Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH

EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN

INTERAKSI, TATA RUANG, DAN KEHIDUPAN ORGANISME


DI EKOSISTEM SAWAH PADI

Program Studi Ilmu Lingkungan


Minat Magister Pengelolaan Lingkungan

Oleh:

Heru Purwanto
NIM: 18/435085/PMU/09596

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
Interaksi, Tata Ruang, dan Kehidupan Organisme di Ekosistem Sawah Padi

Ekosistem menurut UU No. 23 Tahun 1997 (bab 1, pasal 1 butir 4) merupakan


tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas
lingkungan hidup. Berdasarkan pada pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa komponen lingkungan yang ada memiliki pengaruh yang besar terhadap
komponen lingkungan yang lain. Komponen tersebut saling berinteraksi dengan
komponen lainnya untuk kemudian membentuk sebuah keseimbangan yang stabil dan
memiliki produktivitas lingkungan yang tinggi. Sedangkan menurut Sumarno (2010),
ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi
timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada
suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan
anorganisme. Di alam ekosistem dapat dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya
adalah ekosistem air (waduk, sungai, laut dan lain-lain), ekosistem darat (sawah, tegalan,
gunung, hutan, dan lain-lain). Masing – masing ekosistem tersebut memiliki komponen
lingkungan yang saling berhubungan, saling berpengaruh, dan tidak dapat dipisahkan
satu sama lain karena ekosistem merupakan sebuah tatanan kesatuan utuh.
Berdasarkan pada beberapa jenis ekosistem yang ada, berikut salah satu contoh dari
interaksi antar komponen lingkungan baik abiotis, biotis, dan budaya (cultural) di
ekosistem sawah padi.
a. Ekosistem sawah
Sawah merupakan lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan
rata, dibatasi oleh pematang, untuk kemudian ditanami padi, palawija atau tanaman
budidaya lainnya. Sebagian besar, sawah digunakan untuk bercocok tanam padi.
Dalam hal ini, sawah harus dapat menyangga genangan air karena padi memerlukan
penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah
digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau air hujan. Sawah yang terakhir
dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya adalah sawah irigasi.
Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan basah (Sumarno, 2010).
Sawah dapat juga disebut sebagai sebuah ekosistem. Dimana di dalam
ekosistem sawah terdapat beberapa unsur lingkungan yang membentuk suatu
tatanan yang saling mempengaruhi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan.
Sebagai contoh, populasi tanaman padi tidak dapat dipisahkan dari keberadaan
mikroorganisme tanah yang berperan dalam penyuburan tanah, tidak dapat
dipisahkan dari cacing yang memberikan aerasi di dalam tanah, tidak dapat
dipisahkan dari peran manusia yang mengelola tanah menjadi lahan yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman padi, dan tidak dapat dipisahkan dari komponen abiotis
yang lain seperti suhu, cahaya matahari, pH, air, udara dan lain-lain.
Ekosistem sawah padi disusun atas bagian air permukaan, lapisan tanah yang
dibajak, dan lapisan tanah tengah (subsoil). Gambar berikut merupakan deskripsi
dari ekosistem sawah padi.

Gambar 1. Kenampakan ekosistem sawah padi


Sumber: https://www.agr.nagoya- u.ac.jp/~soil/
Soil_Biology_and_Chemistry-e/Researches.html

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa, ekosistem sawah padi terdiri atas
beberapa komponen yaitu pada lapisan air permukaan tersusun oleh komponen
abiotis seperti air, udara, suhu, cahaya matahari, pH air dan lain-lain. Sedangkan
komponen biotis terdiri atas rumput, jerami, dan alga. Pada bagian tanah yang telah
dibajak terdiri dari tanah, air, udara, suhu, dan pH tanah sebagai komponen abiotis
serta terdiri atas cacing, mikroorganisme penyubur tanah, maupun organisme lain
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi sebagai komponen biotis.
Sedangkan pada bagian lapisan tanah tengah (subsoil) terdiri atas air perkolasi,
tanah, dan batuan. Pada lapisan ini ada kemungkinan beberapa organisme tidak
dapat hidup, karena pada lapisan ini miskin udara dan nutrisi serta didominasi oleh
sebagian besar batuan.

