Anda di halaman 1dari 12

GENETIKA PETERNAKAN

MAKALAH INTRA ALELIK,DOMINAN TIDAK


SEMPURNA,GEN LETHAL DAN GEN GANDA

OLEH

NAMA : ANDI HAERIL SOFANUL ANAN ILAHI.H


NIM : I011 19 1246
KELAS : B2 (Genap)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
PENDAHULUAN
Latar belakang

Hukum Mendel ditemukan dan diperkenalkan oleh Gregor Johann Mendel tahun 1822-
1884. Dengan penemuannya Mendel didaulat sebagai Bapak Genetika. Mendel melakukan
penelitiannya menggunakan tanaman ercis karena umurnya yang pendek, mudah tumbuh,
berketurunan banyak dan berbunga sempurna.
Meskipun hukum Mendel merupakan dasar dari perwarisan sifat, penelitian lebih lanjut
menemukan bahwa banyak gen yang tidak sesuai hukum Mendel. Selain itu, dalam penelitian
juga diungkapkan bahwa hal tersebut disebabkan oleh adanya interaksi antargen. Interaksi
tersebut menghasilkan perbandingan fenotipe yang menyimpang dari hukum Mendel atau yang
lebih dikenal dengan penyimpangan semu hukum mendel. Penyimpangan semu
hukum Mendel merupakan bentuk persilangan yang menghasilkan rasio fenotipe yang berbeda
dengan dasar dihibrid menurut hukum Mendel.
Setiap gen memiliki pekerjaan sendiri-sendiri untuk menumbuhkan karakter tapi ada
beberapa gen yang berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen lain untuk menumbuhkan karakter.
Gen-gen tersebut mungkin ada pada kromosom yang sama (berangkai) mungkin pula ada pada
kromosom yang berbeda satu sama lain.Keadaan saling mempengaruhi dari beberapa gen ini
dinamakan interaksi gen. Karena ada interaksi maka perbandingan fenotipe keturunan hibrid
akan menyimpang dari teori Mendel. Rasio fenotip yang dihasilkan tidak lagi 3:1 atau 9:3:3:1,
peristiwa ini dikenal dengan Penyimpangan Hukum Mendel. Interaksi gen dibedakan menjadi
dua yaitu interaksi interalellik dan interaksi intraalellik.Dalam makalah ini di bahas mengenai
interaksi intra alelik.
PEMBAHASAN

A. Interaksi Intra alelik

Interaksi intraalellik adalah interaksi pada alel pada lokus yang sama.Alel dominan menutupi
pengaruh dari alel resesif, sebagian atau penuh. Berikut ini adalah peristiwa intra alelik:

1. Dominan tidak Sempurna (Incomplete dominance/Partial dominance)

Dominasi tidak sempurna terjadi apabila suatu gen dominan tidak menutupi pengaruh alel
resesifnya dengan sempurna, sehingga pada individu heterozigot akan muncul sifat antara
(intermedier).

