Makalah
Oleh:
Kelompok B/1
1. Rizky Ringgra Ridhofani NIM A43160578
2. Neny Dwi Anggraini NIM A43160638
3. Mohammad Riski Hariyanto NIM A43160687
4. Wildannisa Maghfirotul Firdaus NIM A43160710
5. Ellisa Winda Giri Hariyanti NIM A43160714
6. Nur Haini NIM A43160769
7. Fauron Amali NIM A43160779
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam karya tulis ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Serangan hama tanaman merupakan salah satu faktor penghambat dalam usaha
peningkatan produksi hasil kelapa. Banyak jenis spesies hama yang menyerang kelapa,
dan dari segi wilayah serangan diantaranya ada yang bersifat spesifik lokasi (Novarianto,
2004). Hama Sexava spp. merupakan hama utama bagi petani kelapa di Kabupaten
Jombang. Karena itulah hama Sexava spp. dan Oryctes rhinoceros pada tanaman kelapa.
didapati gejala serangan yang terlihat sama seperti yang diakibatkan oleh hama Sexava
nubila, dimana pada bagian daun kelapa yang diamati terlihat seperti daun
terpotongpotong tidak beraturan dan pelepah daun hanya tinggal lidinya saja, dan pada
umumnya adalah daun kelapa yang sudah tua.
4
Menurut Hosang (2005), bahwa hama Sexava nubila memakan anak daun yang
dimulai dari pinggir ke bagian tengah, kadang-kadang dimakan sebagian atau sampai ke
lidi. Bekas gigitan biasanya tidak rata, danpada serangan berat terlihat pada pelepah daun
bagian bawah tinggal lidi saja. Kalshoven (1991) juga mengemukakan, bahwa jenis
belalang Sexava spp. biasanya merusak dengan cara memakan helaian daun, dan selain
merusak tanaman kelapa, juga merusak tanaman lainnya seperti sagu, pinang, salak, dan
lain sebagainya. Selanjutnya Setyamidjaja (1995) menambahkan, bahwa belalang Sexava
nubila juga merusak bagian daun muda, kulit buah, dan bunga-bunganya.
1.2 Tujuan
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu :
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu :
a) Mahasiswa dapat mengetahui bioekologi belalang Sexava dan Klasifikasinya.
a) Mahasiswa dapat mengetahui dengan jelas cara pengendalian yang efektif untuk
memberantas belalang sexava.
5
1.4 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini yaitu :
a) Bagaimana bioekologi belalang Sexava sp ?
b) Apa klasifikasi belalang Sexava sp ?
c) Bagaimana cara pengendalian belalang Sexava sp ?
6
BAB 2 PEMBAHASAN
7
Biologi dan ekologi serangga merupakan salah satu unsur dasar PHT sebagai
pengetahuan dasar yang harus diketahui, diperhatikan dan dipergunakan untuk
menyusunan komponen pengendalian baik secara tunggal, maupun dalam perpaduannya
di lapangan dengan komponen lain untuk memperoleh hasil pengendalian yang optimal.
Tanpa pengetahuan tentang unsur-unsur dasar maka rekomendasi pengendalian yang
disusun tidak akan dapat sesuai dengan prinsip dan tujuan PHT.
Pemahaman biologi dan ekologi hama Sexava spp. dapat membantu dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan pengendalian yang efektif dan efisien. Sudah
diketahui bahwa perilaku imago betina pada waktu bertelur akan turun ke tanah dan
nimfa yang baru menetas dari telur yang diletakkan di tanah akan naik ke pohon untuk
mencari daun kelapa sebagai makanannya. Selain itu juga nimfa lebih tua dan imago
jantan tidak secara terus menerus tinggal dimahkota pohon. Dari perilaku ini dapat
dikembangkan teknologi baru dengan merancang perangkap Sexava tipe Balitka MLA
yang dapat menghalangi nimfa muda (instar 1), nimfa tua dan imago yang akan naik ke
pohon kelapa sehingga dapat menekan perkembangan populasi hama tersebut di
lapangan.
