Anda di halaman 1dari 8

TEKNOLOGI PASCAPANEN BUNGA SEDAP MALAM

Suyanti
Balai Penelitian Tanaman Hias Jl. Raya Pacet - Ciherang, Kotak Pos 8 Sindanglaya, Cianjur 43253

ABSTRAK
Salah satu kendala dalam agribisnis bunga potong adalah menurunnya kualitas bunga sebagai akibat dari
proses respirasi dan transpirasi serta kurangnya nutrisi selama dalam keragaan. Pewarnaan bunga potong sedap
malam dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis pewarna makanan. Warna yang dihasilkan tergantung
jenis pewarna, konsentrasi dan lama perendaman. Periode kesegaran bunga yang pendek dapat diperpanjang
dengan pemberian nutrisi dan bahan pengawet. Pemberian nutrisi dapat dilakukan dengan metode "pulsing"
maupun "holding" dengan larutan sukrosa 15% dan 6% ditambah germisida. Minyak bunga sedap malam dapat
dibuat dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut menguap dan enfleurasi. Rendemen minyak hasil ekstraksi
dipengaruhi oleh varietas, tingkat kemekaran bunga, waktu dan lama ekstraksi. Rendemen minyak hasil enfleurasi
dipengaruhi oleh jenis adsorben yang digunakan. Rendemen minyak hasil enfleurasi lebih tinggi dibandingkan
hasil ekstraksi. Sampai saat ini kebutuhan minyak bunga untuk parfum dan kosmetik masih impor dengan harga
yang mahal. Pengembangan industri minyak berbahan baku bunga sangat diperlukan untuk pasar dalam negeri
dan ekspor.
Kata kunci: Polianthes, pewarnaan, kesegaran, minyak wangi

ABSTRACT
Postharvest technology of tuberose
One of the major constraints in cut flower business is low quality of flower due to respiration, transpiration,
and nutrient deficiency during fresh performance. The prospect however is quite promising because of its acceptance
as cut flowers as well as raw material in perfume industries. White lower of tuberose can be coloured by using various
food colouring substances. The result may be varied according to the kind of colouring substance, concentration,
and dipping period. The vase life of tuberose cut flower can be prolonged by giving nutrition and germicide. We can
give the nutrition by either pulsing or holding method with 15% and 6% sucrose solution added with germicide.
Vaporing solution along with enfleuration can perform the extraction absolute of tuberose. The yield of absolute
from extraction is depend on the grade of blooming, variety and period of extraction process. The oil yield resulted
from extraction process is influenced by the use of adsorbent. The oil yields obtained from enfleuration process
was more concentrated compared to those from extraction process. Until now, the demand of flower oil for
perfume and cosmetic purposes are still imported with high price. The development of flower oil industry are
required to fulfill market demands.
Keywords: Polianthes, coloration, vase life, flower oil

anaman sedap malam berasal dari


Mexico dengan daerah penyebaran
mencakup Eropa, Afrika, Asia, dan
sebagian Cina sampai ke Pulau Jawa
(Backer, 1968). Sedap malam bukan
tanaman asli Indonesia, tetapi tanaman
ini telah cukup lama dikenal di Indonesia
dan tersebar di berbagai daerah.
Produksi bunga sedap malam pada
tahun 1999 mencapai 9.360.298 tangkai
dan menduduki urutan ke tiga setelah
bunga mawar dan melati (Badan Pusat
Statistik, 1999). Luas pertanaman sedap
malam adalah 4.081.568 m2 dengan sentra
produksi antara lain Jawa Timur
(3.102.687 m2), Jawa Barat (647.786 m2 ),
Jawa Tengah (265.387 m2), dan Sumatera

24

Utara (56.537 m2). Luasnya pertanaman


sedap malam di Jawa Timur ini telah
mendorong pemerintah setempat untuk
menetapkan bunga sedap malam sebagai
"Maskot Flora Jawa Timur" (Sekretaris
Daerah Jawa Timur, 1992).
Sedap malam merupakan tanaman hias
populer. Bentuk bunganya indah dan
harum, sehingga disukai oleh masyarakat
pedesaan maupun perkotaan. Bunga sedap
malam potong tidak saja dijumpai di rumahrumah, tetapi juga di gedung-gedung
pertemuan, hotel-hotel berbintang bahkan
rumah sakit. Keharuman bunga ternyata
mampu mengobati stres, sehingga
mendorong berkembangnya penyembuhan penyakit dengan aroma terapi. Selain

digunakan sebagai bunga potong, sedap


malam banyak dimanfaatkan sebagai
bunga tabur dan bahan baku industri
minyak atsiri.
Sejalan dengan tingginya variasi
manfaat, permintaan sedap malampun
terus meningkat. Pada hari Raya Idul Fitri,
Natal, Imlek, dan hari besar lainnya,
permintaan sering tidak terpenuhi. Hal ini
terbukti dengan tingginya volume
penjualan bunga sedap malam di pasar
Rawa Belong, Jakarta. Pada tahun 1999,
volume penjualan bunga sedap malam
selama bulan Januari-Maret sebesar
294.005.300 tangkai dan menduduki
urutan ke tiga setelah bunga aster Holand
dan gladiol (Badan Pusat Statistik, 1999).
Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