Alel dapat menunjukkan derajat dominansi dan keresesifan yang beda-beda satu sama lain.
Dalam persilangan ercis Mendel, keturunan F1 selalu terlihat seperti salah satu kedua varietas
induk sebab salah satu alel dalam pasangan tersebut menunjukkan dominansi sempurna
(complete dominance) terhadap alel yang satu lagi. Dalam situasi semacam itu fenotipe
heterozigot dan homozigot dominan tidak dapat dibedakan (Campbell dkk, 2008).
Akan tetapi untuk beberapa gen, tidak satupun alel yang sepenuhnya dominan dan hybrid F1
memiliki fenotipe yang berada diantara kedua varietasa induk. Fenomena ini, disebut dominansi
tak sempurna (incomplete dominance), terlihat ika snapdragon putih. Semua hybrid F1, memiliki
bunga merah muda. Fenotipe ketiga itu disebabkan karena bunga heterozigot memiliki pigmen
merah yang lebih sedikit daripada homozigot merah (tidak seperti kondisi pada tanaman ercis
mendel, ketika Heterozigot Pp menghasilkan cukup banyak pigmen agar bunga ungu dan tidak
dapat dibedakan dari tanaman PP) (Campbell dkk, 2008).
Sekilas, dominansi tak sempurna dari kedua alel tampaknya merupakan bukti untuk
hipotesis pencampuran tentang pewarisan-sifat, yang memprediksi bahwa sifat merah muda atau
ptih tidak dapat muncul kembali dari hybrid merah muda. Faktanya, mengawinsangkarkan
(interbreeding) hybrid F1 menghasilkan keturunan F2 dengan rasio fenotipe satu merah dua
merah muda terhadap satu putih. (Karena heterozigot memiliki fenotipe yang berbeda, rasio
genotype dan fenotipe untuk generasi F2 adalah sama, yaitu 1:2:1). Segregasi alel bunga merah
dan bunga putih pada gamet yang dihasilkan oleh tanaman berbunga merah muda mengonfirmasi
bahwa alel-alel warna bunga merupakan faktor terwariskan yang mempertahankan identitas
masing-masing dalam hybrid : artinya, pewarisan sifat partikulat (Campbell dkk, 2008).
2.Gen Lethal (Lethal Gene)

Individu baru yang dihasilkan dari perkawinan induk tidak selalu berada dalam
keadaan hidup. Secara genetik, hal ini dapat disebabkan oleh adanya gen letal, yaitu gen yang
jika berada dalam keadaan homozigotik, ia dapat menyebabkan kematian individu. Oleh karena
itu, adanya gen letal menyebabkan perbandingan fenotip keturunan yang dihasilkan akan
menyimpang dari Hukum Mendel. Dalam konsep gen letal, dikenal istilah individu carrier, yakni
individu yang berpotensi untuk menurunkan sifat gen letal tersebut atau berpotensi untuk
membawa gen yang mengakibatkan kelainan.
Dengan adanya gen letal, fungsi gen akan mengalami gangguan dalam menumbuhkan
sifat atau fenotip. Adanya gen letal ini dapat disebabkan oleh mutasi (akan dibahas pada bab
berikutnya). Gen letal akan berpengaruh atau dapat menyebabkan kematian saat individu masih
berada dalam tahap embrio, pada saat kelahiran individu, atau setelah individu berkembang
dewasa. Gen letal dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu gen dominan letal dan gen resesif.
a. Gen dominan letal
Gen dominan letal adalah gen dominan yang dapat menyebabkan kematian jika bersifat
homozigotik. Contoh adanya gen dominan letal ini terdapat pada ayam “Creeper” (ayam redep),
tikus kuning, dan manusia.
Jika ayam redep (ayam yang bertubuh normal, tetapi kakinya pendek) heterozigotik
dikawinkan dengan sesamanya, maka akan dihasilkan keturunan ayam letal, ayam redep, dan
ayam normal. Gen C sebagai penentu ayam redep dan gen c sebagai penentu ayam normal. Hal
ini dapat dilihat pada persilangan berikut.

Fenotipe : (ayam redep) X (ayam redep)

Genotipe : Cc Cc

P Gamet : C dan c C dan c

F1

Gamet C c

C CC Cc

c Cc cc

CC = letal
Cc = redep
Cc = redep
cc = normal

Berdasarkan Hukum Mendel, perbandingan fenotip yang diharapkan adalah 3 : 1. Dengan


adanya gen letal yaitu gen dominan C yang homozigotik (CC), maka terjadi penyimpangan
perbandingan fenotip menjadi 2 redep : 1 normal. Gen letal tersebut menyebabkan ayam mati
dalam keadaan embrio.

