Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN


ACARA 2
PEMBUATAN PUPUK CAMPUR (MIXED FERTILIZER)

Oleh:
Kania Nicitta
NIM. A1D018164

Asisten:
Yanuar Rezkya Wiranti
NIM. A1D017147

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pupuk merupakan bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan

tanah. Kesuburan tanah adalah suatu kemampuan tanah untuk menghasilkan

produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat dimana tanah itu

berada. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menunjang kesuburan tanah adalah

dengan melakukan pemupukan. Pemupukan adalah penambahan unsur hara ke

tanah agar menjadi lebih subur. Pemupukan juga dapat di lakukan untuk

memperbaiki sifat tanah.

Berdasarkan bahan penyusunnya pupuk dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk

yang terssusun dari senyawa organik (C, H, O). Pupuk anorganik yaitu pupuk

yang tersusun dari senyawa anorganik. Berdasarkan jumlah hara yang dikandung,

pupuk dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal

adalah pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur hara. Pupuk majemuk

adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Pupuk campur

merupakan campuran dari berbagai pupuk guna memenuhi kandungan unsur-

unsur pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman.

Pembuatan pupuk campur adalah untuk mendapatkan pupuk yang

mengandung lebih dari satu unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Pemberian

pupuk campur sudah memasok dua atau lebih hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

23
Pupuk campur dapat menggantikan penggunaan pupuk majemuk yang harganya

relatif mahal dan juga dapat meningkatkan kreativitas pemupukan.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah mampu mengetahui dan membuat pupuk

campur dari pupuk tungal yang ada.

C. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah dapat membuat pupuk

campur dari pupuk tunggal yang ada.

24
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pupuk Campur (Mixed Fertilizer)

Pupuk campur merupakan pupuk yang berasal dari berbagai pupuk yang

kemudian dicampur oleh pemakainya. Pupuk campur berbeda dengan pupuk

majemuk, yaitu pupuk yang mempunyai dua atau lebih hara tanaman dibuat

langsung dari pabriknya. Contoh dari pupuk campur yaitu pupuk urea, TSP, dan

KCl dicampur menjadi satu dengan perbandingan tertentu sesuai dengan mutu

yang diinginkan. Pembuatan pupuk campur bertujuan untuk mendapatkan pupuk

yang mengandung lebih dari satu unsur hara sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Pemberian pupuk sekali saja sudah dapat memasok dua atau lebih hara yang

dibutuhkan oleh tanaman, hal ini dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

Membuat pupuk campur perlu bahan tambahan yang disebut pengisi (filler)

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Pencampuran pupuk diatur dengan membedakan rasio hara untuk individu

pertanaman dan kondisi tanah. Pupuk campur biasanya dibuat dari komponen-

komponen yang murah dan dengan cara yang relatif sederhana serta peralatan

25
yang tidak mahal. Individu komponen pupuk harus cocok secara kimia dan fisik

untuk pencampuran dan penyimpanan (IPNI, 2017).

B. Pembenah Tanah

Pembenah tanah merupakan bahan alami atau sintetik mineral atau organik

untuk menanggulangi kerusakan atau degradasi tanah. Kegiatan rehabilitasi lahan

salah satunya diarahkan untuk memperbaiki kualitas tanah (sifat fisik, kimia, dan

biologi tanah). Pemulihan sifat tanah dapat dilakukan dengan menggunakan

berbagai bahan pembenah tanah atau amelioran misalnya kompos yang berasal

dari sisa-sisa tanaman dan kotoran ternak (Abdurachman dkk, 2007).

Upaya dalam perbaikan kualitas tanah yang dapat ditempuh adalah

penggunaan bahan-bahan yang tergolong sebagai bahan pembenah tanah. Bahan

yang mudah diperoleh dan relatif murah adalah penggunaan limbah pertanian

seperti seresah jagung dan seresah tebu. Seresah jagung dan tebu bisa

dimanfaatkan dalam bentuk segar maupun dalam bentuk biochar (Tambunan,

2014).

Banyak macam bahan sintetik yang diproduksi dan digunakan untuk

memperbaiki struktur tanah pasiran atau tanah yang kandungan bahan organiknya

rendah. Bahan pembenah tanah yang banyak digunakan antara lain PVC (Polivinil

Alkohol) dan bitumen. Syarat utama bahan sintetik yang dapat digunakan untuk

memperbaiki tanah adalah tahan terhadap serangan mikroba paling tidak untuk

jangka waktu beberapa tahun (Sutanto, 2005).

