Anda di halaman 1dari 14

SERANGAN BELALANG SEXAVA PADA TANAMAN KELAPA

Makalah

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Budidaya Tanaman Kelapa


dan Kelapa Sawit pada Semester 3 / Tahun Ajaran 2017-2018

Oleh:
Kelompok B/1
1. Rizky Ringgra Ridhofani NIM A43160578
2. Neny Dwi Anggraini NIM A43160638
3. Mohammad Riski Hariyanto NIM A43160687
4. Wildannisa Maghfirotul Firdaus NIM A43160710
5. Ellisa Winda Giri Hariyanti NIM A43160714
6. Nur Haini NIM A43160769
7. Fauron Amali NIM A43160779

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam karya tulis ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 8 Desember 2017

Penyusun

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. ii


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. iii
BAB 1 ........................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan .......................................................................................................................................... 5
1.3 Manfaat ........................................................................................................................................ 5
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 7
2. 1 Belalang Sexava sp. ..................................................................................................................... 7
2. 2 Klasifikasi Sexava sp................................................................................................................... 8
2. 3 Cara Pengendalian Belalang Sexava sp .................................................................................. 10
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa merupakan komoditas strategis dalam perekonomian bangsa Indonesia,


terutama sebagai penghasil minyak nabati dan sumber pendapatan bagi petani serta
keperluan ekspor. Dewasa ini dengan adanya krisis minyak bumi, peranan kelapa
semakin penting karena dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Menurut
Allorerung et al. (2006), kelapa sebagai salah satu sumber energi alternatif
pengembangannya diarahkan pada pembukaan areal baru atau rehabilitasi tanaman tua
yang tidak terawat pada daerah pulau-pulau terpencil dan lahan pasang surut. Kemudian
menurut Michellia (2006), kelapa juga bermanfaat sebagai obat bagi penyakit manusia,
hal ini menunjang semangat back to nature yang sudah mewabah baik diluar negeri
maupun di Indonesia.Luas areal pertanaman kelapa Indonesia pada tahun 2009 sebesar
3.799.124 hektar. Jumlah seluruh areal perkebunan kelapa tersebut sekitar 98% adalah
perkebunan rakyat, sisanya 2% dikelola oleh perkebunan besar swasta (Anonim, 2011).
Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan (Kementerian Pertanian Jakarta, 2011)
bahwa produksi tanaman kelapa di Indonesia padatahun 2010 sebesar 3.266,447 ton per
hektar.

Serangan hama tanaman merupakan salah satu faktor penghambat dalam usaha
peningkatan produksi hasil kelapa. Banyak jenis spesies hama yang menyerang kelapa,
dan dari segi wilayah serangan diantaranya ada yang bersifat spesifik lokasi (Novarianto,
2004). Hama Sexava spp. merupakan hama utama bagi petani kelapa di Kabupaten
Jombang. Karena itulah hama Sexava spp. dan Oryctes rhinoceros pada tanaman kelapa.
didapati gejala serangan yang terlihat sama seperti yang diakibatkan oleh hama Sexava
nubila, dimana pada bagian daun kelapa yang diamati terlihat seperti daun
terpotongpotong tidak beraturan dan pelepah daun hanya tinggal lidinya saja, dan pada
umumnya adalah daun kelapa yang sudah tua.

4
Menurut Hosang (2005), bahwa hama Sexava nubila memakan anak daun yang
dimulai dari pinggir ke bagian tengah, kadang-kadang dimakan sebagian atau sampai ke
lidi. Bekas gigitan biasanya tidak rata, danpada serangan berat terlihat pada pelepah daun
bagian bawah tinggal lidi saja. Kalshoven (1991) juga mengemukakan, bahwa jenis
belalang Sexava spp. biasanya merusak dengan cara memakan helaian daun, dan selain
merusak tanaman kelapa, juga merusak tanaman lainnya seperti sagu, pinang, salak, dan
lain sebagainya. Selanjutnya Setyamidjaja (1995) menambahkan, bahwa belalang Sexava
nubila juga merusak bagian daun muda, kulit buah, dan bunga-bunganya.

