Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH

TENTANG EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 13

HASBI NUGRAHA (204110191)

VIKI SARDO.L

KELAS 3 E AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN AGROTEKNOLOGI

MATA KULIAH : DASAR-DASAR ILMU TANAH

DOSEN : SRI MULYANI,SP,.M.Si

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang
berjudul ”evaluasi kemampuan lahan”. Makalah mengajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah dasar-dasar ilmu tanah. Saya sebagai penyusun menyadari
bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk


pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Evaluasi kemampuan lahan merupakan salah satu upaya untuk
memanfaatkan lahan sesuai dengan potensinya. Penilaian potensi
lahan sangat diperlukan dalam rangka penyusunan kebijaksanaan,
pemanfaatan dan pengelolaan lahan secara berkesinambungan. Untuk
menyusun kebijaksanaan tersebut sangat diperlukan peta-peta yang
salah satunya adalah peta kemampuan lahan. Dalam peta kemampuan
lahan tersebut disajikan kelas kemampuan lahan untuk lahan yang
dapat diolah untuk kepentingan pertanian. Menurut Biauw Tjwan
dalam Worosuprojo (1990) dalam usaha penggunaan lahan agar
dicapai produksi yang tinggi dan lestari harus didasarkan pada
kemampuan lahan yang ada. Dalam hal merencanakan penggunaan
lahan di suatu wilayah, kemampuan lahan merupakan salah satu
masukan penting untuk penentuan altematif penggunaan lahan.
Kemampuan lahan di suatu wilayah dapat bervariasi oleh karena
perbedaan faktor topografi, relief, jenis tanah, lereng dan panggunaan
lahan (Worosuprojo, 1990). Penilaian potensi lahan sangat diperlukan terutama
dalam rangka penyusunan kebijakan, pemanfaatan lahan dan pengelolaan lahan
secara berkesinambungan.2 Berdasarkan pemaparan diatas peneliti belum
menemukan hasil penelitian yang relevan terhadap evaluasi kemampuan lahan di
Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Maka dari
itu peneliti merasa perlu melakukan evaluasi keemampuan lahan di Desa
Sindangjaya.

Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi


segala kebutuhan hidup, sehingga dalam pengelolaannya harus dilakukan
dengan hati-hati dan harus sesuai dengan kemampuannya agar tidak mengurangi
tataguna dan dayaguna lahan serta menurunkan produktivitas
lahan. Untuk memenuhi kebutuhan pokok, manusia akan cenderung
memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan, padahal ketersediaannya
amat terbatas. Apabila kecendrungan tersebut dibiarkan terus berlangsung
dikhawatirkan dalam waktu dekat akan terjadi kerusakan lahan atau tanah
sebagai akibat tekanan penduduk atas lahan yang melebihi tingkat
kemampuannya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2014 Pasal 1 tentang Konservasi Tanah dan air. Konservasi tanah dan air adalah
upaya perlindungan, pemulihan, peningkatan, dan pemeliharaan fungsi tanah
pada lahan sesuai dengan kemampuan dan peruntukan lahan untuk mendukung
pembangunan yang berkelanjutan dan kehidupan yang lestari.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui kondisi lahan di wilayah Kecamatan Cipanas Kabupaten
Cianjur.

2. Mengevaluasi kemampuan lahan yang sesuai di wilayah Kecamatan


Cipanas Kabupaten Cianjur

BAB II

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN


2.1 Pengertian lahan
“Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunaannya”.8 Serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas
manusia di masa lalu maupun sekarang. Seperti adanya penebangan hutan,
dan mengakibatkan adanya erosi. Lahan merupakan salah satu komponen abiotik
lingkungan utama yang merupakan matriks dasar kehidupan. Evaluasi daya
dukung lahan merupakan bagian dari evaluasi daya dukung lingkungan. Melalui
evaluasi tersebut, perencanaan penggunaan lahan dapat diarahkan agar lahan
dapat digunakan sesuai dengan kemampuannya.9 Berdasarkan pengertian di atas,
lahan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang tersusun atas beberapa
komponen. Komponen-komponen ini dapat dikategorikan menjadi dua yaitu (1)
komponen struktural yang sering disebut karakteristik lahan; dan (2) komponen
fungsional yang sering disebut kualitas lahan. Kualitas lahan merupakan
sekelompok unsur-unsur lahan yang menentukan tingkat kemampuan dan
kesesuaian lahan berbagai macam pemanfaatan tertentu.

