Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

1.1. Ekologi Sumberdaya Tanah

Bumi serta kekayaan yang terkandung di dalamnya dan segala sesuatu yang
berada di permukaannya adalah rahmat Allah Sang Maha Pencipta yang harus kita
syukuri dengan memanfaatkan sebaik-baiknya, bukan saja untuk generasi sekarang tetapi
juga untuk generasi yang akan datang. Oleh karena itu tanah sebagai bagian terluar dari
kulit bumi harus dikelola dengan baik dan tepat agar manfaat dan hasilnya dapat
diperoleh secara maksimal dan lestari.
Kegiatan pembangunan pada umumnya menyangkut pendayagunaan sumberdaya
alam, khususnya tanah sebagai ruang atau tempat berlangsungnya kegiatan berbagai
aspek yang berkepentingan dengan proses pembangunan tersebut. Pendayagunaan tanah
oleh manusia, dengan eksploitasi, penggunaan atau pemanfaatan, menimbulkan
perubahan-perubahan dalam ekosistem sehingga mempengaruhi sumberdaya lain beserta
lingkungannya, yang akibatnya akan dirasakan pula oleh manusia. Perubahan
penggunaan tanah dari lahan pertanian ke industri atau pemukiman, sedikit banyak
menimbulkan masalah lingkungan hidup. Masalah lingkungan hidup ini ada yang
langsung mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, seperti kesehatan, kegiatan usaha,
erosi dan banjir, perpindahan penduduk (migrasi) dan akibat-akibat lain. Ada pula yang
tidak langsung dirasakan, seperti kerusakan ekosistem alam, berupa merosotnya
produktivitas dan diversifitas jenis biota, serta akselerasi proses erosi yang disebabkan
oleh eksploitasi.
Tanah merupakan sumberdaya alam fisik abiotik yang mempunyai peranan amat
penting dalam berbagai segi kehidupan manusia. Tanah diperlukan oleh manusia untuk :
1. Tempat atau ruang untuk tinggal dan hidup, seperti perumahan, perdagangan dan
industri, dan lain-lain.
2. Bercocok tanam, beternak, memelihara ikan, dan sebagainya.
Tanah mendukung berbagai pertumbuhan vegetasi alam, terutama hutan yang
hasil-hasilnya dan manfaatnya sangat diperlukan manusia, kemudian padang rumput
tempat margasatwa dan hewan ternak merumput, yang kedua-duanya diperlukan
manusia. Tanah juga mengandung bahan-bahan tambang berupa mineral, logam,

Pengelolaan Tanah 1
batubara, minyak bumi, gas bumi, dan sebagainya, yang kesemuanya diperlukan
manusia. Oleh karena itu tanah merupakan sumberdaya alam yang banyak diperebutkan,
sehingga diperlukan penatagunaan dan pengelolaan tanah yang baik.
Tanah sebagai sumberdaya alam dapat dilihat dari berbagai segi dan diukur
dengan beberapa macam ukuran, yaitu:
a. Tanah sebagai tempat atau ruang (lahan), diukur dengan satuan luas.
b. Tanah sebagai medium tanaman, diukur dengan tingkat kesuburannya.
c. Tanah sebagai batuan atau bahan, diukur dengan satuan berat atau satuan isi.
d. Tanah untuk keperluan serbaguna diukur dengan tingkat kemampuannya (capability)
atau kesesuaiannya (suitability).
Tetapi pada umumnya, luas dari permukaan tanah yang terkena kegiatan manusia perlu
dan selalu disebutkan ukurannya.
Salah satu aspek pengelolaan tanah adalah penggunaan tanah. Data yang tepat
mengenai penggunaan tanah pada waktu ini sukar diperoleh karena:
a. Belum ada standarisasi klasifikasi penggunaan tanah.
b. Belum ada survey atau sensus yang menyeluruh secara berkala, sehingga perubahan
penggunaan tanah belum dapat diketahui dengan cepat, sementara di lapangan sudah
berubah fungsi maupun peruntukannya.
c. Perkembangan penduduk dan pemukiman serta industri yang cepat tidak diimbangi
dengan sensus penggunaan tanah yang cepat pula.
Standarisasi dalam klasifikasi penggunaan tanah adalah suatu keharusan, karena
sering terjadi penggunaan tanah rangkap. Misalnya tanah sawah yang digunakan untuk
perkebunan tebu, kolam ikan atau pengembalaan ternak, atau tanah hutan yang
digunakan untuk perladangan atau pertanian tanah kering.
Penggunaan tanah ternyata ditentukan oleh beberapa keadaan, yaitu: (a) Jenis
tanah dan sifat-sifatnya (kimia, fisika dan biologi tanah); (b)Keadaan lapangan,
topografi, relief dan ketinggian serta iklim; (c) Aksesibilitas pencapaian; (d) Kemampuan
atau kesesuaian tanah; (e) Tekanan penduduk.
Tanah yang subur lebih banyak digunakan untuk lahan pertanian dan biasanya
berpenduduk padat. Misalnya, pulau Jawa yang jika dibandingkan dengan pulau-pulau