Ciri-ciri tersebut sesuai dengan yang dikemukakanoleh Hosang (2005), yaitu


bentuk dan warna telur Sexava nubila. seperti buah padi masak (gabah), salah satu ujung
telur lancip dan lainnya bulat, telur tua panjangnya sampai 13mm dan lebarnya 3mm.
Nimfa muda dan tua berwarna hijau, tetapi kadang-kadang berwarna coklat. Imago
berwarna hijau, antena merah muda dan matanya abu-abu. Alat peletak telur (ovipositor)
berwarna hijau pada bagian pangkalnya yaitu sepertiga dari panjang ovipositor, sepertiga
lagi berwarna kemerahan dan bagian ujungnya berwarna hitam. Panjang imago betina
(kepala + badan + ovipositor) antara 9.5 10.5 cm. Panjang ovipositor 3 4.5 cm dan
panjang antena 16 cm. Panjang imago jantan 6 9.5 cm dan antenanya 14-16 cm.

1.2 Tujuan
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu :

a) Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui beiekologi belalang sexava dan


kelasifikasinya.
b) Mahasiswa diharapkan mampu memahami cara pengendalian yang efektif.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu :
a) Mahasiswa dapat mengetahui bioekologi belalang Sexava dan Klasifikasinya.
a) Mahasiswa dapat mengetahui dengan jelas cara pengendalian yang efektif untuk
memberantas belalang sexava.

5
1.4 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini yaitu :
a) Bagaimana bioekologi belalang Sexava sp ?
b) Apa klasifikasi belalang Sexava sp ?
c) Bagaimana cara pengendalian belalang Sexava sp ?

6
BAB 2 PEMBAHASAN

2. 1 Belalang Sexava sp.

Hama Sexava spp. (Orthoptera : Tettigoniidae) merupakan serangga asli


Indonesia yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada tanaman kelapa terutama
daerah-daerah tertentu di Kawasan Indonesia Timur. Belalang Sexava spp. terdiri dari
empat spesies yaitu Sexava nubila Stal, Sexava coriacea Linnaeus, Sexava karnyi
Leefmansdan Sexava novae-guineae Brancsik. Tiga spesies yang disebutkan pertama
sudah dikenal di Indonesia dan spesies keempat di Papua New Guinea.
Di Indonesia, S. nubila terdapat di Kepulauan Talaud Sulawesi Utara, di Maluku
dan Papua (Irian Jaya), S. coriacea di Kepulauan Sangihe, di daratan Sulawesi di Desa
Dumagin Kecamatan Pinolosian, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara dan di Maluku
Utara, sedangkan S. karnyi merusak tanaman kelapa pada beberapa daerah di Sulawesi
Tengah. Nimfa dan imago menyerang daun, bunga betina dan buah muda sehingga secara
langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi produksi kelapa. Beberapa teknik
pengendalian sudah diterapkan tetapi sampai sekarang populasi hama ini masih
merupakan hambatan utama dalam meningkatkan produksi kelapa di daerah sebaran
hama Sexava spp. Penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) merupakan salah satu
solusi yang tepat untuk mengatasi masalah hama Sexava spp.
Hama sexava merupakan salah satu hama penting yang dapat menyebabkan
kerusakan serius pada tanaman kelapa. Pengendalian hama ini lebih banyak
menggunakan insektisida, padahal sudah tersedia teknik pengendalian yang rama
lingkungan dengan menggunakan perangkap Sexava tipe Balitka MLA yang dapat
digunakan secara tunggal atau dikombinasikan dengan penggunaan lem serangga.
Perangkap Sexava tipe Balitka MLA dirancang berdasarkan perilaku hama Sexava yang
aktif pada malam hari dan dapat berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya dengan
berjalan pada batang kelapa.

