Anda di halaman 1dari 58

KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

Uji Efektivitas Biosaka Terhadap OPT,


Pertumbuhan Tanaman dan Produksi Padi
Dr. Ir. ENIE TAURUSLINA AMARULLAH, MP

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN


Hotel Ibis Bandung, 22 Januari 2023

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


www.bbpopt.id Peramalan opt kementan @bbpopt @bbpopt Balai Besar Peramalan
Direktorat OPTPangan
Jenderal Tanaman
Balai Besar Peramalan OPT
Balai Besar Peramalan OPT
Latar Belakang
▪ Muhammad Ansar, sebagai Penggagas Biosaka menjabarkan Biosaka mulai melakukan
pendampingan di wilayah kabupaten Blitar sejak pertengahan tahun 2019 sampai dengan sekarang
yang dimulai dari beberapa petani di wilayah kecamatan wates (Republika, 2022)
Sumber: https://www.republika.co.id/berita/rbnxrn423/kurangi-penggunaan-pupuk-
kimia-kementan-perkenalkan-bercocok-tanam-dengan-teknik-biosaka

▪ Guru Besar ITB, Prof. Robert Manurung yang hadir langsung dalam Bimtek menyebutkan pihaknya
sudah melakukan penelitian terkait teknik Biosaka. Menurutnya, Biosaka yang merupakan kepanjangan
dari Selamatkan Alam Kembali ke Alam ini bukanlah pupuk, akan tetapi elisitor. Biosaka ini disebut
elisitor dari ilmu epigenetic, sudah banyak riset dan jurnal jurnal elisitor.Elisitor, lanjutnya,
mengandung senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi dan akumulasi
fitoeleksin, meningkatkan aktivasi dan ekspresi gen yang terkait dengan biosintesis metabolis skunder.
Elisitor dapat menginduksi resistensi tumbuhan. Prof Robert menambahkan elisitor intinya
memberikan signal pada tanaman dan si tanaman tersebut melakukan reaksi ditubuhnya. Ini bisa
memunculkan sel-sel hebat dan hormon-hormon yang bagus buat pertumbuhan (agrofarm, 2022)
Sumber: https://www.agrofarm.co.id/2022/06/47501/
- Peningkatan produksi pertanian selalu diharapkan dari segi kualitas dan
kuantitasnya
- Peningkatan produksi tidaklah mudah untuk dicapai

ANALISIS
MASALAH
Hipotesis (1)
Pengembangan pertanian saat ini, mensyaratkan jaminan produk
pertanian yang aman dikonsumsi (food safety attributes), punya
kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) dan ramah
lingkungan (eco labelling attributes).
- Data membuktikan bahwa sektor pertanian di Indonesia masih
dihadapkan pada berbagai masalah. Salah satunya adalah penggunaan
agrokimia (pupuk kimia dan pestisida).
- Penggunaan agrokimia berisiko menyebabkan terjadinya pencemaran dan
kerusakan lingkungan pertanian.
- Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis
yang tinggi dalam kurun waktu yang panjang menyebabkan menurunnya
kesuburan tanah karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan
hara lain, serta menurunnya kandungan bahan organik tanah.
ANALISIS - Penggunaan pestisida yang berlebihan dalam kurun waktu yang panjang
MASALAH dapat menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan degradasi
Hipotesis (2) biota tanah (Rosidin, 2013).

Upaya yang dilakukan untuk meminimalisir penggunaan agrokimia yaitu


pupuk organik diantaranya pupuk kompos, pupuk hayati, pupuk hijau, dan
pupuk mikroba.

Kombinasi pupuk organik dan tanaman elisitor (Hipotesis 4)


- Indonesia merupakan salah satu wilayah yang memiliki keanekargaman hayati
yang tinggi dengan jenis flora yang diperkirakan mencapai 25.000 jenis atau
lebih dari 10% dari jenis flora yang ada di dunia (Wirakusumah, 2007).
- Eksplorasi merupakan pencarian atau penjelajahan plasma nutfah untuk
mengumpulkan dan meneliti jenis plasma nutfah tanaman tertentu (Litbang,
2004).