26
C. Klasifikasi Pupuk Campur

Pencampuran pupuk tunggal anorganik yaitu Urea, ZA, ZK, KCl, dan SP-

36, ada yang tidak mengalami perubahan, ada yang memadat, ada yang basah dan

ada yang mencair. Pupuk itu ada yang dapat dicampur dan simpan lama, dapat

dicampur untuk segera dipergunakan dan tidak dapat dicampur. KCl dan Urea

bisa dicampur tetapi harus segera dipergunakan sehingga apabila disimpan lama

dan tidak segera dipergunakan akan mengalami proses pemadatan dan basah.

Reaksi unsur kimia yang terjadi dalam pupuk tersebut, dalam kondisi terbuka ada

pengaruh suhu dan kelembaban udara yang mengakibatkan pupuk menjadi

lembek dan mencair sehingga harus ditutup rapat dalam proses penyimpanan

setelah dicampurkan (Irawan, 2010).

Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), pencampuran dua macam pupuk

dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari kriteria berikut :

a. Selalu dapat dicampur

b. Dapat dicampur menjelang pemakaian

c. Campuran menjadi keras tapi dapat dihaluskan dengan mudah dan dapat

disimpan.

d. Campuran menjadi keras

e. Sama sekali tidak dapat dicampur

27
D. Aplikasi Pupuk Campur

Tiga prinsip penting pada saat aplikasi pupuk dilapangan menurut

Lumbangaol (2011) adalah:

1. Pupuk akan sangat mudah diserap oleh tanaman apabila pupuk di sebar setipis

2. mungkin dan langsung bersentuhan dengan tanah.

3. Penyebaran pupuk dilakukan pada daerah yang banyak terdapat akar

tanaman.

4. Nutrisi didalam pupuk akan sangat mudah diserap tanaman apabila di sebar

5. segera turun hujan.

Pengaplikasian pupuk dapat dilakukan dengan berbagai cara (Novizan,

2002), yaitu:

1. Larikan: yaitu pemupukan dengan cara membuat parit berukuran kecil yang

di samping tanaman dengan kedalaman 6-10 cm, kemudian pupuk

ditempatkan didalam larikan tersebut, lalu ditutup kembali.

2. Penebaran secara merata di atas permukaan tanah: dilakukan sebelum

penanaman. Setelah penebaran pupuk, dilanjutkan dengan pengolahan tanah,

seperti pada aplikasi kapur dan pupuk organik.

3. Pop Up: pupuk dimasukkan ke lubang tanam pada saat penanaman benih atau

bibit.

28
4. Penugalan: pupuk ditempatkan ke dalam lubang di samping tanaman sedalam

10-15 cm. Lubang tersebut dibuat dengan alat tugas. Setelah pupuk

dimasukan, tutup kembali lubang dengan tanah untuk menghindari

penguapan.

5. Fertigasi: pupuk dilarutkan ke dalam air dan disiramkan pada tanaman

melalui air irigasi.

Aplikasi pupuk biasanya dilakukan dengan mencampur terlebih dahulu

masing-masing pupuk tunggal N, P, dan K sebelum diberikan ke tanah. Aplikasi

tersebut dianggap kurang praktis dan disisi lain ketersediaan pupuk tunggal di

lapangan sulit diperoleh sehingga bermunculan pupuk majemuk NPK.

Keunggulan pupuk ini adalah komposisi hara N, P, dan K dapat disesuaikan

dengan kebutuhan tanaman, sehingga lebih efektif dan efisien dibandingkan

dengan pupuk tunggal (Diana dkk, 2017).

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Praktikum dilakukan di ruang laboratorium ilmu tanah pada hari Sabtu, 28

September 2019 pada pukul 13.00 WIB.

B. Bahan dan Alat

29
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi pupuk ZA (20%N),

SP-36 (36%P2O5), KCl (50%K2O), dan bahan pengisi (abu gosok), sedangkan

alat yang diperlukan meliputi timbangan analitik, sendok, dan plastik.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan masing-masing pupuk di hitung

ZA = (6×100)/20 = 30 g

SP-36 = (11×100)/36 = 30,56 g

KCl = (10×100)/50 = 20 g

Jumlah 80,56 g sehingga kebutuhan filler = 100 - 80,56 = 19,44 g

2. Sebanyak 80,56 gram bahan pengisi (abu gosok) di tambahkan.

3. Campuran antara pupuk dan bahan pengisi dimasukkan ke dalam plastik yang

telah diberi label, diaduk sampai rata. Pupuk yang telah dicampur merata siap

di gunakan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 2. Pencampuran Pupuk


No. Nama Pupuk Bobot (gr)