7
Biologi dan ekologi serangga merupakan salah satu unsur dasar PHT sebagai
pengetahuan dasar yang harus diketahui, diperhatikan dan dipergunakan untuk
menyusunan komponen pengendalian baik secara tunggal, maupun dalam perpaduannya
di lapangan dengan komponen lain untuk memperoleh hasil pengendalian yang optimal.
Tanpa pengetahuan tentang unsur-unsur dasar maka rekomendasi pengendalian yang
disusun tidak akan dapat sesuai dengan prinsip dan tujuan PHT.
Pemahaman biologi dan ekologi hama Sexava spp. dapat membantu dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan pengendalian yang efektif dan efisien. Sudah
diketahui bahwa perilaku imago betina pada waktu bertelur akan turun ke tanah dan
nimfa yang baru menetas dari telur yang diletakkan di tanah akan naik ke pohon untuk
mencari daun kelapa sebagai makanannya. Selain itu juga nimfa lebih tua dan imago
jantan tidak secara terus menerus tinggal dimahkota pohon. Dari perilaku ini dapat
dikembangkan teknologi baru dengan merancang perangkap Sexava tipe Balitka MLA
yang dapat menghalangi nimfa muda (instar 1), nimfa tua dan imago yang akan naik ke
pohon kelapa sehingga dapat menekan perkembangan populasi hama tersebut di
lapangan.

2. 2 Klasifikasi Sexava sp

Nama Umum : Belalang Pedang

Nama local : Belalang Talaud (di Kepulauan Talaud )

Nama Daerah : boto-boto (di Kepulauan Talaud )

Kingdom : Animalia

Philum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Orthoptera

8
Family : Tettigonidae

Genus : Sexava

Spesies : Sexava nubila

Belalang ini banyak terdapat di kepulauan Kei, Aru, Talaud, Nanusa, Pulau
Seram, Bacan dan Papua. Panjang sexava betina 9,5 10,5 cm, sedangkan yang jantan 9
9,5 cm. panjang ovipositornya 3,2 4,5 cm. Ciri khas dari belalang ini adalah
serangga betinanya mempunyai ovipositor yang panjang dan berbentuk seperti pedang,
serta memiliki antena yang panjang. Belalang ini biasanya aktif pada malam hari.

Cara hama ini menyerang adalah dengan memakan anak daun mulai dari pingggir
ke bagian tengah. Kadang-kadang dimakan sebagian atau sampai ke lidi. Bekas gigitan
biasanya tidak rata. Serangan berat, terlihat pada pelepah daun bagian bawah tinggal lidi
saja. Berdasarkan dari cara penyerangannya, belalang pedang ini termasuk tipe mulut
menggigit-mengunyah. Selain itu, serangga ini juga merupakan serangga polifag.

Siklus hidup belalang ini terdiri dari telur, nimfa, dan imago.

Telur : Bentuk dan warna telur Sexava spp. seperti gabah, mempunyai lekuk memanjang
pada salah satu sisinya. Panjang telur 12 mm dan lebar 2 mm. Makin lama telur makin
mengembang sehingga kelihatannya lebih besar dan warnanya semakin kuning. Stadium
telur 50 55 hari.
Nimfa : Panjang Nimfa yang baru menetas dari telur 12 mm, panjang antena 9 mm,
berwarna hijau, kadang-kadang ada pula yang berwarna coklat. Masa nimfa lamanya 70
hari, biasanya menetap pada pohon inang sampai sayapnya tumbuh sempurna. Lama
stadium nimfa adalah 108 hari.
Imago : Biasanya berwarna hijau dengan antena coklat. Betina mempunyai alat peletak
telur berbentuk pedang, pangkalnya berwarna hijau bagian tengah coklat sedangkan
bagian ujung berwarna hitam. Induknya mulai bertelur setelah berumur 1 bulan. Telur
diletakkan satu persatu didalam tanah dengan alat peletak telurnya sedalam 1-1,5 cm atau
pada pangkal tanaman kelapa dan inang lainnya tetapi ada pula yang diletakkan di atas

9
pohon diantara sela pelepah. Nimfa dan Imago aktif pada malam hari, waktu makan
mengeluarkan bunyi yang gemuruh. Siang hari bersembunyi dibawah daun. Belalang
jantan mengeluarkan bunyi yang nyaring sehingga disebut juga walang kerik.

