Anda di halaman 1dari 31

KESESUAIAN LAHAN DI DESA AIR KUBANGAN

KECAMATAN AIR NANINGAN DAN KRAW


(Laporan Praktikum Pembangunan Kehutanan)

Oleh

Deni Setiawan 1514151006


Rudi Pramana 1514151009

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahan merupakan nilai kualitatif dan karena itu tidak terukur secara langsung,

akan tetapi ditetapkan secara ditaksir atau ditafsir. Oleh karena harkat lahan selalu

berkenaan dengan suatu penggunaan tertentu maka suatu lahan yang berharkat

baik untuk, misalnya, pertanian tidak dengan sendirinya berharkat baik pula untuk

penggunaan lain, misalnya permukiman atau kawasan industri demikian pula

sebaliknya.

Ada dua macam harkat lahan, yaitu kemampuan (capability) dan kesesuaian atau

keserasian (suitability). Dua macam pengharkatan itu berbeda dalam hal maksud

penilaian. Penilaian kemampuan bermaksud menetapkan pembenahan

pengelolaan yang diperlukan untuk mencegah degradasi lahan. Pembenahan ini

mencakup pemilihan bentuk penggunaan dan upaya konservasi yang perlu

diterapkan dalam mengembangkan suatu program konservasi jangka panjang.

Penilaian kesesuaian bermaksud menetapkan pengelolaan khas yang diperlukan

untuk memperoleh nasabah lebih baik antara manfaat dan masukan yang

diperlukan, baik berdasarkan pengalaman maupun berdasarkan antisipasi. Jadi,

istilah kesesuaian lahan berkonotasi ekonomi. Pengharkatan kesesuaian


merupakan sarana menaksir produktivitas usahatani yang dijalankan secara khas

(Murray, 1963; Brinkman & Smyth, 1973; Bennet, 1939).

Penilaian kesesuaian dapat dibuat secara mutlak atau nisbi. Dapat pula dibuat

berdasarkan keadaan lahan sekarang (actual suitability) atau berdasarkan keadaan

lahan setelah diadakan pembenahan besar-besaran (potential suitability), yang

mengubah ciri-ciri lahan secara sangat murad (very significant) dan cukup tetap

yang hasil pengubahannya dapat bertahan selama lebih daripada 10 tahun

(Brinkman & Smyth, 1973; FAO, 1977). Pembenahan semacam ini akan

melibatkan wilayah luas dan penanaman modal besar, yang tidak mungkin

dikerjakan atau dibiayai oleh petani atau pengguna lahan sendiri-sendiri.

Peningkatan kesesuaian lahan dengan jalan ini hanya dapat diselesaikan secara

nasional.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Menentukan kelas-kelas kesesuaian lahan aktual untuk pengembangan hutan

rakyat di Air Naningan dan Kraw.

2. Menetapkan kesesuaian lahan potensial dengang level managemen perusahaan

besar.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep evaluasi kesesuaian lahan

Evaluasi kesesuaian lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk

tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah

teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan

penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah tingkat

kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut

dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan

perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian

lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan

tersebut diberikan masukan masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala.

Data Biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan

dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial

menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan

usahausaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan

terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang

memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila

komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai (Idris, 2015)


Evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menilai dan

menginterpretasikan data-data dasar dan sumber lahan, tidak hannya tanah tetapi

juga bentuk lahan, penggunaan lahan, agroklimat dan aspek-aspek lain untuk

kemudian dibandingkan dengan alternatif dengan persyaratan dari alternatif

penggunaan lahan tertentu dari berbagai penggunaan lahan dengan berbagai

pengukuran kuantitatif (Fauzi, 2018).

Evaluasi lahan untuk kehutanan adalah pendekatan sistematik pada proses

mencocokkan (fitting) kehutanan kedalam perencanaan penggunaan lahan suatu

negara atau wilayah tertentu. Kehutanan merupakan alternatif penggunaan yang

akan berkompetisi langsung dengan jenis penggunaan utama lainya pada tipe

lahan tertentu. Akan tetapi, kehutanan berbeda dari pertanian paling tidak dalam

hal tiga hal berikut :

1. Periode daur yang panjang, sehingga untuk dapat bersifat ekonomis, biaya

pengembangan harus diusahakan agar tetap rendah

2. Meliputi areal yang luas, sehingga tehnik-tehnik pengelolaan lahan yang

mahal tidak digunakan

3. Produktifitas yang rendah sehingga kehutanan umumnya dialokasikan pada

tanah-tanah marginal (Lenussa, 2017).

2.2Karakteristik Lahan dalam hubungannya dengan Kesesuaian Lahan

Sifat fisik tanah sangat menunjang terciptanya sifat kimia dan biologi tanah yang

dapat dengan mudah diperbaiki karena hanya berhubungan dengan ketersediaan

unsur baik organik maupun anorganik dalam tanah serta aktivitas organisme tanah

seperti pemberian bahan organik, pupuk dan sebagainya. Selain itu sifat fisik
tanah adalah sifat tanah yang dilihat dari tektur, struktur, konsistensi tanah, warna

tanah, temperatur tanah, tata air (drainase) dan tata udara (aerase)( Butarbutar dkk,

2018)

Sifat morfologi tanah adalah yang dapat diamati dan dipelajari di lapangan.

Sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah mempengaruhi pertumbuhan dan

produksi tanaman, perkembangan akar, pergerakan air dan unsur-unsur hara

ditentukan oleh sifat fisik tanah seperti tekstur, struktur, porositas dan konsistensi

selain itu sifat morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang diamati dan dipelajari

di lapangan. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dan

sebagian kecil sifat kimia dan biologis. Hal yang perlu diperhatikan adalah:

struktur tanah, tekstur tanah, kemantapan agregat, porositas, ketersediaan air

tanah, drainase, erosi, warna tanah, kedalaman efektif, kelerengan, tanah hutan,

degradasi lahan (Jayanti, 2013).

2.3 KesesuaianLahan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup

pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi bahkan

keadan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan

berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam pengertian yang lebih luas

termasuk yang sudah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia baik yang

dimasa lalu ataupun dimasa sekarang (H. Sastrohartono, 2011).

Berdasarkan kedalaman analisis antara data biofisika lahan dan sosial ekonomis

dapat dibedakan dua tipe klasifikasi kesesuaian lahan, yaitu kesesuaian lahan
kualitatif dan kesesuaian lahan kuantitatif. Klasifikasi lahan kualitatif adalah

kesesuaian lahan yang didasarkan atas data biofisika lahan dan dianalisis tanpa

mempertimbangkan masukanbiaya dan perkiraan produksi atau keuntungan yang

akan diperoleh dari tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan.

Sedangkan kesesuaian lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang didasarkan

atas analisis data biofisika lahan dan sosial ekonomi dengan mempertimbangkan

masukan biaya dan keuntungan yang mungkin dapat diperoleh (FAO, 1976).