Kondisi demikian merupakan peluang


bagi petani untuk mengusahakan sedap
malam secara optimal.
Berdasarkan susunan bunga, sedap
malam dibedakan menjadi bunga bersusun
petal selapis (tunggal), petal berlapis
(ganda), dan bunga semiganda. Bunga
jenis tunggal banyak ditanam di daerah
Pasuruan (Jawa timur), sedangkan bunga
ganda banyak ditanam di daerah Jawa
Tengah dan Jawa Barat. Ditinjau dari
jumlah daun, jumlah tangkai per tanaman,
panjang tangkai bunga, jumlah hari yang
dibutuhkan untuk berbunga dan jumlah
umbi yang dihasilkan per tanaman, jenis
bunga tunggal secara komersial paling
banyak disukai diikuti dengan kultivar
ganda dan varigata (Bankar dan Mukhopadhyay, 1980).
Sampai saat ini pemasaran bunga
sedap malam hanya terbatas untuk
memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri,
terutama untuk bunga segar. Bunga yang
berasal dari Jawa Timur dipasarkan ke
daerah sekitar Pasuruan dan Bali, bunga
yang berasal dari daerah Grabag
(Magelang) dipasarkan ke daerah sekitar
Jawa Tengah dan Jakarta, sedangkan
bunga yang berasal dari Cianjur,
Sukabumi, dan Wanayasa (Purwakarta)
dipasarkan ke Jakarta dan sekitar daerah
Wanayasa. Peluang pemasaran bunga
sedap malam ke luar negeri cukup besar,
mengingat saat ini bunga-bunga tropis
beraroma mulai diminati oleh masyarakat
manca negara .
Pewarnaan bunga sedap malam
dengan pewarna makanan disukai dan
dapat meningkatkan keindahan rangkaian
bunga. Pemanfaatan bunga menjadi
minyak juga menguntungkan. Sampai saat
ini untuk memenuhi kebutuhan industri
kosmetik, parfum, dan sabun, minyak
atsiri berbahan baku bunga masih diimpor
dari luar dengan harga yang cukup mahal.

KENDALA DAN PELUANG


PENGEMBANGAN BUNGA
SEDAP MALAM SEBAGAI
KOMODITAS EKSPOR
Kendala dalam bisnis sedap malam
adalah keterbatasan teknologi penanganan
pascapanen yang tersedia bagi masyarakat
luas. Hal ini menyebabkan bunga banyak
yang rusak dan tidak tahan lama selama
transportasi dan penyimpanan. Kendala
Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

lain adalah teknologi produksi yang


belum memadai, sehingga hasil panen
bunga sedap malam belum optimal dengan
kualitas yang rendah. Tangkai bunga
banyak yang pendek dan tidak lurus. Hal
ini sangat mempengaruhi mutu dan juga
harga jual bunga. Tuntutan untuk
menghasilkan bunga dengan kualitas
prima belum menjadi prioritas, karena
sasaran pemasarannya terbatas untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Teknologi budi daya sedap malam
untuk memperoleh bunga dengan tangkai
yang lurus, bunga yang kompak, serta
produksi yang kontinu telah tersedia.
Namun penerapan teknologi ini perlu
dibarengi dengan penanganan pascapanen
yang memadai untuk mendapatkan bunga
berkualitas prima.
Bunga sedap malam hanya berwarna
putih dengan umur keragaan sangat
singkat. Bunga yang telah mekar akan
layu dalam 23 hari, sehingga akan
mengurangi keindahan bunga. Keberadaan
bunga yang berwarna warni juga
diperlukan agar rangkaian bunga lebih
semarak dan indah. Untuk mendapatkan
bunga sedap malam yang berwarna-warni
dapat dilakukan dengan mencelupkan
tangkai bunga ke dalam larutan pewarna.
Pemanfaatan bunga sedap malam
sebagai bahan baku minyak atsiri belum
dilakukan, walaupun prospeknya cukup
cerah. Peluang pengembangan industri
minyak berbahan baku bunga di Indonesia
cukup besar. Banyak bunga beraroma
ditanam oleh masyarakat Indonesia
seperti mawar, melati, cempaka, kenanga,
kantil, kemuning, dan kamboja yang
berpotensi untuk bahan baku industri.
Kebutuhan minyak atsiri dari bunga
alami terus meningkat setiap tahun. Hal
ini ditunjukkan dengan terus meningkatnya volume impor atsiri. Pada tahun
1995, impor minyak atsiri berbahan baku
bunga mencapai 29.113 kg dengan nilai
415.385 US$ dan pada tahun 1999
meningkat menjadi 335.848 kg dengan
nilai 845.409 US$ (Badan Pusat Statistik,
1995; Pusat Promosi dan Pemasaran
Bunga Rawa Belong Jakarta, 1999).
Kendala utama pengembangan
produk minyak bunga sedap malam adalah
terbatasnya pengetahuan petani tentang
proses produksi minyak berbahan baku
bunga. Untuk mengatasi hal tersebut,
Balai Penelitian Tanaman Hias sejak
tahun 1995 telah melakukan penelitian
pascapanen bunga sedap malam yang
meliputi karakterisasi mutu, cara

memperpanjang daya simpan bunga,


pewarnaan bunga, pembuatan minyak dan
pembuatan granula untuk pengawet
bunga sedap malam .

