Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KLINIK TANAMAN
PNA4651

ACARA III
DIAGNOSIS LABORATORIUM PENYAKIT TANAMAN

Oleh:
Kania Nicitta
NIM A1D018164

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diagnosis merupakan kepastian suatu penyakit yang berdasarkan gejala yang


tampak atau suatu proses mengidentifikasi suatu penyakit tanaman melalui gejala
dan tanda penyakit yang khas termasuk faktor-faktor lain yang masih berhubungan
dengan proses penyakit. Klinik tanaman memiliki fungsi sebagai pemecah masalah
yang terdapat di masyarakat, sebagai penyebar teknologi HPT atau macam-macam
pengendalian penyakit yang menyerang tanaman pertanian digunakan sebagai
bahan penelitian. Klinik tanaman disebut sebagai laboratorium yang tujuannya
untuk mendiagnosis penyakit tanaman yang sering dikeluhkan oleh masyarakat.
Cabai merupakan tanaman komoditas hortikultura berupa sayuran buah
semusim. Jenis cabai merah banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia
karena hasil yang diperoleh memiliki rasa yang pedas dan aroma yang khas,
sehingga dapat membangkitkan selera makan. Namun, dalam budidaya tanaman
cabai sering terjadi gangguan karena adanya organisme pengganggu tanaman
(OPT) salah satunya adalah adanya penyakit tanaman cabai sehingga dapat
menurunkan produksi dan kualitas hasil cabai.
Interaksi antara tanaman inang dan patogen menimbulkan gejala penyakit .
penamaan gejala ini dapat didasarkan pada tanda penyakit, perubahan bentuk
tanaman, dan sebagainya. Perubahan pada tanaman akan terjadi dalam bentuk,
ukuran, warna, tekstur, dan lainnya sebagai akibat terganggunya pertumbuhan
tanaman oleh penyakit. Tanaman dikatakan sakit apabila tanaman mengalami
perubahan sebagian atau seluruh organ tanaman yang menyebabkan aktivitas
fisiologis terganggu. Penyebab penyakit yang tergolong dalam patogen merupakan
suatu organisme hidup yang bersifat mikro dan mampu menimbulkan penyakit
pada tanaman yang terserang. Organisme tersebut yaitu jamur, bakteri, virus,
mikroplasma, dan riketsia.

2
B. Tujuan

1. Mendukung/mengembangkan lebih lanjut diagnosis lapangan.


2. Mendeteksi patogen yang menyertai spesimen.
3. Teknik-teknik khusus untuk meningkatkan keberadaan patogen pada
spesimen tanaman.
4. Membuat rekomendasi pencegahan dan/atau pengendalian.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mendukung/mengembangkan lebih lanjut diagnosis


lapangan?
2. Bagaimana cara mendeteksi patogen dengan menyertai spesimen?
3. Apa saja teknik-teknis khusus untuk meningkatkan keberadaan patogen
pada spesimen tanaman?
4. Bagaimana membuat rekomendasi pencegahan dan/atau pengendalian?

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman cabai tergolong dalam famili terung-terungan (Solanaceae) yang


tumbuh sebagai perdu atau semak. Cabai merupakan tanaman semusim atau
berumur pendek. Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan yang
memiliki naman ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari Benua Amerika tepatnya
daerah Peru dan kemudian menyebar ke negara-negara Benua Amerika, Eropa, dan
Asia termasuk negara Indonesia (Baharuddin, 2016). Tanaman cabai merah
mempunyai banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya, diperkirakan
terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di negara asalnya. Masyarakat
umumnya hanya mengenal beberpa jenis cabai seperti cabai besar, cabai keriting,
cabai rawit, dan paprika. Cabai termasuk komoditas sayuran yang menghemat
lahan karena peningkatan produksinya lebih mengutamakan perbaikan teknologi
budidaya. Penanaman dan pemeliharaan cabai yang intensif dan dilanjutkan dengan
penggunaan teknologi pascapanen akan membuka lapangan pekerjaan baru
(Pratama et al., 2017).
Cabai diperkirakan masuk ke Indonesia pada awal abad 15 oleh para pelaut
Portugis. Penyebaran cabai ke seluruh nusantara oleh para pedagang dan pelaut
Eropa yang mencari rempah-rempah ke pelosok nusantara. Cabai hingga kini
menjadi salah satu bumbu dan rempah khas Indonesia yang selalu hadir di setiap
masakan Indonesia yang memiliki cita rasa pedas (Djarwaningsih, 2005).
Menurut Haryanto (2018), dalam sistematika tumbuh-tumbuhan cabai
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorae (Solanales)
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum

