Anda di halaman 1dari 31

i

Judul : Daun Salam Dan Daun Ketapang,


Solusi Mudah Atasi Disentri
Penulis : Nurvita Wahyu Kristanti
Sampul : Double Helix Studio
Layout : Double Helix Studio
No HP : 082331778995
E-mail : nurvitaaaawahyu@gmail.com

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa


memberikan rahmat kepada penulis sehingga buku yang berjudul “Daun
Salam dan Daun Ketapang, Solusi Mudah Atasi Disentri” dapat
terselesaikan. Buku ini berisikan informasi hasil penelitian yang ditujukan
kepada para masyarakat umum. Buku ini juga ditujukan untuk memenuhi
tugas akhir dalam rangka menyelesaikan studi Strata Satu (S1) di program
studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jember.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang
berperan dalam penyusunan buku ini. Terima kasih kepada dosen
pembimbing yaitu Prof. Dr. H. Joko Waluyo, M.Si, Drs. dan Dr. Ir. Imam
Mudakir, M.Si yang senantiasa membimbing penulis dengan penuh
kesabaran sehingga buku ini bisa terselesaikan. Terima kasih juga penulis
sampaikan pada teman-teman yang membantu selama penyusunan buku
ini.
Penulis berharap semoga buku ini menjadi tambahan informasi yang
bermanfaat bagi masyarakat. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran
demi perbaikan karya penulis selanjutnya mengingat penulis hanya
manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.
Jember, Agustus 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... v
BAB 1. Pendahuluan ........................................................................... 1
BAB 2. Tumbuhan Salam................................................................... 3
A. Mengenal Tumbuhan Salam .................................................... 3
B. Morfologi Tumbuhan Salam.................................................... 3
C. Manfaat Daun Tumbuhan Salam ............................................. 5
BAB 3. Tumbuhan Ketapang ............................................................. 7
A. Mengenal Tumbuhan Ketapang............................................... 7
B. Morfologi Tumbuhan Ketapang .............................................. 7
C. Manfaat Daun Tumbuhan Ketapang ........................................ 9
BAB 4. Cara Membuat Ekstrak ........................................................ 10
BAB 5. Tumbuhan Salam dan Ketapang sebagai Solusi Disentri .. 12
A. Penyebab Disentri .................................................................... 12
B. Gejala Disentri ......................................................................... 13
C. Kemampuan Daun Tumbuhan Salam dan Ketapang atasi
Disentri ......................................................................................... 13
Penutup................................................................................................. 19
Daftar Pustaka ..................................................................................... 20
Glosarium ............................................................................................. 24

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Pohon Salam .................................................................................... 4
2. Morfologi daun Salam ..................................................................... 4
3. Morfologi bunga dan buah Salam ................................................... 5
4. Pohon Ketapang .............................................................................. 8
5. Morfologi daun, bunga, dan buah Ketapang ................................... 8
6. Morfologi Shigella dysenteriae ........................................................ 12
7. Hasil uji daya hambat ekstrak daun salam ....................................... 15
8. Hasil uji daya hambat ekstrak ketapang ........................................... 15
9. Hasil uji daya hambat campuran ekstrak daun salam dan daun
ketapang ........................................................................................... 15

v
BAB 1
PENDAHULUAN
Kondisi kualitas kesehatan nasional Indonesia masih rendah, hal ini
diungkapkan oleh Asisten Deputi Sumber Daya Kesehatan Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) Dr. Hanibal Hamidi. Hal ini
dibuktikan dengan tingginya angka kematian bayi, gizi buruk. Rendahnya
kualitas kesehatan dan angka harapan hidup. Penyebabnya diantaranya
banyak masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi rendah sehingga
kurang memperhatikan kualitas kesehatannya dan mengakibatkan
tingginya penderita berbagai penyakit. Salah satu penyakit tersebut adalah
disentri dan diare, dimana penduduk Indonesia belum terbebas dari
penyakit diare. Shigella dysenteriae merupakan bakteri gram negatif
patogen yang dapat menyebabkan penyakit disentri dengan diare yang
berat (Anonital, 2011). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2010), diare
merupakan penyebab utama kematian anak di negara berkembang. Rata-
rata penderita diare pada tahun 2015 adalah 423 per 1000 penduduk, hal
ini menunjukkan bahwa tingkat prevalensi diare di Indonesia masih tinggi
(Susbandya, 2016).
Menurut Sari (2015), bakteri dengan genus Shigella mampu
menghasilkan Shiga Toksin berupa eksotoksin maupun endotoksin.
Eksotoksin merupakan protein antigenik yang mampu merangsang
antitoksin serta mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan saraf
pusat. Endotoksin dapat berupa keluarnya lipopolisakarida toksik ketika
Shigella mengalami autolisis sehingga menambah iritasi lumen usus. Efek
Toksin Shiga ini adalah menghambat absorpsi elektrolit, glukosa dan asam
amino sehingga menyebabkan diare air, darah maupun nanah. Penyakit
disentri biasanya diobati dengan antibiotik, namun penggunaan antibiotik