TEKNIK PASCAPANEN
BUNGA SEDAP MALAM
PEMANENAN DAN PERLAKUAN PENGAWETAN
KESEGARAN
Sedap malam mulai berbunga pada
umur 115284 hari setelah ditanam
(Sharga, 1982) dan bunga mulai dapat
dipanen setelah 12 kuntum bunga mekar.
Mutu bunga dianggap baik apabila
sepertiga bagian kuntum bunga dalam
setiap malainya mekar. Namun, bunga
dengan tingkat kemekaran tersebut tidak
tahan selama dalam pengangkutan, karena
bunga yang telah mekar, sepalnya rapuh.
Untuk pengangkutan jarak jauh, panen
bunga yang tepat adalah apabila 12
kuntum bunga dalam setiap malainya telah
mekar. Bunga yang masih kuncup l saat
dipanen akan mekar selama dalam
keragaan.
Pemanenan dilakukan dengan mencabut atau memotong tangkai bunga.
Bunga yang telah dipanen dikumpulkan
kemudian dibawa ke bangsal pengemasan
untuk disortasi dan dipilah-pilah berdasarkan ukuran malainya.

Sortasi dan "Grading"


Bunga sedap malam adalah bunga
majemuk dengan jumlah bunga berkisar
3060 kuntum pada setiap malainya.
Panjang tangkai bunga dan ketegaran
tangkai merupakan salah satu kriteria
mutu bunga sedap malam. Mutu bunga
sedap malam dalam perdagangan sangat
dipengaruhi oleh panjang tangkai serta
persyaratan lain yang menyangkut
penampilan dan kondisi fisik lainnya.
Bunga yang telah dipanen kemudian
disortasi dan dipisah-pisahkan sesuai
dengan panjang pendeknya tangkai
bunga.
Menurut Anonimous (1996) terdapat
lima kategori kelas mutu bunga sedap
malam, yaitu kelas super, panjang, medium,
pendek, dan mini. Panjang tangkai bunga
pada masing-masing kelas tersebut
disajikan pada Tabel 1.
25

Tabel 1. Berbagai kriteria ukuran


kelas bunga sedap malam.
Kelas
Super
Panjang
Medium
Pendek
Mini

Panjang tangkai bunga


(cm)
> 95
75 90
60 74
50 59
30 49

Sumber: Anonimous (1996).

Selain panjang tangkai, kekokohan


dan kelurusan tangkai bunga berpengaruh terhadap mutu bunga sedap
malam. Untuk kualitas super, tangkai
bunga harus benar-benar lurus dan
kokoh.

TEKNIK PEWARNAAN
BUNGA
Bunga sedap malam hanya mempunyai warna tunggal yaitu putih. Agar
tampilan rangkaian bunga tampak semarak,
bunga yang berwarna putih dapat diberi
warna. Pewarnaan bunga sedap malam
dapat dilakukan dengan mencelupkan
tangkai bunga ke dalam larutan pewarna.
Pewarna yang digunakan adalah pewarna
makanan dengan konsentrasi 48 g untuk
jenis pewarna bubuk dan 40 cc untuk
pewarna cair untuk setiap liter larutan
(Gambar 1). Tidak semua jenis pewarna
makanan yang dijual di pasaran dapat
memberikan respons yang positif.
Agar respons tanaman terhadap
pewarnaan dapat berjalan lebih cepat, ke
dalam larutan pewarna perlu ditambahkan
gula dan asam sitrat. Untuk setiap 1 liter
larutan pewarna dapat ditambahkan gula
6% dan asam sitrat teknik 1 g (pH 3,50).
Lama pencelupan tergantung kondisi
bunga dan jenis pewarna yang digunakan.
Respons bunga sedap malam terhadap
beberapa jenis pewarna disajikan dalam
Tabel 2 dan 3.
Warna bunga yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis pewarna, konsentrasi,
dan lama perendaman. Konsumen umumnya menyukai bunga sedap malam yang
diberi warna. Jenis pewarna kuning lebih
disukai dibandingkan jenis pewarna
lainnya, karena warna bunga tampak lebih
merata dan lebih kompak. Semakin lama
waktu perendaman dan semakin tinggi
konsentrasi pewarna yang digunakan,
warna bunga yang dihasilkan menjadi
26

Gambar 1. Bunga sedap malam yang sudah diwarnai.