Pada tikus gen Ay mengekspresikan rambut warna kuning yang dominan terhadap gen a yang
mengekspresikan warna rambut hitam. Gen Ay ini dalam keadaan homozigot mengakibatkan
kematian pada tikus. Jika tikus jantan kuning heterozigot dikawinkan dengan tikus betina yang
juga kuning heterozigot maka keturunannya (F1) adalah sebagai berikut.

P Fenotipe : kuning X kuning


Genotipe : Aya Ay a

Gamet : Ay,, a Ay, a

F1

Gamet Ay a

Ay AyAy Aya

a Aya aa

1 AyAy : tikus letal (25%)


2 Aya : tikus carrier (50%)
1 aa : tikus normal (25%)

Pada manusia, gen dominan letal dapat menyebabkan Thallasemia, yaitu kelainan akibat rusak
atau pecahnya (hemolisis) eritrosit, dengan ciri-ciri: ukuran eritrosit kecil berbentuk lonjong
(tidak bulat bikonkaf ), jumlahnya melebihi normal, dan daya ikat terhadap oksigen rendah.
Thallasemia dibedakan menjadi dua, yakni:
a). Thallasemia Mayor
Thallasemia mayor merupakan thallasemia yang parah, sehingga menyebabkan kematian saat
bayi. Thallasemia mayor disebabkan gen dominan homozigot (ThTh ).

b). Thallasemia Minor


Pada thallasemia minor ini, terjadi sedikit kerusakan pada eritrosit atau penderita hanya
mengalami anemia (kekurangan darah). Penderita biasanya masih dapat hidup, meskipun
mengalami anemia. Thallasemia minor disebabkan oleh gen heterozigot (Thth). Oleh karena itu,
orang yang normal mempunyai genotip resesif homozigot (thth).

Fenotipe : ayah X ibu

Genotipe : ThTh ThTh

P Gamet : Th, Th Th, Th


F1

Gamet Th th

Th ThTh Thth

th Thth thth

1 Thalasemia mayor (letal


2 Thalasemia minor
1 Normal

b. Gen Resesif Letal


Gen resesif letal adalah gen resesif yang menyebabkan kematian jika dalam keadaan
homozigot. Gen ini dijumpai pada tanaman jagung, yaitu gen G sebagai pembentuk klorofil dan
gen g yang menyebabkan tidak terbentuknya klorofil jika bersifat homozigotik Persilangan
antara sesama tanaman jagung berdaun hijau heterozigotik dapat dilihat sebagai berikut.

Fenotipe : hijau X hijau

Genotipe : Gg Gg

P Gamet : G, g G, g

F1

Gamet G g

G GG Gg

g Gg gg

GG = hijau
Gg = hijau
Gg = hijau
gg = putih atau albino (letal)
Pada persilangan tanaman jagung tersebut, diketahui perbandingan fenotip yang
dihasilkan semula adalah 75% berdaun hijau : 25% berdaun putih. Tanaman berdaun hijau dapat
menjalankan proses fotosintesis serta dapat menyerap zat makanan dengan akarnya. Namun,
tanaman berdaun putih dengan akar yang belum sempurna hanya mampu bertahan selama 14
hari saja, yaitu dengan menerima makanan dari endospermnya (putih lembaga). Persilangan dua
tanaman monohibrida tersebut tidak menghasilkan perbandingan fenotip 3 : 1, tetapi terjadi
penyimpangan yaitu menjadi 3 : 0.
Sicklemia pada manusia atau sickle cell merupakan keadaan pada seseorang yang
mempunyai eritrosit berbentuk bulan sabit. Hal ini menyebabkan terganggunya peredaran darah.
Gen penyebab sicklemia adalah gen resesif homozigot yang bersifat letal (ss). Sementara itu,
pada orang normal dapat mempunyai genotip SS (dominan homozigot) heterozigot (Ss).