Pengelolaan Tanah 2
lain memiliki tanah yang lebih subur, pertaniannya lebih maju dan kepadatan
penduduknya paling tinggi (59 % penduduk Indonesia tinggal di P. Jawa).
Tanah pada keadaan topografi yang tidak berat (datar, landai, bergelombang atau
berbukit rendah) lebih banyak digunakan daripada tanah yang lapangannya berat. Oleh
karena itu penggunaan tanah di bawah ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut (m
dapl.) adalah paling banyak, sebab keadaan lapangannya relatif lebih ringan daripada di
atas 1000 m dapl.
Pada umumnya, tanah yang lebih mudah dicapai lebih dahulu digunakan daripada
yang letaknya jauh dan sukar dicapai. Hal ini terutama berlaku bagi pemukiman yang
seringkali dimulai dari pantai ataupun di tepi-tepi sungai, sehingga penggunaan tanahpun
akan dimulai di sekitar tempat-tempat pemukiman tersebut.
Berdasarkan pengamatan dan pengalamannya, orang dapat menilai kesuburan,
kemampuan dan kesesuaian tanah untuk pertanian, dan peruntukan lainnya. Seringkali
dengan melihat tumbuhnya jenis-jenis pohon atau semak-semak tertentu dan melihat
keadaan lapangan dan lingkungannya orang dapat menentukan tingkat kesuburan dan
kemampuan atau kesesuaian tanah. Sudah tentu tanah yang lebih besar kemampuannya
akan lebih sesuai bagi berbagai kepentingan dan lebih banyak digunakan.
Makin tinggi jumlah penduduk, penggunaan tanah makin banyak dan makin
“intensif”. Tekanan jumlah penduduk ini pengaruhnya besar sekali terhadap kemampuan
dan kesesuaian tanah, sehingga di beberapa daerah di tiap propinsi di seluruh wilayah
Indonesia (bukan saja di pulau Jawa) terjadi tanah-tanah rusak dan kerusakan lingkungan
hidup yang tak terkendali, karena kemampuan daya tampung tanah atau kesesuaiannya
sudah sangat dilampaui. Sementara di daerah-daerah lainnya berpenduduk sangat jarang.
Hal ini tidak terlepas dari tingkat kesuburan tanah yang rendah atau kemampuan dan
kesesuaian lahan yang rendah pula.
Berdasarkan fakta-fakta kerusakan yang ditimbulkan akibat penggunaan tanah
yang melampaui batas kemampuannya, maka pendekatan penggunaan tanah melalui
pengelolaan tanah adalah sangat penting dalam upaya mempertahankan tingkat
produktivitas dan kelestarian sumberdaya tanah, sekaligus mendukung kelestarian fungsi
dan produktivitas lingkungan hidup.