30
1. ZA 30
2. SP-36 30,56
3. KCl 20
4. Bahan Pengisi 19,44
Perhitungan:

6 100
ZA =  30 g
20
11 100
SP-36 =  30,56 g
36
10  100
KCl =  20 g
50
Total Kebutuhan Pupuk = 30+30,56+20 = 80,56 g

Bahan Pengisi = 100-80,56 = 19,44 g

B. Pembahasan

Pupuk campur berbeda dengan pupuk majemuk. Pupuk campur merupakan

campuran dua atau lebih pupuk yang dicampurkan oleh pemakainya sesuai

dengan kebutuhan yang diinginkan. Pupuk majemuk adalah pupuk yang

mengandung dua atau lebih unsur hara. Selain pupuk campur dan pupuk tunggal

ada juga yang dinamakan pupuk tunggal, yaitu pupuk yang hanya mengandung

satu unsur hara di dalamnya.

Menurut jenis kandungan unsur hara dalam pupuk, pupuk dapat dibedakan

menjadi dua yaitu pupuk tunggal danpupuk majemuk. Pupuk tunggal merupakan

pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur hara yang biasanya berupa

unsur hara makro primer, misalnya urea hanya mengandung unsur nitrogen,

sedangkan pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu

31
jenis unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis, karena hanya dengan satu

kali penebaran beberapa jenis unsur dapat diberikan, misalnya diamonium

phosphat yang mengandung unsur nitrogen dan phosphor (Novizan, 2005).

Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), Pupuk campur merupakan pupuk

yang berasal dari berbagai pupuk yang kemudian dicampur oleh pemakainya.

Tujuan pembuatan pupuk campur adalah untuk mendapatkan pupuk yang

mengandung lebih dari satu unsur hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sekali

pemberian pupuk sudah dapat memasok dua atau lebih hara yang dibutuhkan oleh

tanaman, hal ini untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

Melakukan pencampuran pupuk diperlukan bahan pengisi (filler) sebagai

bahan tambahan. Bahan pengisi dapat berbentuk serbuk, tanah kering, atau abu

gosok. Tidak hanya bahan pengisi pembuatan pupuk campur saja, namun juga

harus memperhatikan perbandingan pupuk-pupuk yang akan digunakan.

Pembuatan pupuk campur dalam praktikum ini dilakukan dengan

mencampur beberapa pupuk tunggal. Pupuk tunggal yang digunkaan yaitu pupuk

ZA, SP-36, dan KCl. Filler digunakan abu gosok. Pupuk ZA atau amonium sulfat

dirancang untuk memberi tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman.

Pupuk ZA ini termasuk herbisida anorganik yang dapat membunuh gulma. Pupuk

ZA juga digunakan sebagai adjuvant semprot pertanian untuk insektisida,

herbisida, dan fungisida. ZA berperan sebagai pengikat kation-kation besi dan

kalsium yang ada baik di dalam air dan di dalam sel. Kegunaan utama ZA adalah

sebagai pupuk untuk tanah basa (alkalis) (Arief et al., 2016).

32
Bentuk-bentuk fosfat (P) yang terjadi di dalam tanah selain dipengaruhi oleh

sifat tanah yang dipupuk juga dipengaruhi oleh sumber pupuk yang diberikan.

Hara P merupakan pembatas utama produktivitas pada tanah masam, sehingga

penggunaan pupuk yang dapat meningkatkan hara P dan menurunkan kemasaman

tanah sangat diperlukan. Pupuk SP-36 adalah pupuk yang mengandung unsur P.

Pupuk SP-36 adalah sumber P yang mudah larut dalam air (Kasno dkk,

2006). KCl adalah pupuk buatan yang mengandung kalium (52% K2O). kalium

adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar.

Kalium di serap tanaman dalam bentuk ion K+ di dalam tanah. Ion ini bersifat

dinamis, sehingga mudah tercuci tanah berpasir dan tanah dengan pH rendah

(Sianturi dan Ernita, 2014).

Pembuatan pupuk campur dengan suatu grade tertentu biasanya jumlah

pupuk yang dicampurkan tidak sesuai dengan pupuk campur yang diinginkan.