b. Interaksi dan kehidupan organisme di ekosistem padi sawah


Ekosistem sawah padi merupakan ekosistem buatan manusia yang memiliki
kekayaan keragaman hayati. Lahan sawah padi dapat dipertimbangkan sebagai
ekosistem lahan basah yang dikelola secara agronomis dengan waktu sementara,
yang menopang keragaman bentuk kehidupan. Survei yang dilakukan pada lahan
sawah padi di Bathalagoda, distrik Kurunegala pada akhir tahun 1990
mendokumentasikan keseluruhan keragaman fauna dari 495 spesies invertebrata
termasuk dalam 10 phila (phyla) dan 103 spesies invertebrata termasuk ke dalam
lima kelas di bawah 53 famili. Dari survei ini, arthropoda merupakan grup invertebrata
darat yang paling banyak dengan presentase 82 %, yang didominasi oleh serangga
seperti laba-laba. Sedangkan flora terdiri atas 82 spesies dari makrofita
(macrophytes) seperti rerumputan, rumput berdaun lebar dan pteridofita
(pterydophytes) (Edirisinghe dan Bambaradeniya, 2006).
Interaksi yang terjadi pada ekosistem sawah padi merupakan interaksi yang
unik. Interaksi ini terjadi pada sebuah ekosistem buatan manusia yang telah menarik
beberapa jenis organisme untuk saling mempertahankan kehidupan pada sebuah
tatanan lingkungan. Interaksi organisme dapat terjadi antara berbagai macam
komponen lingkungan seperti abiotis, biotis, dan budaya (cultural) maupun dapat
terjadi pada satu jenis komponen lingkungan tersebut. Interaksi yang dimaksud dapat
dicontohkan seperti hubungan antara organisme aquatik yang termasuk predator dan
mangsa, seperti famili Lumbricidae, Tubificidae, Baetidae, dan Caenidae yang
digolongkan sebagai mangsa dan famili Belostomatidae, Corixidae, Nepidae,
Pleidae, dan Dytiscidae yang digolongkan sebagai predator. Akan tetapi, terdapat
famili seperti Mesoveliidae, Notonectidae, Ceratopogonidae, Noteridae,
Chironomidae, Veliidae, Culicidae, dan Tipulidae yang dapat digolongkan sebagai
predator maupun mangsa (Che Salmah et al., 2017). Beberapa jenis famili organisme
tersebut saling berinteraksi satu sama lain pada periode masa tanam padi. Che
Salmah et al (2017) menjelaskan bahwa kemelimpahan Agriocnemis femina (famili
Coenagrionidae) berbeda-beda tergantung dari tahapan dalam masa tanam padi
yang diikuti dengan keberadaan mangsanya. Hal ini menggambarkan bahwa
interaksi Agriocnemis femina (capung dara) dengan mangsa (hama tanaman),
dimana hama tanaman berperan sebagai sumber makanan, maka dapat menjamin
Agriocnemis femina untuk terus bertahan hidup.
Pada umumnya, ekosistem merupakan bentuk dari jaring-jaring makanan
(Gambar 2). Dimana di dalamnya terdapat hubungan seperti kompetisi, predasi,
herbivora, parasitisme, penyakit (disease), mutualisme, dan komensalisme.
Hubungan tersebut dapat berpengaruh secara positif, negatif, positif-negatif, maupun
tidak berpengaruh sama sekali terhadap organisme yang berinteraksi.

