrikultur dengan baik sehingga banyak orang yang dapat
tinggal di tempat tersebut. Selain itu, iklim yang ideal dapat membuat masyarakat nyaman tinggal,
sehingga banyak yang ingin tinggal di tempat tersebut.

Faktor Tanah

Daerah dengan kualitas tanah yang tinggi dapat menampung lebih banyak penduduk dibanding daerah
dengan tanah marginal.

Kondisi tanah ideal antara lain adalah

Tanah dengan kedalaman cukup untuk akar tumbuhan besar

Tanah yang memiliki banyak material organik (humus)

Tanah yang ada setiap saat, tidak membeku saat musim dingin dan tergenang saat musim hujan

Tanah tidak terdegradasi dengan salinisasi, desertifikasi, atau leaching.

Hal ini terjadi karena kondisi tanah yang baik dapat menunjang aktivitas agrikultur yang intensif
sehingga memungkinkan adanya banyak penduduk.

Kondisi tanah umumnya dipengaruhi oleh komposisi batuan dasar, proses pelapukan, laju erosi, serta
iklim yang ada di wilayah tersebut.

Faktor Vegetasi

Kerapatan vegetasi mempengaruhi kepadatan penduduk

Daerah dengan vegetasi lebat cenderung sulit untuk menunjang penduduk yang banyak. Hal ini terjadi
karena sukar untuk membersihkan lahan dan membangun di wilayah tersebut.
Contoh daerah dengan vegetasi lebat adalah hutan hujan dan hutan konifer, sedangkan daerah dengan
vegetasi sedikit adalah padang rumput.

Namun, perlu diperhatikan pula bahwa daerah gersang tanpa vegetasi juga tidak bisa menunjang
penduduk yang banyak. Hal ini terjadi karena wilayah tersebut artinya tidak memiliki kualitas yang cukup
untuk menunjang kehidupan.

Contohnya adalah gurun sahara dimana tidak ada kota-kota besar, kecuali yang terletak di antara oasis-
oasis dan bantaran sungai.

Faktor Suplai Air

Daerah dengan suplai air yang mumpuni akan mampu menunjang lebih banyak penduduk dibandingkan
dengan daerah yang tidak memiliki sumber air.

Semua manusia memerlukan air untuk bertahan hidup, tanpa adanya air, manusia akan mengalami
dehidrasi. Oleh karena itu, daerah yang tidak memiliki sumber air alami harus membangun infrastruktur
khusus untuk memindahkan air.

Infrastruktur tersebut tidaklah murah sehingga mempersulit pembangunan kota-kota besar di daerah
yang memiliki sedikit air.

Hal inilah yang menyebabkan kota-kota besar umumnya berlokasi pada daerah yang memiliki suplai air
alami dari sistem daur air bumi.

Suplai air tidak selalu berasal dari sungai ataupun air tanah. Curah hujan yang tinggi juga dapat
meningkatkan suplai air lokal baik secara natural melewati proses groundwater recharge ataupun secara
rekayasa dengan cara menampung air di bak dan kontainer.
Faktor Kebencanaan dan Penyakit

Daerah yang tidak berada dalam kawasan rawan bencana atau rentan terkena epidemi penyakit
cenderung memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.

Keberadaan epidemi dan bencana dapat membuat penduduk takut untuk tinggal disitu sehingga
meninggalkan lokasi, atau bahkan bencana dan penyakit yang ada dapat langsung membunuh penduduk
yang tinggal di daerah tersebut.

Kota yang memiliki cukup uang untuk membangun fasilitas mitigasi bencana seperti bunker, early
warning, dan bangunan tahan bencana dapat bertahan dalam wilayah rawan bencana.

Namun, tidak semua kota memiliki sumber daya yang cukup untuk membangun fasilitas-fasilitas seperti
ini, sehingga kota-kota tersebut terjegal saat awal pertumbuhannya.

Oleh karena itu, kota-kota besar jarang terdapat pada wilayah rawan bencana.

Sama seperti kebencanaan, kota yang memiliki cukup uang untuk membangun fasilitas kesehatan juga
dapat bertahan dalam wilayah berpenyakit.