ANALISIS
MASALAH Koleksi plasma nutfah merupakan hasil eksplorasi dari tempat dimana
Hipotesis (3) terdapat keragaman genetik yang tinggi, yaitu dari tempat asal
berkembangnya spesies tanaman itu (center of origin) atau dari
tempat dimana tanaman itu secara intensif dibudidayakan sejak lama
(center of diversity). (Syukur, et al., 2012).

Sejalan dengan plasma nutfah yang merupakan sumberdaya


hayati di alam menjadi pertimbangan yang perlu dikelola dengan baik.
Hal ini manjadi pertimbangan dalam pemanfaatannya sebagai
bahan organik (Muliatiningsih et al., 2019).
Tanaman elisitor
- Tanaman elisitor adalah suatu tanaman yang mengandung senyawa biologis yang dapat
menyebabkan peningkatan produksi fitoaleksin apabila diaplikasikan pada tumbuhan atau
kultur sel tumbuhan.
- Elisitor dapat berasal dari bakteri, jamur, virus, senyawa polimer karbohidrat, protein, lemak
dan mikotoksin sebagai elisitor biotik (Walters et al., 2013) dan elisitor abiotik seperti sinar
UV, ion-ion logam dan hormon dan molekul-molekul pengkode resistensi tanaman
(Larroque et al., 2013).

Elisitor biotik adalah elisitor yang berasal dari bahan hayati meliputi polisakarida,
ANALISIS protein, glikoprotein atau fragmen dinding sel yang berasal dari fungi, bakteri,
MASALAH dan tanaman.

Hipotesis (4) Elisitor abiotik adalah zat yang dihasilkan dari bahan non hayati berupa logam berat,
garam anorganik, pH, stress suhu, cahaya, dan sebagainya.

Kultur jaringan tanaman merupakan alternatif produksi metabolit sekunder bioaktif,


seperti flavonoid, yang efisien dan sangat menguntungkan. Flavonoid termasuk
golongan senyawa fenolik alami pada buah, sayur, biji, kulit batang, akar, batang,
dan bunga yang memiliki berbagai aktivitas biologis.
Dengan menerapkan kultur jaringan tanaman, maka dapat dilakukan peningkatan
produktivitas metabolit sekunder melalui perubahan ekspresi jalur metabolisme.
Salah satu caranya adalah dengan menggunakan elisitor, baik elisitor biotik maupun
abiotik. Elisitor bekerja dengan cara memicu pembentukan metabolit sekunder
melalui pengaktifan jalur sekunder dalam merespon stres biotik dan abiotik.
Hingga saat ini masih terus dilakukan berbagai penelitian untuk mengetahui jenis
dan mekanisme kerja elisitor yang efektif dalam peningkatan produksi flavonoid.
Manfaat Biosaka
▪ Menghemat biaya pupuk kimia 50 sampai 90%, sehingga petani normal pakai pupuk
biasanya biaya Rp3 juta/ha/musim menjadi cukup Rp 0,3 hingga 1,5 juta/ ha per musim
serta
▪ Meminimalisir atau mengurangi serangan hama penyakit
▪ Lahan pun menjadi subur sehingga produksi lebih bagus

Sumber: https://www.liputan6.com/bisnis/read/5122089/keunggulan-biosaka-
capai-produktivitas-89-ton-mentan-syl-penggunaannya-bisa-kurangi-pupuk-
kimia

▪ Penelitian ilmiah terkait biosaka belum ada dilakukan,


▪ Setelah pertemuan di Blitar tanggal 21 Mei 2022, maka Ka. BBPOT
mengarahkan untuk menguji efektivitas larutan Biosaka pada padi
Tujuan Kajian
▪ Untuk mengetahui efektivitas biosaka terhadap OPT, pertumbuhan dan produksi
tanaman padi di Kabupaten Karawang