2.4 Konsep evaluasi kesesuaian lahan

Evaluasi lahan merupakan salah satu pekerjaan dalam perencanaan dan

pengembangan wilayah. Dalam perencanaan tataguna tanah, proses penilaian

potensi suatu bentuk peta, sebagai dasar untuk perencanaan tataguna tanah,

sehingga tanah dapat digunakan secara optimal (Hardjowigeno,S. 1999).Evaluasi

sumber daya lahan berfungsi untuk memberikan pengertian tentang

hubunganhubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan

kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang

dapat diharapkan berhasil (Sitorus,S. 1995).

Evaluasi kesesuaian lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk

tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah

teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan

penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah tingkat

kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut

dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan

perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian


lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan

tersebut diberikan masukan masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala.

Data Biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan

dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial

menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan

usahausaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan

terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang

memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila

komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai (Idris, 2015)

Evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menilai dan

menginterpretasikan data-data dasar dan sumber lahan, tidak hannya tanah tetapi

juga bentuk lahan, penggunaan lahan, agroklimat dan aspek-aspek lain untuk

kemudian dibandingkan dengan alternatif dengan persyaratan dari alternatif

penggunaan lahan tertentu dari berbagai penggunaan lahan dengan berbagai

pengukuran kuantitatif (Fauzi, 2018).

Evaluasilahanpadasuatudaerahbergunadalamrangkapenataankembalipenggunaanla

han yang telahada,

sertamembantudalampengambilankeputusanperencanaanpenggunaanlahan,

dalammengatasikompetisi/persainganantaraberbagaikemungkinanpenggunaanlaha

n, sehinggalahandapat di gunakansecaralebihefisien( Sitompuldkk, 2018).

Hasilpenilaianberupakelasdansubkelaskesesuaianlahandaritanaman yang

dinilaiditentukanolehfactorpembatasterberat.
Faktorpembatastersebutdapatterdiridarisatuataulebihtergantungdarikarakteristiklah

annya (Hartati dkk,2018).

Evaluasi lahan untuk kehutanan adalah pendekatan sistematik pada proses

mencocokkan (fitting) kehutanan kedalam perencanaan penggunaan lahan suatu

negara atau wilayah tertentu. Kehutanan merupakan alternatif penggunaan yang

akan berkompetisi langsung dengan jenis penggunaan utama lainya pada tipe

lahan tertentu. Akan tetapi, kehutanan berbeda dari pertanian paling tidak dalam

hal tiga hal berikut :

4. Periode daur yang panjang, sehingga untuk dapat bersifat ekonomis, biaya

pengembangan harus diusahakan agar tetap rendah

5. Meliputi areal yang luas, sehingga tehnik-tehnik pengelolaan lahan yang

mahal tidak digunakan

6. Produktifitas yang rendah sehingga kehutanan umumnya dialokasikan pada

tanah-tanah marginal (Lenussa, 2017).

2.5 PemanfaatanKesesuaianLahanKehutanan

Indonesia dikenal memiliki hutan tropis yang cukup luas dengan keanekaragaman

hayati yang sangat tinggi dan bahkan tertinggi kedua di dunia setelah Brazillia.

Berdasarkan data Kementerian Kehutanan RI tahun 2014 bahwa luas hutan

Indonesia adalah 124.002.848,67 ha. Seiring dengan berjalannya waktu dan

tingkat kebutuhan akan kayu semakin meningkat, mendorong masyarakat baik

secara individu maupun kelompok melakukan eksploitasi hasil hutan dengan tidak

memperhatikan kelestariannya. Tekanan untuk memenuhi kebutuhan lahan untuk

pertanian, industri dan perumahan menyebabkan terjadinya konversi hutan


menjadi lahan perumahan, kawasan industri dan pertanian. Di lain pihak masih

banyak lahan kering yang tidak produktif belum dapat dimanfaatkan untuk

pertanian. Salah satu usaha untuk mengembangkan pemanfaatan lahan kering

ataupun lahan kritis yang tidak produktif adalah dengan menanam tanaman

berkayu (hutan rakyat) yang mempunyai nilai komersial. Selain manfaat tersebut,

pengembangan hutan rakyat juga dapatmenjadi salah satu alternatif untuk

meningkatkan taraf kehidupan sosial ekonomi masyarakat di perdesaan.

Pengelolaan dan pemanfaatan lahan marginal di Indonesia seharusnya melihat

aspek kesesuaian lahan terhadap komoditi yang akan dikembangkan sehingga

pembangunan kehutanan di Indonesia dapat diwujudkan secara optimal.

Permasalahan yang terjadi dalam pemanfaatan lahan diakibatkan oleh adanya

ketidak sesuaian suatu komoditi terhadap lahan dan lingkungan, sehingga hasilnya

tidak maksimal. Hal ini terkait dengan pengembangan tata ruang yang belum

memperhatikan aspek kelayakan dan potensi lahan yang ada (Wardahdan Imran,

2015).

2.6 KriteriaKesesuaianLahan

MenurutQomarudin, 2018diskripsimasing-masingkelassebagaiberikut :

Kelas S1 (sangatsesuai) :lahan-

lahandengantanpapembatasatauhanyamemilikipembatas yang sangatringan,

danpembatastersebuttidakberpengaruhterhadapproduktivitasataukeuntungan yang

diperoleh, sertatidakmemerlukan input diatas level rata-rata. Kelas S2 (sesuai)

:lahan-lahandenganbeberapapembatas yang mempengaruhiproduktivitas,


danpembatastersebutagakberatsehinggamempengaruhipengusahaansuatujenispeng

gunaanlahantertentusecaralestari; pembataspembatas yang

adadapatmenurunkanproduksiataukeuntungandanmeningkatnyakebutuhanakan

input untukperolehankeuntungandaripenggunaantertentu. Kelas S3

(sesuaimarjinal) :lahan-lahandenganbeberapapembatas yang

mempengaruhiproduktivitas,

danpembatastersebutcukupberatuntuktujuanpengusahaansuatujenispenggunaanlah

antertentusecaralestari; pembatas-pembatas yang adatelahsampaipadataraf yang

sangatberpengaruhterhadappenurunanproduksiataukeuntungan, dandibutuhkannya

input untukperolehankeuntungandaripenggunaantertentu. Kelas N (tidaksesuai ) :

lahan-lahandenganpembatas yang cukupberatdanbelumbiasdiatasipada masa

sekarangmaupun yang

akandatang;pembatastersebutcukupberatsehinggamempengaruhipengusahaansuatu

jenispenggunaanlahantertentusecaralestari.
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalahkomputer, dan perangkat lunak

MS Office, serta tabel kriteria kesesuaian lahan, sedangkan bahan-bahan yang

digunakan meliputi kertas, tinta dan ATK lainnya.

3.2 Cara Kerja

Cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.

a. Penetapan Kesesuaian Lahan Aktual

1. Membuat blanko isian dengan pola.

2. Mengisi kolom kriteria kesesuain lahan.

3. Melakukan check list pada setiap SLH dengan cara memberikan Simbol S1,

atau S2, atau S3, atau N1, atau N2 sesuai dengan harkat kualitas/karakteristik

lahan yang dimiliki oleh masing-masing SLH.