Untuk itu, perlu bahan tambahan yang disebut filler. Bahan yang dapat digunakan

sebgai filler harus memenuhi syarat, yakni tidak higroskopis, tidak bereaksi

dengan pupuk, dan dapat membantu pemakaian pupuk.Bahan yang dapat

digunakan sebagai filler adalah pasir, serbuk gergaji, sekam padi, atau kapur, dan

untuk pupuk cair digunakan air (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Pencampuran pupuk yang baik dilakukan berdasarkan hasil analisis yang

sesuai dengan kebutuhan kandungan unsur hara N, P, dan K yang di butuhkan

tanaman. Pada pupuk ZA yang digunakan mengandung 20% unsur nitrogen,

pupuk SP-36 mengandung unsur P2O5 36%, dan pupuk KCl mengandung 50%

33
unsur K2O. Masing-masing pupuk tunggal dicampur menjadi pupuk majemuk

yang terdiri dari unsur NPK dengan abu gosok sebagi filler nya. Pupuk majemuk

dibuat dengan dua cara, yaitu melalui proses kimia dan fisik blending (diaduk).

Keuntungan dari proses kimia, setiap butir pupuk mengandung unsur hara

yang sama, sesuai dengan formulasinya. Keuntungan dari cara diaduk adalah lebih

mudah mengubah perbandingan kandungan hara N, P, dan K dalam pupuk sesuai

kebutuhan tanaman. Kelemahannya, setiap butir pupuk mengandung satu sumber

pupuk (Zaini, 2012).

Pembuatan pupuk campur NPK yang dipraktikumkan dibuat dengan

perbandingan N:P:K yaitu 6:11:10. Dari pebandingan tersebut, diperoleh pupuk

ZA 30 g, pupuk SP-36 30,56 g, dan pupuk KCl 20 g. Dan dari perhitungan yang

telah dilakukan pembuatan pupuk campur NPK membutuhkan 19,44 g filler.

Filler yang digunakan dalam praktikum ini adalah abu gosok. Metode yang

dilakukan untuk membuat pupuk campur saat praktikum adalah dengan

mencampur semua bahan kemudian di kocok atau diaduk sampai merata.

34
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Pupuk campur dapat dibuat dengan perbandingan unsur hara yang dibutuhkan

oleh tanaman.

2. Pupuk campur dapat dibuat dengan menggunakan pupuk tunggal seperti ZA

sebagai sumber unsur N, kemudian SP-36 sebagai sumber unsur P, serta KCl

sebagai sumber unsur K.

B. Saran

Pencantuman kadar unsur hara dalam label pupuk sebaiknya lebih

diperhatikan lagi agar data yang diperoleh juga akurat.

35
DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A., A. Dariah, dan A. Mulyani. 2007. Strategi dan teknologi


pengelolaan lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional. Jurnal
Litbang Pertanian. 27(2): 43-49.

Arief, A., S. Yolan K.L., K. Mubarak, I.P. Laba, dan B. Agung. 2016.
Penggunaan pupuk ZA sebagai pestisida anorganik untuk meningkatkan
hasil dan kualitas tanaman tomat dan cabai besar. JK FIK UNAM. 4(3): 73-
82.

Diana, N.E., Sujak, dan Djumali. 2017. Efektivitas aplikasi pupuk majemuk NPK
terhadap produktivitas dan pendapatan petani tebu. Buletin Tanaman
Tembakau, Serat dan Minyak Industri. 9(2): 43-52.

International Plant Nutrition Institute. 2017. 4T Hara Tanaman. Southeast Asia


Program, IPNI SEAP Contribution.

Irawan, T.B. 2010. Pupuk dan Pemupukan. Politeknik Negeri Jember, Jember.

Kasno, A., D. Setyorini, dan E. Tuberkih. 2006. Pengaruh pemupukan fosfat


terhadap produktivitas tanah inceptisol dan ultisol. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian Indonesia. 8(2): 91-98.

Lumbangaol, P. 2011. Pembuatan Dosis Pupuk Kelapa Sawit. Medan, Sumatera


Utara.

Novizan. 2002. Petunjuk pemupukan yang efektif. Agromedia pustaka, Jakarta.

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit


Kanisius, Yogyakarta.

36
Sianturi, D.A. dan Ernita. 2014. Penggunaan pupuk KCl dan bokhasi pada
tanaman ubi jalar (Ipomae batatas). Jurnal Dinamika Pertanian. 19(1): 37-
44.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Tambunan, S., B. Siswanto, dan E. Handoyanto. 2014. Pengaruh aplikasi bahan


organik segar dan biochar terhadap ketersediaan P dalam tanah di lahan
kering Malang Selatan. Jurnal Tanah dan Sumber Daya Lahan. 1(1): 85-92.

Zaini, Z. 2012. Pupuk Majemuk dan pemupukan hara spesifik lokasi pada padi
sawah. Iptek Tanaman Pangan. 7(1): 1-7.

37
LAMPIRAN

38
39

Anda mungkin juga menyukai