Hipotesis
▪ H-1: Formulasi Biosaka dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman padi
▪ H-2 : Formulasi Biosaka dapat meningkatkan produksi tanaman
padi (penghematan penggunakan pupuk)
▪ H-3: Formulasi Biosaka dapat menekan serangan OPT padi
METODE PERCOBAAN
▪ Pengujian menggunakan RAK- non factorial dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan:
P0 = KONTROL (Tanpa NPK dan Tanpa BIOSAKA),
P1 = BIOSAKA,
P2 = BIOSAKA + NPK 50%, dan
P3 = BIOSAKA + NPK 100%.

Data pembanding di lahan LPM BBPOPT (Masukan dari Prof. Robert Manurung)
P4 = NPK 100 % (Rice Garden)
P5 = Agen hayati P. polymyxa + P. kandang dan NPK (AH +)

▪ Aplikasi pupuk dilakukan berdasarkan dosis anjuran yang direkomendasikan Balai Penelitan Tanah,
Kementerian Pertanian di Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang yaitu pupuk NPK 15-10-12 dosis 225
Kg/ha dan Urea 225 Kg/ha. Pada perlakuan ini dosis yang diberikan sebanyak 2 kali.
RICE
GARDEN (NPK
100%)
▪ Penanaman padi dilakukan
PUPUK KANDANG + PAENIBACILLUS
POLYMYXA pada bulan Mei 2022
dengan jarak tanam 25 cm
Jalan
x 25 cm.
P0 - 1 P0 - 3
Layout Lahan Kajian

P0-5 P0-6
P0 - 2 P0 - 4
▪ Luasan petak demplot 1400
m2/perlakuan.
P1 - 1 P1 - 3
P1-5 P1-6
▪ Pemeliharaan tanaman padi
P1 - 2 P1 - 4
dilakukan sesui dengan sistem
P2 - 1 P2 - 3 budidaya yang diterapkan baik
P2-5 P2-6 di lahan BBPOPT
P2 - 2 P2 - 4

P3 - 1 P3 - 3
P3-5 P3-6
P3 - 2 P3 - 4

GEDUNG

JALAN

P0 : KONTROL (TANPA NPK + TANPA BIOSAKA)


P1 : BIOSAKA (TANPA NPK)
P2 : BIOSAKA + NPK 50%
P3 : BIOSAKA + NPK 100%
Pembuatan formulasi biosaka

▪ Larutan Biosaka yang digunakan


adalah larutan biosaka yang sudah
“Homogen” berdasarkan penilaian
dari Sdr. M. Anshar
▪ Pada aplikasi ke-1, menggunakan
biosaka dari Blitar (belum ada dari
BBPOPT yang dilatih untuk
membuat biosaka)
▪ Pada aplikasi selanjutnya kita
menggunakan larutan biosaka
yang dibuat oleh Sdr. Suwarman,
SP dengan menggunakan 6 (enam)
Pembuatan BIOSKA di BBPOPT Jatisari, 11 Juni 2022
jenis tumbuhan/rumputan yang
berasal dari lahan BBPOPT, Jatisari

Biosaka, Jatisari
6 Jenis Tumbuhan Rumput “Biosaka”
Genjer Kenikir Orok-orok Rumput Asystasia Anggur semak Wedelia

Tumbuhan diambil di sekitar lahan BBPOPT


Aplikasi Biosaka ▪ Aplikasi BIOSAKA dilakukan dengan
interval aplikasi 14 hari yaitu pada
saat tanaman padi berumur 2,4,6, dan
8 MST (Fase pembungaan)
▪ Penyemprotan dilakukan sesuai metode
yang disarankan oleh penemu
BIOSAKA yaitu nozel diarahkan ke
atas (membentuk butiran semprot
seperti kabut) dan di atas daun
tanaman padi.
▪ Dosis yang digunakan berdasarkan
rekomendasi dari petani penemu yang
di Blitar yaitu 40 cc/15 liter dengan
volume semprot 5 tangki atau setara
75 liter/Ha.
Aplikasi Biosaka

