Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANISASI PERTANIAN

ACARA 4
COMBINE HARVESTER DAN RICE MILL UNIT (RMU)

Oleh:
Kania Nicitta
NIM A1D018164

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran alsintan dalam pengembangan pertanian bukan sebatas proses budidaya


dan pascapanen, tapi juga bagi upaya pengembangan proses hasil panen menjadi
aneka produk pangan tambahan. Adanya alsintan ini menjadi pemicu transformasi
teknologi kepada petani menuju pertanian yang lebih modern, efektif, dan ramah
lingkungan. Teknologi mekanisasi tersebut harus mencakup dari hulu sampai hilir
sehingga tidak hanya meningkatkan produksi, akan tetapi kesejahteraan petani.
Harvest Combine (alat pemanen padi) merupakan sebuah mesin yang
memanen tanaman serealia seperti padi dan gandum. Mesin ini, seperti namanya
merupakan kombinasi dari tiga operasi yang berbeda, yaitu menuai, merontokkan,
dan menampi, dijadikan satu rangkaian operasi. Jerami ditinggalkan di lahan untuk
memberikan nutrisi dan menambah kadar organik bagi tanah, atau dikumpulkan
kembali dengan mesin baler (pembuat gulungan jerami) dan dipadatkan untuk
hewan ternak.
Teknik pengeringan (prosedur dan peralatan) berbeda-beda untuk setiap
negara karena tergantung dari tingkat mekanisasi negara tersebut maupun status
sosial, ekonomi dan budayanya. Khususnya di Indonesia, proses pengeringan padi
yang akan digiling masih bergantung pada (i) teknik pengeringan tenaga matahari
baik yang bersifat terbuka maupun menggunakankabinet seperti rumah kaca; dan
(ii) pengering kabinet/bin dengan medium pemanas adalah udara yang dipanaskan.
Penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong terbesar di
Indonesia, yang mampu menyerap lebih dari 10 juta tenaga kerja, menangani lebih
dari 40 juta ton gabah menjadi beras giling per tahun. Penggilingan padi merupakan
titik sentral agroindustri padi, karena dari sinilah diperoleh produk utama berupa
beras dan bahan baku untuk pengolahan lanjutan produk pangan dan industry.
Mesin penggiling padi digunakan untuk mempermudah proses pemisahan bulir
beras dari kulitnya, dengan tetap mempertahankan rendemen dan mutu beras dan
meminamalisir kehilangan hasil yang sering terjadi pada penggilingan atau
pemisahan bulir beras dari kulitnya yang dilakukan secara manual, untuk itu mesin
penggilingan padi sangat penting untuk proses pembentukan beras yang
berkualitas.

B. Tujuan

1. Mengetahui bagian-bagian dari combine harvester dan rice mill unit.


2. Mengetahui cara kerja dari combine harvester dan rice mill unit.
3. Mengetahui prinsip kerja dari combine harvester dan rice mill unit.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian (2004), mekanisasi