4. Memberi Simbol simbol S2, S3, N1, N2tersebut dan memberikan t, w, r, f, x,

n, p, s, e, atau pun b sebagai indeks untuk menyatakan subkelas kesesuaian

lahan akibat dari adalahnya jenis-jenis faktor pengahambat terberat bagi

pengembangan komoditas ini.


5. Menentukan nilai akhir Kesesuaian Lahan Aktual (KLA) pada masing-

masing SLH dengan cara “menjumlah” ke bawah. Kelas terberat

merupakan skor terakhirnya.

b. Penetapan Kesesuaian Lahan Potensial

1. Menuliskan Skor terakhir yang diperoleh pada nilai akhir Kesesuaian Lahan

Aktual (KLA).

2. Menetapkan input teknologi yang secara kualitatif (tanpa menggunakan

analisis kelayakan finansial) dapat dikatagorikan dalam 2 jenis managemen,

apakah (i) level managemen petani ataukah (ii) level managemen

perusahaan besar.

3. Jika dapat ditemukan jenis input teknologi yang secara kualitatif tergolong

murah, maka kelasnya dapat dinaikkan mungkin misalnya dari N2n,s dapat

ditingkatkan menjadi S3n,s, S3n,s atau bahkan S1dengan cara pemupukan

untuk meningkatkan kesuburan tanah (faktor pembatas n) sekaligus dengan

penerapan teras bangku (untuk mengatasi kemiringan lereng s).

4. Memasukkan hasil skoring kesesuaian lahan potensial pada tabel dan

dilengkapi juga jenis input yang secara kualitatif (tanpa melakukan analisis

finansial) dapat dipandang murah.

5. Melakukan analisis finansial pada hasil skoring kesesuaian lahan potensial

untuk pelaksanaan investasi pembangunan Kelas Perusahaan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil yang diperoleh pada praktikum kesesuaian lahan di Kecamatan Betung

Krawo, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Tabel

berikut.

Tabel 1. Tabel Kondisi Lahan Aktual

a. Lamtoro (Leucaena leucocephalla)


Kelas Kesesuaian Lahan
Kualitas/Karakteristik Lahan
S1 S2 S3 N1 N2
Temperatur (t)
 Rata-rata tahunan (0C) 21 – 30 > 30 – 34 Td Td > 34
19 – 20 Td < 19
Ketersediaan air (w)
 Bulan Kering (< 75 mm) 3–4 >4–6 Td Td >6
 <3
 Curah hujan/tahun (mm) 750 - > 1000 – Td Td > 2000
1000 2000
 600 - < < 600
750
 LGP (hari)
Media perakaran (r)
 Drainase Tanah Baik, Agak Sangat Cepat Sgt cepat
agak terhambat, terhambat,
cepat, cepat terhambat
sedang
 Tekstur L, Kerikil, S, Liat masiv, Td Kerikil, pasir
SCL, LS, SL, Str C
SiL, Si, SiC, C
CL,
SC,
SiCL
 Kedalaman efektif (cm) > 100 75 – 100 Td 60 - < < 50
75
 Gambut
 Kematangan Saprik Hemik Hemik Fibrik

Fibrik
 Ketebalan (cm) < 100 100 – 150 > 150 – > 200
200
Retensi Hara (f)
 KTK tanah
 pH tanah 7.0 – > 8.0 – Td Td > 8.5
8.0 8.5
6.0 - < 7.0 5.0 - < 6.0 < 5.0
 C - organik (%) - - -
Kegaraman (c)
 Salinitas (mmhos/cm) <4 4–6 >6–8 >8
Toksisitas (x)
 Kejenuhan Al (%)
 Kedalaman sulfidik (cm) > 125 100 – 125 75 - < 100 50 – 75 < 50
Hara tersedia (n)
 Total N
 P2O5
 K2O
Kemudahan pengolahan (p) - - Sangat - Berkerikil,
keras, berbatu
sangat
teguh,
sangat
lekat
Terrain (s)
 Lereng (%) <8 8 – 15 > 15 – 30 > 30 – > 50
50
 Batuan permukaan (%) < 3 3 – 15 > 15 – 40 Td > 40
 Singkapan bantuan (%) < 2 2 – 10 > 10 – 25 > 25 – > 40
40
Tingkat bahaya erosi (e) SR R S B SB
Bahaya banjir (b) F0 F1 F2 F3 F4
Sumber: Djaenudin et al. 1994. Land Suitability for Agricultural and Silvicultural Plants, 2nd Land Resource Evaluation
And Planning Project, Centre For Soil And Agroclimate Research, Bogor.
Keterangan :
 Td : Tidak berlaku Si : Debu
 S : Pasir L : Lempung
 Str C : Liat berstruktur Liat masif : Liat dari tipe 2 : 1
(Vertisols)
Kedalaman tanah untuk tekstur penentuan tekstur, KTK, C – Organik, Al, N, P2O3, K20 disesuaikan dengan zone perakaran
tanaman yang dievaluasi. Kriteria C – organik, N, P2O3 dan K2O dan bahaya banjir pada Lampiran 3.

b. Rasamala (Altingia excelsa)


Kelas Kesesuaian Lahan
Kualitas/Karakteristik Lahan
S1 S2 S3 N1 N2
Temperatur (t)
 Rata-rata tahunan (0C) 19 – 21 > 21 – 23 Td Td > 23
18 – 17 < 17
Ketersediaan air (w)
 Bulan Kering (< 75 mm) 1–2 2- 3 Td Td >3
 <1
 Curah hujan/tahun (mm) 2000 – > 2500 – Td Td > 3000
2500 3000
 1500 - - < 1500 < 1500
< 2000
 LGP (hari)
Media perakaran (r)
 Drainase Tanah Baik Sedang, Agak Terhambat Sgt cepat,
agak terhambat, sgt
cepat cepat terhamba
t
 Tekstur L, SCL, SL, SC, LS, Si, C, Td Kerikil,
SiL, Si, Str C liat masif pasir
CL,
SicCL
 Kedalaman efektif (cm) > 150 100 – 75 - < 100 50 - < 75 < 50
150
 Gambut
 Kematangan Saprik Hemik Hemik – Fibrik
Fibrik
 Ketebalan (cm) < 100 100 – 150 > 150 – > 200
200
Retensi Hara (f)
 KTK tanah Td Td Td Td Td
 pH tanah 5.5 – 7.0 > 7.0 – > 7.5 – 8.0 > 8.0
7.5
5.0 - < 4.5 - < 5.0 < 4.5
5.5
 C - organik (%) - - -
Kegaraman (c)
 Salinitas (mmhos/cm) <4 4–6 6–8 >8
Toksisitas (x)
 Kejenuhan Al (%)
 Kedalaman sulfidik (cm) > 175 150 - < 125 - < 175 75 - < 125 < 75
175
Hara tersedia (n)
 Total N
 P2O5
 K2O
Kemudahan pengolahan (p)
Terrain (s)
 Lereng (%) < 85 8 – 15 > 15 – 30 > 30 – 50 > 50
 Batuan permukaan (%) < 3 3 – 15 > 15 – 40 Td > 40
 Singkapan bantuan (%) < 2 2 – 10 > 10 – 25 > 25 – 40 > 40
Tingkat bahaya erosi (e) SR R S B SB
Bahaya banjir (b) F0 F1 F2 F3 F4
Sumber: Djaenudin et al. 1994. Land Suitability for Agricultural and Silvicultural Plants, 2nd Land Resource Evaluation
And Planning Project, Centre For Soil And Agroclimate Research, Bogor.
Keterangan :
 Td : Tidak berlaku Si : Debu
 S : Pasir L : Lempung
 Str C : Liat berstruktur Liat masif : Liat dari tipe 2 : 1
(Vertisols)
Kedalaman tanah untuk tekstur penentuan tekstur, KTK, C – Organik, Al, N, P2O3, K20 disesuaikan dengan zone perakaran
tanaman yang dievaluasi. Kriteria C – organik, N, P2O3 dan K2O dan bahaya banjir pada Lampiran 3.

