Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
I. PENDAHULUAN
Lahan merupakan nilai kualitatif dan karena itu tidak terukur secara langsung,
akan tetapi ditetapkan secara ditaksir atau ditafsir. Oleh karena harkat lahan selalu
berkenaan dengan suatu penggunaan tertentu maka suatu lahan yang berharkat
baik untuk, misalnya, pertanian tidak dengan sendirinya berharkat baik pula untuk
sebaliknya.
Ada dua macam harkat lahan, yaitu kemampuan (capability) dan kesesuaian atau
keserasian (suitability). Dua macam pengharkatan itu berbeda dalam hal maksud
untuk memperoleh nasabah lebih baik antara manfaat dan masukan yang
Penilaian kesesuaian dapat dibuat secara mutlak atau nisbi. Dapat pula dibuat
mengubah ciri-ciri lahan secara sangat murad (very significant) dan cukup tetap
(Brinkman & Smyth, 1973; FAO, 1977). Pembenahan semacam ini akan
melibatkan wilayah luas dan penanaman modal besar, yang tidak mungkin
Peningkatan kesesuaian lahan dengan jalan ini hanya dapat diselesaikan secara
nasional.
1.2 Tujuan
besar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Evaluasi kesesuaian lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk
tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah
dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan
lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan
Data Biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan
usahausaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan
terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang
menginterpretasikan data-data dasar dan sumber lahan, tidak hannya tanah tetapi
juga bentuk lahan, penggunaan lahan, agroklimat dan aspek-aspek lain untuk
akan berkompetisi langsung dengan jenis penggunaan utama lainya pada tipe
lahan tertentu. Akan tetapi, kehutanan berbeda dari pertanian paling tidak dalam
1. Periode daur yang panjang, sehingga untuk dapat bersifat ekonomis, biaya
Sifat fisik tanah sangat menunjang terciptanya sifat kimia dan biologi tanah yang
unsur baik organik maupun anorganik dalam tanah serta aktivitas organisme tanah
seperti pemberian bahan organik, pupuk dan sebagainya. Selain itu sifat fisik
tanah adalah sifat tanah yang dilihat dari tektur, struktur, konsistensi tanah, warna
tanah, temperatur tanah, tata air (drainase) dan tata udara (aerase)( Butarbutar dkk,
2018)
Sifat morfologi tanah adalah yang dapat diamati dan dipelajari di lapangan.
ditentukan oleh sifat fisik tanah seperti tekstur, struktur, porositas dan konsistensi
selain itu sifat morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang diamati dan dipelajari
di lapangan. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dan
sebagian kecil sifat kimia dan biologis. Hal yang perlu diperhatikan adalah:
tanah, drainase, erosi, warna tanah, kedalaman efektif, kelerengan, tanah hutan,
2.3 KesesuaianLahan
keadan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan
berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam pengertian yang lebih luas
termasuk yang sudah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia baik yang
Berdasarkan kedalaman analisis antara data biofisika lahan dan sosial ekonomis
dapat dibedakan dua tipe klasifikasi kesesuaian lahan, yaitu kesesuaian lahan
kualitatif dan kesesuaian lahan kuantitatif. Klasifikasi lahan kualitatif adalah
kesesuaian lahan yang didasarkan atas data biofisika lahan dan dianalisis tanpa
atas analisis data biofisika lahan dan sosial ekonomi dengan mempertimbangkan
masukan biaya dan keuntungan yang mungkin dapat diperoleh (FAO, 1976).
potensi suatu bentuk peta, sebagai dasar untuk perencanaan tataguna tanah,
Evaluasi kesesuaian lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk
tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah
dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan
Data Biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan
usahausaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan
terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang
Evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menilai dan
menginterpretasikan data-data dasar dan sumber lahan, tidak hannya tanah tetapi
juga bentuk lahan, penggunaan lahan, agroklimat dan aspek-aspek lain untuk
Evaluasilahanpadasuatudaerahbergunadalamrangkapenataankembalipenggunaanla
sertamembantudalampengambilankeputusanperencanaanpenggunaanlahan,
dalammengatasikompetisi/persainganantaraberbagaikemungkinanpenggunaanlaha
Hasilpenilaianberupakelasdansubkelaskesesuaianlahandaritanaman yang
dinilaiditentukanolehfactorpembatasterberat.