Namun, tidak semua kota memiliki sumberdaya yang cukup. Sehingga, akhirnya kota-kota yang ada pada
wilayah berpenyakit terjegal pada masa awal pertumbuhannya.

Karena kota-kota diatas terlalu berfokus untuk menyelesaikan masalahnya, entah kebencanaan atau
penyakit, tidak cukup uang yang diinvestasikan untuk pengembangan ekonomi dan infrastruktur umum.
Oleh karena itu, kota-kota tersebut lebih sulit untuk maju.
Faktor Sumber Daya Alam

Faktor sumber daya alam mempengaruhi kepadatan penduduk

Daerah dengan sumber daya alam yang melimpah akan cenderung memiliki kepadatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah yang miskin sumber daya.

Hal ini terjadi karena SDA menarik investasi dan pekerja dari luar, sehingga terjadi aglomerasi ekonomi.

Seperti yang kita ketahui, manusia cenderung bergerak ke arah daerah yang memiliki aktivitas ekonomi
tinggi. Oleh karena itu, daerah-daerah kaya SDA memiliki penduduk yang lebih banyak.

Contoh daerah yang kaya akan SDA adalah Kalimantan yang kaya akan batubara dan Afrika Selatan yang
sangat kaya akan berlian dan bahan galian logam mulia lainnya.

Faktor Komunikasi

Daerah yang mudah untuk dibangun fasilitas komunikasi dan transportasi akan cenderung memiliki
konsentrasi penduduk yang lebih tinggi dibandingkan daerah terpencil.

Aksesibilitas yang rendah akan mempersulit jalur suplai dan pergerakan orang serta barang menuju dan
keluar dari daerah tersebut.

Seperti yang sudah kita pelajari pada teorema Hotelling dan bid-rent, aksesibilitas merupakan aspek
penting dalam menentukan lokasi aktivitas ekonomi.

Daerah dengan jalur komunikasi yang sulit contohnya adalah Bolivia dengan pegunungannya yang terjal,
gurun Sahara dengan padang pasir tandusnya yang sangat luas, dan Amazon dengan hutan hujannya
yang lebat.
Daerah dengan jalur komunikasi mudah contohnya adalah Great Plains Amerika dan North European
Plains di Eropa yang datar sehingga mudah dibangun jalur transportasi seperti rel dan jalan raya.

Selain jalur darat, jalur laut juga sangat berpengaruh terhadap aksesibilitas. Contohnya adalah Port Said
di terusan Suez, pelabuhan Singapura, kanal Panama, Valpraiso di Chile, dan pelabuhan Rotterdam di
Belanda.

Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi mempengaruhi kepadatan penduduk

Faktor ekonomi memiliki pengaruh yang sangat tinggi kepada kepadatan penduduk.

Ekonomi subsisten cenderung memerlukan wilayah yang luas untuk memenuhi kebutuhan
masyarakatnya, sementara ekonomi komersial intensif hanya memerlukan sedikit tempat.

Meskipun begitu, ekonomi subsisten di Asia dan Asia Tenggara dapat mengakomodasi kepadatan
penduduk yang tinggi karena tanahnya yang sangat subur dan sistemnya yang cenderung intensif.

Sektor ekonomi juga cukup berpengaruh pada kepadatan penduduk suatu daerah. Kota yang dipenuhi
oleh gedung perkantoran akan memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pabrik.

Sedangkan kota yang dipenuhi oleh pabrik akan memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kota pertanian.
Selain kedua faktor diatas, ketersediaan lapangan pekerjaan juga menjadi faktor penentu jumlah
penduduk. Semakin banyak lapangan pekerjaan yang tersedia pada suatu wilayah, semakin banyak
insentif bagi orang untuk pindah ke daerah tersebut.

Faktor Politis

Faktor politik juga dapat mempengaruhi kepadatan dan penyebaran penduduk pada suatu daerah.

Kebijakan seperti transmigrasi dapat mengubah pola persebaran dan kepadatan demografis di suatu
wilayah secara tiba-tiba. Dengan satu kebijakan, suatu daerah dapat tiba-tiba berubah menjadi padat
penduduk dan daerah lainnya tiba-tiba kosong penduduk.