c. Penggembalaan
Kelas Kesesuaian Lahan
Kualitas/Karakteristik Lahan
S1 S2 S3 N1 N2
Temperatur (t)
 Rata-rata tahunan (0C) 20 – 30 > 30 – 35 > 35 – 40 Td > 40
18 - < 20 12 - < 18 < 12
Ketersediaan air (w)
 Bulan Kering (< 75 mm) <2 2–3 >3–6 Td >6

 Curah hujan/tahun (mm) 1500 – > 4000 – > 5000 – > 6000
4000 5000 6000
1000 - < 400 - < 1000 < 400
1500
 LGP (hari) > 330 300 – 330 180 – 330 < 180 < 180

Media perakaran (r)


 Drainase Tanah Agak Agak Sangat
terhambat, cepat, terhambat,
sedang, terhambat cepat
baik
 Tekstur SL, L, LS, Str C S, SiC, liat Kerikil
SCL, SiL, masif
Si, SC,
CL, SiCL
 Kedalaman efektif (cm) > 30 20 - < 30 15 - < 20 < 15
 Gambut
 Kematangan Td - - -
 Ketebalan (cm) Td - - -
Retensi Hara (f)
 KTK tanah >Sedang Rendah Sangat Td -
Rendah
 pH tanah 5.0 – 6.5 > 6.5 – 7.0 > 7.0 – 8.5 > 8.5
4.9 – 4.5 < 4.5
 C - organik (%) - - -
Kegaraman (c)
 Salinitas (mmhos/cm) <3 3–5 > 5 – 10 > 10
Toksisitas (x)
 Kejenuhan Al (%)
 Kedalaman sulfidik (cm) > 50 40 – 50 35 - < 40 - < 35
Hara tersedia (n)
 Total N > Rendah Sangat - -
rendah
 P2O5 >Tinggi Sedang Rendah – - -
Sangat rendah
 K2O > Rendah Sangat - -
rendah
Kemudahan pengolahan (p) - - Sangat keras, - Berkerikil,
sangat teguh, berbatu
sangat lekat
Terrain (s)
 Lereng (%) < 3 3–8 > 8 – 15 > 15 – 30 > 30
 Batuan permukaan (%) < 3 3 – 15 > 15 – 40 Td > 40
 Singkapan bantuan (%) < 2 2 – 10 > 10 – 25 > 25 – 40 > 40
Tingkat bahaya erosi (e) SR R S B SB
Bahaya banjir (b) F0 F1 F2 F3 F4
Sumber: Djaenudin et al. 1994. Land Suitability for Agricultural and Silvicultural Plants, 2nd Land Resource Evaluation
And Planning Project, Centre For Soil And Agroclimate Research, Bogor.
Keterangan :
 Td : Tidak berlaku Si : Debu
 S : Pasir L : Lempung
 Str C : Liat berstruktur Liat masiv : Liat dari tipe 2 : 1
(Vertisols)
Kedalaman tanah untuk tekstur penentuan tekstur, KTK, C – Organik, Al, N, P2O3, K20 disesuaikan dengan zone perakaran
tanaman yang dievaluasi. Kriteria C – organik, N, P2O3 dan K2O dan bahaya banjir pada Lampiran 3.

Tabel 2. Data Kualitas (Karakteristik) Lahan Kawasan APL Kecamatan Betung


Krawo, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumater Selatan

a. Lamtoro (Leucaena leucocephalla)


Satuan lahan Homogen (SLH)
Kualitas/Karakteristik Lahan
SLH 6 SLH7 SLH8 SLH9 SLH10
Temperatur (t)
 Rata-rata tahunan (0C) 30 S1 32 S2 34 S2 34 S2 36 N2

Ketersediaan air (w)


 Bulan Kering (< 75 mm) 4 S1 3 S1 3 S1 3 S1 4 S1
 Curah hujan/tahun (mm) 1200 S2 1600 S2 1400 S2 1200 S2 800 S1
 LGP (hari) 365 365 365 365 375
Media perakaran (r)
 Drainase Tanah Sgt terhambat, Terhambat Agak Cepat N1 Cepat N1
S3 S3 terhambat
S2
 Tekstur L, SCL, SiL, LS, SL, Td Td Kerikil,
Si, CL, SC, SiC, Str C, pasir N2
SiCL S1 liat masiv
S2
 Kedalaman efektif (cm) 125 S1 125 S1 130 S1 110 S1
 Kematangan Gambut Hemik S3 Saprik S2 Hemik S3 Hemik Fibrik N2
S3
 Ketebalan Gambut (cm) 120 S3 <110 S2 95 S2 75 S2 40 S2
Retensi Hara (f)
 KTK tanah
 pH tanah 3,6 N2 4,1 N2 4,4 N2 4,1 N2 4..5 N2

 C – organik (%) -
Kegaraman (c)
 Salinitas (mmhos/cm) 4 S2 3 S1 2 S1 2 S1 2 S1
Toksisitas (x)
 Kejenuhan Al (%)
 Kedalaman sulfidik (cm) > 125 S1 75 – 125 < 75 N1 35 N1 35 N1
S3
Hara tersedia (n)
 Total N
 P2O5
 K2O
Kemudahan pengolahan (p) - - -
Terrain (s)
 Lereng (%) 0,2 S1 0,5 S1 1,0 S1 2 S1 2 S1
 Batuan permukaan (%)
 Singkapan bantuan (%)
Tingkat bahaya erosi (e)
Bahaya banjir (b) F4 N2 F3 N1 F2 S3 F1 S2 F1 S2

b. Rasamala (Altingia excelsa)


Satuan lahan Homogen (SLH)
Kualitas/Karakteristik Lahan
SLH 6 SLH7 SLH8 SLH9 SLH10
Temperatur (t)
 Rata-rata tahunan (0C) 30 N2 32 N2 34 N2 34 N2 36 N2

Ketersediaan air (w)