Faktorpembatastersebutdapatterdiridarisatuataulebihtergantungdarikarakteristiklah
akan berkompetisi langsung dengan jenis penggunaan utama lainya pada tipe
lahan tertentu. Akan tetapi, kehutanan berbeda dari pertanian paling tidak dalam
4. Periode daur yang panjang, sehingga untuk dapat bersifat ekonomis, biaya
2.5 PemanfaatanKesesuaianLahanKehutanan
Indonesia dikenal memiliki hutan tropis yang cukup luas dengan keanekaragaman
hayati yang sangat tinggi dan bahkan tertinggi kedua di dunia setelah Brazillia.
secara individu maupun kelompok melakukan eksploitasi hasil hutan dengan tidak
banyak lahan kering yang tidak produktif belum dapat dimanfaatkan untuk
ataupun lahan kritis yang tidak produktif adalah dengan menanam tanaman
berkayu (hutan rakyat) yang mempunyai nilai komersial. Selain manfaat tersebut,
ketidak sesuaian suatu komoditi terhadap lahan dan lingkungan, sehingga hasilnya
tidak maksimal. Hal ini terkait dengan pengembangan tata ruang yang belum
memperhatikan aspek kelayakan dan potensi lahan yang ada (Wardahdan Imran,
2015).
2.6 KriteriaKesesuaianLahan
MenurutQomarudin, 2018diskripsimasing-masingkelassebagaiberikut :
danpembatastersebuttidakberpengaruhterhadapproduktivitasataukeuntungan yang
adadapatmenurunkanproduksiataukeuntungandanmeningkatnyakebutuhanakan
mempengaruhiproduktivitas,
danpembatastersebutcukupberatuntuktujuanpengusahaansuatujenispenggunaanlah
sangatberpengaruhterhadappenurunanproduksiataukeuntungan, dandibutuhkannya
sekarangmaupun yang
akandatang;pembatastersebutcukupberatsehinggamempengaruhipengusahaansuatu
jenispenggunaanlahantertentusecaralestari.
III. METODE PRAKTIKUM
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalahkomputer, dan perangkat lunak
3. Melakukan check list pada setiap SLH dengan cara memberikan Simbol S1,
atau S2, atau S3, atau N1, atau N2 sesuai dengan harkat kualitas/karakteristik
1. Menuliskan Skor terakhir yang diperoleh pada nilai akhir Kesesuaian Lahan
Aktual (KLA).
perusahaan besar.
3. Jika dapat ditemukan jenis input teknologi yang secara kualitatif tergolong
murah, maka kelasnya dapat dinaikkan mungkin misalnya dari N2n,s dapat
dilengkapi juga jenis input yang secara kualitatif (tanpa melakukan analisis
4.1 Hasil
Krawo, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Tabel
berikut.
c. Penggembalaan
Kelas Kesesuaian Lahan
Kualitas/Karakteristik Lahan
S1 S2 S3 N1 N2
Temperatur (t)
Rata-rata tahunan (0C) 20 – 30 > 30 – 35 > 35 – 40 Td > 40
18 - < 20 12 - < 18 < 12
Ketersediaan air (w)
Bulan Kering (< 75 mm) <2 2–3 >3–6 Td >6
Curah hujan/tahun (mm) 1500 – > 4000 – > 5000 – > 6000
4000 5000 6000
1000 - < 400 - < 1000 < 400
1500
LGP (hari) > 330 300 – 330 180 – 330 < 180 < 180
C – organik (%) -
Kegaraman (c)
Salinitas (mmhos/cm) 4 S2 3 S1 2 S1 2 S1 2 S1
Toksisitas (x)
Kejenuhan Al (%)
Kedalaman sulfidik (cm) > 125 S1 75 – 125 < 75 N1 35 N1 35 N1
S3
Hara tersedia (n)
Total N
P2O5
K2O
Kemudahan pengolahan (p) - - -
Terrain (s)
Lereng (%) 0,2 S1 0,5 S1 1,0 S1 2 S1 2 S1
Batuan permukaan (%)
Singkapan bantuan (%)
Tingkat bahaya erosi (e)
Bahaya banjir (b) F4 N2 F3 N1 F2 S3 F1 S2 F1 S2
C – organik (%) -
Kegaraman (c)
Salinitas (mmhos/cm) 4 S2 3 S1 2 S1 2 S1 2 S1
Toksisitas (x)
Kejenuhan Al (%)
Kedalaman sulfidik (cm) > 125 S3 75 – 125 < 75 N2 35 N2 35 N2
N1
Hara tersedia (n)
Total N
P2O5
K2O
Kemudahan pengolahan (p) - - -
Terrain (s)
Lereng (%) 0,2 S1 0,5 S1 1,0 S1 2 S1 2 S1
Batuan permukaan (%)
Singkapan bantuan (%)
Tingkat bahaya erosi (e)
Bahaya banjir (b) F4 N2 F3 N1 F2 S3 F1 S2 F1 S2
c. Penggembalaan
Satuan lahan Homogen (SLH)
Kualitas/Karakteristik Lahan
SLH 6 SLH7 SLH8 SLH9 SLH10
Temperatur (t)
Rata-rata tahunan (0C) 30 S1 32 S2 34 S2 34 S2 36 S3
C – organik (%) -
Kegaraman (c)
Salinitas (mmhos/cm) 4 S2 3 S2 2 S1 2 S1 2 S1
Toksisitas (x)
Kejenuhan Al (%)
Kedalaman sulfidik (cm) > 125 S1 75 – 125 < 75 S1 35 S3 35 S3
S1
Hara tersedia (n)
Total N
P2O5
K2O
Kemudahan pengolahan (p) - - -
Terrain (s)
Lereng (%) 0,2 S1 0,5 S1 1,0 S1 2 S1 2 S1
Batuan permukaan (%)
Singkapan bantuan (%)
Tingkat bahaya erosi (e)
Bahaya banjir (b) F4 N2 F3 N1 F2 S3 F1 S2 F1 S2
Skor Makna dan Faktor Pembatas Skor [a] Masukan Teknologi [b]
Terberat Pejelasan Faktor Pembatas yang
masih dihadapi.