Tabel 2. Respons beberapa jenis pewarna terhadap perubahan warna dan


warna bunga yang dihasilkan.
Jenis pewarna/
buatan

Respons

Cap kuda terbang (tepung)


Pewarna kuning
Pewarna merah cabai
Pewarna merah jingga
Pewarna hijau
Cap kupu (tepung)
Pewarna kuning tua
Pewarna kuning muda
Pewarna hijau tua
Pewarna hijau muda
Pewarna coklat
Pewarna grape/ungu
Pewarna jingga
Pewarna merah tua
Pewarna merah jingga
Cap kupu (cair)
Pewarna grape/ungu
Pewarna hijau tua
Pewarna hijau muda
Pewarna kuning muda
Pewarna merah cabai
Pewarna merah jingga
Pewarna coklat
Pewarna tepung
Pewarna biru buatan Inggris
Pewarna biru buatan Belanda
Pewarna carmoisin buatan Belanda
Pewarna tartrazine buatan Belanda
Pewarna kuning muda buatan Belanda
Pewarna sanset yellow
Pewarna merah cabai buatan Belanda
Pewarna grape buatan Inggris
Wantek biru (pewarna tekstil)

Lama
pencelupan
(menit)

Warna bunga yang


dihasilkan

+
+
+

30
30
240
85

Amber yellow 505/3


Venetian Pink 420/1
Putih
Sky grey 449/3

+
+
+
+
+
+
+
-

240
60
60
60
60
60
60
60
240

Putih
Barium yellow 503/3
Crysocolla green 56/3
Verdigris 655/2
Pastel mauve 433/2
Verdigris 655/3
Salmon 412/2
Venetian pink 420/2
Putih

+
+
+
+
+
+

45
60
60
60
60
240
45

Wistana blue 640/2


Cyprus green 59
Cyprus green 59/1
Straw yellow 604
Down pink 523
Putih
Salmond 412/3

+
+
+
+
+
+
+
+
-

17
15
55
65
90
60
70
170
240

Persin bule 647/1


Jade green 54/3
Venetian pink 420/1
Naples yellow 604
Straw yellow 503
Marigold orange 11/3
Chinese coral 614/3
Sky grey 449/3
Putih

Sumber : Suyanti dan Murtiningsih (1996).

Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

Tabel 3. Pengaruh konsentrasi larutan pewarna terhadap warna bunga


sedap malam tunggal.
Jenis pewarna

Konsentrasi pewarna
(g/l)

Biru

Carmoisin

Azorobin

Tartrazine

Orange yellow

Egg yellow

Hijau

Ponco 2 R

2
4
6
8
2
4
6
8
2
4
6
8
2
4
6
8
2
4
6
8
2
4
6
8
2
4
6
8
2
4
6
8

Warna yang dihasilkan


Jade green 54/2
Jade green 54/1
Indian blue 51/1
Indian blue 51
Camelia rose 622/3
Camelia rose 622/2
Camelia rose 622/1
Camelia rose 622/1
Dawn pink 523/3
Dawn pink 523/2
Dawn pink 523/1
Dawn pink 523
Uranium green 63/3
Uranium green 63/3
Uranium green 63/2
Uranium green 63
Marigold orange 11/3
Marigold orange 11/2
Marigold orange 11/1
Marigold orange 11/1
Mimosa yellow 602/2
Mimosa yellow 602/1
Empire yellow 603
Chrome yellow 605
Cyprus green 59/1
Cyprus green 59/1
Cyprus green 59
Cyprus green 59
Porcelain rose 620/3
Porcelain rose 620/2
Porcelain rose 620/1
Porcelain rose 620

Sumber: Suyanti dan Dondy (1999).

semakin gelap (tua). Jumlah larutan


pewarna yang diserap oleh tangkai bunga
berkisar 3 4 cc.

TEKNIK MEMPERPANJANG
KESEGARAN BUNGA
Bunga sedap malam yang telah dipotong tetap menjalankan aktivitas
hidupnya. Agar kualitas bunga tetap
prima sampai ke tangan konsumen, bunga
perlu diberi nutrisi dan bahan pengawet,
baik ke dalam larutan perendam maupun
larutan peraga. Nutrisi sangat diperlukan
oleh bunga untuk melakukan aktivitas
hidupnya, mempertahankan warna bunga,
menghambat kelayuan, meningkatkan
ukuran bunga mekar, dan menambah
kemekaran bunga.
Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

pemberian nutrisi dilakukan sebelum


pengemasan, agar bunga tetap prima
sampai ke tangan konsumen. Pemberian
nutrisi dilakukan dengan mencelup tangkai
bunga 412 jam sebelum pengangkutan.
Karena waktu perendaman yang singkat,
konsentrasi nutrisi yang diberikan lebih
tinggi dibandingkan dengan larutan
peraga. Konsentrasi sukrosa yang
digunakan untuk larutan perendam adalah
15% dan 6% untuk larutan peraga. Sukrosa
dengan konsentrasi rendah merupakan
sumber mikroba. Untuk menekan
pertumbuhan mikroba, perlu ditambahkan
pengawet agar pertumbuhan mikroba
dapat ditekan. Pertumbuhan mikroba
dalam larutan peraga maupun perendam
sangat tidak diharapkan karena mikroba
akan menutupi permukaan tangkai bunga
dan xilem, sehingga menghambat laju
penyerapan air. Padahal, air sangat
dibutuhkan oleh tangkai bunga untuk
menggantikan air yang menguap akibat
transpirasi.
Berbagai jenis bahan kimia dapat
digunakan sebagai pengawet, di antaranya
adalah asam sitrat, AgNO 3 , sodium
benzoat, sodium meta bisulfit, "hydro
quinolin citrate", aluminium sulfat, etanol,
crysal, dan physan. Formula pengawet
larutan perendam dan peraga disajikan
pada Tabel 4.