Telur yang diletakkan di tanah dapat mencapai 95%. Tanah yang disukai oleh
imago betina untuk meletakkan telur adalah tanah liat yang lembab bercampur pasir. Satu
ekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 53 butir.

2. 3 Cara Pengendalian Belalang Sexava sp

Hama Sexava merupakan salah satu hama yang paling merusak tanaman kelapa di
Kawasan Timur Indonesia, terutama di Kepulauan Sangihe dan Talaud, Sulawesi Utara,
Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua. Populasi dan serangan hama Sexava
dapat terjadi sepanjang tahun, sehingga dapat merugikan petani. "Banyak upaya telah
dilakukan untuk mengendalikan populasi hama Sexava di lapangan, tetapi populasi hama
masih tetap tinggi, karena masih dilakukan secara perorangan dengan menggunakan
insektisida. Untuk itu perlu pengendalian yang dapat mencakup areal luas dan melibatkan
banyak petani," ujar Kepala balai Penelitian Tanaman Palma, Dr. Ir. Ismail Maskromo,
MSi dalam keterangan tertulis. Ismail mengatakan, Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
merupakan salah satu pendekatan dalam pengendalian hama Sexava berwawasan
lingkungan. PHT dilakukan melalui integrasi semua teknik pengendalian yang
kompatibel untuk mempertahankan populasi hama di bawah tingkat kerusakan ekonomi.

Pengendalian hama Sexava yang dapat diterapkan adalah pengendalian secara


mekanis, hayati, budidaya dan jika terjadi outbreak maka dapat dilakukan pengendalian
secara kimia," ujar Ismail. Pengendalian hama Sexava secara mekanis dilakukan dengan
memanfaatkan perangkap hama dan lem serangga sehingga dapat menekan
perkembangan hama dan dapat meningkatkan peran musuh alami sehingga sangat
menunjang pengendalian ramah lingkungan.

Pemasangan perangkap hama Sexava selama satu bulan di lapangan dapat


menangkap 0,9-6,6 nimfa/pohon/hari atau rata-rata 3,04 nimfa dan 0,04
imago/pohon/hari. Dengan demikian, dalam satu bulan terperangkap rata-rata 92,4 ekor

10
hama Sexava/pohon. Pada bulan berikutnya, jumlah Sexava yang terperangkap jauh lebih
rendah walaupun terjadi fluktuasi populasi di lapangan, tetapi pada akhir bulan kedua,
jumlah hama yang terperangkap <1 nimfa/pohon/hari.

Pemanfaatan lem serangga yang dipasang pada batang kelapa memberikan


harapan baru dalam pengendalian hama Sexava.Jumlah nimfa yang terperangkap dengan
menggunakan lem lalat rata-rata 1,5 individu/pohon/hari. Jika daya rekat lem dapat
bertahan selama 3 bulan maka jumlah nimfa yang tertangkap sekitar 131 individu/pohon.
Hal ini tentu dapat menekan populasi hama di lapangan apabila dilakukan secara
berkesinambungan

Selain itu juga dapat menggunakan Perangkap Sexava tipe Balitka MLA dipasang
pada batang kelapa sehingga dapat menangkap nimfa dan imago yang lewat pada batang.
Perangkap ini digunakan untuk mengendalikan hama Sexava yang menyerang tanaman
muda (belum berproduksi) dan tanaman kelapa yang sudah berproduksi.