Pengelolaan Tanah 3
Dalam kaitannya dengan lingkungan hidup, dalam pengelolaan tanah usaha-usaha
yang perlu dikerjakan ialah: perencanaan, rehabilitasi, pengawetan dan pendayagunaan
tanah yang optimum. Dengan demikian kebijaksanaan pengelolaan tanah di sektor
pertanian maupun bagi kepentingan lainnya dalam program pembangunan harus bersifat
menyeluruh (integral). Pengalaman membuktikan bahwa usaha-usaha pengelolaan yang
dilakukan secara terpisah oleh masing-masing sektor, tanpa landasan pendekatan inter-
disiplin atau integral, seringkali menimbulkan bentrokan kepentingan antara satu sektor
dengan sektor lain, misalnya antara sektor kehutanan dengan sektor pertanian, atau antara
sektor kehutanan dengan sektor peternakan, atau sektor pertanian dengan sektor
pengembangan industri dan perkembangan pemukiman. Dengan berlandaskan
pendekatan interdisplin atau integrasi dalam perencanaan tata ruang wilayah dan tata
guna tanah, bentrokan kepentingan itu dapat dihindarkan, atau setidak-tidaknya informasi
mengenai penggunaan tanah dapat diketahui oleh lapisan masyarakat yang
berkepentingan.
Jelaslah kiranya, bahwa untuk mengelola tanah pertanian dengan sebaik-baiknya
diperlukan pemikiran yang luas, metode yang tepat dan organisasi perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan yang kuat. Untuk memenuhi maksud tersebut uraian tulisan
ini mencoba mengungkapkan dasar-dasar pengelolaan tanah dalam kaitannya dengan
azas-azas kemampuan dan kesesuaian tanah bagi kepentingan budidaya tanaman.
Adapun pokok-pokok pikiran yang melandasi penyusunan tulisan ini ialah:
1. Pengelolaan tanah mencakup masalah pengolahan tanah, budidaya tanaman dan
pembinaan, yang tujuannya mengusahakan agar penurunan daya produksi tanah
sebagai akibat pengusahaan tanah diimbangi dengan tindakan “pemulihan” dan
pembinaan, sehingga manfaat maksimal dari tanah dapat diperoleh dengan terus
menerus (lestari).
2. Pertimbangan ekonomis dan ekologis-geografis serta kapabilitas/kesesuaian harus
berimbang, karena pengelola harus mengusahakan tercapainya kesejahteraan
masyarakat dengan mempertahankan kelestarian sumberdaya tanah dan lingkungan.
3. Untuk mencegah tumbukan kepentingan antara sektor-sektor yang memanfaatkan
tanah perlu dicari pendekatan interdisiplin atau pengintegrasian dalam perencanaan

Pengelolaan Tanah 4
pengelolaan, khususnya integrasi dalam perencanaan tata ruang wilayah dan tataguna
tanah.
Ruang lingkup kegiatan pengelolaan tanah itu mecakup inventarisasi,
perencanaan, pelaksanaan pengelolaan dan pengawasan dalam berbagai kategori tingkat
yang berkepentingan.
Karena sumberdaya tanah merupakan bagian integral dari suatu ekosistem yang
berinterkasi dengan berbagai kegiatan manusia, maka diperlukan metoda inventarisasi
dan perencanaan, serta organisasi pelaksanaan dan pengawasan yang bersifat
multidisiplin dan integral, dengan tujuan untuk menyerasikan usaha-usaha pengelolaan
tanah yang optimal. Misalnya budidaya tanaman sangat erat kaitannya dengan
ketersediaan air, sementara kini budidaya tanaman umumnya masih tergantung pada
curah hujan (rainpeds cultivation). Melalui pendekatan multidisiplin dimungkinkan
dengan penyediaan air dari sumber air tanah. Untuk keperluan penyelidikan sumber air
tanah serta kemungkinan cadangannya perlu diteliti oleh ahli geologi bukan oleh ahli
pertanian.
Dalam pengelolaan tanah, sumberdaya manusia yang memanfaatkan dan
mengelola tanah sangat penting. Keberhasilan pengelolaan tanah tergantung pada
pengetahuan dan keterampilan para petani sebagai pengelola dan kesadaran serta sikap
masyarakat. Banyaknya jumlah penduduk juga menentukan kemungkinan berhasil atau
tidaknya pengelolaan tanah. Oleh karena itu di samping kegiatan-kegiatan yang langsung
menangani pengelolaan tanah, diperlukan juga kegiatan penunjang berupa pendidikan,
latihan, penyuluhan, penanganan pasca panen dan pemasaran hasil-hasil pertanian. Pada
tataran yang luas dan komprehensif diperlukan adanya Undang-undang dan peraturan-
peraturan dalam bidang pengelolaan tanah pertanian yang berwawasan lingkungan hidup.

1.2. Pengelolaan Tanah dan Permasalahannya


Pengelolaan tanah pertanian rakyat sampai sekarang belum mendapat perhatian
yang layak sejalan dengan kemajuan pembangunan nasional (yang sering mengalami
stagnasi atau krisis). Pengelolaan tanah pertanian belum berorientasi pada agribisnis
apalagi menuju agroindustri. Usahatani rakyat secara umum masih jauh terbelakang.
Beberapa faktor penyebab keterbelakangan usahatani rakyat, antara lain:

Pengelolaan Tanah 5
1. Luasan lahan pertanian umumnya sangat sempit (terutama di Jawa).
2. Penyediaan air pertanian tadah hujan, lebih-lebih untuk penyediaan air pertanian
lahan kering masih belum mendapat perhatian. Kenyataannya di lapangan, jangankan
untuk air pertanian, bahkan penyediaan air bersih bagi rakyat, lebih-lebih bagi petani,
kurang mendapat perhatian dari sistem pembangunan yang dijalankan pemerintah
kita.
3. Sarana produksi pertanian masih belum tersedia dengan mudah, dan harganya yang
relatif mahal tidak lagi sebanding dengan pendapatan petani berlahan sempit.
4. Umumnya petani kecil bersifat tradisional dalam pengelolaan tanahnya, sehingga
tingkat produktivitasnya sangat rendah,
5. Karena penyediaan air pertanian bersifat tadah hujan maka kontinuitas hasil-hasil
pertanian masih ditentukan oleh musim.
6. Kualitas hasil pertanian masih rendah, karena tidak ada pembinaan maupun
pengawas-an terhadap penyediaan bibit, pupuk, pestisida, budidaya tanaman dan
penanganan hasil pertanian.
7. Pemasarannya masih sangat sederhana dan harga sangat ditentukan oleh konsumen.
Karena laju perkembangan ekonomi di sektor pertanian tidak begitu cepat dan
simultan bila dibandingkan dengan sektor industri, maka krisis ekonomi di bidang
usahatani dampaknya tidak separah di sektor industri yang sebagian besar bahan bakunya
berasal dari impor. Pemutusan hubungan kerja di sektor industri yang menyerap tenaga
kerja demikian banyak beralih ke sektor informal yang tidak menentu, namun di sektor
pertanian penyerapan tenaga kerja relatif tetap. Hal ini mengingat sektor pertanian
kurang menarik bagi tenaga kerja yang biasa bekerja di sektor industri apalagi
perdagangan. Oleh karena itu untuk menuju agribisnis dan agroindustri pertanian rakyat
di Indonesia diperlukan kebijakan serta usaha pemerintah yang berpihak pada
pemberdayaan rakyat petani.

Tanah sebagai faktor produksi pertanian merupakan faktor pembatas dalam


pengembangan agribisnis. Pertama, ketersediaanya relatif semakin langka dibandingkan
dengan faktor lainnya. Kebutuhan akan tanah pertanian semakin kompetitif dengan
kebutuhan lain yang desakannya lebih besar, seperti pemukiman, industri, perluasan kota,

Pengelolaan Tanah 6
dan lain-lain. Kedua, distribusi penguasaan lahan di masyarakat tidak merata, dan di
beberapa daerah terdapat kesenjangan yang lebar antara satu dengan lainnya.
Sebagai gambaran umum bahwa tanah mempunyai kaitan luas dengan berbagai
kepentingan yang sangat mendasar dan memerlukan solusi yang integral dalam melestari-
kan kemampuan dan manfaatnya dapat dilihat pada Gambar 1. Dalam hal ini jelas sekali
hubungan kepentingan dan akibat yang ditimbulkannya, serta rehabilitasi yang harus
dilakukan sehingga pendayagunaan tanah yang optimum dapat dilakukan secara simultan.

TANAH

KOTA INDUSTRI PERHUBUNGAN PERTANIAN REKREASI


/TAMBANG KEHUTANAN

TANAH PENGAWETAN/ TANAH TANAH TAMAN


MARJINAL REHABILITASI MARJINAL TANDUS NASIONAL
DSB.

DAERAH PERENCANAAN KOTATANAH REHABILITASI PENGAWETAN


SLUM DAN WILAYAH

KOTA INDUSTRI
TANAHPERHUBUNGAN PERTANIAN
YANG DIREHABILITASI REKREASI
/TAMBANG KEHUTANAN
PENDAYAGUNAAN TANAH YANG
OPTIMUM

Gambar 1. Sistem Lingkungan Tanah (Chanlett, 1973).


TANAH PENGAWETAN/ TANAH TANAH TAMAN
MARJINAL REHABILITASI MARJINAL TANDUS NASIONAL
DSB.

DAERAH PERENCANAAN KOTA REHABILITASI PENGAWETAN


SLUM DAN WILAYAH

Pengelolaan Tanah 7
TANAH YANG DIREHABILITASI
PENDAYAGUNAAN TANAH YANG
OPTIMUM
Gambar 1. Sistem Lingkungan Tanah (Chanlett, 1973).
Berdasarkan contoh diagram dari Gambar 1 ini, anda dimintakan ulasannya dalam
karya tulis yang berjudul:
1. Faktor-faktor Penting Dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah.
2. Peranan Tata Guna Tanah dalam Menampung Tata Ruang Wilayah.
3. Perencanaan Tata Ruang Wilayah Pedesaan Yang Harmonis.
4. Perencanaan Tata Ruang Wilayah Perkotaan
Masing-masing karya tulis dibuat satu setengah spasi, sekurang-kurangnya 15 halaman,
dan diserahkan 13 September 2001.

Pengelolaan Tanah 8

Anda mungkin juga menyukai