TEKNIK PRODUKSI MINYAK


ATSIRI BUNGA SEDAP
MALAM
Nutrisi yang ditambahkan dapat
berupa sukrosa sebagai sumber karbohidrat dan dikombinasikan dengan
germisida, zat pengatur tumbuh, mineral
dan zat penghambat etelen (Nowak dan
Rudnicki, 1990). Penyusunan formula
nutrisi dan pengawet dibedakan berdasarkan tujuan penggunaan, yaitu :
1) Larutan peraga ("holding"), yaitu
larutan nutrisi dan pengawet yang
digunakan selama peragaan di dalam
vas .
2) Larutan perendam ("pulsing") digunakan untuk merendam tangkai
bunga segera setelah panen, sebelum
dikemas. "Pulsing" dilakukan untuk
pengangkutan jarak jauh atau
penyimpanan.
Nutrisi yang ditambahkan ke dalam
larutan perendam dan larutan peraga
berbeda. Untuk pengangkutan jarak jauh,

Minyak bunga sedap malam dapat


diproduksi melalui dua cara yaitu
ekstraksi menggunakan pelarut menguap
dan ekstraksi menggunakan adsorben
lemak dingin (enfleurasi). Pada ekstraksi
bunga menggunakan pelarut menguap
diperoleh "concret" dalam bentuk padatan
yang mengandung minyak atsiri bunga.
Selanjutnya "concret" diproses menjadi
absolut dengan menambahkan etanol,
dihilangkan kandungan lilinnya dan
didistilasi pada kondisi vakum. Pada
proses ekstraksi dengan teknik enfleurasi,
minyak atsiri bunga yang dihasilkan
dikenal dengan nama absolut. Rendemen
absolut yang dihasilkan dengan teknik
enfleurasi lebih tinggi dibandingkan
dengan pelarut menguap.
Mutu minyak yang diproduksi
dengan cara ekstraksi menggunakan
pelarut menguap dipengaruhi oleh mutu
27

Tabel 4. Beberapa formula pengawet larutan perendam dan peraga untuk


bunga potong sedap malam.
Jenis larutan

Konsentrasi
sukrosa
(%)

Lama
perendaman
(jam)

"Pulsing"
"Holding"
"Holding"

15
6
6

2
Selama peragaan
Selama peragaan

"Holding'

Selama peragaan

"Holding"
"Pulsing"

6
15

Selama peragaan
2

Pengawet
Jenis
AgNO3
AgNO3
SMB
Asam sitrat
Physan
Crysal
Hydro Quinon
Sodium benzoat
Aluminium sulfat
Etanol
Sodium benzoat

Konsentrasi
200
50
200
500
200

ppm
ppm
ppm
ppm
ppm

Daya
simpan
(hari)
6
7
12
7
6
8
7
6
8
7

1%
200 ppm

Tabel 6. Rendemen minyak sedap


malam hasil enfleurasi
dengan menggunakan beberapa jenis adsorben.

Sumber: Murtiningsih et al. (1999); Suyanti dan Murtiningsih (1999); Sunarmani et al.
(1997); Sunarmani dan Suyanti (1998); Suyanti et al. (1997).

bahan baku bunga, varietas, tingkat


kemekaran, teknik pemrosesan, waktu
ekstraksi, lama ekstraksi, dan bulan panen.
Rendemen absolut (minyak) bunga sedap
malam varietas tunggal yang diekstrak
dengan pelarut menguap berkisar antara
0,030,11%, lebih tinggi dibanding sedap
malam varietas ganda (0,020,04%).
Rendemen "concret" sedap malam varietas
mexican single lebih tinggi dibanding jenis
hybrid single, hybrid double, dan perl
double (Srivinash et al., 1996). Rendemen
tertinggi diperoleh pada bunga dengan
tingkat kemekaran 5075%, lama ekstraksi
24 jam, perbandingan heksan dan bunga
1:1, dan waktu ekstraksi malam hari
(Suyanti et al., 1997; 1998). Bulan panen
juga dapat mempengaruhi rendemen
minyak yang dihasilkan. Bunga sedap
malam yang diekstrak pada bulan Oktober
menghasilkan rendemen "concret" yang
lebih besar (0,14%) dibandingkan pada
bulan Maret (0,13%). Rendemen minyak
sedap malam dari beberapa tingkat
kemekaran, lama ekstraksi, waktu ekstraksi,
varietas, dan bulan panen disajikan pada
Tabel 5.
Mutu minyak yang diproduksi
dengan cara enfleurasi sangat dipengaruhi
oleh jenis adsorben yang digunakan dan
frekuensi penggantian bunga. Jenis
adsorben yang paling baik adalah
campuran lemak babi dan lemak sapi
(1:2). Namun, metode enfleurasi dengan
menggunakan adsorben lemak babi sangat
sulit untuk diterapkan di Indonesia yang
mayoritas penduduknya muslim. Sebagai
penggantinya dapat digunakan, jenis
28

gunakan pelarut menguap. Rendemen


minyak sedap malam hasil enfleurasi
berkisar antara 0,520,72%. Rendemen
minyak tertinggi diperoleh dengan
menggunakan jenis "sortening snow
white" (0,72%) dan terendah dihasilkan
oleh adsorben campuran lemak sapi dan
minyak bunga matahari dengan rendemen
minyak 0,52% (Tabel 6).