Perangkap dipasang pada batang kelapa dengan ketinggian 1 1.5 m dari


permukaan tanah. Setiap tanaman cukup dipasang satu perangkap. Perangkap ini dapat
digunakan lebih dari satu tahun. Hasil penelitian membuktikan bahwa pemasangan
perangkap Sexava tipe Balitka MLA selama satu bulan dapat menangkap 0.9 6.6
nimfa/pohon atau rata-rata 3.04 nimfa/pohon dan 0.04 imago/pohon (Gambar 1). Imago
yang terperangkap adalah imago jantan (60%) dan betina (40%), hal ini menunjukkan
bahwa terjadi mobilitas imago jantan dan betina pada malam hari. Pada bulan berikutnya,
jumlah Sexava yang terperangkap jauh lebih rendah walaupun terjadi fluktuasi populasi
dilapangan tetapi pada akhir bulan kedua jumlah yang terperangkap umumnya < 1
nimfa/pohon/hari. Hal ini menunjukkan bahwa populasi hama akan terus menurun dan
pada satu saat atau diperkirakan paling lambat enam bulan kemudian populasi hama
dapat dikendalikan sampai pada taraf yang tidak merugikan karena diperkiran populasi
hama sangat rendah.

Jika perangkap ini diaplikasikan dalam satu areal yang luas maka dapat menekan
populasi sampai pada batas tidak merugikan. Data ini juga menunjukkan bahwa pada

11
awal pengamatan rata-rata nimfa yang terperangkap dapat mencapai > 6 individu/pohon
dan dalam waktu sekitar satu bulan, jumlah nimfa yang terperangkap hanya sekitar 1
individu/pohon, atau makin lama jumlah nimfa yang terperangkap makin sedikit. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena populasi Sexava makin berkurang atau pengaruh faktor
lainnya.

Perangkap sexava tipe Balitka MLA ini masih dapat dikombinasikan dengan
penggunaan lem serangga sehingga lebih efisien dan efektif terutama untuk
mengendalikan nimfa instar 1. Pada kenyataanya instar lebih tua dan imago juga
terperangkap sehingga dapat mempercepat penurunan populasi hama Sexava di lapangan.
Jika penggunaan perangkap ini dapat disosialisasikan pada lokasi serangan hama ini di
Indonesia maka metode ini dapat mengurangi penggunaan insektisida >50% atau bahkan
dapat meniadakan penggunaan insektisida. Dengan demikian pengendalian hama terpadu
dengan introduksi teknologi baru ini dapat mewujudkan pertanian berkelanjutan
berwawasan lingkungan. Teknologi baru ini lebih aman terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia, sesuai dikombinasikan dengan teknik pengendalian lainnya, efektif
dan efisien, lebih murah dan mudah dilaksanakan oleh petani.

12
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di tarik dalam makalah ini yatitu :
a) Hama sexava merupakan salah satu hama penting yang dapat menyebabkan kerusakan
serius pada tanaman kelapa. Kerusakannya ditandai dengan daun pada pohon kelapa yang
hanya bersisa lidinya saja, dan kerusakan parahnya dalam satu tangkai bisa tinggal
lidinya saja atau daunnya sudah habis di makan belalang sexava tersebut.
b) Siklus hidup belalang ini terdiri dari telur, nimfa, dan imago. Dan Telur yang diletakkan
di tanah dapat mencapai 95%. Tanah yang disukai oleh imago betina untuk meletakkan
telur adalah tanah liat yang lembab bercampur pasir. Satu ekor imago betina dapat
meletakkan telur sebanyak 53 butir.
c) Pengendalian hama ini lebih banyak menggunakan insektisida, padahal sudah tersedia
teknik pengendalian yang rama lingkungan dengan menggunakan perangkap Sexava tipe
Balitka MLA yang dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasikan dengan
penggunaan lem serangga. Perangkap Sexava tipe Balitka MLA dirancang berdasarkan
perilaku hama Sexava yang aktif pada malam hari dan dapat berpindah dari satu pohon ke
pohon lainnya dengan berjalan pada batang kelapa.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://blog.ub.ac.id/novi9inka/2012/12/04/belalang-pedang-pada-tanaman-vanili/

http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/?p=936
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/intan/17/04/06/onyznw280-4-cara-
pengendalian-hama-terpadu-sexava-di-tanaman-kelapa-part2

14

Anda mungkin juga menyukai