 Bulan Kering (< 75 mm) 4 N2 3 N2 3 N2 3 N2 4 N2
 Curah hujan/tahun (mm) 1200 S3 1600 S2 1400 S3 1200 S3 800 S3
 LGP (hari) 365 365 365 365 375
Media perakaran (r)
 Drainase Tanah Sgt Terhambat Agak terhambat Cepat S3 Cepat S3
terhambat, N1 S3
N2
 Tekstur L, SCL, LS, SL, Td Td Kerikil,
SiL, Si, SiC, Str C, pasir N2
CL, SC, liat masiv
SiCL S1 S2
 Kedalaman efektif (cm) 125 S3 125 S3 130 S3 110 S3
 Kematangan Gambut Hemik S3 Saprik S2 Hemik S3 Hemik Fibrik N2
S3
 Ketebalan Gambut (cm) 120 S3 <110 S3 95 S2 75 S2 40 S2
Retensi Hara (f)
 KTK tanah
 pH tanah 3,6 N2 4,1 N2 4,4 N2 4,1 N2 4..5 S3

 C – organik (%) -
Kegaraman (c)
 Salinitas (mmhos/cm) 4 S2 3 S1 2 S1 2 S1 2 S1
Toksisitas (x)
 Kejenuhan Al (%)
 Kedalaman sulfidik (cm) > 125 S3 75 – 125 < 75 N2 35 N2 35 N2
N1
Hara tersedia (n)
 Total N
 P2O5
 K2O
Kemudahan pengolahan (p) - - -
Terrain (s)
 Lereng (%) 0,2 S1 0,5 S1 1,0 S1 2 S1 2 S1
 Batuan permukaan (%)
 Singkapan bantuan (%)
Tingkat bahaya erosi (e)
Bahaya banjir (b) F4 N2 F3 N1 F2 S3 F1 S2 F1 S2

c. Penggembalaan
Satuan lahan Homogen (SLH)
Kualitas/Karakteristik Lahan
SLH 6 SLH7 SLH8 SLH9 SLH10
Temperatur (t)
 Rata-rata tahunan (0C) 30 S1 32 S2 34 S2 34 S2 36 S3

Ketersediaan air (w)


 Bulan Kering (< 75 mm) 4 S3 3 S2 3 S2 3 S2 4 S3
 Curah hujan/tahun (mm) 1200 S2 1600 S1 1400 S2 1200 S2 800 S3
 LGP (hari) 365 365 365 365 375
Media perakaran (r)
 Drainase Tanah Sgt Terhambat Agak terhambat Cepat S3 Cepat S3
terhambat, S2 S1
S3
 Tekstur L, SCL, LS, SL, Td Td Kerikil,
SiL, Si, SiC, Str C, pasir N2
CL, SC, liat masiv
SiCL S1 S2
 Kedalaman efektif (cm) 125 S1 125 S1 130 S1 110 S1
 Kematangan Gambut Hemik Saprik Hemik Hemik Fibrik
 Ketebalan Gambut (cm) 120 <110 95 75 40
Retensi Hara (f)
 KTK tanah
 pH tanah 3,6 S3 4,1 S3 4,4 S3 4,1 S3 4..5 S2

 C – organik (%) -
Kegaraman (c)
 Salinitas (mmhos/cm) 4 S2 3 S2 2 S1 2 S1 2 S1
Toksisitas (x)
 Kejenuhan Al (%)
 Kedalaman sulfidik (cm) > 125 S1 75 – 125 < 75 S1 35 S3 35 S3
S1
Hara tersedia (n)
 Total N
 P2O5
 K2O
Kemudahan pengolahan (p) - - -
Terrain (s)
 Lereng (%) 0,2 S1 0,5 S1 1,0 S1 2 S1 2 S1
 Batuan permukaan (%)
 Singkapan bantuan (%)
Tingkat bahaya erosi (e)
Bahaya banjir (b) F4 N2 F3 N1 F2 S3 F1 S2 F1 S2

Tabel 3. Deskripsi Hasil Analisis Kesesuaian di Resor Betung Krawo (SLH6-


SLH10): Suatu Teladan.

a. Lamtoro (Leucaena leucocephalla)

SLH Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian Lahan Potensial

Skor Makna dan Faktor Pembatas Skor [a] Masukan Teknologi [b]
Terberat Pejelasan Faktor Pembatas yang
masih dihadapi.
1. N1r Tidak sesuai saat ini S3r a. Menambah dan memperbaiki
drainase
b. Sesuai Marginal akibat adanya
drainase
2. N1x Tidak sesuai saat ini S3x a. Meminimalisir pengolahan
tanah
b. Sesuai marginal karena sulfidik
tidak akan berada di permukaan
tanah.
3. N1b Tidak sesuai saat ini S3b a. Reboisasi dan perbaika drainase
b. Sesuai marginal karena dengan
tindakan tersebut dapat
meminimalisir terjadinya banjir

b. Rasamala (Altingia excelsa)

SLH Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian Lahan Potensial

Skor Makna dan Faktor Pembatas Skor [a] Masukan Teknologi [b]
Terberat Pejelasan Faktor Pembatas yang
masih dihadapi.

1. N1r Tidak sesuai saat ini S3r a. Menambah dan memperbaiki


drainase
b. Sesuai Marginal akibat adanya
drainase
2. N1x Tidak sesuai saat ini S3x c. Meminimalisir pengolahan
tanah
d. Sesuai marginal karena sulfidik
tidak akan berada di permukaan
tanah.
3. N1b Tidak sesuai saat ini S3b a. Reboisasi dan perbaika drainase
b. Sesuai marginal karena dengan
tindakan tersebut dapat
meminimalisir terjadinya banjir

c. Penggembalaan

SLH Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian Lahan Potensial

Skor Makna dan Faktor Pembatas Skor [a] Masukan Teknologi [b]
Terberat Pejelasan Faktor Pembatas yang
masih dihadapi.

1. N1b Tidak sesuai saat ini S3b a. Reboisasi dan perbaika


drainase
b. Sesuai marginal karena dengan
tindakan tersebut dapat
meminimalisir terjadinya banjir
Tabel 1. Data Kualitas (Karakteristik) Lahan Kawasan Hutan di Kecamatan Air
Naningan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung

a.Lamtoro

Satuan Lahan Homogen [SLH]


Kualitas/Karakteristik Lahan
SLH1 SLH2 SLH3 SLH4 SLH5
Temperatur [t]
 Rata-rata tahunan (0C) 19 (S2) 24 (S2) 27 (S2) 14 (N2) 13 (N2)

Ketersediaan air [w]


 Bulan Kering (< 75 mm) 1 (S2) 2 (S2) 3 (S1) 4 (S2) 5 (S2)

 Curah hujan/tahun (mm) 3000 (N2) 5500 (N2) 6000 (N2) 2500 (N2) 2000 (S2)

 LGP (Period (hari) 365 365 365 365 365


Tumbuh)
Media perakaran [r]
 Drainase Tanah Baik (S1) Sedang (S1) Agak Terhambat Sangat
terhambat (S3) terhambat
(S2) (S3)
 Kelas Tekstur SCL (S1) SL (S2) SC (S1) L (S1) SiCL (S1)
 Kedalaman efektif (cm) 150 (S1) 125 (S1) 75 (S2) 65 (N1) < 30 (N2)
 Gambut - - - - -
 Kematangan - - - - -
 Ketebalan (cm) - - - - -
Retensi Hara [f]
 KTK tanah Sedang Sangat Tinggi Sangat Rendah
Rendah Rendah
 pH tanah 3.5 (N2) 4.2 (N2) 5.0 (S3) 4.4 (N2) 4.5 (N2)