Selain transmigrasi, kebijakan investasi juga dapat mempengaruhi persebaran penduduk.

Ketika pemerintah melakukan investasi besar pada suatu wilayah atau bahkan hingga menciptakan
kawasan ekonomi khusus pada daerah tersebut, aktivitas ekonomi akan meningkat.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, aktivitas ekonomi yang tinggi akan menarik orang-orang untuk
pindah ke daerah tersebut.

Hal ini menyebabkan orang-orang beramai-ramai berpindah ke daerah tersebut, sehingga meningkatkan
jumlah penduduk yang ada di tempat itu dan meningkatkan pula kepadatan penduduknya.

Dampak Kepadatan Penduduk

Dampak kepadatan penduduk


Kepadatan penduduk yang di suatu wilayah tentu saja akan memiliki efek samping. Penduduk yang
terlalu padat sama buruknya dengan penduduk yang terlalu sedikit.

Dibawah ini, kita akan mencoba untuk mengeksplorasi dampak dari kepadatan penduduk yang
terlampau tinggi dan kepadatan penduduk yang terlalu sedikit di suatu wilayah.

Dampak Kepadatan Penduduk yang Terlalu Tinggi

Kepadatan penduduk yang terlalu tinggi cenderung menurunkan kualitas hidup orang-orang yang tinggal
di wilayah tersebut.

Hal ini terjadi karena kesempatan kerja dan tempat tinggal yang ada, tidak mampu mengakomodasi
jumlah penduduk yang semakin banyak. Sehingga, nantinya ada orang-orang yang tidak bisa mengakses
tempat tinggal ataupun lapangan pekerjaan.

Berikut ini adalah beberapa dampak dari kepadatan penduduk yang terlalu tinggi terhadap suatu
wilayah

Munculnya kawasan-kawasan kumuh (slum) dengan tempat tinggal informal serta lingkungan hidup
yang tidak layak huni

Tidak cukupnya lapangan pekerjaan sehingga muncul sektor-sektor informal seperti PKL dan buruh
illegal yang tidak terdokumentasikan dengan baik

Turunnya kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat

Turunnya image estetik dari sebuah perkotaan jika ada permukiman kumuh

Terganggunya keamanan dan kenyamanan hidup masyarakat di wilayah tersebut

Risiko munculnya penyakit dari lingkungan hidup kawasan kumuh yang tidak bersih

Munculnya kesenjangan sosial yang tinggi antara orang-orang yang sukses dan orang-orang yang tidak
mampu mengakses sarana dan prasarana dasar

Kurangnya sanrana dan prasarana dasar untuk menunjang orang-orang yang sangat banyak (kurang
lebarnya jalan, kurang banyaknya kereta, kurang baiknya jaringan fiber optik internet, dsb)
Secara umum, kita dapat menyimpulkan bahwa dampak dari suatu daerah yang penduduknya terlalu
padat cenderung negatif.

Oleh karena itu, harus ditemukan solusi-solusi yang tepat untuk mengurangi kepadatan penduduk di
wilayah wilayah yang mengalami overpopulasi.

Dampak Kepadatan Penduduk yang Terlalu Rendah

Ternyata, kepadatan penduduk yang terlalu rendah juga memiliki dampak yang negatif terhadap suatu
wilayah. Hal ini terjadi karena economies of scale tidak terbentuk pada daerah-daerah dengan penduduk
sedikit.

Oleh karena itu, pemerintah menjadi lebih sulit untuk menjustifikasi pembangunan infrastruktur yang
mahal di wilayah-wilayah tersebut.

Selain itu, jika penduduk di suatu wilayah terlalu sedikit, maka ada potensi pertumbuhan wilayahnya
menjadi terhambat dan terbatas. Hal ini terjadi karena tidak cukup orang untuk mengisi lapangan
pekerjaan yang tersedia.

Selain itu, jika penduduk di suatu wilayah terlalu sedikit, maka ada potensi pertumbuhan wilayahnya
menjadi terhambat dan terbatas. Hal ini terjadi karena tidak cukup orang untuk mengisi lapangan
pekerjaan yang tersedia.