2.2 Penggunaan lahan dan tipe penggunaan lahan


“Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi
(campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat
dikelompokan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan
penggunaan lahan bukan pertanian. Secara tidak langsung
perkembangan suatu wilayah terkait erat dengan pemanfaatan lahan pada
wilayah tersebut. Penggunaan lahan secara umum tergantung pada kemampuan
lahan dan pada lokasi lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan
tergantung pada kelas kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan
pada sifat-sifat yang menjadi penghambat bagi penggunaannya
seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan
tingkat erosi yang telah terjadi.11 Tipe penggunaan lahan merupakan macam
penggunaan lahan yang lebih rinci dari penggunaan lahan utama, sesuai dengan
kualitas lahan yang ada dan persyaratan penggunaan lahan. di dalam tipe
penggunaan lahan tertentu dapat dijumpai hanya satu jenis pengunaan/komoditi
atau lebih, untuk itu tipe penggunaan lahan ganda (Multiple land utilization type)
dan tipe penggunaan lahan majemuk (compound land utillization type).
a. “Tipe Penggunaan lahan ganda adalah penggunaan lahan dengan lebih dari
satu jenis sekaligus, dimana masing-masing jenis memerlukan input, syarat-
syarat dan memberikan hasil yang berbeda”.12Sebagai contoh kawasan
hutan lindung yang dilengkapi dengan daerah wisata, dimana dua tipe
penggunaan lahan ini membutuhkan persyaratan lahan, input dan hasil
berbeda.
b. “Tipe penggunaan lahan majemuk adalah penggunaan lahan dengan lebih
dari satu jenis, tetapi untuk tujuan evaluasi dianggap sebagai satu satuan”.13
sebagai contoh tipe penggunaan lahan tumpang sari atau pergiliran
tanaman.

2.3 Sifat-sifat lahan


Sifat-sifat lahan (Land Characteristics) adalah atribut atau keadaan
unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau di perkirakan, seperti tekstur tanah,
struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan,
temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya. Sifat-sifat lahan
belum menunjukan kemungkinan penampilan lahan jika digunakan untuk
suatu penggunaan, sehingga belum dapat menentukan kelas kemampuan
lahan.

2.3 Kerusakan lahan


“Sektor lingkungan hidup dan pertambangan mengartikan degradasi
lahan sebagai kerusakan lahan sehingga satu atau lebih fungsinya yang
mengakibatkan daya dukung lahan tersebut bagi kehidupan diatasnya
berkurang atau bahkan hilang”. “Degradasi lahan adalah proses penurunan
produktivitas lahan yang sifatnya sementara maupun tetap, dicirikan dengan

penurunan sifat fisik kimia dan biologi”. Degradasi secara fisik diantaranya terjadi
dalam bentuk pemadatan, pergerakan, ketidak seimbangan air, terhalangnya erosi
dan drainase, dan kerusakan struktur tanah. Degradasi kimiawi terdiri dari
asidifikasi, pengurasan dan pencucian hara, ketidak seimbangan unsur hara
dan keracunan, salinization (salinisasi), acidification (pemasaman) dan
alkalinization (alkanisasi), serta polusi (pencemaran). Degradasi biologi meliputi
penurunan karbon organik tanah, penurunan keanekaragaman hayati
tanah dan vegetasi, serta penrunan kabon biomas. Degradasi lahan dapat
disebabkan secara alami, misalnya kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas
gunung berapi, gempa bumi ataupun tsunami. Namun degradasi lahan dapat juga
disebabkan oleh faktor manusia yang dengan sengaja maupun tidak telah merusak
lingkungan. Lahan terdegradasi adalah lahan pertanian yang produktivitasnya
telah menurun akibat kondisi lahan khususnya tanah permukaannya (top soil)
telah memburuk.

2.4 Pengertian kemampuan lahan


Evaluasi kemampuan lahan adalah proses penilaian keragaman atau
kinerja (performance) lahan jika digunakan untuk tujuan tertentu, meliputi
pelaksanaan dan interpretasi survai dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, ikim,
dan aspek lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan
penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan. Dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa evaluasi lahan adalan proses penilaian terhadap lahan untuk
dilakukan identifikasi ke dalam bentuk kelas-kelas lahan. “Kemampuan lahan
(land capability) adalah potensi lahan yang didasarkan atas kecocokan lahan untuk
penggunaan pertanian secara umum yaitu daerah pertanian, padang pengembalan
(ternak), hutan dan cagar alam”. “Evaluasi kemampuan lahan merupakan salah
satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunan lahan (land
use planing).”hasil dari evaluasi lahan memberikan alternatif penggunaan lahan
dan batas-batas kemungkinan penggunaan serta tindakan-tindakan pengeola yang
diperlukan supaya lahan dapat digunakan secara lestari.

