Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ZAT PENGATUR TUMBUH

RESPON PEMBUNGAAN BAWANG MERAH TERHADAP PEMBERIAN


ZPT GA3

OLEH:
MUHAMMAD RAFI
1710213012
ZAT PENGATUR TUMBUH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bawang merah merupakan jenis sayuran yang banyak digemari, oleh


masyarakat Indonesia, terutama sebagai bumbu penyedap masakan, dan juga
sering digunakan sebagai bahan obat- obatan untuk penyakit tertentu (Samadi
dan Bambang,2005).

Kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah dari tahun ke tahun


mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan penduduk, dan daya beli
masyarakat yang cenderung naik, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut
perlu diimbangi dengan peningkatan jumlah produksi. Peningkatan produksi
bawang merah salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan benih. Hal ini
dikarenakan umbi hasil penangkaran di musim tanam sebelumnya (panen), tidak
dapat langsung ditanam, (umbi belum siap sebagai bahan tanam) karena memiliki
masa dormansi selama 2 - 4 bulan.

Kebutuhan bawang merah meningkat setiap tahunnya untuk konsumsi (industri,


rumah tangga, dan benih) namun belum diikuti dengan bertambahnya jumlah
produksi. Hal tersebut disebabkan oleh pemilihan bibit yang kurang tepat, sulitnya
mendapatkan bibit yang bebas hama dan penyakit, dan penggunaan varietas
tanaman yang tidak sesuai dengan lingkungan setempat (Rosliani et al., 2014).

Salah satu upaya untuk mendapatkan bibit yang memiliki mutu tinggi yaitu dengan
cara memperbaiki mutu genetik benih (Badrudin et al.2007). Hal tersebut dapat
dilakukan dengan pemilihan varietas benih yang sesuai dengan lingkungan
setempat dan memiliki potensi tinggi sehingga mempengaruhi daya hasil dan
adaptasi varietas tersebut (Haq dan Iskandar, 2014).

Bawang merah dapat diperbanyak secara vegetatif dan generative, masing-


masing menggunakan umbi dan benih. Penggunaan umbi sebagai bahan tanam
secara terus menerus dapat menurunkan kualitas hasil umbi, karena dapat
menurunkan hasil produksi. Penyakit yang disebabkan oleh Colletotrichum
sp., Fusarium sp., dan Altenaria sp., serta virus sering terbawa oleh umbi yang
berasal dari induk tanaman (Sumarni at al. 2012). Perkembangan teknologi
terkini budidaya bawang merah dapat dilakukan menggunakan benih (True Shallot
Seed).

Penanaman dengan benih belum begitu dikembangkan dikalangan petani.


Hal tersebut disebabkan karena terdapat kendala dalam pembudidayaan bawang
dengan benih salahsatunya yaitu daya tumbuh rendah (Widiarti et al.,2017).
Penanaman benih bawang untuk dapat tumbuh dan berproduksi tinggi,
membutuhkanbahan tambahan berupa zat pengatur tumbuh (ZPT).

Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang


dalam konsentrasi yang rendah dapat mendorong, menghambat atau secara
kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu zat
pengatur tumbuh yang sering digunakan adalah Giberelin (GA3) yang banyak
berperan dalam mempengaruhi berbagai proses fisiologi tanaman. Menurut Yasmin
(2014), aplikasi konsentrasi GA3 yang diberikan mampu memacu pertumbuhan
tanaman melalui peningkatan tinggi tanaman dan luas daun. Pemberian GA3
ternyata dipengaruhi oleh konsentrasi yang diberikan, konsentrasi GA3 yang
dibutuhkan oleh setiap jenis tanaman berbeda-beda. Pemberian konsentrasi GA3
yang tepat dapat mamacu pertumbuhan tanaman

B. Rumusan masalah
Bagaimana pengaruh konsentrasi GA3 terhadap pentumbuhan dan
pembungaan pada tanaman bawang merah ( Allium ascalonicum L.)
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat dosis terbaik GA3 terhadap
pertumbuhan bawang merah ( Allium ascalonicum L.)
BAB II PEMBAHASAN

Bawang merah merupakan komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang


cukup tinggi. Hal tersebut menyebabkan permintaan akan bawang merah terus
meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk khususnya di Indonesia.
Kebutuhan dan konsumsi bawang merah di Indonesia tiap tahun selalu mengalami
kenaikan.
Kebutuhan dan konsumsi bawang merah di Indonesia mengalami peningkatan.
Pada tahun 2013 permintaan bawang merah mencapai 922,5 ribu ton dengan
produksi mencapai 997,5 ribu ton. Sedangkan pada tahun 2014 permintaan bawang
merah mencapai 942,2 ribu ton dengan produksi mencapai 1037,4 ribu ton
(Direktorat Pangan dan Pertanian., 2014).
Tanaman bawang merah baik ditanam di dataran rendah atau ketinggian
sekitar 30 m dpl (di atas permukaan laut). Curah hujan tahunan yang dibutuhkan
sekitar 1.000-2.000 mm/tahun dengan bulan basah 5-7 bulan dan bulan kering 4-6
bulan. Suhu udara untuk tanaman ini 25-32ºC, kelembapan sedang, dan cukup
mendapatkan sinar matahari langsung. Jenis tanah yang dikehendaki adalah tanah
lempung berpasir atau lempung berdebu dengan keasaman (pH) 6-6,8
( Santoso,2008)
Semakin sempitnya lahan pertanian di Indonesia serta kondisi cuaca atau iklim
yang kurang mendukung dapat menurunkan produksi bawang merah sehingga harga
bawang merah melonjak tinggi dikarenakan kurangnya pasokan dipasar dan impor. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemanfaatan lahan sempit untuk budidaya
bawang merah menggunakan polybag. Solusi dan cara terbaik untuk mendapatkan bahan
makanan yang lebih sehat salah satunya dengan budidaya bawang merah di polybag secara
organik. Budidaya bawang merah di polybag tidak seperti di lahan pertanian umumnya,
tercukupinya kebutuhan tanaman akan nutrisi, unsur hara, cuaca, serta media tanam yang
sesuai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bawang merah
(Hervani, E, Swasti, & Erbasrida, 2008)
Rata-rata produksi bawang merah nasional saat ini masih rendah. Padahal
iklim, musim dan lahan di Indonesia memungkinkan budidaya tanaman ini secara
besar-besaran, khususnya di pulau Jawa. Rendahnya daya produksi bawang
merah antara lain disebabkan karena sedikitnya kultivar-kultivar unggul dan proses
pengolahan pertanian yang kurang baik (Rukmana, 1994; Wibowo, 1991).
Tingginya permintaan bawang merah tidak diiringi dengan produksi bawang
merah yang stabil. Badan Pusat Statistik (2015) menyatakan bahwa produksi
bawang merah di Indonesia terus mengalami fluktuasi. Produksi bawang merah dari
tahun 2010 sampai dengan 2014 berturut-turut yaitu 1.048.934 ton, 893.124 ton,
964.221 ton, 1.010.773 ton, dan 1.233.989 ton. Berbagai upaya telah dilakukan
untuk meningkatkan produktivitas tanaman bawang merah.
Upaya untuk meningkatkan produksi tanaman bawang merah antara lain
dengan perbaikan sistem budidaya misalnya pada media tanam. Media tanam
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena media tanam yang
menyediakan nutrisi bagi tanaman. Media tanam yang biasa digunakan pada
tanaman adalah tanah. Tanah memberikan nutrisi bagi tanaman karena tanah
mengandung mineral yang dibutuhkan tanaman. Penggunaan media tanam tanah
secara terus menerus dapat menyebabkan berkurangnya kandungan mineral dalam
tanah dan pemadatan tanah. Pemadatan tanah menyebabkan akar tanaman tidak
dapat tumbuh secara optimal.
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah
sedikit dapat mendukung, meghambat dan merubah proses fisiologis tumbuhan.
Penggunaan giberelin dapat meningkatkan persentase pertumbuhan tunas anggur
secara in vitro. Terdapat ± 80 jenis giberelin yang diketahui saat ini. Krisnamoorthy
dalam Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa sejumlah besar giberelin dengan
struktur kimia dan kegiatan biologis yang diperlukan terdapat secara alami, dan
banyak diisolasi dari bakteri, fungi, lumut, paku dan dan diidentifikasi sebagai
substansi seperti GA. Semuaorgan tanaman mengandung berbagai macam GA3.
Pada tingkat yang berbeda-beda, tetapi sumber terkaya dan mungkin
tempat sintesisnya ditemukan pada buah, biji, tunas, daun muda, dan ujung
akar. GA3 telah dilaporkan berguna untuk regenerasi tunas in vitro
(Chakraborty et al., 2000), promosi pertumbuhan, produksi biomassa dan
panjang serat xilem (Ericksson et al., 2000). Selanjutnya,GA3 dapat berperan
sebagai pengganti auksin pada induksi pucuk dan dengan demikian rasio
sitokinin-GA3 sangat menentukan diferensiasi jaringan tanaman tertentu (Sekioka
dan Tanaka 1981).

Aplikasi giberelin pada tanaman juga dapat meningkatkan ukuran


dan keseragaman buah yang dihasilkan (Salisbury dan Ross, 1992, dalam Annisah
2009).Giberelin tidak hanya diperoleh dari senyawa kimia sintetik, namun dapat
diperoleh juga dari senyawa alami. Masyarakat saat ini semakin sadar akan masalah
kesehatan yang ditimbulkan dari penggunaan senyawa kimia sintetik dalam budidaya
tanaman. Untuk itu sebagai penggantinya dapat memanfaatkan bahan alami
untuk membuat pupuk dan zat pengatur tumbuh organik, salah satunya yaitu
giberelin. Selain jamur Gibbrella, GA3 dapat bersumber dari bagian atau jenis
tumbuhan tertentu seperti anter dan polen dari padi dan jagung, bawang merah,
pucuk bayam, dan tanaman paku-pakuan (Martin, 2015) serta rebung bambu
dan biji jagung (Kebun Musangking, 2014).

