dan
membandingkan
macam-macam
kemungkinan
misalnya
padi
atau
jagung
pada
sebidang
lahan;
atau
pertanian.
Peningkatan produksi dan produktifitas tanaman pangan dan non pangan yang
produksinya dapat meningkatkan pendapatan penduduk untuk dapat memenuhi
standar hidup yang layak, khususnya kepada petani. Untuk memenuhi keinginan
tersebut petani seharusnya berusaha untuk memanfaatkan sumberdaya hayati
maupun non hayati yang diharapkan sesuai dengan peruntukan lahannya. Untuk itu,
sangat perlu dilakukan suatu kegiatan evaluasi lahan.
lahan yang bervariasi ini apabila tidak sesuai dengan peruntukkannya, maka
harapan produksi tidak akan terpenuhi.
Perencanaan penggunaan lahan untuk jenis tanaman tertentu, khususnya
pada upaya peningkatan produksi pertanian harus didasarkan dengan perencanaan
yang baik. Untuk penyusun perencanaan tersebut dibutuhkan informasi dasar
sumberdaya lahan yang meliputi tentang masalah kemampuan lahan dan
kesesuaian lahan, karena kemampuan lahan merupakan sifat dakhil lahan yang
menyatakan daya dukungnya untuk memberikan hasil pertanian pada tingkat
tertentu.
Evaluasi kesesuaian lahan berupaya mengestimasi daya dukung lahan untuk
penggunaan tertentu.sedangkan kesesuaian lahan menitikberatkan pada tingkat
kecocokan sebidang lahan untuk satu penggunaan tertentu klasifikasi kesesuaian
lahan merupakan suatu proses penilaian dan pengelompokan lahan dalam arti
kesesuaian relative lahan atau kesesuaian absulut lahan bagi suatu penggunaan
tertentu.
cukup baik artinya di dalam tanah cukup tersedia oksigen, dan akar tanaman dapat
berkembang dengan baik, sehingga dapat menyerap unsur hara secara optimal.
Kualitas lahan yang optimum bagi kebutuhan tanaman merupakan batasan bagi
kelas kesesuaian, kelas kesesuaian yang paling baik (S1) yang tidak memiliki
pembatas serius, sedangkan kualitas lahan yang di bawah optimum merupakan
batasan kelas kesesuaian lahan antara kelas yang cukup sesuai (S2) dengan
pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari, dan sesuai marginal
(S3) adalah lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk suatu
penggunaan yang lestari di luar batasan tersebut di atas merupakan lahan yang
tergolong tidak sesuai (N1) saat ini, dengan pembatas yang sangat berat, tetapi
masih memungkinkan untuk diatasi hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat
pengetahuan saat ini, kelas tidak sesuai untuk selamanya (N2) merupakan lahan
yang memiliki pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin unuk digunakan
bagi suatu penggunaan yang berkelanjutan.
memilih tanaman dan daerah bagi tanaman tertentu yang memerlukan persyaratan
khusus, selain itu penilaian kesesuaian lahan merupakan sarana untuk menaksir
produktifitas usahatani yang dijalankan secara khas (Soetarto dan Taylor, 1993).
1.
2.
3.
b.
1.
sebab
itu
evaluasi
lahan
merupakan
penilaian
terhadap
keragaan
(performance) dari lahan untuk berbagai tujuan penggunaan yang spesifik (FAO,
1976 dalam Hakim,2002).
2.
3.
4.
5.
b.
6.
b.
7.
Perladangan
b.
c.
8.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Hutan lindung
n.
Cagar alam
9.
10.
tertentu,
persyaratan
tersebut
terutama
untuk
energy radiasi,
12.
13.
1.
Citra Foto Udara Pangkhromatik Hitam Putih skala 1 : 25.000, diterbitkan oleh
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL).
b.
Peta Rupabumi skala 1 : 50.000, diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan
Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL).
c.
d.
e.
2.
b.
c.
d.
Roll meter, untuk mengukur kedalaman efektif tanah dan panjang lereng.
e.
Pisau lapang, untuk meratakan profil tanah dan untuk pengamatan struktur
tanah.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Alat Laboratorium:
a.
b.
c.
Untuk analisis tekstur tanah : gelas piala 800 ml, ayakan 2 mm, gelas silinder
500 ml, hidrometer, pinggang aluminium, saringan 0,05 mm, sprayer, mesin
pengocok/pengaduk corong plastik, oven tanah 1050C, neraca analitik ketelitian 4
desimal, dan tissu roll.
d.
Kaca pembesar (loupe), untuk interpretasi citra foto udara hitam putih.
e.
3.
b.
c.
d.
e.