Rendemen
(%)

Jenis adsorben

"sortening" untuk kue dan roti yaitu


campuran lemak sapi dan lemak nabati.
Rendemen absolut yang dihasilkan
dengan cara enfleurasi lebih besar
dibandingkan dengan cara ekstrasi meng-

"Snow white"
Lemak sapi + minyak bunga
matahari
Fat bland
Lemak sapi + minyak wijen
Lemak sapi + minyak kelapa
sawit

0,72
0,52
0,68
0,71
0,65

Sumber: Sailah et al. (2000).

Tabel 5. Rendemen minyak sedap malam dari beberapa tingkat


kemekaran, lama ekstraksi, waktu ekstraksi, varietas, dan bulan
panen.

Perlakuan
Ekstraksi malam hari
Mekar 525%
Mekar 2550%
Mekar 5075%
Mekar 100%
Ekstraksi siang hari
Mekar 525%
Mekar 2550%
Mekar 5075%
Mekar 100%
Lama ekstraksi
12 jam
24 jam
36 jam
Panen bulan Oktober
Hybrite single
Mexican single
Hybrite double
Pearl double
Panen bulan Maret
Hybrite single
Mexican single
Hybrite double
Pearl double
1
2

Rendemen (%)
Concret1

Absolut

Sumber

0,22
0,22
0,29
0,31

0,04
0,05
0,11
0,07

Suyanti et al. (1999)

0,26
0,23
0,27
0,24

0,03
0,04
0,04
0,05

Suyanti et al. (1999)

0,03
0,03
0,02

Suyanti et al. (1998)

0,14
0,14
0,11
0,11

Srivinash et al. (1996)

0,13
0,13
0,10
0,10

Srivinash et al. (1996)

Concret: minyak kasar bentuk padat mengandung lilin.


Absolut: minyak murni, hasil pemurnian concret.

Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

KOMPOSISI MINYAK
BUNGA SEDAP MALAM
Total komponen dan komposisi
minyak bunga sedap malam dipengaruhi
oleh varietas dan cara pemrosesan.
Secara umum proses pembuatan minyak
bunga sedap malam disajikan pada
Gambar 2.
Bunga sedap malam varietas tunggal
baunya lebih wangi dibandingkan varietas
ganda. Setelah diekstraksi menggunakan
pelarut menguap, kandungan total
komponen minyak bunga sedap malam
tunggal lebih tinggi dibandingkan varietas

ganda, tertinggi (46,26%) adalah pada


bunga dengan tingkat kemekaran 75% dan
diekstrak pada malam hari (Tabel 7). Pada
varietas ganda total komponen minyak
tertinggi (8,82%) diperoleh dari bunga
dengan tingkat kemekaran 75% dan lama
ekstraksi 12 jam (Tabel 8).
Komponen minyak yang diproduksi
dengan menggunakan proses enfleurasi
dipengaruhi oleh jenis adsorben yang
digunakan. Tabel 9 menunjukkan bahwa
penggunaan adsorben campuran lemak
sapi dan minyak kelapa sawit menghasilkan total komponen minyak lebih
tinggi (12,59%) dibanding adsorben

dengan campuran lemak sapi dan minyak


bunga matahari (2,86%), minyak wijen
(6,30%), "snow white" (4,32%) maupun
"fat bland" (5,83%). Komponen kimia
dominan pada minyak bunga sedap malam
varietas ganda hasil enfleurasi adalah
farnesol (0,757,94%) dan metil salisilat
(1,043,23%). Total komponen kimia
bunga sedap malam tunggal hasil ekstraksi
dengan pelarut menguap berkisar antara
17,8746,26%. Komponen dominan
minyak sedap malam tunggal hasil
ekstraksi dengan pelarut menguap adalah
benzil benzoat, geraniol, farnesol, dan
indol. Kandungan indol dan benzil

Ekstraksi dengan
pelarut heksan
1: 1 24 jam

Bunga sedap malam


mekar 5075%

Lemak adsorben oleskan


di atas lempengan kaca bagian
dari chasis tebal 0,50 cm

Penyaringan

Taburkan bunga di atas adsorben


tutup biarkan 12 jam

Ampas bunga

Pelarut heksan
mengandung minyak

Distilasi vakum

Angkat bunga gantikan dengan bunga


baru, tutup biarkan 12 jam. Penggantian
bunga diulang 39 kali.

"Concret" dilarutkan dengan alkohol


panas dinginkan endapan disaring.
Pengendapan dilakukan berulangulang sampai bebas endapan

Lilin

Lemak angkat tampung dalam wadah, larutkan


dengan alkohol panas dinginkan 12 jam. Penyaringan dan pengendapan dilakukan berulang kali pada suhu rendah sampai bebas
lemak rendah

Distilasi
vakum

Gambar 2.