pertanian adalah penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) yang di gerakkan
oleh tenaga manusia, ternak, dan mesin untuk mempermudah pelaksanaan semua
kegiatan pertanian mulai dari pra panen hingga pasca panen. Menurut Agustian
(2015), mekanisasi pertanian dalam hamparan yang cukup luas memiliki beberapa
manfaat seperti penghematan waktu, pengurangan penggunaan tenaga kerja,
pengurangan biaya 20 persen sampai 25 persen, peningkatan produktifitas dan
pengurangan kehilangan hasil sebesar 5 persen.
Pemanenan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk diperhatikan
pada budidaya padi. Oleh karena itu pemanenan harus dilakukan dengan baik dan
benar dengan tujuan untuk menekan serendah mungkin masalah kehilangan padi
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tinggi rendahnya hasil produktifitas
padi. Pemanenan padi merupakan semua proses yang dilakukan dilahan (on farm)
yang dimulai dengan pemotongan bulir padi siap panen dari batang pohon,
kemudian dilanjutkan dengan perontokan yaitu proses pemisahan antara gabah
dengan malainya. Semua kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara tradisional yaitu
dengan menggunkan alat atau bisa dilakukan secara modern yaitu dengan dibantu
mesin. Di jaman yang serbah canggih ini semua kegiatan mulai didukung dengan
teknologi. Sejalan dengan berkembangnya teknologi dari waktu-kewaktu cara
pemanenan hasil pertanian juga ikut mengalami perkembangan sesuai kebutuhan.
Banyak sekali teknologi-teknologi baru yang mulai muncul sehingga memudahkan
para petani untuk melakukan kegiatan budidaya (Ali, 2015).
Combine dan mini combine memilki prinsip mesin yang sama yang
membedakan adalah ukurannya dan beberapa konstruksi. Untuk mesin panen mini
combine sendiri bekerja sampai pengarungan gabah yang sudah lepas dari
malaynya dan gabah sudah bersih dari kotoran dan gabah hampa. Sedangkan pada
mesin combine sendiri gabah yang sudah bersih nantinya akan ditampung pada
tempat penampungan yang disebut tangki gabah yang isinya dapat menampung 3-
5 ton gabah bersih. Jadi proses yang dikerjakan pada mesin mini combine dan
combine ini adalah pemotongan, perontokan, pembersihan yang membedakan
untuk mesin combine sendri dilengkapi dengan alat penampungan (Arum &
Muslikin, 2017).
Perpindahan panas dalam mesin pengering digunakan dua prinsip yaitu
perpindahan secara konduksi dan konveksi. Perpindahan secara konduksi terjadi
diantara bulir-bulir padi yang telah mendapatkan panas akan berpindah melalui
gesekan atau bersinggungan dengan bulir yang masih belum mendapat panas.
Akibat dari perpindahan panas tersebut maka akan terjadi perpindahan panas ke
setiap bulir padi sehingga akan terjadi pemerataan panas. Proses tersebut akan
mempercepat waktu pengeringan padi dan terjadi secara merata. Sedangkan prinsip
perpindahan panas dengan cara konveksi pada konstruksi mesin pengering padi ini
yaitu udara panas dihembuskan oleh kipas ke dalam ruangan yang menyimpan
gabah sehingga media yang digunakan dalam perpindahan panas adalah udara.
Udara panas yang dihembuskan akan masuk ke celah-celah padi sehingga panas
akan cepat masuk dan membuang kadar air dari gabah. Keadaan ini akan menye-
babkan terjadinya perpindahan panas secara konveksi dengan media udara yang
dipaksakan (Forced Convection). Pengeringan dengan metoda seperti ini dapat
dikatakan sebagai sistem konduksi-konveksi. Sistem dengan menggunakan
perpindahan dua macam secara teori akan mempercepat proses pengeringan
(membuang kandungan air) dan akan terjadi pemerataan pengeringan (Sumardi,
2015).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

1. Alat tulis
2. Rice Mill Unit (RMU)
3. Combine Harvester

B. Prosedur Kerja

1. Bagian-bagian alat pemanenan yang digunakan diamati dan digambar.


2. Spesifikasi alat tanam yang digunakan dicatat.
3. Prinsip kerja alat pemanen (Rice Mill Unit dan Combine Harvester) dicatat.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
B. Pembahasan