(deliniasi) untuk batas DAS dilakukan sepanjang garis kontur yang merupakan
igir-igir pegunungan.
f.
Dimana :
= besar lereng
peta
lk =interval kontur
(Sungkowo dan Wiyono, 1994)
g.
Membuat peta bentuklahan skala 1 : 25.000 melalui interpretasi citra foto udara
hitam putih skala 1 : 25.000. Interpretasi citra dilakukan berdasarkan 7 (tujuh)
kunci interpretasi yaitu : rona, warna, tekstur, bentuk, ukuran, pola, bayangan dan
situs dengan menggunakan kaca pembesar (loupe), dan dengan kontrol melalui
interpretasi peta rupabumi skala 1 :50.000 informasi/data tentang morfometri
(kemiringan
lereng,
panjang
dan
bentuk
lereng),
relief
dan
kesan
i.
j.
Kegiatan lapangan
a.
b.
c.
d.
e.
Pengumpulan data curah hujan pada Kantor Meteorologi dan Geofisika (BMG)
atau pada instansi yang terkait.
a.
Menganalisis
sampel
tanah
di
laboratorium,
meliputi
analisis
c.
d.
4.
5.
b.
c.
d.
Teknik
analisis
deskriptif
dengan
pendekatan
keruangan,
juga
1.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
2.
Alat laboratorium
1)
2)
Transparansi
3)
4)
Kertas kalkir
5)
Pensil warna
6)
Rotring
7)
Mistar
b.
Alat Lapangan
1)
Altimeter
2)
Bor tanah
3)
Klinometer
4)
Kompas geologi
5)
Roll meter
6)
Palu geologi
7)
Sekop
8)
Cangkul
9)
Parang
3.
Tahap Persiapan
Pada lahap ini dilakukan beberapa hal yaitu :
1)
2)
3)
4)
Membuat peta satuan lahan dengan cara overlay empat peta tematik yaitu:
peta penggunaan lahan, peta tanah, peta kemiringan lereng dan peta geologi.
5)
6)
b.
2)
c.
2)
Interpretasi peta-peta tematik yang didapat dari kantor atau instansi terkait
dengan menghitung luas berdasarkan satuan lahan.
3)
4)
d.
4.
Jumlah curah hujan adalah jumlah curahan yang terjadi dan tercatat oleh alat
ukur curah hujan setempat yang dinyatakan dengan satuan milimeter (mm/tahun).
Rata-rata curah hujan tahunan ditentukan dengan formula sebagai berikut:
Intensitas curah hujan =
......... (Hardjowigeno,
1995).
b.
c.
d.
Drainase tanah adalah mudah tidaknya tanah melepaskan air, baik melalui
infiltrasi maupun aliran permukaan (run off). Secara kuantitatif data drainase
dapat diperoleh dengan pengamatan langsung di lapangan, seluruh lapisan profil
tanah dari atas sampai ke bawah diamati berdasarkan ada tidaknya bercak-bercak
warna kuning, coklat, atau kelabu (Zhiddiq, 2004).
c.
Kedalaman efektif tanah yaitu kedalaman tanah yang ideal untuk pertumbuhan
tanaman, yakni sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus akar tanaman,
yang diperoleh dengan mengebor tanah sampai pada lapisan tanah yang tidak
dapat ditembus akar tanaman, terdiri dari; 1) sangat dangkal <50> 150 cm
(Zhiddiq, 2004).
d.
KTK Tanah, adalah sifat kimia tanah yang erat kaitannya dengan kesuburan
tanah. KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara yang lebih baik
dari pada KTK yang rendah. KTK diamati pada lapisan top soil antara 0-30 cm.
Dibedakan 1) sangat rendah <> 25 (Zhiddiq, 2004).
e.
f.
P2O5, berfungsi di dalam tanah antara lain untuk pembelahan sel, pembentukan
albumin, pembentukan bunga, buah dan biji, mempercepat pematangan,
memperkuat batang dan tahan terhadap penyakit (Zhiddiq, 2004). Unsur
P2O5dianalisis di laboratorium penilaiannya adalah sebagai berikut: 1) >20;16-20
= amat tinggi; tinggi, 2) 11-15 = sedang, 3) 5-10 = rendah, dan 4) <5>
g.
h.
i.
j.
5.
Teknik statistik deskriptif, yaitu analisis dari data data yang terkumpul
baik yang sifatnya primer maupun data sekunder dalam bentuk tabel
frekuensi.
Dari
tabel
tersebut,
kemudian
diinterpretasikan
untuk
Teknik kartografis, yaitu semua data yang telah terkumpul dari hasil
observasi yang telah disusun dalam tabel dapat dipetakan dengan metode
tertentu. Peta peta tematik tersebut di overlay satu sama lain dan
diinterpretasikan untuk menggambarkan peta kesesuaian lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Alfandi, Widoyo. 2001. Epistemologi Geografi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.
Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB. Bogor.
FAO, 1976. Framework For Land Evolution. FAO Soils Bulletin.Soil Resources
Management and Conservation Service Land and Water Development Division.
Hardjowigeno. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Jamulya dan Woro Suprojo. Pengantar Geografi Tanah.1993. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Sitorus, R. P. S, 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Tarsito, Bandung.
Sungkowo, A., dan Wiyono, Yudo. 1994. Petunjuk Praktikum Geomorfologi. Yogyakarta :
Laboratorium Geologi Dinamis Seksi Geomorfologi UPN Veteran.
Zhiddiq, S. 2004. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Makassar: UNM.
Pada dasarnya evaluasi sumberdaya lahan membutuhkan keteranganketerangan yang menyangkut tiga aspek utama yaitu lahan, penggunaan lahan, dan
aspek ekonomis.
Lahan sangat bervariasi dalam berbagai faktor seperti keadaan topografi, iklim,
geologi, tanah, dan vegetasi yang menutupinya.
mungkin tidaknya untuk menanam jenis tanaman tertentu, misalnya padi atau
jagung pada sebidang lahan; atau pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan pekerjaan keteknikan misalnya pembuatan jalan, penanaman pipa-pipa baja
untuk eksplorasi minyak, dll.
Manfaat Evaluasi Sumberdaya Lahan
Fungsi evaluasi sumberdaya lahan adalah memberikan pengertian tentang hubunganhubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana
berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil.
Manfaat dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu
penggunaan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan
penggunaan lahan yang akan dilakukan. Hal ini penting terutama apabila perubahan
penggunaan lahan tersebut diharapkan akan menyebabkan perubahan-perubahan besar
terhadap keadaan lingkungannya.
Prediksi yang didasarkan atas kesesuaian lahan untuk berbagai bentuk produksi, masukan
dan pengelolaan yang diperlukan dan konsekuensi perubahan-perubahan terhadap
lingkungan akan memberikan makna yang besar bagi program pembangunan. Melalui
prediksi ini juga, konsekunsi-konsekuensi sebaliknya dapat diramalkan sehingga peringatanperingatan terhadap lahan yang seharusnya tidak diusahakan atau ditanami dengan
tanaman setahun karena adanya bahaya erosi tanah yang hebat dapat dilakukan.
Pada daerah-daerah yang kurang maju dan berpenduduk jarang, perubahan pola
penggunaan lahan umumnya berhubungan dengan program-program pengembangan
langsung. Ada 3 tahapan kegiatan berdasarkan skala dan intensitasnya yang merupakan
bagian berurutan dari rencana pembangunan, yaitu:
v Inventarisasi sumberdaya lahan
Pada tahapan ini, evaluasi pada skala tinjau merupakan jalan terbaik untuk menunjukkan
kemungkinan pengembangan area yang luas secara relative cepat dan murah.
v Kelayakan proyek
Studi kelayakan dilakukan sebelum keputusan-keputusan untuk investasi dilakukan. Evaluasi
lahan merupakan salah satu sumber data yang dapat digunakan untuk studi seperti ini.
Sebagai contoh, hasil evaluasi dapat berbentuk kesesuaian lahan sekarang atau kesesuaian
lahan potensial, misalnya untuk pembangunan irigasi. Skala peta untuk evaluasi dalam
rangka studi kelayakan dapat berkisar dari semi-detail ke detail.
v Perencanaan usaha tani
Setelah studi kelayakan diselesaikan, dibutuhkan pengalokasian lahan secara lebih
terperinci untuk berbagai keperluan hingga tingkat perencanaan usaha tani. Untuk keperluan
pengelolaan yang lebih detail, termasuk pengelolaan usaha tani, keterangan-keterangan
tentang kesesuaian yang lebih detail yang menyangkut teknik budidaya tanaman atau jenis
penggunaan tertentu akan sangat diperlukan.
Pada daerah yang sudah maju dan berpenduduk rapat, evaluasi sumberdaya lahan berguna
terutama dalam bidang perencanaan dalam rangka penataan kembali penggunaan lahan
dan dalam bidang pengelolaan lahan. Untuk mengatasi kompetisi antara berbagai
kemungkinan penggunaan lahan dari daerah yang sama dan tekanan-tekanan dari
kelompok-kelompok yang berkepentingan, evaluasi lahan dapat menyajikan seperangkat
data objektif yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan dalam bidang
perencanaan sehingga lahan dapat digunakan secara efisien.