Fenotipe : ibu X ayah

Genotipe : Ss Ss

P Gamet : S, s S, s

F1

Gamet S s

S SS Ss

s Ss ss

1. SS = normal
2. Ss = karier
1. ss = letal

Pada sapi dikenal gen resesip am, yang bila homozigotik (amam) akan memperlihatkan
pengaruhnya letal. Anak sapi yang lahir, tidak mempunyai kaki sama sekali. Walaupun anak sapi
ini hidup, tetapi karena cacatnya amat berat, maka kejadian ini tergolong sebagai letal. Sapi
homozigot dominan AmAm dan heterozigot Amam adalah nomal. Cara menurunya gen letal
resesip ini apabila ada sapi jantan heterozigot Amam kawin dengan sapi betina homozigot
dominan AmAm, maka anak-anaknya akan terdiri dari sapi homozigot AmAm dan heterozigot
Amam, di kemudian hari anak-anak sapi ini dibiarkan kawin secara acakan (random).

Fenotipe : jantan X betina

Genotipe : Amam AmAm

P Gamet : S, s S, s

F1

Gamet Am am

Am AmAm Amam

Am AmAm Amam

Karena sapi F1 terdiri dari 2 macam genotip, yaitu AmAm dan Amam, maka ada 4 kemungkinan
perkawinan, ialah:

 1 kemungkinan AmAm X AmAm, jantan betina bolak-balik


 1 kemungkinan betina AmAm X jantan Amam
 1 kemungkinan jantan AmAm X betina Amam
 1 kemungkinan Amam X Amam, jantan betina bolak-balik.

Oleh Karena sapi homozigot resesip amam letal,

3. Gen Ganda
 Kebanyakan sifat tidak berasal dari kerja pasangan gen tunggal, tetapi dari kombinasi kerja
sejumlah gen pada lokus-lokus yang berlainan pada kromosom. Kelompok gen yang terletak
pada lokus yang berlainan yang mengawasi ekspresi suatu sifat tertentu yang sama disebut gen
ganda atau poligen. Suatu sifat yang dipengaruhi oleh gen ganda akan menunjukkan variasi
kuantitatif yang besar karena dapat diekspresikan dalam bermacam-macam tingkatan. Contoh
sifat yang demikian adalah warna biji, tinggi pohon, dan hasil per pohon pada gandum, berat
buah pada tomat, berat atau ukuran tubuh pada unggas atau ternak, warna kulit dan tinggi badan
pada manusia dan lain-lain.
PENUTUP
A.Simpulan
Setiap gen memiliki pekerjaan sendiri-sendiri untuk menumbuhkan karakter tapi ada
beberapa gen yang berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen lain untuk menumbuhkan karakter.
Gen-gen tersebut mungkin ada pada kromosom yang sama (berangkai) mungkin pula ada pada
kromosom yang berbeda satu sama lain.Keadaan saling mempengaruhi dari beberapa gen ini
dinamakan interaksi gen. Karena ada interaksi maka perbandingan fenotipe keturunan hibrid
akan menyimpang dari teori Mendel. Rasio fenotip yang dihasilkan tidak lagi 3:1 atau 9:3:3:1,
peristiwa ini dikenal dengan Penyimpangan Hukum Mendel. Interaksi gen dibedakan menjadi
dua yaitu interaksi interalellik dan interaksi intraalelik. Interaksi intraalellik adalah interaksi pada
alel pada lokus yang sama.Alel dominan menutupi pengaruh dari alel resesif, sebagian atau
penuh

B.Saran

Saran saya adalah dengan mempelajari interaksi gen diharapkan agar kedepannya
mahasiswa dapat memahami lebih lanjut mengenai Penyimpangan Hukum Mendel.
DAFTAR PUSTAKA

Salim.Novarin.2016.Gen Letal Dominan Dan Resesif

http://novarin88.blogspot.com/2016/03/gen-letal-dominan-dan-resesif.html

Firdaus.Muhammad Jauhar.2013.Materi Interaksi Gen

https://jhouhartz.wordpress.com/3-materi-interaksi-gen/

Anda mungkin juga menyukai