Kalibrasi Aplikasi Biosaka


Parameter pengamatan
▪ Pengamatan dilakukan setiap 2 minggu dengan parameter pengamatan: Jumlah anakan, tinggi tanaman,
anakan produktif, populasi dan intensitas serangan hama dan penyakit, berat gabah kering panen,
panjang malai serta berat bernas dan hampa.
▪ Tanaman sampel diambil dengan metode diagonal dan ditentukan sebagai tanaman sampel tetap berjumlah
10 tanaman /ulangan atau 60 tanaman/perlakuan. Seluruh tanaman sampel diberi ajir sebagai penanda
sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi dapat diamati setiap pengamatan.

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

Gambar 1. Penentuan rumpun contoh pada petak perlakuan sebanyak 10 rumpun/ulangan


▪ Untuk menghitung produksi tanaman padi maka pengambilan sampel panen dilakukan secara
ubinan dengan 6 ulangan per perlakuan (ukuran ubinan 2.5 m x 2.5 m) dan pengambilan
rumpun (60 rumpun per perlakuan)

1. UBINAN GKP 2. RUMPUN (60 RUMPUN/PERLAKUAN)

Timbang berat gabah + Jumlah malai/rumpun


Kadar Air (%) Panjang malai (cm)
Berat bernas (gr)
Hasil Ubinan Berat Hampa (gr)
Berat 1000 bulir (gr)
Kadar air
(Waktu kerja: 2-3 hari) Waktu kerja: (+/- 2 bulan)
Analisis data
Data pertumbuhan dan produksi diolah dan dianalisis dengan
menggunakan one-way anova dan dilanjutkan dengan uji Tukey
menggunakan program Minitab 21 dan PAST 4.11
HASIL KAJIAN
24 Juni 2022 Pertumbuhan Tanaman Padi Umur 5 MST

TANPA NPK DENGAN NPK

Kontrol Biosaka Biosaka + NPK 50% Biosaka + NPK 100%

Kontrol Biosaka Biosaka + NPK 50% Biosaka + NPK 100%

Performance Tanaman Padi dari Drone


12 Juli 2022 Umur 8 MST

DENGAN NPK TANPA NPK

Biosaka + NPK 100% Biosaka + NPK 50% Biosaka Kontrol


22 Juli 2022 Umur 10 MST

Biosaka + NPK 100% Biosaka + NPK 50% Biosaka Kontrol


HASIL ANALISIS
Pengaruh Biosaka Terhadap Tinggi Tanaman (cm)
Tanpa
NPK

Dengan
NPK
Pengaruh Biosaka Terhadap Jumlah Anakan
Tanpa
NPK

Dengan
NPK
Tanpa NPK Dengan NPK

Tanpa Biosaka Biosaka BIOSAKA + BIOSAKA +


NPK 50% NPK 100%
NPK NPK NPK NPK
0% 0% 50% 100%

Tanpa Aplikasi
Biosaka Biosaka
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI INPARI 32
DENGAN DEMPLOT LAINNYA DI LAHAN LPM BBPOPT
PADA FASE GENERATIF (9 MST)

Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan


Perlakuan n
Rataan ± SE Rataan ± SE
P0 (Kontrol) 60 80.78 ± 0.52 cd 13.50 ± 0.31 c
P1 (Biosaka) 60 78.44 ± 0.89 d 14.47 ± 0.46 c
P2 (Biosaka + NPK 50%) 60 82.41 ± 1.01 c 19.58 ± 0.55 b
P3 (Biosaka + NPK 100%) 60 98.45 ± 0.60 b 24.85 ± 0.65 a
NPK 100% 40 104.65 ± 1.67 a 25.70 ± 1.16 a
AH + 40 96.90 ± 0.60 b 23.15 ± 0.92 a
Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada
taraf 5% berdasarkan uji Tukey
PENGUKURAN WARNA DAUN
Warna Daun Warna Daun Warna Daun
Perlakuan
Rumpun 1 Rumpun 2 Rumpun 3
P0 (Kontrol) 2-3 2-3 2-3
P1 (Biosaka) 2-3 2-3 2-3
P2 (Biosaka + NPK 50%) 3-4 3-4 3-4
P3 (Biosaka + NPK 100%) 4-5 4-5 4-5

PO P1 P2 P3
Jumlah Anakan Produktif - 9 MST

Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
nyata pada taraf 5% berdasarkan uji Tukey
PANEN KAJIAN
BIOSAKA
Biosaka + NPK 100% Biosaka + NPK 50% Biosaka Kontrol

Waktu panen Waktu panen


lebih lama lebih singkat
Jlh. Malai, Pj. Malai, Berat Bernas & Hampa (60 rumpun/perlakuan)

Jumlah Malai Panjang Malai

Gabah Bernas Gabah Hampa

*kadar air 14%


ANOVA: Jumlah malai, Panjang Malai, Berat Bernas, Hampa & 1000 bulir

Jumlah malai per rumpun Panjang malai (cm)


Perlakuan
Rataan ± SE Rataan ± SE
P0 (Kontrol) 14.42 ± 0.42 c 19.54 ± 0.17 b
P1 (Biosaka) 12.68 ± 0.42 d 19.49 ± 0.25 b
P2 (Biosaka + NPK 50%) 17.03 ± 0.45 b 21.66 ± 0.22 a
P3 (Biosaka + NPK 100%) 19.45 ± 0.51 a 21.86 ± 0.20 a

Berat bernas (gr/rumpun)* Berat Hampa (gr/rumpun) Berat 1000 bulir (gr)
Perlakuan
Rataan ± SE Rataan ± SE Rataan ± SE
P0 (Kontrol) 34.30 ± 1.27 c 0.80 ± 0.06 b 26.24 ± 0.22 ab
P1 (Biosaka) 28.85 ± 1.06 d 0.93 ± 0.06 b 25.55 ± 0.18 c
P2 (Biosaka + NPK 50%) 46.38 ± 1.72 b 1.62 ± 0.14 a 25.87 ± 0.14 bc
P3 (Biosaka + NPK 100%) 51.36 ± 1.59 a 1.86 ± 0.12 a 26.86 ± 0.18 a

Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% berdasarkan uji Tukey
HASIL UBINAN

Konversi pada kadar air


Jumlah sampel ubinan Berat GKP Ubinan (Ton/Ha)
Perlakuan 18% (Ton/Ha)
(2,5 m x 2,5 m)
Rataan ± SE Rataan ± SE
P0 (Kontrol) 6 3.45 ± 0.16 b 3.97 ± 0.20 b
P1 (Biosaka) 6 3.02 ± 0.24 b 3.23 ± 0.32 b
P2 (Biosaka + NPK 50%) 6 4.05 ± 0.49 b 4.54 ± 0.58 b
P3 (Biosaka + NPK 100%) 6 6.41 ± 0.18 a 6.60 ± 0.22 a
PERBANDINGAN HASIL PANEN KAJIAN BIOSAKA DENGAN DEMPLOT LAINNYA
DI LAHAN LPM BBPOPT*

*
ns

*Berat gabah dikonversi pada kadar air yang sama (18%)


