PENGEMBANGAN LAHAN
Dosen Pengampuh : Supriadi Takwim, S.T., M.T
Disusun Oleh :
Sarah Zhalianty F 231 21 113
Jumlah penduduk senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Terdapat beragam faktor
yang menyebabkan perubahan jumlah penduduk. Misalnya, peperangan, wabah
penyakit atau epidemi, kelaparan, dan bencana alam. Di lain pihak, kestabilan negara,
peningkatan gizi, dan kesehatan dapat mengakibatkan jumlah penduduk cenderung
naik. Fenomena bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk dari waktu ke waktu
dalam suatu wilayah tertentu dinamakan dinamika penduduk. Gejala dinamika penduduk
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu kelahiran (fertilitas atau natalitas), kematian
(mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi). Pertumbuhan penduduk dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu pertumbuhan penduduk alami dan pertumbuhan
penduduk total.
3) Fertilitas dan Mortalitas
Pada pembahasan pertumbuhan penduduk telah dijelaskan sepintas bahwa
pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah dipengaruhi oleh tiga faktor utama dinamika
penduduk, yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi.
a. Fertilitas
Fertilitas merupakan gambaran mengenai jumlah kelahiran hidup dalam suatu
wilayah pada periode waktu tertentu. Fertilitas atau angka kelahiran disebut juga
natalitas. Secara umum angka kelahiran atau fertilitas diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
angka kelahiran kasar, kelahiran umum, dan kelahiran menurut kelompok-kelompok
usia.
b. Mortalitas
Faktor kedua yang memengaruhi pertumbuhan penduduk adalah angka kematian
atau mortalitas. Mortalitas adalah angka yang mem berikan gambaran mengenai jumlah
penduduk yang meninggal dunia dalam waktu tertentu dalam tiap seribu penduduk.
Banyak faktor yang menyebabkan kematian pen duduk di suatu wilayah. Beberapa di
antaranya sebagai berikut :
a) Faktor pendorong, meliputi tingkat kesehatan penduduk yang rendah, fasilitas
kesehatan yang kurang memadai, bencana alam, wabah penyakit, dan konflik
antarbangsa atau suku bangsa yang menyebabkan terjadinya peperangan.
b) Faktor penghambat, meliputi kualitas kesehatan penduduk yang baik, fasilitas
kesehatan yang memadai, kesadaran penduduk akan pentingnya kesehatan tinggi,
dan sanitasi yang baik.
4) Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Penduduk adalah makhluk hidup yang aktif dan senantiasa mencari ruang tempat
hidupnya yang sesuai dengan persyaratan hidup organisme. Salah satunya
ketersediaan sumber daya alam sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara
maksimal. Oleh karena itu, manusia tersebar secara tidak merata di atas permukaan
bumi. Daerah iklim tropis sampai lintang sedang merupakan kawasan konsentrasi
penduduk di muka bumi.
Hal ini dikarenakan daerah tropis memiliki temperatur udara dan curah hujan yang
tinggi. Dapat memberi kan daya dukung optimal bagi kehidupan manusia. Wilayah lain
yang menjadi kawasan konsentrasi penduduk antara lain dataran rendah yang subur.
Adapun kawasan yang kondisi alamnya sangat keras, seperti gurun dan kutub
merupakan daerah yang berpenduduk sangat jarang.
5) Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk merupakan gambaran penggolongan atau pengelompokan
penduduk berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Beberapa contoh dasar penggolongan
penduduk antara lain umur dan jenis kelamin, status perkawinan, tempat tinggal (desa
atau kota), jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, pendapatan, dan agama.
Weber (1909)
Menganalisis tentang lokasi kegiatan industri. Menurut teori Weber pemilihan lokasi
industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap
industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan
keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang
minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada
tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja,
dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya
transportasi dan bahan baku Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational
triangle untuk memperoleh lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum
tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material
(IM), sedangkan biaya tenaga kerja sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
lokasi industri dijelaskan Weber dengan menggunakan sebuah kurva tertutup (closed curve)
berupa lingkaran yang dinamakan isodapan (isodapane).
Christaller (1933)
Menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya
di dalam satu wilayah. Model Christaller ini merupakan suatu sistem geometri, di mana angka
3 yang diterapkan secara arbiter memiliki peran yang sangat berarti dan model ini disebut
sistem K = 3. Model Christaller menjelaskan model area perdagangan heksagonal dengan
menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang dinamakan range dan
threshold.
August Losch
Teori Lokasi dari August Losch melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar),
berbeda dengan Weber yang melihat persoalan dari sisi penawaran (produksi). Losch
mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang
dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena
biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung
menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar.
D.M. Smith
Memperkenalkan teori lokasi memaksimumkan laba dengan menjelaskan konsep
average cost (biaya rata-rata) dan average revenue (penerimaan rata-rata) yang terkait
dengan lokasi. Dengan asumsi jumlah produksi adalah sama maka dapat dibuat kurva biaya
rata-rata (per unit produksi) yang bervariasi dengan lokasi. Selisih antara average revenue
dikurangi average cost adalah tertinggi maka itulah lokasi yang memberikan keuntungan
maksimal.