Berikut ini adalah beberapa dampak dari kepadatan penduduk yang terlalu sedikit

Sumber daya alam tidak dimanfaatkan dengan baik karena kekurangan tenaga kerja

Tidak cukup pekerja untuk mengisi lapangan pekerjaan, sehingga pertumbuhan ekonomi terhambat
Kurang ekonomisnya membangun infrastruktur mahal seperti jalur kereta cepat, kawasan Transit
Oriented Development, atau mall

Terbatasnya pelayanan publik dan pelayanan dasar, karena pemerintah sulit mendanai

Pada kasus ini, pemerintah harus berfikir keras untuk meningkatkan pertumbuhan penduduk atau
memindahkan orang-orang ke wilayah tersebut melalui program transmigrasi.

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepadatan penduduk hingga level optimumnya.

Cara Menanggulangi Kepadatan Penduduk

Cara menanggulangi kepadatan penduduk

Secara umum, terdapat beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk menanggulangi kepadatan
penduduk yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah di suatu wilayah.

Langkah-langkah tersebut antara lain adalah

Melaksanakan pemerataan penduduk lewat program transmigrasi ataupun insentif lainnya

Mengontrol angka kelahiran di suatu wilayah dengan program KB ataupun insentif memiliki anak

Meratakan pembangunan di seluruh pelosok negri

Mengembangkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup dan carrying capacity

Agar kalian lebih paham, akan dibahas secara lebih detail setiap langkah-langkah tersebut dibawah ini.

Melaksanakan Pemerataan Penduduk

Pemerataan penduduk umumnya dilaksanakan lewat program transmigrasi dimana orang-orang diberi
insentif untuk berpindah ke suatu wilayah tertentu yang masih kurang jumlah penduduknya, atau masih
sangat rendah kepadatannya.
Umumnya, program ini memindahkan tenaga kerja yang berusia produktif dari wilayah yang padat
seperti pulau Jawa ke wilayah-wilayah yang masih jarang penduduknya, seperti Kalimantan Utara
ataupun Sumatera pada zaman dahulu.

Namun, transmigrasi ini memiliki banyak masalah, karena dapat mengganggu kohesivitas sosial di
wilayah tujuan transmigrasi tersebut dan menyebabkan gesekan sosial.

Terutama, jika norma kesusilaan serta norma-norma agama yang berlaku tidaklah sama.

Kebijakan ini pernah diterapkan di Indonesia, meskipun kita tahu bahwa Indonesia memiliki
keberagaman ras dan budaya yang sangat tinggi sehingga rawan konflik sosial.

Mengontrol angka kelahiran

Pengontrolan pertumbuhan penduduk dan pengontrolan angka kelahiran merupakan strategi yang
sering digunakan untuk meningkatkan ataupun menurunkan angka kepadatan suatu wilayah.

Semakin tinggi angka kelahiran di suatu wilayah, maka wilayah tersebut akan semakin padat
kedepannya. Begitu pula sebaliknya jika wilayah tersebut memiliki angka kelahiran yang lebih rendah.

Contoh negara yang mengurangi angka kelahirannya untuk mengurangi kepadatannya adalah China
dengan one child policy, dimana satu keluarga hanya boleh memiliki satu anak.

Contoh negara yang mencoba untuk meningkatkan angka kelahirannya adalah Jepang dan Rusia dengan
insentif-insentif bagi keluarga yang ingin memiliki banyak anak.
Meratakan pembangunan

Dengan pembangunan yang lebih merata, orang-orang tidak lagi merasa harus tinggal di pusat
perkotaan dan meninggalkan tempat kelahiran mereka untuk mencari hidup yang lebih baik.

Oleh karena itu, solusi ini dapat menyelesaikan kepadatan penduduk yang terlampau tinggi di daerah
sasaran migrasi ataupun pada kota-kota besar di suatu negara.

Pemanfaatan Teknologi Tinggi

Pada dasarnya, pemanfaatan teknologi tinggi dan inovasi-inovasi baru dapat meningkatkan kemampuan
suatu wilayah untuk menampung penduduk dan aktivitas manusia.