1. N1r Tidak sesuai saat ini S3r a. Menambah dan memperbaiki
drainase
b. Sesuai Marginal akibat adanya
drainase
2. N1x Tidak sesuai saat ini S3x a. Meminimalisir pengolahan
tanah
b. Sesuai marginal karena sulfidik
tidak akan berada di permukaan
tanah.
3. N1b Tidak sesuai saat ini S3b a. Reboisasi dan perbaika drainase
b. Sesuai marginal karena dengan
tindakan tersebut dapat
meminimalisir terjadinya banjir
Skor Makna dan Faktor Pembatas Skor [a] Masukan Teknologi [b]
Terberat Pejelasan Faktor Pembatas yang
masih dihadapi.
c. Penggembalaan
Skor Makna dan Faktor Pembatas Skor [a] Masukan Teknologi [b]
Terberat Pejelasan Faktor Pembatas yang
masih dihadapi.
a.Lamtoro
Curah hujan/tahun (mm) 3000 (N2) 5500 (N2) 6000 (N2) 2500 (N2) 2000 (S2)
c
Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian Lahan Potensial
Skor Makna dan Faktor Pembatas Skor [a] Masukan Teknologi [b] Pejelasan
Terberat Faktor Pembatas yang masih dihadapi.
1. N1r Tidak sesuai saat ini karena S3r [a]. pemberian pupuk kompos
kedalaman yang rendah [B]. Sesuai marginal akibat pembetukan
tanah oleh kompos sehingga
kedalaman tanah meningkat
2. N1e Tidak sesuai saat ini karena S3r [A]. pembuatan cover croop
bahaya erosi tinggi [B]. Sesuai marginal karena kover cropp
akan manahan aliran permukaan
dan daya kinetik hujan.
b. Rasamala
Ketersediaan air
[w]
Bulan Kering (< 75 mm) 1 2 (S1) 3 (S2) 4 (N2) 5 (N2)
(S1)
Curah hujan/tahun (mm) 3000 (S2) 5500 (N2) 6000 (N2) 2500 (S1) 2000 (S1)
Kedalaman tanah untuk tekstur penentuan tekstur, KTK, C – Organik, Al, N, P2O3, K20 disesuaikan dengan zone perakaran
tanaman yang dievaluasi. Kriteria C – organik, N, P2O3 dan K2O dan bahaya banjir.
Skor Makna dan Faktor Pembatas Skor [a] Masukan Teknologi [b] Pejelasan
Terberat Faktor Pembatas yang masih dihadapi.
1. N1r Tidak sesuai saat ini karena S3r [a]. pemberian pupuk kompos
kedalaman yang rendah [B]. Sesuai marginal akibat pembetukan
tanah oleh kompos sehingga
kedalaman tanah meningkat
2. N1x Tidak sesuai saat ini karena S3r [A]. tidak dilakukan pengolahan tanah
larutan suflidak terlalu dangkal [B]. Sesuai marginal karena larutan
tersebut tidak naik ke permukaan
tanah
3. N 1e Tidak sesuai saat ini karena S3r [A]. pembuatan cover croop
bahaya erosi tinggi [B]. Sesuai marginal karena kover cropp
akan manahan aliran permukaan dan
daya kinetik hujan.