Mekanisasi pertanian termasuk teknologi pascapanen merupakan strategi


untuk mentransformasi pertanian tradisional ke pertanian industrial. Penerapan
mekanisasi dan penggunaan alat mesin pertanian sangat penting untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani (Pangaribuan et al., 2017). Pada
pascapanen proses penumbukan padi (gabah) menjadi beras dilakukan dengan alat
penggilingan padi. Penggilingan padi merupakan proses untuk mengubah gabah
menjadi beras. Proses penggilingan gabah meliputi pengupasan sekam, pemisahan
gabah, penyosohan, pengemasan dan penyimpanan. Proses penggilingan,
penurunan rendemen beras ini dapat terjadi karena pengaruh umur teknis alat
penggilingan padi (Hasbi, 2012).
Tahap panen padi dimulai dari pengambilan hasil panen, perontokan padi,
penjemuran, dan penggilingan. Tahap pemanenan dimulai ketika padi berumur
80100 hari. Ciri-ciri padi yang sudah siap panen yaitu bulir-bulir padi dan daun
bendera sudah menguning, tangkai menunduk karena sarat menangggung butirbutir
padi atau gabah yang bertambah berat, butir padi bila ditekan terasa keras dan berisi,
dan jika dikupas tidak berwarna kehijauan atau putih agak lembek seperti kapur.
Bila ciri-ciri tersebut sudah muncul, sebaiknya padi segera dipanen. Jangan
menunda panen karena dapat memperbesar kehilangan hasil. Lebih dari itu, hama
seperti burung dan tikus akan senang menyerang petakan sawah itu (Martodireso &
Suryanto, 2001).
Penanganan pascapanen padi perlu diperhatikan dengan baik. Pemanenan,
perontokan, penjemuran, dan penggilingan padi harus dilakukan dengan cara dan
teknologi yang tepat, untuk menekan susut mutu dan susut jumlah. Penggilingan
padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi menjadi beras
yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan. Pada
penggilingan padi skala kecil, yang hanya menggunakan satu unit mesin pemecah
kulit dan satu unit mesin sosoh umumnya menghasilkan bekatul dengan mutu
kurang baik dan jumlah sedikit (Suismono & Damardjati, 2000).
Perontokan padi bertujuan untuk melepaskan bulir gabah dari malainya
dengan prinsip memberikan pukulan terhadap malai tersebut. Perontokan padi
dapat dilakukan dengan cara diinjak-injak, pukul/geding, banting/gebot,
menggunakan pedal thresher dan mesin perontok. Penggunaan alat dan mesin
pertanian (alsintan) panen seperti Reaper, Thresher, Stripper, atau Combine
Harvester dan alat perontokan lebih efisien dan efektif karena kapasitas kerja mesin
panen lebih tinggi dibandingkan dengan cara panen tradisional secara manual,
namun untuk dapat menggunakan alat tersebut harus memenuhi syarat dan
ketentuan tertentu. Pemanenan padi menjadi salah satu tahap penting setelah
melewati proses panen. Alat-alat yang digunakan dalam pemanenan padi sendiri
terdiri dari berbagai macam, mulai dari alat tradisional hingga alat panen modern.
Alat panen tradisional contohnya adalah ani-ani dan sabit. Sedangkan alat panen
modern yaitu mesin pemanen padi (Rice Harvester). Keuntungan menggunakan
mesin panen antara lain lebih efisien dan biaya panen per hektar dapat lebih rendah
dibanding cara tradisional. Dalam memilih mesin yang tepat untuk pemanenan
padi, maka hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah harga, biaya perawatan,
umur, kinerja, dsb, dari setiap mesin, ukuran petakan lahan, tinggi malai padi,
kemudahan rontok, dan tingkat kekeringan dan daya dukung tanah pada saat panen
(Prasetya, 2018).
Combine Harvester Mini adalah mesin panen padi hasil modifikasi dari mesin
panen modern yang terdiri dari:
1. Unit pemotong (cutter bar) dengan auger pengumpan.
2. Unit perontok, padi yang terpotong dirontokkan dalam silinder.
3. Unit pembersih, terdiri dari saringan pemisah, butiran gabah kering panen
(gkp) dipisah dan ditampung dalam penampung wadah dan jerami dibuang
keluar melalui kipas.
4. Unit penampung gabah, terdiri dari pengangkut butir gabah dan disalurkan ke
penampungan gabah.
Prinsip kerja dari mesin panen combine harvester mini adalah
1. Menggaet dan mengarahkan tanaman menuju bagian pemotong (reel).
2. Menggunting/memotong tanaman padi (cutting platform).
3. Mengumpankan hasil (bagian malai) padinya ke bagian perontok.
4. Merontok butir padi dari tangkainya (threshing).
5. Memisahkan gabah dan kotoran (separation and cleaning).
6. Memotong dan menghancurkan jerami (chopping).
Batang padi yang dipotong kemudian dimasukkan ke dalam silinder perontok
dan setelah gabah dirontok ditampung dalam wadah/karung. Mesin Combine
Harvester mini yang diuji di lahan rawa pasang surut mampu menggabungkan
kegiatan potong-angkut-rontok-pembersihan-sortasi-pengantongan dalam satu
proses kegiatan yang terkontrol, sehingga tidak memerlukan tenaga kerja yang
banyak. Penggunaan tenaga kerja petani untuk proses panen dengan mesin combine
harvester hanya 3 orang/mesin pemanen, dengan demikian meningkatkan nilai
tambah dan memacu daya saing produk pertanian sesuai dengan preferensi petani.
Kehadiran teknologi pertanian seperti combain harvester tidak mengeser
tenaga kerja yang ada untuk bekerja sebagai tenaga upahan maupun sebagai tenaga
buruh. Menggunakan alat ini hanya untuk menghindari jika pada saat musim panen,