Gambar 2. Piramida makanan yang menggambarkan interaksi


antara organisme produsen dan konsumen
Sumber: https://www.khanacademy.org/science/biology/
ecology/intro-to-ecosystems/a/food-chains-food-webs

Di dalam ekosistem padi sawah, hubungan antara organisme dapat dicontohkan


seperti berikut ini:
Tabel 1. Contoh interaksi organisme di ekosistem padi sawah
Jenis Interaksi Contoh
Kompetisi (-/-) Padi dengan gulma, ular dengan burung
kuntul
Predasi (+/-) Katak dengan ular, tikus dengan ular, ular
dengan burung elang, predasi antara
serangga lebih besar dengan yang lebih
kecil
Herbivora (+/-) Padi dengan kambing, padi dengan sapi,
padi dengan keong, padi dengan belalang
Parasitisme (+/-) Padi dengan hama penggerak batang
Penyakit (disease) (+/-) Padi dengan hama penyebab penyakit
Mutualisme (+/+) Padi dengan organisme penyubur tanah
(cacing dan mikroorganisme), padi dengan
ikan, padi dengan bebek
Jenis Interaksi Contoh
Komensalisme (+/0) Laba-laba dengan tanaman padi

Beberapa organisme baik flora maupun fauna di ekosistem sawah padi telah
menciptakan suatu tatanan kehidupan yang saling berpengaruh membentuk sebuah
keseimbangan lingkungan, stabilitas lingkungan, dan produktivitas lingkungan. Jika
jumlah populasi pada salah satu organisme kurang atau berlebih, maka akan
berpengaruh pada munculnya ketidakseimbangan di dalam jaring-jaring makanan
tersebut. Untuk itu, dalam mempertahankan kehidupan organisme yang seimbang
tersebut, petani harus mampu mengelola lingkungan atau ekosistem sawah padi
dengan cara:
1. Mempertahankan keseimbangan jumlah musuh alami dari masing-masing
organisme di ekosistem sawah padi;
2. Mengurangi penggunaan pupuk maupun pestisida yang tidak ramah
lingkungan;
3. Menggunakan pupuk maupun pestisida sesuai dengan kebutuhan tanah dan
tanaman padi;
4. Menjaga ketersediaan bahan organik tanah dengan aplikasi pupuk kompos
atau pupuk kandang matang dan;
5. Menerapkan pola pertanian yang berwawasan lingkungan.

c. Tata ruang dan keberlanjutan dalam ekosistem sawah


Di dalam ekosistem sawah padi, organisme menempati pada sebuah tata
ruang yang sangat berpengaruh terhadap kehidupannya. Organisme tersebut, tidak
dapat hidup atau tumbuh jika berada pada tata ruang organisme yang lain. Dalam
hal ini, tata ruang dapat berisi syarat-syarat hidup bagi suatu organisme untuk
tumbuh dan berkembang. Tata ruang organisme di dalam ekosistem sawah padi
dapat berupa lapisan dimana padi tersebut tumbuh, yaitu lapisan biosfer, lapisan air
permukaan (genangan), lapisan tanah yang telah dibajak, dan lapisan tanah tengah
(subsoil). Pada masing-masing tata ruang terdapat beberapa organisme berbeda
yang hidup. Hal ini dapat dicontohkan seperti burung elang, ular, katak, belalang,
tikus, burung kuntul, dan lain-lain yang hanya bisa hidup di tata ruang lapisan biosfer
dan tidak dapat hidup pada tata ruang lapisan air permukaan (genangan) di
ekosistem sawah padi. Demikian juga bagi beberapa jenis alga, maupun flora dan
fauna lain yang hanya dapat hidup di tata ruang dengan kondisi air tergenang.
Kemudian cacing dan mikroorganisme penyubur tanah juga hanya mampu hidup di
lapisan tanah yang telah dibajak dengan tata ruang yang memiliki kondisi miskin
oksigen bahkan ada yang sama sekali tidak ada oksigen. Tata ruang dapat
digambarkan seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3. Jaring makanan dan tata ruang ekosistem sawah padi