Absolut/minyak
sedap malam

Larutan bebas lemak


didistilasi vakum

Diagram alir proses pembuatan minyak bunga sedap malam (Suyanti et al., 1999; Sailah et al., 2000).

Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

29

Tabel 7.

Komponen kimia minyak bunga sedap malam tunggal hasil ekstraksi


dengan pelarut menguap.

Komponen

Kandungan komponen kimia (%)


Ekstraksi malam hari
Ekstraksi siang hari
Mekar Mekar Mekar
Mekar Mekar
Mekar Mekar
25%
50%
75%
100%
25%
50%
75%

Mekar
100%

Indol
Farnesol
Benzil alkohol
Eugenol
Benzil benzoat
Geraniol
Nerol
Metil antranilat
Total ester
Total alkohol
Total indol

9,08
6,80
4,99
0,56
13,59
1,52
0,71
0,51
14,10
14,59
9,76

6,27
7,27
3,74
0,67
7,34
1,73
1,16
0,35
7,69
14,58
6,27

9,54
9,49
4,72
0,93
13,78
5,25
1,45
1,21
14,88
21,84
9,54

6,37
7,13
7,14
0,57
6,77
3,12
1,11
0,59
7,35
19,06
6,37

4,75
2,78
0,60
0,47
7,39
0,82
0,76
0,32
7,71
5,42
4,75

7,71
4,60
2,72
0,49
8,25
0,64
0,68
0,49
8,74
9,14
7,71

5,11
5,28
2.70
0,92
13,53
4,41
1,11
0,59
14,23
10,94
5,11

6,31
4,59
3,87
0,61
10,04
0,96
0,76
0,58
10,61
10,79
6,31

Total komponen 38,45

28,54

46,26

32,78

17,88

25,59

30,28

27,71

Sumber: Suyanti et al. (1999).

Tabel 8. Komponen kimia minyak sedap malam ganda hasil ekstraksi


dengan pelarut menguap.

Komponen

Nerol
Benzil alkohol
Geraniol
Eugenol
Metil antranilat
Asam fenil
acetat
Farnesol
Benzil benzoat
Indol

Kandungan komponen kimia (%)


Ekstraksi
Ekstraksi
Ekstraksi
12 jam
24 jam
36 jam
Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar Mekar
025% 2550% 75% 025% 2550% 75%
025% 2550% 75%

KESIMPULAN
1) Daya simpan bunga sedap malam
dapat diperpanjang dengan perlakuan
"pulsing" dan "holding" dengan
menggunakan larutan nutrisi mengandung sukrosa 6% dan 15% dan
germisida (AgNO 3 , sodium meta
bisulfit, benzoat, dan etanol).
2) Pewarnaan bunga sedap malam dapat
dilakukan dengan mencelup tangkai
bunga dalam larutan yang mengandung pewarna makanan. Warna
yang dihasilkan tergantung pada jenis
dan konsentrasi pewarna serta lama
perendaman.
3) Bunga sedap malam dapat digunakan
sebagai bahan baku minyak sedap
malam. Rendemen minyak tergantung
metode ekstraksi, waktu esktraksi,
jenis dan tingkat kemekaran bunga.
Cara enfleurasi dapat meningkatkan
rendemen minyak dari 0,11% menjadi
0,72%.

0,24
0,55
0
0
0,40
0,83

0
0,81
0
0
1,99
0,33

0
0,57
0,29
0,94
1,50
0,73

0,40
0,59
0,28
0
3,40
0,42

0
0,51
0,23
0
2,46
0,79

0,25
0,20
1,65
0
2,30
2,29

0,25
0,23
0,53
1,95
0,96
0,72

0,25
0,23
0,53
1,95
0,96
0,72

0,05
0,18
1,87
0,21
0,17
1,29

0,38
1,04
0,84

0
3,78
0

0,79
3,11
0,89

1,34
0,91
0,26

0,80
1,24
1,63

2,98
2,65
0

0,35
2,08
0

0,35
2,08
0

0
1,71
0,38

Anonimous. 1996. Pasar komoditas dalam


Buletin Asbindo no 17 bulan Januari. 4 hlm.

Total komponen 4,28

6,91

8,82

7,60

7,66

12,32

7,07

7,07

5,86

Backer. 1968. Flora of Java. Groningen,


Netherland. 118 p.

Sumber : Suyanti et al. (1998).

Tabel 9. Komponen kimia minyak sedap malam ganda hasil enfleurasi.

Komponen
Asam butirat
Nerol
Geraniol
Benzil alkohol
Eugenol
Metil salisilat
Farnesol
Metil antranilat
Total komponen

SW
0,01
1,34
0,10
0,30
0,15
1,38
0,93
0,11
4,32

Kandungan komponen (%)


Jenis adsorben
FB
LS+MS
LS+MW
0,01
2,18
0,15
0,06
0,06
2,18
0,79
0,40
5,83

0,02
0,53
0,11
0,07
0,37
3,23
7,94
0,32
12,59

0,29
1,47
0,15
0,22
0,27
2,53
1,11
0,26
6,30

Sumber : Sailah et al. (2000).