2. 2 Klasifikasi Sexava sp
Kingdom : Animalia
Philum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptera
8
Family : Tettigonidae
Genus : Sexava
Belalang ini banyak terdapat di kepulauan Kei, Aru, Talaud, Nanusa, Pulau
Seram, Bacan dan Papua. Panjang sexava betina 9,5 10,5 cm, sedangkan yang jantan 9
9,5 cm. panjang ovipositornya 3,2 4,5 cm. Ciri khas dari belalang ini adalah
serangga betinanya mempunyai ovipositor yang panjang dan berbentuk seperti pedang,
serta memiliki antena yang panjang. Belalang ini biasanya aktif pada malam hari.
Cara hama ini menyerang adalah dengan memakan anak daun mulai dari pingggir
ke bagian tengah. Kadang-kadang dimakan sebagian atau sampai ke lidi. Bekas gigitan
biasanya tidak rata. Serangan berat, terlihat pada pelepah daun bagian bawah tinggal lidi
saja. Berdasarkan dari cara penyerangannya, belalang pedang ini termasuk tipe mulut
menggigit-mengunyah. Selain itu, serangga ini juga merupakan serangga polifag.
Siklus hidup belalang ini terdiri dari telur, nimfa, dan imago.
Telur : Bentuk dan warna telur Sexava spp. seperti gabah, mempunyai lekuk memanjang
pada salah satu sisinya. Panjang telur 12 mm dan lebar 2 mm. Makin lama telur makin
mengembang sehingga kelihatannya lebih besar dan warnanya semakin kuning. Stadium
telur 50 55 hari.
Nimfa : Panjang Nimfa yang baru menetas dari telur 12 mm, panjang antena 9 mm,
berwarna hijau, kadang-kadang ada pula yang berwarna coklat. Masa nimfa lamanya 70
hari, biasanya menetap pada pohon inang sampai sayapnya tumbuh sempurna. Lama
stadium nimfa adalah 108 hari.
Imago : Biasanya berwarna hijau dengan antena coklat. Betina mempunyai alat peletak
telur berbentuk pedang, pangkalnya berwarna hijau bagian tengah coklat sedangkan
bagian ujung berwarna hitam. Induknya mulai bertelur setelah berumur 1 bulan. Telur
diletakkan satu persatu didalam tanah dengan alat peletak telurnya sedalam 1-1,5 cm atau
pada pangkal tanaman kelapa dan inang lainnya tetapi ada pula yang diletakkan di atas
9
pohon diantara sela pelepah. Nimfa dan Imago aktif pada malam hari, waktu makan
mengeluarkan bunyi yang gemuruh. Siang hari bersembunyi dibawah daun. Belalang
jantan mengeluarkan bunyi yang nyaring sehingga disebut juga walang kerik.
Telur yang diletakkan di tanah dapat mencapai 95%. Tanah yang disukai oleh
imago betina untuk meletakkan telur adalah tanah liat yang lembab bercampur pasir. Satu
ekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 53 butir.
Hama Sexava merupakan salah satu hama yang paling merusak tanaman kelapa di
Kawasan Timur Indonesia, terutama di Kepulauan Sangihe dan Talaud, Sulawesi Utara,
Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua. Populasi dan serangan hama Sexava
dapat terjadi sepanjang tahun, sehingga dapat merugikan petani. "Banyak upaya telah
dilakukan untuk mengendalikan populasi hama Sexava di lapangan, tetapi populasi hama
masih tetap tinggi, karena masih dilakukan secara perorangan dengan menggunakan
insektisida. Untuk itu perlu pengendalian yang dapat mencakup areal luas dan melibatkan
banyak petani," ujar Kepala balai Penelitian Tanaman Palma, Dr. Ir. Ismail Maskromo,
MSi dalam keterangan tertulis. Ismail mengatakan, Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
merupakan salah satu pendekatan dalam pengendalian hama Sexava berwawasan
lingkungan. PHT dilakukan melalui integrasi semua teknik pengendalian yang
kompatibel untuk mempertahankan populasi hama di bawah tingkat kerusakan ekonomi.
