KLINIK TANAMAN
PNA4651
ACARA III
DIAGNOSIS LABORATORIUM PENYAKIT TANAMAN
Oleh:
Kania Nicitta
NIM A1D018164
A. Latar Belakang
2
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
Spesimen : Capsicum annuum L.
Rendahnya produktivitas cabau disebabkan oleh serangan hama dan penyakit
serta kurangnya ketersediaan benih yang berkualitas. Salah satu penyakit yang
menyerang tanaman cabai adalah penyakit layu bakteri. Penyakit layu bakteri
disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum (Yabuuchi et al., 1995). Penyakit
layu bakteri menyerang tanaman cabai pada saat musim hujan sehingga
menyebabkan penurunan hasil produksi cabai. Patogen Ralstonia solanacearum
merupakan patogen yang unik karena patogen ini mempunyai kisaran inangnya
yang sangat luas dan dapat mengakibatkan kegagalan panen hingga 50% (Zhenita,
2011).
Tanaman cabai yang sudah terinfeksi virus harus segera dimusnahkan karena
tanaman cabai tersebut tidak dapat disembuhkan karena belum ada bahan kimia
yang bersifat kuratif, hampir semua varietas cabai yang dibudidayakan di Indonesia
rentan terhadap infeksi virus (Taufik, 2005). Sumber inokulum virus di lapangan
selalu ada karena pola penanaman cabai yang umumnya tidak serempak,
banyaknya serangga vektor yang efektif menularkan virus, sehingga kedua faktor
terakhir ini memberikan tekanan infeksi yang sangat berat pada tanaman cabai
muda yang baru dipindahtumbuhkan (transplanting). Sifat-sifat bioekologi dari
ketiga gejala virus ini (mosaik, kuning dan khlorosis) sudah banyak dipelajari
(Taufik, 2005). Gulma yang menjadi inang virus cabai perlu dibersihkan disekitar
areal pertanaman cabai, baik sebelum maupun setelah cabai ditanam dilapangan
sehingga dapat menghilangkan sumber inokulum primer. Penanaman bibit cabai
bebas virus dilakukan dengan membuat bibit di rumah kaca kedap serangga untuk
menghindari bibit terinfeksi oleh virus. Di samping itu, dua pendekatan yang
mungkin dapat dilakukan agar kutudaun infektif tidak mendatangi pertanaman
cabai yaitu dengan pemasangan mulsa yang bersifat menolak (repellent)
kedatangan kutudaun dan menggunakan paranet (net) penghalang. Penyakit bulai
atau penyakit kuning disebabkan oleh virus gemini yang mengakibatkan daun pada
tanaman cabai menguning, daun mengeriting, daun mengecil, bunga rontok,
tanaman cabai hanya tinggal ranting dan batang saja (Sudiono, 2013).
5
III. METODE PRAKTIKUM
C. Prosedur Kerja
6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan
7
begomovirus dilakukan dengan metode konvensional yaitu dengan melihat gejala
khasnya pada daun tampak vein clearing yang kemudian berkembang menjadi
warna kuning sangat jelas, tulang daun menebal, dan daun menggulung ke atas.
Gejala lanjut daun muda mengecil, daun menguning cerah atau berwarna hijau
muda dan tanaman menjadi kerdil.
Diagnosis laboratorium penyakit bulai dilakukan dengan I-ELISA dan
deteksi PCR. Metode I-ELISA yang digunakan adalah Inderect ELISA tanpa
pelapisan (nonprecoating) (Koenig, 1981). Pengujian menggunakan polysyrene
microtitre plate (Nunc-Immuno-Plate, Intermed). Deteksi secara molekuler
dilakukan dengan PCR menggunakan dua pasang primer yaitu Krusty dan Homer
dengan urutan nukleotida.
Tanah yang ideal bagi pertumbuhan cabai adalah tanah yang memiliki sifat
fisik gembur, remah, dan memiliki derainase yang baik. Namun, pada saat
diagnosis tanaman cabai drainase cukup baik, dan Jenis tanah yang memiliki
karakteristik tersebut yaitu tanah andosol, regosol, dan latosol. Derajat keasaman
(pH) tanah yang ideal bagi pertumbuhan cabai berkisar antara 5,5 - 6. Pertumbuhan
cabai pada tanah yang memiliki pH kurang dari 5,5 kurang optimum. Hal tersebut
dikarenakan, tanah masam memiliki kecenderungan menimbulkan keracunan unsur
almunium, zat besi, dan mangan (Alviana & Susila, 2009).
Curah hujan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman cabai berkisar antara 600
mm/tahun sampai 1.2500 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan
kelembapan udara meningkat. Kelembapan udara yang meningkat menyebabkan
tanaman gampang terserang penyakit. Pukulan air hujan yang deras bisa
menyebabkan bunga dan bakal buah berguguran yang berakibat pada penurunan
produksi (Pratama et al., 2017). Cabai paling ideal ditanam dengan intensitas
cahaya matahari antara 60-70%. Lama penyinaran yang paling ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah 10-12 jam terutama di daerah garis katulistiwa
(Djarwaningsih, 2005).
8
V. KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Alviana, V.F. & Susila, A.D. (2009). Optimasi dosis pemupukan pada budidaya
cabai (Capsicum annuum L.) menggunakan irigasi tetes dan mulsa
polyethylene. Jurnal Agronomi Indonesia, 37(1): 28-33.
Baharuddin, R. 2016. Response to growth and yield of chili (Capsicum annuum L.)
on reduction of dose NPK 16:16:16 with organic fer. Jurnal Dinamika
Pertanian, 32(2): 115-124.
Haryanto, S. 2018. Pertumbuhan dan hasil cabai merah pada berbagai metode
irigasi dan pemberian pupuk kandang di wilayah pesisir pantai, 2(1): 247-
257.
Koenig, R. 1981. Indirect ELISA methods for the broad specificity detection of
plant viruses. J. Gen. Virol, 55: 53-62.
Pratama, D., Swastika, S., Hidayat, T., & Boga, K. 2017. Teknologi Budidaya cabai
Merah. Universitas Riau, Riau.
Taufik M. 2005. Cucumber Mosaic Virus dan Chilli Veinal Mottle Virus:
Karakterisasi Isolat Cabai dan Strategi Pengendaliannya.
Yabuuchi, E., Y. Kosaka, I. Yano, H. Hotta, & Y. Nishiuchi. 2015. Transfer of Two
Burkholderia and an Alcaligenes Spesies to Ralstonia Gen: Proposal of
Ralstonia picketii (Ralston, Palleroni and Doudoroff. 1973). Com nov. and
Ralstonia eutropha (Davis, 1996) comb nov. J. Microbiol. Immunol, 39(11):
897-904.
1
Zhenita, V.T.H. 2011. Keefektifan Bakteri Endofit dan Plant Growth Promoting
Rhizobacteria dalam Menekan Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia
solanacearum) pada Tomat. Bogor Agriculture University. Bogor.
1
LAMPIRAN