Mc Grone (1969)
Berpendapat bahwa teori lokasi dengan tujuan memaksimumkan keuntungan sulit
ditangani dalam keadaan ketidakpastian yang tinggi dan dalam analisis dinamik.
Ketidaksempurnaan pengetahuan dan ketidakpastian biaya dan pendapatan di masa depan
pada tiap lokasi, biaya relokasi yang tinggi, preferensi personal, dan pertimbangan lain
membuat model maksimisasi keuntungan lokasi sulit dioperasikan.
Isard (1956)
Menurut Isard, masalah lokasi merupakan penyeimbangan antara biaya dengan
pendapatan yang dihadapkan pada suatu situasi ketidakpastian yang berbeda-beda. Isard
(1956) menekankan pada faktor-faktor jarak, aksesibilitas, dan keuntungan aglomerasi
sebagai hal yang utama dalam pengambilan keputusan lokasi.
Richardson (1969)
Mengemukakan bahwa aktivitas ekonomi atau perusahaan cenderung untuk
berlokasi pada pusat kegiatan sebagai usaha untuk mengurangi ketidakpastian dalam
keputusan yang diambil guna meminimumkan resiko. Dalam hal ini, baik kenyamanan
(amenity) maupun keuntungan aglomerasi merupakan faktor penentu lokasi yang penting,
yang menjadi daya tarik lokasi karena aglomerasi bagaimanapun juga menghasilkan
konsentrasi industri dan aktivitas lainnya.
Formula Keterangan
JPK = (Y/R + Y) x (T/A) Y = lamanya lahan ditanami
T = luas lahan yang tersedia (untuk
pertanian)
R = lamanya lahan bero tidak diatanami
A = luas lahan pertanian untuk memenuhi
kebutuhan minimal/tahun
Analisa Kemampuan dan Keseuaian lahan dalam analisa regional dimana kemampuan
lahan dikur dari produktivitasnya (kemampuan menghasilkan komoditi pertanian).
Produktivitas diukur atas dasar ; lereng, jenis tanah, jumlahn bulan kering dan
penggunaan lahan.
7. Land Readjustment
Land readjustment (penyesuaian lahan) merupakan salah satu penataan lahan yang
berbasis pada peningkatan lahan itu sendiri. Maksudnya adalah lahan yang semula kurang
dioptimalkan, kemudian diadakan penataan terhadap lahan tersebut agar dapat lebih
bermanfaat. Penataan yang dilakukan tidak hanya terbatas pada penataan lahannya saja,
melainkan beserta manajemen, aktivitas, dan bangunan yang berada di atas lahan itu. Land
readjustment dapat dikelola secara bersama-sama atau dikelola secara sepihak oleh pihak
swasta maupun pihak pemerintah. Land readjustment biasanya dilakukan terhadap lahan
yang semula pertanian menjadi lahan perkotaan. Menurut Archer (1987), land readjustment
adalah teknik di mana sekelompok pemilik lahan yang ada di perkotaan, digabungkan dalam
satu kemitraan untuk perencanaan terpadu. Pelayanan dan pembagian tanah dilakukan
dengan membagi seluruh biaya dan keuntungan antara pemilik tanah.
Metode yang digunakan dalam land readjustment ini adalah menata kembali batas-
batas peruntukan lahan berdasarkan arahan zonasi dalam rencana tata ruang. Kemudian,
dengan menyesuaikan batas-batas kepemilikan tanah, maka dapat diperoleh lahan yang
dikontribusikan untuk ruang publik atau prasarana kepentingan umum lainnya. Maka dari itu,
prinsip dasar metode ini adalah replot (penyesuaian batas lahan) à reshuffle (penyesuaian
lokasi) à contribution (kontribusi lahan). Adapun ketentuan dalam penentuan batas
kepemilikan didasari bahwa:
• 25% dari total lahan digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan ruang public
lainnya.
• 15% dari total lahan digunakan untuk sertifikasi, biaya legalisasi
• 60% dari total lahan dikembalikan kepada pemilik lahan.
8. Land Use
Tata guna lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanakan
penggunaanlahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk
pengkhususan fungsi-fungsi tertentu,misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri, dll.
Rencana tata guna lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-
keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih
dan air limbah, gedungsekolah, pusat kesehatan, taman dan pusat-pusat pelayanan serta
fasilitas umum lainnya.Tata guna lahan merupakan salah satu faktor penentu utama dalam
pengelolaan lingkungan.Keseimbangan antara kawasan budidaya dan kawasan konservasi
merupakan kunci dari pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Tata guna
lahan danpengembangan lahan dapat meliputi:
a) Kota menurut definisi universal, adalah sebuah area urban sebagai puast
pemukimanyang berbeda dari desa ataupun kampung berdasarkan ukurannya,
kepadatan penduduk, kepentingan, kegiatan dan atau status hukum.
b) Perkotaan merupakan pusat pemukiman yang secara administratif tidak harus
berdirisendiri sebagai kota, namun telah menunjukkan kegiatan kota secara umum
dan berperan sebagai wilayah pengembangan.
c) Wilayah merupakan kesatuan ruang dengan unsur-unsur terkait yang batas
dansistemnya ditentukan berdasarkan pengamatan administratif pemerintahan
ataupun fungsional.
d) Kawasan merupakan wilayah yang mempunyai fungsi dan atau aspek/pengamatan
fungsional tertentu.