Evaluasi kemampuan lahan merupakan salah satu upaya untuk


memanfaatkan lahan (sumberdaya lahan) sesuai dengan potensinya. Penilaian
potensi lahan sangat di perlukan terutama dalam rangka penyusunan kebijakan
pemanfaatan lahan dan pengelolaan lahan secara berkesinambungan. Klaifikasi
kemampuan lahan (Land capability classification) merupakan penilaian lahan atau
komponen-komponen lahan secara sistematik dan pengelompokan ke dalam
beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan
penghambat dalam penggunaannya secara lestari. Lahan yang merupakan objek
penelitian keadaan kompleks dan tidak merupakan suatu unsur fisik atau sosial
ekonomi. Evalusi kemampuan lahan melibatkan unit dalam pemetaan lahan terkait
untuk jenis penggunaan lahan tertentu. Tipe-tipe penggunaan dianggap terbatas
pada yang tampaknya relevan dibawah fisik umum, ekonomi dan kondisi sosial
yang berlaku di suatu daerah. Jenis penggunaan lahan ini berfungsi sebagai subjek
evaluasi lahan mereka dapat terdiri dari jenis utama penggunaan lahan atau jenis
pemanfaatan lahan.

Table 1.1
Luas lahan kritis di kecamatan cipanas 2015

No Kecamatan Kritis lahan tahun Penanaman tahun Luas lahan


. 2015 (ha) 2016 (ha) kritis tahun
2016 (ha)
1. cipanas 841,98 - -

2.5 Struktur klasifikasi kemampuan lahan


“Klasifiksi kemampuan lahan merupakan upaya untuk mengevaluasi lahan
untuk penggunaan tertentu, sedangkan evaluasi kemampuan lahan adalah
penilaian lahan (komponen-komponen lahan)”. Secara sistematik dan
pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifatsifat yang
merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaan secara lestari. “Terdapat
tiga kategori dalam klasifikasi kemampuan lahan, yaitu kelas kemampuan, yang
merupakan kategori tertinggi, sub kelas kemampuan, dan unit kemampuan”.
Dengan perkataan lain klasifikasi lahan bertujuan untuk mengelompokan lahan
berdasarkan dengan kemampuan yang dimiliki serta menetapkan jenis
pengelolaan yang tepat terhadap suatu penggunaan lahan agar suatu lahan dapat
tetap berproduksi berkesinambungan dan terus menerus tanpa menimbulakan
kerusakan dalam jangka panjang. Klasifikasi kemampuan lahan adalah
pengelompokan lahan ke dalam satuan-satuan khusus menurut kemampuan untuk
penggunaan yang paling intensif dan perlakuan yang diperlukan untuk dapat
digunakan secara terus-menerus. Dengan kata lain, klasifikasi ini akan
menetapkan jenis penggunaan yang paling sesuai dan jenis perlakuan yang
diperlukan untuk dapat digunakan sebagai produksi pertanian secara lestari.