10
hama Sexava/pohon. Pada bulan berikutnya, jumlah Sexava yang terperangkap jauh lebih
rendah walaupun terjadi fluktuasi populasi di lapangan, tetapi pada akhir bulan kedua,
jumlah hama yang terperangkap <1 nimfa/pohon/hari.
Selain itu juga dapat menggunakan Perangkap Sexava tipe Balitka MLA dipasang
pada batang kelapa sehingga dapat menangkap nimfa dan imago yang lewat pada batang.
Perangkap ini digunakan untuk mengendalikan hama Sexava yang menyerang tanaman
muda (belum berproduksi) dan tanaman kelapa yang sudah berproduksi.
Jika perangkap ini diaplikasikan dalam satu areal yang luas maka dapat menekan
populasi sampai pada batas tidak merugikan. Data ini juga menunjukkan bahwa pada
11
awal pengamatan rata-rata nimfa yang terperangkap dapat mencapai > 6 individu/pohon
dan dalam waktu sekitar satu bulan, jumlah nimfa yang terperangkap hanya sekitar 1
individu/pohon, atau makin lama jumlah nimfa yang terperangkap makin sedikit. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena populasi Sexava makin berkurang atau pengaruh faktor
lainnya.
Perangkap sexava tipe Balitka MLA ini masih dapat dikombinasikan dengan
penggunaan lem serangga sehingga lebih efisien dan efektif terutama untuk
mengendalikan nimfa instar 1. Pada kenyataanya instar lebih tua dan imago juga
terperangkap sehingga dapat mempercepat penurunan populasi hama Sexava di lapangan.
Jika penggunaan perangkap ini dapat disosialisasikan pada lokasi serangan hama ini di
Indonesia maka metode ini dapat mengurangi penggunaan insektisida >50% atau bahkan
dapat meniadakan penggunaan insektisida. Dengan demikian pengendalian hama terpadu
dengan introduksi teknologi baru ini dapat mewujudkan pertanian berkelanjutan
berwawasan lingkungan. Teknologi baru ini lebih aman terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia, sesuai dikombinasikan dengan teknik pengendalian lainnya, efektif
dan efisien, lebih murah dan mudah dilaksanakan oleh petani.
12
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di tarik dalam makalah ini yatitu :
a) Hama sexava merupakan salah satu hama penting yang dapat menyebabkan kerusakan
serius pada tanaman kelapa. Kerusakannya ditandai dengan daun pada pohon kelapa yang
hanya bersisa lidinya saja, dan kerusakan parahnya dalam satu tangkai bisa tinggal
lidinya saja atau daunnya sudah habis di makan belalang sexava tersebut.
b) Siklus hidup belalang ini terdiri dari telur, nimfa, dan imago. Dan Telur yang diletakkan
di tanah dapat mencapai 95%. Tanah yang disukai oleh imago betina untuk meletakkan
telur adalah tanah liat yang lembab bercampur pasir. Satu ekor imago betina dapat
meletakkan telur sebanyak 53 butir.
c) Pengendalian hama ini lebih banyak menggunakan insektisida, padahal sudah tersedia
teknik pengendalian yang rama lingkungan dengan menggunakan perangkap Sexava tipe
Balitka MLA yang dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasikan dengan
penggunaan lem serangga. Perangkap Sexava tipe Balitka MLA dirancang berdasarkan
perilaku hama Sexava yang aktif pada malam hari dan dapat berpindah dari satu pohon ke
pohon lainnya dengan berjalan pada batang kelapa.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://blog.ub.ac.id/novi9inka/2012/12/04/belalang-pedang-pada-tanaman-vanili/
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/?p=936
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/intan/17/04/06/onyznw280-4-cara-
pengendalian-hama-terpadu-sexava-di-tanaman-kelapa-part2
14