POPULASI/INTESITAS SERANGAN OPT

- 9 MST
- 9 MST
PEMBAHASAN
• Plant secondary metabolites are unique sources for pharmaceuticals, food additives, flavors, and other industrial materials. Accumulation of
such metabolites often occurs in plants subjected to stresses including various elicitors or signal molecules.
• Understanding signal transduction paths underlying elicitor-induced production of secondary metabolites is important for optimizing their
commercial production.
• This paper summarizes progress made on several aspects of elicitor signal transduction leading to production of plant secondary metabolites,
including: elicitor signal perception by various receptors of plants; avirulence determinants and corresponding plant R proteins; heterotrimeric
and small GTP binding proteins; ion fluxes, especially Ca2+ influx, and Ca2+ signaling; medium alkalinization and cytoplasmic acidification;
oxidative burst and reactive oxygen species; inositol trisphosphates and cyclic nucleotides (cAMP and cGMP); salicylic acid and nitric oxide;
jasmonate, ethylene, and abscisic acid signaling; oxylipin signals such as allene oxide synthase-dependent jasmonate and hydroperoxide
lyase-dependent C12 and C6 volatiles; as well as other lipid messengers such as lysophosphatidylcholine, phosphatidic acid, and
diacylglycerol.
• All these signal components are employed directly or indirectly by elicitors for induction of plant secondary metabolite accumulation.
• Cross-talk between different signaling pathways is very common in plant defense response, thus the cross-talk amongst these signaling
pathways, such as elicitor and jasmonate, jasmonate and ethylene, and each of these with reactive oxygen species, is discussed separately.
• This review also highlights the integration of multiple signaling pathways into or by transcription factors, as well as the linkage of the above
signal components in elicitor signaling network through protein phosphorylation and dephosphorylation.
• Some perspectives on elicitor signal transduction and plant secondary metabolism at the transcriptome and metabolome levels are also
presented.
NO NAMA GULMA KANDUNGAN SENYAWA
senyawa alkaloid, flavonoid, steroid,
1 Limnocharis flava
(Genjer) saponin, fenol hidrokuinon, tannin dan
polifenol (Sovia, 2006)

2 Cosmos sp.
(Kenikir) senyawa fenolik untuk antioksidan
(Mustafa et al., 2010)

mengandung senyawa alkaloid,


3 Crotalaria sp.
(Orok-orok) flavonoid, tanin, fenol, lemak, protein,
karbohidrat, kardiosida, terpenoid dan
steroid (Reddy et al., 2007), tinggi
kandungan air dan N (Sutejo, 2002)

4 Asystasia sp Mengandung senyawa fitokimia


(Rumput Asystasia) flavonoid, saponin, tannin, terpenoid
dan merupakan senyawa penghambat
bakteri E. coli dan S. aureus (Robert,
2014)
senyawa alkaloid, flavonoid, tanin,
5 Causonis trifolia
(Anggur Semak) fenol, lemak, protein, karbohidrat,
kardiosida, terpenoid dan steroid
(Reddy et al., 2007).

6 Sphagneticola trilobata Penghambat bakteri Salmonella typhi


(Wedelia) dan Escherichia coli
• Hasil analisis kualitatif ekstrak tanaman Crotalaria sp. mengandung
adanya alkaloid, flavonoid, tanin, fenol, lemak, protein, karbohidrat,
kardiosida, terpenoid dan steroid (Reddy et al., 2007).

• Tanaman ini memiliki ciri batang berbentuk silindris dan daun


berbentuk runcing sampai lonjong yang tumbuh mengelilingi batang,
serta bunga berwarna kuning. Bentuk biji tanaman ini menyerupai
ginjal dengan ukuran kecil (18.000 – 30.000 biji/kg), dan mengandung
sekitar 25% protein (Djajadi, 2004). Spesies Crotalaria juncea L.
sebagai bahan organik berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah antara
lain dapat memperbaiki struktur tanah, sumber hara (N, P, K) dan
unsur mikro, menambahkan kemampuan tanah untuk menahan air
dan unsur hara, meningkatkan KTK tanah, serta sumber energi bagi
mikroorganisme tanah (Hardjowigeno, 1995).