4
Spesimen : Capsicum annuum L.
Rendahnya produktivitas cabau disebabkan oleh serangan hama dan penyakit
serta kurangnya ketersediaan benih yang berkualitas. Salah satu penyakit yang
menyerang tanaman cabai adalah penyakit layu bakteri. Penyakit layu bakteri
disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum (Yabuuchi et al., 1995). Penyakit
layu bakteri menyerang tanaman cabai pada saat musim hujan sehingga
menyebabkan penurunan hasil produksi cabai. Patogen Ralstonia solanacearum
merupakan patogen yang unik karena patogen ini mempunyai kisaran inangnya
yang sangat luas dan dapat mengakibatkan kegagalan panen hingga 50% (Zhenita,
2011).
Tanaman cabai yang sudah terinfeksi virus harus segera dimusnahkan karena
tanaman cabai tersebut tidak dapat disembuhkan karena belum ada bahan kimia
yang bersifat kuratif, hampir semua varietas cabai yang dibudidayakan di Indonesia
rentan terhadap infeksi virus (Taufik, 2005). Sumber inokulum virus di lapangan
selalu ada karena pola penanaman cabai yang umumnya tidak serempak,
banyaknya serangga vektor yang efektif menularkan virus, sehingga kedua faktor
terakhir ini memberikan tekanan infeksi yang sangat berat pada tanaman cabai
muda yang baru dipindahtumbuhkan (transplanting). Sifat-sifat bioekologi dari
ketiga gejala virus ini (mosaik, kuning dan khlorosis) sudah banyak dipelajari
(Taufik, 2005). Gulma yang menjadi inang virus cabai perlu dibersihkan disekitar
areal pertanaman cabai, baik sebelum maupun setelah cabai ditanam dilapangan
sehingga dapat menghilangkan sumber inokulum primer. Penanaman bibit cabai
bebas virus dilakukan dengan membuat bibit di rumah kaca kedap serangga untuk
menghindari bibit terinfeksi oleh virus. Di samping itu, dua pendekatan yang
mungkin dapat dilakukan agar kutudaun infektif tidak mendatangi pertanaman
cabai yaitu dengan pemasangan mulsa yang bersifat menolak (repellent)
kedatangan kutudaun dan menggunakan paranet (net) penghalang. Penyakit bulai
atau penyakit kuning disebabkan oleh virus gemini yang mengakibatkan daun pada
tanaman cabai menguning, daun mengeriting, daun mengecil, bunga rontok,
tanaman cabai hanya tinggal ranting dan batang saja (Sudiono, 2013).

5
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum diagnosis laboratorium penyakit tanaman dilaksanakan pada


tanggal 5 April 2021, dan dilakukan di Desa Pandak, Kecamatan Sumpiuh,
Kabupaten Banyumas.

B. Bahan dan Alat

Diagnosis laboratorium penyakit tanaman memerlukan bahan dan alat. Bahan


yang dibutuhkan adalah spesimen yang ditemukan di lapangan (bahan tanaman
sehat dan sakit). Alat yang digunakan adalah alat tulis dan buku diagnosis (online).