a. Kemampuan Lahan Dalam Tingkat Kelas


“Tanah dikelompokan ke dalam delapan kelas yang ditandai
dengan huruf Romawi dari I sampai VIII”. dimana semakin tinggi kelas
semakin terbatas penggunaannya karena memiliki beberapa faktor
penghambat.
1). Kelas I.
Tanah pada kelas I mempunyai sedikit hambatan yang membatasi
penggunaannya. Lahan kelas I sesuai untuk berbagai penggunaan
pertanian (tindakan pemupukan dan usaha-usaha pemeliharaan struktur
tanah diperlukan agar dapat mempertahankan kesuburan dan
produktivitasnya) mulai dari tanaman semusim (dan tanaman pertanian
pada umumnya), tanaman rumput, hutan dan cagar alam.
2). Kelas II.
Tanah pada lahan kelas II memiliki beberapa hambatan atau
mengakibatkan memerlukan tindakan konservasi tanah sedang. Lahan
kelas II memerlukan pengelolaan yang hati-hati termasuk di dalamnya
tindakan-tindakan konservasi untuk mencegah kerusakan atau
memperbaiki hubungan air dan udara jika lahan di usahakan untuk
pertanian tanaman semusim.
3). Kelas III.
Tanah pada lahan kelas III mempunyai hambatan berat yang
mengurangi pilihan penggunaan atau memerlukan tindakan konservasi
tanah, khusus dan keduanya. Lahan kelas III mempunyai pembatas yang
lebih berat dari lahan kelas II dan jika dipergunakan bagi tanaman yang
memerlukan pengelolaan tanah dan tindakan konservasi tanah yang
diperlukan biasanya lebih sulit diterapkan dan dipelihara. Lahan kelas III
dapat dipergunakan untuk tanaman semusim dan tanaman yang
memerlukan pengolahan tanah, tanaman rumput, padang rumput, hutan
produksi, hutan lindung, dan suaka magasatwa.
4). Kelas IV.
Tanah pada lahan kelas IV memiliki hambatan dan ancaman
kerusakan lebih besar dibandingkan dengan lahan III, dan pilihan tanaman
juga lebih teratas. Jika dipergunakan untuk tanaman semusim diperlukan
pengelolaan yang lebih hati-hatidan tindakan konservasi tanah lebih sulit
diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku, saliran bervegetasi, dan
pengendali di samping tindakan yang dilakukan untuk memelihara
kesuburan dan kondisi fisik tanah. Lahan di dalam kelas IV dapat
dipergunakan untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian pada
umumnya, tanaman rumput, hutan produksi, padang pengembalan, hutan
lindung atau suaka alam.
5). Kelas V.
Tanah pada lahan kelas V tidak terancam erosi, akan tetapi
mempunyai hambatan lain yang tidak dihilangkan dan membatasi pilihan
penggunaannya. Sehingga hanya sesuai untuk tanaman rumput, padang
pengembalaan hutan produksi atau hutan lindung dan suaka alam. Lahan
di dalam kelas V mempunyai hambatan yang mempunyai pilihan macam
penggunaan dan tanaman, dan menghambat pengelolaan tanah bagi
tanaman semusim.
6). Kelas VI.
Tanah pada lahan kelas VI mempunyai hambatan berat yang
menyebabkan lahan ini tidak sesuai untuk penggunaan pertanian,
penggunaan terbatas untuk tanaman rumput atau padang pengembalan,
hutan produksi, hutan lindung, atau cagar alam. Lahan dalam kelas VI
mempunyai pembatas atau ancaman kerusakan yang tidak dapat
dihilangkan berupa salah satu atau kombinasi faktor-faktor sebagai
berikut: (1) terletak pada lereng yang curam, (2) bahaya erosi berat, (3)
telah tererosi berat, (4) mengandung garam larut atau natrium, (5) berbatu-
batu.
7). Kelas VII.
Tanah pada lahan kelas VII tidak sesuai untuk budi daya pertanian.
Jika dipergunakan sebagai padang rumput atau hutan produksi harus
dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang berat. Lahan kelas VII
tidak peka erosi jika digunakan untuk tanaman pertanian harus dibuat teras
bangku yang ditunjang dengan cara-cara vegetatif untuk konservasi tanah,
disamping tindakan pemupukan. Lahan kelas VII mempunyai beberapa
hambatan atau ancaman kerusakan berat dan tidak dapat dihilangkan
seperti: (1) terletak pada lereng yang curam, (2) telah teresolasi sangat
berat bahkan berupa erosi parit dan (3) daerah perakaran sangat dangkal.
8). Kelas VIII.
Tanah pada lahan kelas VIII tidak sesuai untuk budi daya
pertanian, tetapi lebih sesuai untuk dibiarkan dalam keadaan alami. Lahan
kelas VIII bermanfaat sebagai hutan lindung, tempat rekreasi atau cagar
alam pembatas atau ancaman kerusakan pada kelas VIII dapat berupa: (1)
terletak pada lereng yang sangat curam, (2) berbatu atau (3) kapasitas
menahan air sangat rendah.
b. Kemampuan Lahan Dalam Tingkat Sub- Kelas
Sesuai pengelompokan dalam sub kelas berdasarkan atas jenis
faktor penghambat atau ancaman kerusakan. Jadi, sub kelas adalah
pengelompokan unit kemampuan lahan yang mempunyai jenis hambatan
atau ancaman dominan yang sama jika digunakan untuk pertanian.
Beberapa tanah terancam erosi jika tidak dilindungi, sedangkan lainnya
secara alami selalu tergenang atau berlebihan air yang harus di drainase
agar dapat ditanami. Terdapat tanah yang dangkal atau mudah kekeringan
atau mempunyai kekurangankekurangan lain. dan terdapat tanah yang
terletak di daerah yang mempunyai iklim sedemikian rupa sehingga
membatasi penggunaan tanah. Lahan dalam satuan yang sama dapat
dipergunakan untuk budi daya tanaman yang sama, memerlukan
pengelolaan dan konservasi yang tidak berbeda, serta potensi produksi
yang sebanding.
c. Kemampuan Lahan dalam Tingkat Unit (Satuan Pengelolaan)
Satuan kemampuan memberikan informasi yang lebih spesifik dan
rinci untuk setiap bidang lahan dari pada sub kelas. Satuan kemampuan
adalah pengelompokan lahan yang sama atau hampir sama kesesuaiannya
bagi tanaman dan memerlukan pengelolaan yang sama atau memberikan
tanggapan (response) yang sama terhadap masuknya pengelolaan atau
perlakuan yang diberikan. Tanah-tanah yang dikelompokan di dalam
satuan kemampuan yang sama harus cukup seragam dan sifat-sifat tanah
dan lingkungan yang mempengaruhi kualitas lahan sehingga mempunyai
potensi dan hambatan yang sama.
DAFTAR ISI

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52667/1/11150150
000035_Ernawati%20Firdaus%20%28PT%29.pdf

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo/article/view/7284

Anda mungkin juga menyukai