Disini, teknologi-teknologi baru seperti transportasi yang lebih efisien, perumahan vertikal, pengelolaan
sampah berteknologi tinggi, dan kemajuan pada penyediaan sarana prasarana dasar dapat
meningkatkan Carrying Capacity dari suatu wilayah, sehingga semakin banyak orang dapat tinggal di
wilayah tersebut.

Oleh karena itu, pengembangan teknologi sangatlah penting untuk menanggulangi overpopulasi.

Cara Menggambarkan Kepadatan Penduduk

Agar kalian dapat menggambarkan seberapa padat penduduk suatu wilayah, kalian dapat
memvisualisasikannya menggunakan peta dan sistem informasi geografis.

Peta kepadatan penduduk

Ilustrasi Peta Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk umumnya digambarkan dengan menggunakan peta chloropleth. Ketika sudah
didapatkan kepadatan penduduk, kelas-kelas kepadatan tertentu diberikan warna yang berbeda,
sehingga mudah dibedakan.

Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa semakin gelap warna pada peta, semakin banyak orang yang
tinggal di negara tersebut per satu kilometer persegi.

Namun, peta chloropleth ini memiliki kelemahan dalam menyajikan informasi mengenai populasi.

Hal ini terjadi karena informasi disajikan berdasarkan poligon pemisahan data. Jika poligonnya besar
(disini setiap negara 1 poligon), maka kita tidak dapat mengetahui informasi yang lebih detail.

Contohnya adalah kita tahu bahwa penduduk di negara Canada terpusat pada bagian selatannya,
penduduk Amerika Serikat berpusat di pesisir barat dan timurnya, atau penduduk Mesir terpusat di
lembah sungai Nil.

Tetap, hal-hal tersebut tidak tergambarkan dengan baik pada peta cloropleth diatas.

Selain itu terdapat pula kelemahan berupa distorsi informasi yang terjadi pada peta. Penggunaan warna
yang kurang tepat dapat membuat perbedaan yang sebenarnya kecil terlihat besar di peta, atau
sebaliknya, yang besar terlihat kecil.

Oleh karena itu, dalam membuat peta chloropleth harus sangat hati-hati dalam memilih warna dan
dalam menggunakannya, seorang ahli harus pula menggunakan peta titik persebaran penduduk sebagai
acuan pembantu.

Cara Menghitung Kepadatan Penduduk


Cara menghitung kepadatan penduduk

Oke, kalian sudah belajar banyak mengenai kepadatan penduduk persebaran penduduk serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Sekarang kita akan mempelajari lebih dalam mengenai cara menghitung
kepadatan penduduk.

Kemampuan menghitung kepadatan penduduk sangat penting karena indikator ini sering sekali
digunakan dalam keilmuan geografi serta perencanaan wilayah dan penetapan kebijakan.

Secara umum, menghitung kepadatan penduduk suatu wilayah sangatlah mudah, kalian hanya perlu
mengetahui jumlah penduduk yang tinggal di wilayah tersebut lalu dibagi dengan luas wilayahnya. Dari
hasil hitung tersebut, didapatkanlah kepadatan penduduk.

Namun, jika kalian menghitung kepadatan penduduk agrikultur ataupun kepadatan penduduk fisiologis,
serta ekonomi, cara menghitungnya berbeda ya!

Agar kalian bisa lebih tergambar, maka kita akan mencoba dengan menggunakan beberapa contoh.

Latihan Soal Menghitung Kepadatan Penduduk Fisiologis

Diketahui bahwa suatu wilayah dengan luas total 100 km persegi yang 40% nya merupakan lahan
pertanian memiliki penduduk sekitar 1000 jiwa. Berapa kepadatan penduduk fisiologis yang ada pada
wilayah ini?

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, cara menghitungnya cukup mudah, kalian hanya perlu membagi
jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian yang ada.

Luas lahan pertanian = 100 x 40% = 40 km persegi


1000/40 = 25 jiwa/km persegi

Oleh karena itu, daerah tersebut memiliki kepadatan penduduk fisiologis sekitar 25 jiwa per kilometer
persegi. Sebuah angka kepadatan penduduk yang relatif rendah.

Latihan Soal Menghitung Kepadatan Penduduk Agraris

Diketahui bahwa suatu wilayah memiliki jumlah penduduk sekitar 100.000 jiwa. Sekitar 40% dari total
penduduk ini memiliki mata pencaharian sebagai petani.