C. Prosedur Kerja

1. Siapkan spesimen dari lapangan, buka kemasannya dan beri tanda/label


khusus/kodekhusus jika jumlah spesimen cukup banyak.
2. Lakukan uji standar dan indikasi: Identifikasi patogen (virus)
a. Gejala khas penyakit tanaman karena virus pada bagian daun, batang, dan
buah diamati.
b. Gejala klorosis, kerdil, mosaik, ringspot, yellowing dll, yang khas
disebabkan oleh virus dikelompokkan.
c. Gejala dan virus patogennya digambar, kemudian dicatat mengenai
deskripsi gejala dan virusnya (studi pustaka)
d. Posisi taksonomi dibuat secara lengkap dari virus yang sudah diidentifikasi
(studi pustaka).
e. Gejala dan patogen digambar, serta dibuat pembahasan dan kesimpulannya.

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan

Hasil pengamatan diagnosis penyakit tanaman pada cabai merah yaitu


terkena serangan penyakit bulai atau penyakit kuning. Penyakit ini disebabkan oleh
virus gemini yang mengakibatkan tanaman cabai merah daunnya menguning,
tanaman kerdil, dan daun mengecil. Infeksi virus pada awal pertumbuhan tanaman
cabai menyebabkan tanaman menjadi kerdil serta tidak menghasilkan bunga dan
buah. Pencegahan serangan virus gemini yaitu dengan cara penggunaan benih yang
sehat, sanitasi, rotasi tanaman, eradikasi tanaman yang terserang, dan
menggunakan tanaman pembatas. Virus gemini ditularkan oleh kutu kebul
(Bemisia tabaci). Keberadaan kutu kebul (Bemisia tabaci) sebagai serangga vektor
virus memungkinkan perkembangan penyakit bulai yang disebabkan oleh virus
gemini sangat cepat. Virus gemini hanya dapat ditularkan melalui serangga vektor,
tidak dapat ditularkan melalui benih dan secara mekanik (Sulandari et al., 2001).
Virus gemini merupakan golongan virus tanaman yang unik karena memiliki
morfologi yang berbeda dengan golongan virus tanaman lainnya. Partikel viru
gemini selalu berpasangan dan berbentuk isometri. Hasil penelitian dari
Mudmainah dan Purwanto (2010), menjelaskan bahwa penyakit kuning atau
penyakit bulai penyebabnya adalah virus gemini dari genus begomovirus. Deteksi

7
begomovirus dilakukan dengan metode konvensional yaitu dengan melihat gejala
khasnya pada daun tampak vein clearing yang kemudian berkembang menjadi
warna kuning sangat jelas, tulang daun menebal, dan daun menggulung ke atas.
Gejala lanjut daun muda mengecil, daun menguning cerah atau berwarna hijau
muda dan tanaman menjadi kerdil.
Diagnosis laboratorium penyakit bulai dilakukan dengan I-ELISA dan
deteksi PCR. Metode I-ELISA yang digunakan adalah Inderect ELISA tanpa
pelapisan (nonprecoating) (Koenig, 1981). Pengujian menggunakan polysyrene
microtitre plate (Nunc-Immuno-Plate, Intermed). Deteksi secara molekuler
dilakukan dengan PCR menggunakan dua pasang primer yaitu Krusty dan Homer
dengan urutan nukleotida.
Tanah yang ideal bagi pertumbuhan cabai adalah tanah yang memiliki sifat
fisik gembur, remah, dan memiliki derainase yang baik. Namun, pada saat
diagnosis tanaman cabai drainase cukup baik, dan Jenis tanah yang memiliki
karakteristik tersebut yaitu tanah andosol, regosol, dan latosol. Derajat keasaman
(pH) tanah yang ideal bagi pertumbuhan cabai berkisar antara 5,5 - 6. Pertumbuhan
cabai pada tanah yang memiliki pH kurang dari 5,5 kurang optimum. Hal tersebut
dikarenakan, tanah masam memiliki kecenderungan menimbulkan keracunan unsur
almunium, zat besi, dan mangan (Alviana & Susila, 2009).
Curah hujan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman cabai berkisar antara 600
mm/tahun sampai 1.2500 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan
kelembapan udara meningkat. Kelembapan udara yang meningkat menyebabkan
tanaman gampang terserang penyakit. Pukulan air hujan yang deras bisa
menyebabkan bunga dan bakal buah berguguran yang berakibat pada penurunan
produksi (Pratama et al., 2017). Cabai paling ideal ditanam dengan intensitas
cahaya matahari antara 60-70%. Lama penyinaran yang paling ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah 10-12 jam terutama di daerah garis katulistiwa
(Djarwaningsih, 2005).