 C – organik (%) 1,2 1,8 0,4 0,8 1,1


Kegaraman [c]
 Salinitas (mmhos/cm) 1,2 (S1) 1,32 (S1) 1.8 (S1) 1 (S1) 1 (S1)
Toksisitas [x]
 Kejenuhan Al (%) 10% 15% 5% 40% 60%
 Kedalaman sulfidik (cm) 50 (N2) 75 (S3) 125 (S2) 85 (N3) 30 (N2)
Hara tersedia [n]
 Total N Sedang Rendah Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Rendah
 P2O5 Sangat Tinggi Rendah Rendah Sangat
Tinggi Rendah
 K2O Sangat Rendah Sangat Sedang Tinggi
Tinggi Rendah
Kemudahan pengolahan [p] - - - - -
Terrain [s]
 Lereng (%) 3 (S1) 8 (S2) 15 (S2) 20 (S3) 30 (S3)
 Batuan permukaan (%) 1 (S1) 3 (S2) 40 (S3) 20 (S3) 10 (S2)
 Singkapan bantuan (%) 0 (S1) 5 (S2) 10 (S2) 12 (S3) 5 (S2)
Tingkat bahaya erosi (e) [e] Sangat Sangat Sedang (S3) Berat (N1) Sangat Berat
Ringan (S1) Ringans1) (N2)
Bahaya banjir (b) F0 (S1) F0 (S1) F0 (S1) F0 (S1) F0 (S1)
[b]
Keterangan :

 Td : Tidak berlaku Si : Debu


 S : Pasir L : Lempung
 Str C : Liat berstruktur Liat masiv : Liat dari tipe 2 : 1
(Vertisols)
Kedalaman tanah untuk tekstur penentuan tekstur, KTK, C – Organik, Al, N, P2O3, K20 disesuaikan dengan zone perakaran
tanaman yang dievaluasi. Kriteria C – organik, N, P2O3 dan K2O dan bahaya banjir.

c
Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian Lahan Potensial

Skor Makna dan Faktor Pembatas Skor [a] Masukan Teknologi [b] Pejelasan
Terberat Faktor Pembatas yang masih dihadapi.

1. N1r Tidak sesuai saat ini karena S3r [a]. pemberian pupuk kompos
kedalaman yang rendah [B]. Sesuai marginal akibat pembetukan
tanah oleh kompos sehingga
kedalaman tanah meningkat
2. N1e Tidak sesuai saat ini karena S3r [A]. pembuatan cover croop
bahaya erosi tinggi [B]. Sesuai marginal karena kover cropp
akan manahan aliran permukaan
dan daya kinetik hujan.

Tabel 2. Data Kualitas (Karakteristik) Lahan Kawasan Hutan di Kecamatan Air


Naningan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung

b. Rasamala

Satuan Lahan Homogen [SLH]


Kualitas/Karakteristik Lahan
SLH1 SLH2 SLH3 SLH4 SLH5
Temperatur
[t]
 Rata-rata tahunan (0C) 19 (S1) 24 (N2) 27 (N2) 14 (N2) 13 (N2)

Ketersediaan air
[w]
 Bulan Kering (< 75 mm) 1 2 (S1) 3 (S2) 4 (N2) 5 (N2)
(S1)

 Curah hujan/tahun (mm) 3000 (S2) 5500 (N2) 6000 (N2) 2500 (S1) 2000 (S1)

 LGP (Period (hari) 365 365 365 365 365


Tumbuh)
Media perakaran
[r]
 Drainase Tanah Baik (S1) Sedang (S2) Agak Terhambat Sangat
terhambat (N1) terhambat
(S3) (N2)
 Kelas Tekstur SCL (S1) SL (S2) SC (S2) L (S1) SiCL (S1)
 Kedalaman efektif (cm) 150 (S2) 125 (S2) 75 (S3) 65 (N1) < 30 (N2)
 Gambut - - - - -
 Kematangan - - - - -
 Ketebalan (cm) - - - - -
Retensi Hara
[f]
 KTK tanah Sedang Sangat Tinggi Sangat Rendah
Rendah Rendah
 pH tanah 3.5 (S1) 4.2 (S1) 5.0 (S2) 4.4 (S1) 4.5 (S3)
 C - organik (%) 1,2 1,8 0,4 0,8 1,1
Kegaraman
[c]
 Salinitas (mmhos/cm) 1,2 (S1) 1,32 (S1) 1.8 (S1) 1 (S1) 1 (S1)
Toksisitas
[x]
 Kejenuhan Al (%) 10% 15% 5% 40% 60%
 Kedalaman sulfidik (cm) 50 (N2) 75 (N1) 125 (S3) 85 (S3) 30 (S2)
Hara tersedia
[n]
 Total N Sedang Rendah Sangat Tinggi Sangat
Rendah Tinggi
 P2O5 Sangat Tinggi Tinggi Rendah Rendah Sangat
Rendah
 K2O Sangat Tinggi Rendah Sangat Sedang Tinggi
Rendah
Kemudahan pengolahan - - - - -
[p]
Terrain
[s]
 Lereng (%) 3 (S2) 8 (S2) 15 (S2) 20 (S3) 30 (S3)
 Batuan permukaan (%) 1 (S1) 3 (S2) 40 (S3) 20 (S3) 10 (S2)
 Singkapan bantuan (%) 0 (S1) 5 (S2) 10 (S2) 12 (S3) 5 (S2)
Tingkat bahaya erosi (e) Sangat Ringan Sangat Sedang (S3) Berat (N1) Sangat Berat
[e] (S1) Ringan (S1) (S2)
Bahaya banjir (b) F0 (S1) F0 (S1) F0 (S1) F0 (S1) F0 (S1)
[b]
Keterangan :

 Td : Tidak berlaku Si : Debu


 S : Pasir L : Lempung
 Str C : Liat berstruktur Liat masiv : Liat dari tipe 2 : 1
(Vertisols)

Kedalaman tanah untuk tekstur penentuan tekstur, KTK, C – Organik, Al, N, P2O3, K20 disesuaikan dengan zone perakaran
tanaman yang dievaluasi. Kriteria C – organik, N, P2O3 dan K2O dan bahaya banjir.

SLH Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian Lahan Potensial

Skor Makna dan Faktor Pembatas Skor [a] Masukan Teknologi [b] Pejelasan
Terberat Faktor Pembatas yang masih dihadapi.