Ketika dihitung, daerah tersebut memiliki luas total sekitar 150 kilometer persegi. Namun, hanya sekitar
15% dari wilayahnya yang merupakan kawasan pertanian.

Berdasarkan data yang telah diberikan, berapa kepadatan penduduk agraris daerah ini?

Jumlah Petani = 100.000 x 40% = 40.000 jiwa

Luas lahan pertanian = 150 x 15% = 22,5 km persegi

40.000/22,5 = 1777 jiwa per kilometer persegi

Berarti, daerah ini memiliki kepadatan penduduk sekitar 1777 jiwa per kilometer persegi. Sebuah angka
kepadatan penduduk yang cukup tinggi.

Latihan Soal Menghitung Kepadatan Penduduk Aritmatik


Diketahui bahwa kawasan metropolitan tokyo, salah satu kawasan perkotaan terbesar di dunia, memiliki
penduduk sekitar 38 juta jiwa. Daerah ini memiliki luas sekitar 3900 kilometer persegi.

Berdasarkan data diatas, berapa kepadatan penduduk kawasan metropolitan Tokyo?

38.000.000/3900 = 9743 jiwa per kilometer persegi

Berdasarkan hitungan diatas, didapatkan bahwa daerah perkotaan tersebut memiliki kepadatan
penduduk sekitar 9743 jiwa per kilometer persegi. Sebuah kepadatan yang dapat dianggap tinggi.

Latihan Mengitung Kepadatan Penduduk Campuran

Diketahui, sebuah wilayah memiliki luas total 45 km persegi, 10% nya merupakan lahan pertanian
sedangkan sisanya adalah kawasan perkotaan dan pabrik.

Terdapat 100.000 orang yang tinggal di wilayah tersebut, 40% nya adalah pekerja pabrik, 30% nya
adalah pekerja kantoran, 15% nya adalah pekerja jasa dan pemerintahan, dan sisanya adalah petani.

Berapa kepadatan penduduk fisiologis, agraris, dan juga aritmatis wilayah tersebut?

Kepadatan penduduk fisiologis 100.000/4,5 = 22.222 jiwa/km persegi

Kepadatan penduduk agraris 15.000/4,5 = 3333 jiwa/km persegi

Kepadatan penduduk aritmatik 100.000/45 = 2222 jiwa/km persegi


Bagaimana, sudah cukup jelas bukan apa saja yang harus dihitung dan bagaimana cara menghitungnya?

Sekarang, kalian sudah bisa menghitung kepadatan penduduk suatu wilayah ketika kalian melakukan
penelitian atau kajian kependudukan di suatu daerah.

Referensi

Waugh, David (2014). Geography an Integrated Approach, Fourth Edition. Oxford University Press

AboutLatest Posts

Iqbal Hakim

Iqbal Hakim

Mahasiswa at Institut Teknologi Bandung

Iqbal adalah anggota Tim Olimpiade Geografi Indonesia (TOGI) dan pernah membawa pulang emas di
iGeo 2017 Serbia, menjadi team leader di iGeo 2018 Quebec, dan menjadi juri OSN 2019 Manado. Kini,
Iqbal melanjutkan studi di program studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung .

Sebarkan ini:

FacebookTwitWhatsApp

Posting terkait:

Persebaran Penduduk: Pengertian, Jenis, dan Faktornya

Geografi Penduduk: Pengertian dan Ruang Lingkupnya

Struktur Penduduk
Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio): Definisi dan Cara Menghitungnya

Pengelana

Migrasi: Arti, Teori, dan Dampaknya

Struktur Penduduk

Piramida Penduduk: Pengertian, Cara Membaca, dan Jenisnya

Transisi Demografis

Posting pada Geografi KependudukanDitag Kependudukan

Navigasi pos

Pos sebelumnya

Persebaran Penduduk: Pengertian, Jenis, dan Faktornya

Pos berikutnya

Interaksi Sosial: Pengertian, Ciri, Faktor, Syarat, dan Bentuknya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

Nama*
Email*

Situs

Anda mungkin juga menyukai