Tabel 3. Data Kualitas (Karakteristik) Lahan Kawasan Hutan di Kecamatan Air
Naningan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung
c. Penggembalaan
Ketersediaan air
[w]
Bulan Kering (< 75 mm) 1 2 (S2) 3 (S2) 4 (S3) 5 (S3)
(S1)
Curah hujan/tahun (mm) 3000 (S1) 5500 (S3) 6000 (S3) 2500 (S1) 2000 (S1)
LGP (Period (hari) 365 (S1) 365 (S1) 365 (S1) 365 (S1) 365 (S1)
Tumbuh)
Media perakaran
[r]
Drainase Tanah Baik (S1) Sedang (S1) Agak Terhambat Sangat
terhambat (S2) terhambat
(S2) (S3)
Kelas Tekstur SCL (S1) SL (S1) SC (S1) L (S1) SiCL (S1)
Kedalaman efektif (cm) 150 (S1) 125 (S1) 75 (S1) 65 (S1) < 30 (S2)
Gambut - - - - -
Kematangan - - - - -
Ketebalan (cm) - - - - -
Retensi Hara
[f]
KTK tanah Sedang (S1) Sangat Tinggi Sangat Rendah (S2)
Rendah (S3) Rendah
(S3)
pH tanah 3.5 (S3) 4.2 (S3) 5.0 (S1) 4.4 (S3) 4.5 (S2)
Kedalaman tanah untuk tekstur penentuan tekstur, KTK, C – Organik, Al, N, P2O3, K20 disesuaikan dengan zone perakaran
tanaman yang dievaluasi. Kriteria C – organik, N, P2O3 dan K2O dan bahaya banjir.
Skor Makna dan Faktor Pembatas Skor [a] Masukan Teknologi [b] Pejelasan
Terberat Faktor Pembatas yang masih dihadapi.
1. N1s Tidak sesuai saat ini karena S3r [a]. penanaman pohon
kelerenganya tinggi [B]. Sesuai marginal agar tidak terjadi
longsor
2. N1e Tidak sesuai saat ini karena S3r [A]. pembuatan cover croop
bahaya erosi tinggi [B]. Sesuai marginal karena kover cropp
akan manahan aliran permukaan
dan daya kinetik hujan.
4.2 Pembahasan
kesesuaian lahan yang disusun oleh Puslittanak (1993). Secara hirarki klasifikasi
kesesuaian lahan ini dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan, yaitu order, kelas,
subkelas, dan unit. Order adalah keadaan kesesuaian lahan secara umum, yang
terdiri dari ordo sesuai (S) dan ordo tidak sesuai (N). Kelas adalah kesesuaian
lahan yang dibedakan pada tingkat ordo. Dalam tingkat kelas, lahan yang
tergolong ordo sesuai dibedakan menjadi kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai
(S2) dan sesuai marginal (S3), Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak
dibedakan menjadi tidak sesuai saat ini tapi masih ada kemungkinan untuk
dinaikkan kelasnya (N1), dan tidak sesuai selamanya (N2). Subkelas adalah
kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas. Unit adalah
keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat
diperoleh)sebagian besar tergolong tidak sesuai (N), dan sesuai marginal (S3).
lain: ketersediaan air (curah hujan dan bulan kering), temperatur, media perakaran
(tekstur tanah dan bahan kasar), retensi hara, kegaraman, toksisitas, hara tersedia,
untuk di lahan 6 sangat sesuai (S1) yaitu menunjukkan angka 300C per tahun nya.
Sedangkan pada lahan yang lain (7,8,9,10) cukup sesuai (S2). Ketersediaan air
pada bulan kering sangat sesuai (S1) dan untuk curah hujan cukup sesuai di
pH tanah yang ada di peroleh sangat asam 3,6 – 4,5 sehingga bahan organik tidak
terdapat dilahan ini. Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian tetapi tidak selamanya
untuk pertumbuhan komoditas ini. Tidak terdapat tingkat bahaya erosi tetapi
banjir dapat terjadi di lahan 6 dan 7 tetapi itu hanya bersifat sementara dan tidak
selamanya.
perakaran, toksisitas dan bahaya banjir. Kriteria tersebut memiliki kelas N1 yang
artinya tidak sesuai untuk saat ini, sehingga perlu dilakukan tindakan agar lahan
dapat digunakan secara optimal. Agar faktor tersebut dapat berubah menjadi S3
(sesuai marginal).