1. N1r Tidak sesuai saat ini karena S3r [a]. pemberian pupuk kompos
kedalaman yang rendah [B]. Sesuai marginal akibat pembetukan
tanah oleh kompos sehingga
kedalaman tanah meningkat
2. N1x Tidak sesuai saat ini karena S3r [A]. tidak dilakukan pengolahan tanah
larutan suflidak terlalu dangkal [B]. Sesuai marginal karena larutan
tersebut tidak naik ke permukaan
tanah
3. N 1e Tidak sesuai saat ini karena S3r [A]. pembuatan cover croop
bahaya erosi tinggi [B]. Sesuai marginal karena kover cropp
akan manahan aliran permukaan dan
daya kinetik hujan.
Tabel 3. Data Kualitas (Karakteristik) Lahan Kawasan Hutan di Kecamatan Air
Naningan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung

c. Penggembalaan

Satuan Lahan Homogen [SLH]


Kualitas/Karakteristik Lahan
SLH1 SLH2 SLH3 SLH4 SLH5
Temperatur
[t]
 Rata-rata tahunan (0C) 19 (S2) 24 (S1) 27 (S1) 14 (S3) 13 (S3)

Ketersediaan air
[w]
 Bulan Kering (< 75 mm) 1 2 (S2) 3 (S2) 4 (S3) 5 (S3)
(S1)

 Curah hujan/tahun (mm) 3000 (S1) 5500 (S3) 6000 (S3) 2500 (S1) 2000 (S1)

 LGP (Period (hari) 365 (S1) 365 (S1) 365 (S1) 365 (S1) 365 (S1)
Tumbuh)
Media perakaran
[r]
 Drainase Tanah Baik (S1) Sedang (S1) Agak Terhambat Sangat
terhambat (S2) terhambat
(S2) (S3)
 Kelas Tekstur SCL (S1) SL (S1) SC (S1) L (S1) SiCL (S1)
 Kedalaman efektif (cm) 150 (S1) 125 (S1) 75 (S1) 65 (S1) < 30 (S2)
 Gambut - - - - -
 Kematangan - - - - -
 Ketebalan (cm) - - - - -
Retensi Hara
[f]
 KTK tanah Sedang (S1) Sangat Tinggi Sangat Rendah (S2)
Rendah (S3) Rendah
(S3)
 pH tanah 3.5 (S3) 4.2 (S3) 5.0 (S1) 4.4 (S3) 4.5 (S2)

 C – organik (%) 1,2 1,8 0,4 0,8 1,1


Kegaraman
[c]
 Salinitas (mmhos/cm) 1,2 (S1) 1,32 (S1) 1.8 (S1) 1 (S1) 1 (S1)
Toksisitas
[x]
 Kejenuhan Al (%) 10% 15% 5% 40% 60%
 Kedalaman sulfidik (cm) 50 (S2) 75 (S1) 125 (S1) 85 (S1) 30 (N2)
Hara tersedia
[n]
 Total N Sedang Rendah (S1) Sangat Tinggi Sangat
Rendah (S2) Tinggi
 P2O5 Sangat Tinggi Tinggi (S1) Rendah (S3) Rendah Sangat
(S3) Rendah (S3)
 K2O Sangat Tinggi Rendah (S1) Sangat Sedang Tinggi
Rendah (S2)
Kemudahan pengolahan - - - - -
[p]
Terrain
[s]
 Lereng (%) 3 (S2) 8 (S2) 15 (S3) 20 (N1) 30 (S1)
 Batuan permukaan (%) 1 (S1) 3 (S2) 40 (S3) 20 (S3) 10 (S2)
 Singkapan bantuan (%) 0 (S1) 5 (S2) 10 (S2) 12 (S3) 5 (S2)
Tingkat bahaya erosi (e) Sangat Ringan Sangat Sedang (S3) Berat (N1) Sangat Berat
[e] (S1) Ringan (S1) (N2)
Bahaya banjir (b) F0 (S1) F0 (S1) F0 (S1) F0 (S1) F0 (S1)
[b]
Keterangan :

 Td : Tidak berlaku Si : Debu


 S : Pasir L : Lempung
 Str C : Liat berstruktur Liat masiv : Liat dari tipe 2 : 1
(Vertisols)

Kedalaman tanah untuk tekstur penentuan tekstur, KTK, C – Organik, Al, N, P2O3, K20 disesuaikan dengan zone perakaran
tanaman yang dievaluasi. Kriteria C – organik, N, P2O3 dan K2O dan bahaya banjir.

SLH Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian Lahan Potensial

Skor Makna dan Faktor Pembatas Skor [a] Masukan Teknologi [b] Pejelasan
Terberat Faktor Pembatas yang masih dihadapi.

1. N1s Tidak sesuai saat ini karena S3r [a]. penanaman pohon
kelerenganya tinggi [B]. Sesuai marginal agar tidak terjadi
longsor
2. N1e Tidak sesuai saat ini karena S3r [A]. pembuatan cover croop
bahaya erosi tinggi [B]. Sesuai marginal karena kover cropp
akan manahan aliran permukaan
dan daya kinetik hujan.

4.2 Pembahasan

Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara matching (mecocokkan)

antara persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik/kualitas lahan yang ada.

Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan adalah system klasifikasi

kesesuaian lahan yang disusun oleh Puslittanak (1993). Secara hirarki klasifikasi

kesesuaian lahan ini dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan, yaitu order, kelas,

subkelas, dan unit. Order adalah keadaan kesesuaian lahan secara umum, yang

terdiri dari ordo sesuai (S) dan ordo tidak sesuai (N). Kelas adalah kesesuaian

lahan yang dibedakan pada tingkat ordo. Dalam tingkat kelas, lahan yang

tergolong ordo sesuai dibedakan menjadi kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai
(S2) dan sesuai marginal (S3), Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak

dibedakan menjadi tidak sesuai saat ini tapi masih ada kemungkinan untuk

dinaikkan kelasnya (N1), dan tidak sesuai selamanya (N2). Subkelas adalah

kedaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan yang dibedakan berdasarkan

kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas. Unit adalah

keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat

tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya.

Kesesuaian lahan aktual (kesesuaian lahan berdasarkan data yang

diperoleh)sebagian besar tergolong tidak sesuai (N), dan sesuai marginal (S3).

Kualitas/karakteristik lahan yang bersifat sebagai faktor penghambat utama antara

lain: ketersediaan air (curah hujan dan bulan kering), temperatur, media perakaran

(tekstur tanah dan bahan kasar), retensi hara, kegaraman, toksisitas, hara tersedia,

kemudahan pengolahan, terrain serta tingkat bahaya erosi dan banjir.

Tabel 2 menunjukan karakteristik lahan untuk komoditi Lamtoro. Temperatur

untuk di lahan 6 sangat sesuai (S1) yaitu menunjukkan angka 300C per tahun nya.

Sedangkan pada lahan yang lain (7,8,9,10) cukup sesuai (S2). Ketersediaan air

pada bulan kering sangat sesuai (S1) dan untuk curah hujan cukup sesuai di

masing-masing lahan sehingga sangat cocok untuk komoditi ini.

pH tanah yang ada di peroleh sangat asam 3,6 – 4,5 sehingga bahan organik tidak

terdapat dilahan ini. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian tetapi tidak selamanya

sehingga perlu pengolahan tanah serta menambahkan kompos untuk memperkaya


unsur hara. Sedangkan kadar garam (salinitas) di lahan 7-10 sangat sesuai (S1)

untuk pertumbuhan komoditas ini. Tidak terdapat tingkat bahaya erosi tetapi

banjir dapat terjadi di lahan 6 dan 7 tetapi itu hanya bersifat sementara dan tidak

selamanya.