Peran giberelin pada pemanjangan sel melalui 2 cara yaitu : (1) Peningkatan
kadar auksin. Giberelin akan memacu pembentukan enzim yang melunakkan dinding
sel terutama enzim proteolitik yang akan melepaskan aminotriptofan (prekursor
auksin) sehingga kadar auksin meningkat. Giberelin merangsang
pembentukan polihidroksi asam sinamat yaitu senyawa yang menghambat kerja
dari enzim asam indil asetat (iodoacetic acid,IAA) oksidase dimana enzim ini
merupakan enzim perusak auksin. (2) Giberelin merangsang terbentuknya enzim
α-amilase dimana enzim ini akan menghidrolisis pati sehingga kadar gula dalam
sel akan naik yang akan menyebabkan air lebih banyak lagi masuk ke sel
sehingga sel memanjang (Revis dan Ubaidillah, 2012). Pembengkakan sel
dipengaruhi oleh penyerapan air yang mengakibatkan dinding sel mengendur dan
membesar, sehingga ukuran eksplan membesar. Hal ini juga didukung dengan
pernyataan Zivand (2006) yang menyatakan bahwa agar sel terus tumbuh
membesar, maka penyerapan air harus berlangsung terus menerus. Pengenduran
dinding sel sangat dipengaruhi oleh zat pengatur tumbuh/hormon yang diberikan
sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Setiap sel mempunyai kepekatan tersendiri terhadap zat pengatur tumbuh


yang diberikan, selain itu waktu yang dibutuhkan setiap sel untuk melakukan
pembelahan tidak sama, karena sel yang berbeda mungkin saja memiliki siklus sel
yang berbeda.

Pembengkakan yang terjadi pada eksplan merupakan suatu


proses pertumbuhan awal akibat penyerapan air dan nutrisi dari media yang
selanjutnya disertai dengan tahapan perbanyakan sel. Proses ini sesuai dengan
pernyataan Santoso (2001), bahwa sel tumbuhan memiliki kemampuan untuk
menyerap air dan unsur hara sehingga menyebabkan terjadinya pertambahan
ukuran dan jumlah selyang pada akhirnya menyebabkan terjadinya pembengkakan
jaringan.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
perlakuan pada dosis perendaman GA3 100 ppm dengan varietas lokananta dapat
meningkatkan pertumbuhan perkecambahan pada bawang merah meliputi indeks
vigor dan daya kecambah, sedangkan dosis 50 ppm dengan varietas tuktuk dapat
meningkatkan jumlah daun dan anakan bawang merah.
B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di lapangan, dengan meningkatkan


konsentrasi serta jumlah populasi yang lebih banyak
DAFTAR PUSTAKA

Asra, R. 2014. Pengaruh hormon giberelin terhadap daya kecambah dan


vigoritas Calopogonium caeruleum. J. Biospecies.7(1) 29-33

Badrudin, U., Sunarto dan P. Hidayat. 2007. Pertumbuhan produksi enam


genotype bawang merah yang diperlakukan dengan variasi pupuk K dan saat
panen. J. Agrin.11(2) : 120-129.

Barson, Mariati dan Rosita. 2015. Produksi biji bawang merah samosir aksesi
simanindo terhadap konsentrasi GA3 dan lama perendaman di dataran tinggi
samosir. J. Agrotech 3 (3) : 1147-1146.

Deden dan U. Trisnaningsih. 2018. Pengaruh giberelin dan urin terhadap


pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. J. Agrosintesa1(1): 18-29

Deninta, N., T. M. Onggo dan Kusumiyati. 2017.Pengaruh berbagai konsentrasi


dan aplikasi metode hormon GA3 terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
brokoli kultivar lucky. J. Agrikultur. 28(1) : 9 -14.

Haq, M. M. N., dan I. Iskandar. 2014. Respon beberapa varietas bawang merah
dan lamanya perendaman GA3 terhadap pertumbuhan dan hasil. J Agritop : 41-
50

Pengaruh Konsentrasi Giberelin (GA3) terhadap Pertumbuhan Kailan (Brassica


oleracea L. Var alboglabra) pada Berbagai Media Tanam dengan Hidroponik
Wick System
Respon pertumbuhan true shallot seed beberapa varietas bawang merah(Allium
cepa l.) terhadap aplikasi giberelin
PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN EKSTRAK
REBUNG DAN TAUGE TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS DAN
HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) Annisa

Anda mungkin juga menyukai