8
V. KESIMPULAN

Diagnosis laboratorium penyakit tanaman atau disebut klinik tanaman


merupakan suatu wada atau tempat dimana terjadi pelayanan ke masyarakat yang
berhibungan dengan berbagai gangguan tanaman dan juga sebagai wadah
penyaluran dasar hasil informasi tentang suatu sistem pengelolaan sistem
pertanaman. Virus gemini ditularkan oleh kutu kebul (Bemisia tabaci). Keberadaan
kutu kebul (Bemisia tabaci) sebagai serangga vektor virus memungkinkan
perkembangan penyakit bulai yang disebabkan oleh virus gemini sangat cepat.
Virus gemini hanya dapat ditularkan melalui serangga vektor, tidak dapat
ditularkan melalui benih dan secara mekanik. Pencegahan serangan virus gemini
yaitu dengan cara penggunaan benih yang sehat, sanitasi, rotasi tanaman, eradikasi
tanaman yang terserang, dan menggunakan tanaman pembatas.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alviana, V.F. & Susila, A.D. (2009). Optimasi dosis pemupukan pada budidaya
cabai (Capsicum annuum L.) menggunakan irigasi tetes dan mulsa
polyethylene. Jurnal Agronomi Indonesia, 37(1): 28-33.

Baharuddin, R. 2016. Response to growth and yield of chili (Capsicum annuum L.)
on reduction of dose NPK 16:16:16 with organic fer. Jurnal Dinamika
Pertanian, 32(2): 115-124.

Djarwaningsih, T. 2005. Capsicum spp. (Chilli): origin, distribution, and its


economical value. Biodiversitas, Journal of Biological Diversity, 6(4): 292-
296.

Haryanto, S. 2018. Pertumbuhan dan hasil cabai merah pada berbagai metode
irigasi dan pemberian pupuk kandang di wilayah pesisir pantai, 2(1): 247-
257.

Koenig, R. 1981. Indirect ELISA methods for the broad specificity detection of
plant viruses. J. Gen. Virol, 55: 53-62.

Mudmainah, S. & Purwanto. 2010. Deteksi Begomovirus pada tanaman cabai


merah dengan teknik I-ELISA test dan teknik PCR. J. Agroland, 17(2): 101-
107.

Pratama, D., Swastika, S., Hidayat, T., & Boga, K. 2017. Teknologi Budidaya cabai
Merah. Universitas Riau, Riau.

Sudiono. 2013. Penyebaran penyakit kuning pada tanaman cabai di Kabupaten


Tanggamus dan Lampung Barat. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 13(1):
1-7.

Sulandari, S., S.H. Hidayat, R. Sesuno, H. Jumanto, & S. Sosromarsono. 2001.


Keberadaan virus Gemini pada cabai di DIY. Kongres Nasional dan Seminar
Ilmiah PFI ke XVI, Bogor.

Taufik M. 2005. Cucumber Mosaic Virus dan Chilli Veinal Mottle Virus:
Karakterisasi Isolat Cabai dan Strategi Pengendaliannya.

Yabuuchi, E., Y. Kosaka, I. Yano, H. Hotta, & Y. Nishiuchi. 2015. Transfer of Two
Burkholderia and an Alcaligenes Spesies to Ralstonia Gen: Proposal of
Ralstonia picketii (Ralston, Palleroni and Doudoroff. 1973). Com nov. and
Ralstonia eutropha (Davis, 1996) comb nov. J. Microbiol. Immunol, 39(11):
897-904.

1
Zhenita, V.T.H. 2011. Keefektifan Bakteri Endofit dan Plant Growth Promoting
Rhizobacteria dalam Menekan Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia
solanacearum) pada Tomat. Bogor Agriculture University. Bogor.

1
LAMPIRAN

Gambar begomovirus Gambar tanaman normal


(Sumber: google)

Gambar tanaman terserang bulai

Anda mungkin juga menyukai