Komoditas Rasamala memiliki kriteria ketidaksesuaian lahan berupa media

perakaran, toksisitas dan bahaya banjir. Kriteria tersebut memiliki kelas N1 yang

artinya tidak sesuai untuk saat ini, sehingga perlu dilakukan tindakan agar lahan

dapat digunakan secara optimal. Agar faktor tersebut dapat berubah menjadi S3

(sesuai marginal).

Lahan penggembalaan sudah cukup sesuai, hanya ada salah satu faktor yang tidak

sesuai yaitu bahaya banjir. Banjir dapat terjadi sehingga perlu melakukan

reboisasi.

Berdasarkan atas asumsi jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan

terhadap kualitas/karakteristik lahan yang bersifat sebagai faktor penghambat,

kelas kesesuaian lahan potensial untuk :

a). Lamtoro, berkisar tidak sesuai saat ini (N1), sehingga perlu menambahkan dan

memperbaiki drainase serta melakukan reboisasi

b). Rasamala, berkisar tidak sesuai saat ini (N1), sehingga harus menambah dan

memperbaiki drainase serta melakukan reboisasi

c). Penggembalaan, berkisar tidak sesuai saat ini (N1), sehingga perlu dilakukan

perbaikan drainase dan melakukan reboisasi.


Kelas kesesuaian lahan dibedakan atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan

potensial. Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini (current sutability)

adalah kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang ada, belum

mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan dan tinggkat pengelolaan yang dapat

dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada pada satuan

peta. Sebagaimana diketahui bahwa faktor pembatas yang kemungkinan yang terdapat

pada peta yang dievaluasi, ada yang sifatnya permanen dan tidak memungkinkan atau

ekonomis untuk diperbaiki. Dilain pihak ada faktor pembatas yang dapat diatasi atau

diperbaiki dan secara ekonomis masih menguntungkan dengan memasukkan teknologi

yang tepat. Sedangkan, kesesuaian lahan potensial menyatakan keadaan kesesuaian lahn

yang akan dicapai setelah melakukan usaha-usaha perbaikan.

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa pada lahan 1, 2, dan 3 memiliki

temperatur yang cukup sesuai dengan pertumbuhan tanaman Lamtoro, sedangkan

untuk lahan 4 dan 5 berada pada kondisi yang tidak sesuai untuk tanaman

Lamtoro, sehingga perlu adanya penggantian dengan jenis tanaman lainnya.

Berdasarkan karakteristik ketersediaan air pada bulan kering semua lahan berada

pada kondisi lahan yang sesuai, namun yang memiliki kondisi kesesuaian sangat

sesuai berada pada lahan 3, pada bulan atau musim penghujan hanya lahan 5 yang

cukup sesuai untuk tanaman Lamtoro dengan curah hujan sebesar 2.00 mm/tahun,

sedangkan pada lahan lainnya berada pada kondisi yang tidak sesuai.

Dari kriteria yang digunakan dalam kesesuaian lahan terdapat kelas sesuai dan

tidak sesuai. Kesesuaian lahan untuk lamtoro terdapat kriteria yang tidak sesuai

untuk saat ini yaitu media perakaran dan tingkat bahaya erosi. Ada beberapa
tindakan yang harus digunakan agar lahan tersebut dapat digunakan sebagaimana

mestinya. Berdasarkan kesesuaian lahan aktual kriteria tersebut tidak sesuai

karena kedalaman yang rendah dan bahaya erosi yang tinggi. Agar lahan tersebut

dapat digunakan secara potensial digunakan teknologi atau tindakan berupa

pemberian pupuk kompos dan pemberian covercrop. Tindakan ini termasuk

kedalam kelas sesuai marjinal yang diharapkan dapat meningkatkan kedalaman

tanah dan menahan aliran permukaan dan daya kinetik hujan.

Kesesuaian selanjutntya untuk pohon rasamala terdapat beberapa kriteria yang

tidak sesuai yaitu media perakaran, tingkat bahaya erosi dan kedalaman sulfidik.

Ketidaksesuaian tersebut hanya bersifat saat ini yang artinya dapat diberikan

tindakan untuk menjadi lahan yang lebih efektif. Oleh karena itu diperlukan

tindakan berupa pemberian tanah kompos sehingga kedalaman tanah meningkat,

tidak pengolahan tanah agar senyawa beracun tidak berada dipermukaan. Cara

lainnya yaitu dengan covercrop yang bisa menahan aliran permukaan dan daya

kinetik hujan.

Kesesuaian lahan untuk penggembalaan terdapat kriteria yang tidak sesuai yaitu

bahaya erosi dan terrain. Dalam hal ini terrain diberi kode S dan memiliki kelas

N1, yang artinya tidak sesuai untuk saat ini. Sehingga kesesuaian lahan potensial

dapat diperoleh dengan penanaman pohon agar memiliki kelas S3 yaitu sesuai

marjinal. Bahaya erosi memiliki kode E dan memiliki luas N1, sehingga perlu

pembuatan covercrop.
V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari laporan ini yaitu


1. Berdasarkan data yang diperoleh lahan untuk jenis Lamtoro, Rasamala, dan
Penggembalaan di Air Naningan dan Krowo terbagi kedalam dua kelas, yaitu
pada kelas sesuai (S1, S2, S3) dan tidak sesuai (N1, N2).
2. Lahan dikatakan potensial dengan adanya tindakan teknologi untuk
meningkatkan kelas kesesuaian lahan.
DAFTAR PUSTAKA

Butarbutar, T., Hakim, I., Sakuntaladewi, N., Dwiprabowo, H., Rumboko, L., dan
Irawanti, S. 2018. Analisis kesesuaian lahan sembilan jenis tanaman untuk
agroforestri di nambo, jawa barat. J. Penelitian Hutan Tanaman. Vol. 15
(1): 1-66.

Idris, T.H. 2015. Evaluasi kesesuaian lahan di gunung tugel untuk pengembangan
hutan pendidikan (studi di gunung tugel, kecamatan tongas, kabupaten
probolinggo). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Jayanti, D. S., Goenadi, S., dan Hadi, P. 2013. Evaluasi kesesuaian lahan dan
optimasi penggunaan lahan untuk pengembangan tanaman kakao
(theobroma cacao l.) (studi kasus di kecamatan batee dan kecamatan padang
tiji kabupaten pidie propinsi aceh). J.Agritech. Vol. 33 (2): 208-218.

Lenussa, M., Gaspersz, E.J., dan Soplanit, R. 2017. Evaluasi kesesuaian lahan
untuk tanaman hortikultura di lahan sekolah tinggi theologia maluku dusun
kate-kate desa hunuth kecamatan teluk ambon. J. Budidaya Pertanian. Vol.
13 (1): 49-52.

Rangga, A.F., Bintoro, A.,Darmawan, A., dan Duryat. 2018. Analisis kesesuaian
lahan budidaya kemiri sunan (aleurites trisperma) di kabupaten lampung
selatan provinsi lampung. J. Hutan Tropis. Vol. 6 (2): 98-107.

Anda mungkin juga menyukai