kekurangan tenaga kerja maka perlu menggunakan combain harvester pada saat
panen, dari efisensi biaya dan waktu dengan menggunakan alat panen combain
harvester lebih cepat dan biaya yang dikeluarkan juga lebih hemat dan juga efisien
waktu. Menurut Chazali (2015), Combain harvester banyak digunakan untuk
luasan sawahnya yang besar, tidak banyak pematang dan tidak tergenang. Salah
satu alasan menggunakan mesin saat panen agar dapat memanen sawah lebih luas
pada saat musim panen, alasan lainnya dikarenakan harga buruh sudah sangat
mahal sekali per hari bisa Rp 75.000-Rp 100.000 per orang, belum lagi biaya yang
lainya perlu banyak penggeluran bagi petani jika menggunakan tenaga manual.
Perbedaan kapasitas giling menjadi penting sebab akan meningkatkan
efisiensi penggunaan mesin-mesin penggiling. Untuk menggiling padi dengan
jumlah dan lama waktu giling yang sama, akan dibutuhkan jumlah mesin
berkapasitas dibandingkan dengan mesin berkapasitas giling besar. Pada umumnya,
bila faktor-faktor lainnya sama, lebih murah membeli sebuah mesin berkapasitas
giling besar dibanding jika membeli sejumlah mesin dengan kapasitas giling yang
kecil, baik ditinjau dari segi biaya pembelian maupun perawatan. Akan tetapi
penggunaan mesin dengan kapasitas giling besar juga tidak akan efisien bila padi
yang akan digiling tidak tersedia dalam jumlah yang mencukupi. Dengan demikian
pemilihan kapasitas mesin giling harus disesuaikan dengan jumlah padi yang akan
digiling dalam waktu tertentu, agar mesin penggilingan dapat beroperasi optimal
dan ongkos giling per kg beras dapat ditekan (Parlindungan et al., 2015).
Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin penggilingan padigenerasi
baru yang kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan gabah
menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process). RMU
rata-rata mempunyai kapasitas giling kecil yaitua ntara 0.2 hingga 1.0 ton/jam,
walau mungkin sudah ada yang lebih besarlagi. Mesin ini bila dilihat fisiknya
menyerupai mesin tunggal dengan fungsi banyak, namun sesungguhnya memang
terdiri dari beberapa mesin yangdisatukan dalam rancangan yang kompak dan
bekerja secara harmonidengan tenaga penggerak tunggal. Di dalam RMU
sesungguhnya terdapat bagian mesin yang berfungsi memecah sekam atau
mengupas gabah, bagian mesin yang berfungsi memisahkan BPK dan gabah dari
sekam lalumembuang sekamnya, bagian mesin yang berfungsi mengeluarkan
gabahyang belum terkupas untuk dikembalikan ke pengumpan, bagian mesin yang
berfungsi menyosoh dan mengumpulkan dedak, dan bagian mesin yang berfungsi
melakukan pemutuan berdasarkan jenis fisik beras (beras utuh, beras kepala, beras
patah, dan beras menir). Kesemua fungsi tersebut dikemas dalam satu mesin yang
kompak dan padat, sehingga praktis dan mudah digunakan (Tomiko, 2016).
Komponen dan fungsi dari mesin RMU antara lain:
1. Hopper
Berfungsi untuk menampung bahan atau biji gabah agar biji dapatmasuk
kedalam ruang rol karet. Kapasitas untuk menampung bahansebanyak 25 kg.
2. Roll penuntun (lead roller)
Mengatur jumlah biji gabah yang dijatuhkan dan meratakan jumlah bijiyang
jatuh ke rol karet agar gabah dapat menyebar ke kanan dan kekiriselebar rol
karet.
3. Rol karet
Berguna untuk mengoyak dan mengupas kulit gabah dengan caramenjepit biji
gabah di antara dua silinder yang berputar berlawanan arah.
4. Roda pengatur jarak renggang rol karet
Berguna untuk mengatur kerenggangan dan jarak kedua rol.
5. Roda pengencang V-Belt
Roda ini berfungsi untuk mengencangkan v-belt pada semua pulley, agar v-belt
tidak kendur dan selip.
6. Blower
Berguna untuk memisahkan beras dari bekatul dengan cara memberitiupan
udara yang kencang pada biji beras.
7. Silinder penyosoh
Berguna untuk menekan dan menggesek beras supaya beras menjadi lebih
putih
8. Saringan dedak hexagonal
Berfungsi untuk mengesek permukaan biji beras dan memisahkan
dedakdengan biji beras
9. Lubang pengeluaran beras
Beras akan keluar pada lubang ini yang sebabkan oleh gaya tekan pada silinder
penyosoh
10. Batu pemberat atau pegas pengontrol
Berfungsi untuk menekan dan mengatur pengeluaran beras pada ruang
penyosoh.
11. Pulley
Berguna untuk menggerakkan rol penuntun dan silinder blower dengancara
menyalurkan tenaga dari engine diesel melalui v-belt.
Mesin Rice Milling Unit (RMU) adalah mesin pengupas kulit gabah menjadi
beras. Mesin tersebut terdiri dari satu rangkaian unit penggiling (Rice Milling Unit)
yang terdiri dari unit pengupas, penyosoh, dan pemisah sekam. Ditinjau dari
ukuran, mesin penggiling padi ini masih belum efisien karena ukuran dan kapasitas
yang besar (700-900 kg/jam), sehingga bersifat tetap (stasioner) dan tidak dapat
dibawa atau dipindahkan sehingga harganya mahal untuk kalangan petani
menengah kebawah. Mengatasi masalah tersebut petani memodifikasi RMU
stasioner menjadi keliling. RMU keliling ini terdiri dari diesel sebagai motor
penggerak dan satu set sachis mobil penopang mesin Rice Milling Unit. Mesin ini
muncul dengan adanya pemikiran untuk menarik petani menggiling padi tanpa
harus memikirkan pengangkutan hasilnya (Nofriadi, 2007).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bagian penting mesin combine harvester yaitu (reel guider), (cutting