Lahan penggembalaan sudah cukup sesuai, hanya ada salah satu faktor yang tidak
sesuai yaitu bahaya banjir. Banjir dapat terjadi sehingga perlu melakukan
reboisasi.
a). Lamtoro, berkisar tidak sesuai saat ini (N1), sehingga perlu menambahkan dan
b). Rasamala, berkisar tidak sesuai saat ini (N1), sehingga harus menambah dan
c). Penggembalaan, berkisar tidak sesuai saat ini (N1), sehingga perlu dilakukan
potensial. Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini (current sutability)
adalah kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang ada, belum
mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan dan tinggkat pengelolaan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada pada satuan
peta. Sebagaimana diketahui bahwa faktor pembatas yang kemungkinan yang terdapat
pada peta yang dievaluasi, ada yang sifatnya permanen dan tidak memungkinkan atau
ekonomis untuk diperbaiki. Dilain pihak ada faktor pembatas yang dapat diatasi atau
yang tepat. Sedangkan, kesesuaian lahan potensial menyatakan keadaan kesesuaian lahn
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa pada lahan 1, 2, dan 3 memiliki
untuk lahan 4 dan 5 berada pada kondisi yang tidak sesuai untuk tanaman
Berdasarkan karakteristik ketersediaan air pada bulan kering semua lahan berada
pada kondisi lahan yang sesuai, namun yang memiliki kondisi kesesuaian sangat
sesuai berada pada lahan 3, pada bulan atau musim penghujan hanya lahan 5 yang
cukup sesuai untuk tanaman Lamtoro dengan curah hujan sebesar 2.00 mm/tahun,
sedangkan pada lahan lainnya berada pada kondisi yang tidak sesuai.
Dari kriteria yang digunakan dalam kesesuaian lahan terdapat kelas sesuai dan
tidak sesuai. Kesesuaian lahan untuk lamtoro terdapat kriteria yang tidak sesuai
untuk saat ini yaitu media perakaran dan tingkat bahaya erosi. Ada beberapa
tindakan yang harus digunakan agar lahan tersebut dapat digunakan sebagaimana
karena kedalaman yang rendah dan bahaya erosi yang tinggi. Agar lahan tersebut
tidak sesuai yaitu media perakaran, tingkat bahaya erosi dan kedalaman sulfidik.
Ketidaksesuaian tersebut hanya bersifat saat ini yang artinya dapat diberikan
tindakan untuk menjadi lahan yang lebih efektif. Oleh karena itu diperlukan
tidak pengolahan tanah agar senyawa beracun tidak berada dipermukaan. Cara
lainnya yaitu dengan covercrop yang bisa menahan aliran permukaan dan daya
kinetik hujan.
Kesesuaian lahan untuk penggembalaan terdapat kriteria yang tidak sesuai yaitu
bahaya erosi dan terrain. Dalam hal ini terrain diberi kode S dan memiliki kelas
N1, yang artinya tidak sesuai untuk saat ini. Sehingga kesesuaian lahan potensial
dapat diperoleh dengan penanaman pohon agar memiliki kelas S3 yaitu sesuai
marjinal. Bahaya erosi memiliki kode E dan memiliki luas N1, sehingga perlu
pembuatan covercrop.
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Butarbutar, T., Hakim, I., Sakuntaladewi, N., Dwiprabowo, H., Rumboko, L., dan
Irawanti, S. 2018. Analisis kesesuaian lahan sembilan jenis tanaman untuk
agroforestri di nambo, jawa barat. J. Penelitian Hutan Tanaman. Vol. 15
(1): 1-66.
Idris, T.H. 2015. Evaluasi kesesuaian lahan di gunung tugel untuk pengembangan
hutan pendidikan (studi di gunung tugel, kecamatan tongas, kabupaten
probolinggo). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Jayanti, D. S., Goenadi, S., dan Hadi, P. 2013. Evaluasi kesesuaian lahan dan
optimasi penggunaan lahan untuk pengembangan tanaman kakao
(theobroma cacao l.) (studi kasus di kecamatan batee dan kecamatan padang
tiji kabupaten pidie propinsi aceh). J.Agritech. Vol. 33 (2): 208-218.
Lenussa, M., Gaspersz, E.J., dan Soplanit, R. 2017. Evaluasi kesesuaian lahan
untuk tanaman hortikultura di lahan sekolah tinggi theologia maluku dusun
kate-kate desa hunuth kecamatan teluk ambon. J. Budidaya Pertanian. Vol.
13 (1): 49-52.
Rangga, A.F., Bintoro, A.,Darmawan, A., dan Duryat. 2018. Analisis kesesuaian
lahan budidaya kemiri sunan (aleurites trisperma) di kabupaten lampung
selatan provinsi lampung. J. Hutan Tropis. Vol. 6 (2): 98-107.