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 1995. Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor/Imports.


Badan Pusat Statistik, Jakarta. 350 hlm.
Badan Pusat Statistik. 1999. Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor/Imports Badan
Pusat Statistik Jakarta Indonesia. 350 hlm.

LS+MBM
0,01
0,61
0,15
0,09
0,12
1,04
0,75
0,09
2,86

SW = "sortening snow white"; FB = "sortening fat bland".


LS+MS = adsorben yang terbuat dari campuran lemak sapi dan minyak sawit.
LS+MW = adsorben yang terbuat dari lemak sapi dan minyak wijen.
LS+MBM = adsorben yang dibuat dari lemak sapi dan campuran minyak bunga matahari.

30

benzoat pada absolut yang dihasilkan dari


bunga sedap malam tunggal dengan
tingkat mekar 75% dan diekstrak malam
hari adalah paling tinggi, yaitu masingmasing 9,54% dan 13,78%.

Badan Pusat Statistik. 1999. Statistik Tanaman


Obat-obatan dan Hias. Badan Pusat
Statistik, Jakarta. 35 hlm.
Bankar and G.J. Mukhopadhyay. 1980. Varietal
Trial on Tuberose. South Indian Horticultural Research. Bangalore, India.
Murtiningsih, Suyanti, dan Setyajit. 1999.
Pengaruh "pulsing" dan "holding" terhadap
umur keragaan bunga sedap malam
(Polianthes tuberose L.) potong. Buletin
Pascapanen Hortikultura 2(1): 7580.
Nowak, J. and R.M. Rudnicki. 1990. Postharvest Handling and Storage of Cut Flower,
Florist Greens and Potted Plant. Timber
Press, Portland Oregon. 210 p.

Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

Pusat Promosi dan Pemasaran Bunga Rawa


Belong Jakarta. 1999. Laporan bulanan,
bulan Januari-Maret.

untuk pewarnaan bunga potong sedap


malam (Polianthes tuberose L.). Prosiding
Seminar Nasional Tanaman Hias 112124.

hasil pewarnaan. Laporan Hasil Penelitian,


Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta. 6
hlm.

Sailah, I., S. Ketaren, Sunarmani, dan Suyanti.


2000. Ekstraksi minyak atsiri dari bunga
sedap malam. Laporan Hasil Penelitian
Kerja Sama Penelitian Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Suyanti, Murtiningsih, dan I. Muhajir. 1997.


Pengaruh pewarnaan usai panen terhadap
mutu bunga sedap malam. Jurnal Hortikultura 7(2): 692699.

Suyanti dan Murtiningsih. 1999. Memperpanjang kesegaran bunga potong sedap


malam tunggal. Buletin Pascapanen
Hortikultura 1(2): 3136.

Suyanti, Sunarmani, dan I. Muhajir. 1997.


Pengaruh komposisi kimiawi larutan
perendam terhadap kualitas bunga sedap
malam potong. Laporan Hasil Penelitian.
Balai Penelitian Tanaman Hias Jakarta. 11
hlm.

Suyanti, Murtiningsih, dan I. Muhajir. 1999.


Teknik produksi minyak bunga sedap malam
berbunga tunggal. Laporan Hasil Penelitian,
Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakarta.
10 hlm.

Sekretaris Daerah Jawa Timur. 1992. Sedap


malam Maskot Flora Jawa Timur. BHM.
SEKDA Jawa Timur, Surabaya. p. 912.
Sharga, A.N. 1982. Effect of bulb size on
vegetatif growth and floral characters
tuberose (Polianthes tuberose L.). Prog.
Hort. 14(4): 258260.
Srivinash, M., N. Murthy, and
M.V.
Chandravadana. 1996. Genotype and
seasonal variation for concrete content
in tuberose (Polianthes tuberose L.). J.
Essent. Oil 8: 541542.
Suyanti dan Murtiningsih. 1996. Penggunaan
beberapa jenis pewarna makanan dan tekstil

Jurnal Litbang Pertanian, 21(1), 2002

Suyanti, Murtiningsih, dan I. Muhajir. 1998.


Pengaruh tingkat kemekaran dan lama
ekstraksi terhadap kandungan atsiri bunga
sedap malam cv Ganda. Laporan Hasil
Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Hias,
Jakarta. 10 hlm.
Suyanti dan A.S.B. Dondy. 1999. Kajian
konsentrasi bahan pewarna terhadap tingkat
kesukaan bunga sedap malam cv tunggal

Sunarmani, Suyanti, dan I. Muhajir. 1997.


Pengaruh larutan "holding" terhadap
kesegaran bunga potong sedap malam.
Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian
Tanaman Hias, Jakarta. 56 hlm.
Sunarmani dan Suyanti. 1998. Pengaruh
konsentrasi larutan etanol terhadap
kesegaran bunga sedap malam potong.
Monograf Risalah Seminar Nasional
Tanaman Hias 143148.

31

Anda mungkin juga menyukai