Pada gambar di atas, maka terlihat jelas bahwa tata ruang pada ekosistem
sawah padi juga dapat digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu: habitat perairan yang
dihuni oleh kelompok dekomposer, habitat pada tanaman padi yang dihuni oleh padi,
hama tanaman, predator dan parasitoid. Sedangkan tata ruang berikutnya adalah
habitat bukan tanaman padi yang dihuni oleh tanaman bukan padi, organisme
herbivora bukan hama, predator, dan parasitoid. Organisme tersebut menempati tata
ruang yang berbeda dan saling berinteraksi satu sama lain dalam suatu jaring-jaring
makanan.
Keberadaan tata ruang sebagai penunjang suatu organisme untuk hidup
adalah sangat penting. Pada setiap tata ruang, organisme akan saling berinteraksi
satu sama lain dan bahkan mampu untuk berinteraksi dengan organisme yang lain
pada tata ruang yang berbeda. Tata ruang dapat berhubungan dengan syarat suatu
organisme mampu hidup, yaitu masing-masing tata ruang memiliki suhu, intensitas
cahaya, udara, oksigen, pH, nutrisi, dan lain-lain. Satu saja dari komponen dari tata
ruang ini hilang, maka organisme akan mengalami gangguan dalam kehidupannya.
Untuk menunjang keberlanjutan suatu organisme agar tetap hidup sesuai
dengan siklus kehidupannya dilakukan dengan menjaga keseimbangan suatu
ekosistem. Jika keseimbangan sudah tercapai, maka lingkungan beserta komponen
penyusunnya diharapkan akan tetap lestari. Dalam hal ini, manusia sebagai agen
yang banyak melakukan aktivitas yang dapat merubah lingkungan, maka harus
mengubah aktivitas tersebut menjadi perilaku yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan. Tentunya dalam menjaga lingkungan agar tetap lestari dan
berkelanjutan, perlu adanya kerjasama dengan berbagai pihak. Pihak yang dimaksud
dapat berasal dari pemerintah, swasta, maupun organisasi masyarakat.
Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: (1).
ekosistem memiliki tatanan secara menyeluruh dengan unsur lingkungan yang
membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan; (2). ekosistem
memiliki komponen lingkungan yang saling berpengaruh satu sama lain dan tidak
dapat dipisahkan; (2). ekosistem memiliki tata ruang yang dapat berisi faktor
pembatas atau syarat-syarat suatu organisme dapat hidup, tumbuh, dan
berkembang; (3). keberlanjutan suatu organisme di dalam ekosistem tergantung
pada keseimbangan lingkungan; (4). keseimbangan lingkungan dapat dipengaruhi
oleh aktivitas manusia yang berwawasan lingkungan atau tidak berwawasan
lingkungan; (5). keberlanjutan lingkungan dapat diwujudkan dengan usaha yang
terintegrasi dengan melibatkan berbagai pihak.
Daftar Pustaka

Sumarno. 2010. Ekosistem Sawah. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya,


Linkungan, dan Pembangunan Universitas Brawijaya.

Anonim. 2018. Scheme Of Paddy Soil Ecosystem. https://www.agr.nagoya-


u.ac.jp/~soil/Soil_Biology_and_Chemistry-e/Researches.html.

Edirisinghe, J.P and Channa N.B. Bambaradeniya. 2006. Rice Fields: an Ecosystem
Rich in Biodiversity. Journal of the National Science Foundation of Sri Lanka
34 (2): 57-59.

Che Salmah, M.R., A.Z. Siregar, A. Abu Hassan, and Z. Nasution. 2017. Dynamics of
Aquatic Organisms in a Rice Field Ecosystem: Effects of Seasons and
Cultivation Phases on Abundance and Predator-Prey Interactions. Tropical
Ecology 58(1): 177-191.

Anda mungkin juga menyukai