• Di berbagai negara tropika Crotalaria juncea L., di tanam dalam


rotasi tanaman dengan padi, jagung, tembakau, kapas, nanas, kopi dan
digunakan sebagai tanaman penutup tanah dalam perkebunan.
Tanaman ini dapat menjadi sumber N yang berasal dari bagian
vegetatif tanaman dan hasil fiksasi N2 udara maupun N dalam tanah
oleh bintil akar tanaman yang bersimbiosis dengan bakteri
Rhizobium sp sehingga diharapkan mampu menambah kandungan N
dalam tanah (Bang, 1990; Julianto et al., 2011).
HASIL UJI LABORATORIUM AGENS HAYATI
Sampel Blitar
KANDUNGAN FORMULASI BIOSAKA
HASIL UJI LABORATORIUM AGENS HAYATI
Sampel Karawang Sampel Indramayu
HASIL UJI LABORATORIUM MOLEKULER
KANDUNGAN FORMULASI BIOSAKA

Hasil Penelitian
Aplikasi pupuk hayati Bacillus sp. dapat mengurangi 25% pemakaian
pupuk NPK pada produksi padi sawah.

- Bacillus sp. merupakan PGPR (Plant Growth Promotion Rhizobacteria) yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman.
- Bacillus mampu memfiksasi N2, melarutkan fosfat serta mensintesis fitohormon IAA (Indole 3- Acetic Acid).
- Kemampuan Bacillus sp. sebagai PGPR dapat meningkatkan ketersediaan hara nitrogen dan fosfat yang rendah pada
tanah sawah. Kehilangan hara nitrogen umumnya terjadi karena leaching dan runoff pada tanah yang tergenang dan
rendahnya ketersediaan fosfat karena berikatan kompleks dengan unsur Al2+ dan Fe2+.
- Rendahnya ketersediaan hara nitrogen dan fosfat pada tanah sawah dapat ditingkatkan dengan pemberian aplikasi
pupuk hayati bakteri Bacillus sp.
- Penelitian di BBPOPT bertujuan untuk mempelajari kemampuan bakteri Bacillus sp. dalam memfiksasi N2,
melarutkan fosfat dan mensintesis IAA serta perannya terhadap penyediaan unsur hara dan produksi padi sawah.
- Plasmid adalah DNA ekstrakromosomal yang
dapat bereplikasi dan bisa ditemukan pada sel
hidup.
- Umumnya plasmid menyandi gen-gen yang
diperlukan agar dapat bertahan pada keadaan
yang kurang menguntungkan sehingga bila
lingkungan Kembali normal, DNA plasmid dapat
dibuang.
- DNA plasmid produksi protein
- Struktur DNA plasmid berada dlm konformasi
yang disebut lingkaran tertutup kovalen atau ccc.
HASIL UJI KANDUNGAN AMILOSA
KANDUNGAN AMILOSA BULIR PADI

Kadar amilosa merupakan salah satu faktor penentu tekstur nasi yang dihasilkan oleh suatu
varietas/galur padi. Berdasarkan kandungan amilosanya dalam bobot kering, beras dapat
dikelompokkan menjadi beras ketan yang ber-tekstur sangat lengket (0–4%), beras
beramilosa sangat rendah yang bertekstur lengket (5–12%), beras beramilosa rendah
yang bertekstur sangat pulen (12–20%), beras beramilosa sedang yang bertekstur
pulen (20–25%), dan beras beramilosa tinggi yang bertekstur pera (25–33%).1

Informasi kandungan amilosa pada beras diperlukan dalam proses pemuliaan, konservasi
plasmanutfah, dan pengembangan produk berbasis beras.
MENGENAL TANAMAN ELISITOR
Hasil Penelitian
MANFAAT TANAMAN ELISITOR
Walters et al. (2013)

- Induksi resistensi dapat dilakukan melalui aplikasi agens hayati (seperti


rizobakteria nonpatogen) dan senyawa kimia (sintetik dan nabati).