header), pengantar hasil potongan (coveyor), kendali (controller), pemotongan
dan pembersih (thresher dan cleaner), (centrifugal blower), pintu pengeluaran
jerami dan kotoran (chaff outlet), pengeluaran hasil (grain outlet), dan roda
(track). Cara kerja combine harvester yaitu diarahkan dan dikaitkan oleh reel
guider, lalu dipotong bagian bawah oleh cutting header, kemudian hasil
potongan dibawa oleh conveyor menuju thresher untuk dirontok. Kemudian
gabah hasil perontokan sekaligus dibersihkan dan dikeluarkan melalui grain
outlet. Kotoran dan jerami sisa perontokan dikeluarkan melalui chaff outlet,
sedangkan gabah masuk ke dalam kotak penampungan sementara dan siap
masuk ke dalam karung. Prinsip kerja combine harvester mempunyai
kemampuan kerja merontokkan bulir padi dari batangnya dan sekaligus dapat
menebang batang padi tersebut
Mesin Rice Milling Unit (RMU) adalah mesin pengupas kulit gabah
menjadi beras. Mesin tersebut terdiri dari satu rangkaian unit penggiling (Rice
Milling Unit) yang terdiri dari unit pengupas, penyosoh, dan pemisah sekam.
Bagian-bagian Rice Mill Unit (RMU) yang digunakan dan fungsinya
diantaranya yaitu mesin penggiling padi, proses menggunakan mesin RMU
masuk dalam tahapan kegiatan pasca panen. Kita juga mengenal bagian-bagian
mesin RMU dimana dalam mesin tersebut terdapat macam-macam fungsi dalam
satu unit mesin mulai dari usaha untuk memisahkan kulit gabah dan dedak dari
butir gabah untuk diolah menjadi beras sosoh. Cara kerja RMU sediri yaitu
terdapat 5 siklus antara lain: pembersihan gabah, pemecahan/ pengupasan kulit
ari (husking), pemisahan beras kotor dengan gabah yang belum terpecah kulit
arinya, pemutihan beras (polishing) dan pemisahan beras utuh dan beras pecah.
Prinsip kerja RMU yang diantaranya berupa pembersihan gabah kotor,
pemecahan kulit, pemisahan pesak, pemisahan gabah, penyosohan dan grading
yang nantinga akan menghasilkan beras siap konsumsi untuk penduduk
indonesia.