- Keberhasilan senyawa penginduksi dalam mengendalikan serangan patogen


tanaman berkisar antara 20–89%, bergantung pada jenis tanaman, kondisi
fisiologis, dan faktor abiotik seperti kelembaban dan suhu. Mirabilis jalapa
Duriat (2008) dan Somowiyarjo et al. (2001)

- Penggunaan ekstrak tanaman elisitor berupa daun bunga pukul empat (Mirabilis
jalapa) dan daun bunga pagoda (Clerodendrum japonicum) paling efektif
menginduksi ketahanan tanaman cabai terhadap virus Gemini.

Hartati (2012)

- Ekstrak tanaman sambiloto mengandung elisitor pemicu ketahanan tanaman


terhadap penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum E. F. Smith) dengan
tingkat keefektifan sebanding dengan perlakuan senyawa kimia asam Clerodendrum japonicum
salisilat+Ca.
MANFAAT TANAMAN ELISITOR

Hasil Penelitian
Amaranthus spinosus
Gunaeni, et al. (2015) dan Leiss, et al. (2011)
- Bahan untuk membuat pestisida nabati (berpotensi sebagai elisitor) seperti
bayam duri (Amaranthus spinosus), iler/Jawer kotok (Coleus
scutellarioides), kenikir (Tagetes erecta), nimba (Azadirachta indica), sirsak
(Annona mucicata) dan tapak dara (Cataranthus roseus). Coleus scutellarioides
- Tumbuhan tersebut menghasilkan senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik,
steroid dan terpenoid.
- Tumbuhan tersebut menghasilkan senyawa metabolit sekunder berpotensi
dijadikan sumber gen resisten terhadap hama dan patogen.
Cataranthus roseus
PENUTUP
1. Aplikasi formulasi cair “biosaka” yang digunakan pada tanaman padi
diawali pada kajian di lahan BBPOPT
2. Àplikasi formulasi cair “biosaka” yang digunakan tidak
menimbulkan fitotoksisitas pada padi Inpari 32.
3. Aplikasi formulasi cair “biosaka” memperlihatkan pada perlakuan
NPK 50%+biosaka dengan hasil panen 4,54 ton/ha dibanding
perlakuan NPK 100%+biosaka 6,60 ton/ha pada tanaman padi
Inpari 32.
4. Pengaruh formulasi cair “biosaka” dalam menekan serangan OPT
masih perlu dikaji lebih lanjut di lokasi endemis hama dan
penyakit secara spesifik.
5. Hasil kajian ini hanya berlaku pada larutan biosaka yang diuji
PENELITIAN 2023 (Kerjasama BBPOPT-Perguruan Tinggi)
1. Rancangan Penelitian 2023
- Paramater perlakuan tidak menggunakan NPK 100% tetapi NPK <50%
- Pengembangan Bacillus dan agens hayati lainnya
- Pelaksanaan di daerah endemik
2. Penelitian 2023
1) Efektifitas Formulasi Biosaka: Kombinasi Pupuk Organik dan Agens Hayati
Terhadap OPT, Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah di Jawa Barat (IPB)
2) Efektifitas Formulasi Biosaka: Kombinasi Pupuk Organik dan Agens Hayati
Terhadap OPT, Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah di Sulsel (UNHAS)
3) Efektifitas Formulasi Biosaka: Kombinasi Pupuk Organik dan Agens Hayati
Terhadap OPT, Pertumbuhan dan Produksi Jagung di Jawa Barat (IPB)
4) Penelitian Ekspresi Gen Ketahanan Tanaman Dengan Aplikasi Formulasi
Biosaka Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi (UNS)
BBPOPT
Maju Mandiri Modern

Anda mungkin juga menyukai