B. Saran

Semoga kedepannya praktikum bisa dilakukan lebih baik lagi dalam segi
materi dan alat mesin pertaniannya sehingga praktikan bisa lebih memahami apa
yang sedang di pelajari.
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A. 2015. Prospek Pengembangan Pertanian Modern melalui


Penggunaan Teknologi Mekanisasi Pertanian pada Lahan Padi Sawah.
Badan Litbang Pertanian, Bogor.

Ali, M. 2015. Pengaruh dosis pemupukan npk terhadap produksi dan kandungan
capsaicin pada buah tanaman cabe rawit (Capsicum frutescens L.). Jurnal
Agrosains: Karya Kreatif dan Inovatif, 2(2): 171– 178.

Ambiya, E.N. 2011. Penggilingan Padi Menggunakan Rice Mill Unit.

Arum, N.K. & Muslikin, C. 2017. Mengenal Alat dan Mesin Pemanen Padi.
Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Gresik, Jawa Timur.

Balitbangtan. 2004. Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan
Pengembangan pertanian. Departemen pertanian, Jakarta.

Hasbi. 2012. Perbaikan Teknologi Pascapanen padi di lahan suboptimal. Jurnal


Lahan Suboptimal, 1(2): 186-196.

Nofriadi. 2007. Rancang bangun mesin penggiling padi skala kecil. Jurnal Teknik
Mesin. 4(2): 1-6.

Pangaribuan, S., Umar, S., Suprapto, A., & Harmanto. 2017. Uji coba mesin panen
padi (Combine harvester) di lahan pasang surut. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 07
September 2017: 103-109.

Prasetya, S.A. 2018. Studi Kinerja Mesin Penggilingan Padi Berjalan di Kabupaten
Lampung Timur. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung,
Lampung.

Suismono & Damardjati, D.S. 2000. Teknologi produksi beras kristal dan beras
instan. Majalah Pangan No. 35/x/Juli 2000. BULOG, Jakarta.

Sumardi, K. 2015. Mesin Pengering Padi Kapasitas 5 Ton. Jurusan Pendidikan


Teknik Mesin FPTK, Universitas Pendidikan Indonesia.

Tomiko. 2016. Makalah Mekanisasi Pertanian Rice Milling Unit (Mesin


Penggiling Padi).
Lampiran 4. ACC Acara 4

Anda mungkin juga menyukai