1
dalam jangka panjang dan tidak tepat dosis juga dapat menganggu fungsi
kinerja pada organ ginjal, jantung, dan hati (WHO, 2014). Menurut
Harniza (2009), pemakaian antibiotik untuk penyembuhan pendiayakit
juga dapat meningkatkan resisten bakteri terhadap antibiotik tersebut
sehingga perlu diadakannya penelitian mengenai obat tradisional yang
aman bagi tubuh dan efektif penggunaannya sebagai alternatif karena sifat
bakteri Shigella dysenteriae yang sangat patogen.
Tumbuhan yang dapat menjadi solusi alternatif tingginya masalah
diare adalah daun Salam (Syzygium polyanthum Wight.) dan daun
Ketapang (Terminalia catappa L.). Terdapat perbedaan senyawa aktif yang
terdapat pada tumbuhan salam dan ketapang untuk mengatasi patogenitas
Shigella dysenteriae. Menurut Prijono dalam Dadang (2007), pencampuran
beberapa senyawa aktif tumbuhan mampu memberikan efek sinergis,
antagonis maupun netral.

2
BAB 2
TUMBUHAN SALAM

A. Mengenal Tumbuhan Salam


Salam memiliki nama ilmiah Syzygium polyanthum Wight. yang
merupakan tanaman asli Indonesia dan tumbuh di daerah dataran rendah
sampai keinggian 1800 meter di atas permukaan laut (Muhtadi, 2012).
Salam merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang dapat ditemukan di
Burma, Malaysia dan Indonesia. Tumbuhan Salam memiliki beberapa
nama daerah diantaranya Meselangan untuk sebutan di daerah Sumatra,
ubar serai untuk daerah Melayu, Salam sebutan untuk daerah Jawa dan
Madura, gowok sebutan bagi masyarakat Sunda, Manting sebutan di
daerah Jawa, dan Kastolam sebutan bagi masyarakat Kangean. Tumbuhan
salam telah dikenal sejak dahulu untuk mengobati berbagai penyakit,
dimana beberapa penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa daun
salam memiliki efek antibakteri (Putra, 2015).

B. Morfologi Tumbuhan Salam


Penampakan pohon salam cukup mudah dikenali dengan memiliki
ciri morfologi diantaranya memiliki habitus pohon dan dapat tumbuh
mencapai 25 m. Batang salam berbentuk bulat dan berkayu dengan
permukaannya licin. Salam termasuk dalam tumbuhan dikotil dengan akar
tunggang. Untuk morfologi pohon Salam dapat dilihat pada Gambar 1.

3
Gambar 1. Pohon Salam (Sumber: Timothy, 2013)
Helaian daun berbentuk lonjong sampai elips, bagian ujung
meruncing, pangkalnya runcing, sedangkan tepi daunnya rata, pertulangan
menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua dan permukaan
bawahnya berwarna hijau muda (Dalimartha, 2006). Daun salam termasuk
daun tunggal dengan letak daunnya bersilang berhadapan dan cabang
mendatar (Steenis, 2003). Untuk morfologi daun salam dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2. Morfologi daun Salam (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

4
Bunga Salam adalah bunga banci, termasuk dalam bunga majemuk,
kelopak dan mahkotanya masing-masing berjumlah 4-5 daun. Tangkai sari
berwarna cerah, bakal buah tenggelam dengan 1 tangkai putik beruang
banyak memiliki 1-8 bakal biji di setiap ruangnya (Steenis, 2003). Untuk
morfologi bunga, dan buah salam dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Morfologi (a) bunga dan (b) buah Salam (Syzygium polyanthum
Wight.) (Sumber: Timothy, 2013)

C. Manfaat Daun Tumbuhan Salam


Daun Salam biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai
pelengkap bumbu dapur juga mempunyai khasiat sebagai obat. Dalam
pengobatan, daun salam digunakan untuk pengobatan kolesterol tinggi,
kencing manis (diabetes mellitus), tekanan darah tinggi (hipertensi), sakit
maag (gastritis), diare dan diduga kandungan kimianya mempunyai
aktivitas sebagai obat asam urat (Wijayakusuma, 2008). Tanin merupakan
senyawa aktif metabolit sekunder yang mempunyai khasiat astrigen,
antidiare, antibakteri, dan antioksidan (Desmiaty, 2008).
. Daun salam digunakan oleh masyarakat untuk mengobati diare

(Putra, 2015; Wijayakusuma, 2008). Bukan hanya dibuat dalam bentuk


ekstrak, daun salam juga dapat digunakan sebagai obat tradisional dalam
bentuk infusa. Daun salam banyak diteliti khasiatnya sebagai antibakteri,

5
menurut Adrianto (2012), menyatakan bahwa daun salam memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutan. Menurut Tammi
(2016), juga telah meneliti mengenai aktivitas antibakteri daun salam dan
terbukti aktif dalam penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus.
Ekstrak daun salam memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan
bakteri Enterococcus faecalis (Saputri, 2015).
Daun salam mengandung beberapa zat kimia aktif yang berpengaruh
terhadap kemampuannya sebagai obat, diantaranya adalah tannin (galat,
galokatekin), flavonoid, saponin (triterpenoid), dan minyak atsiri
(seskuiterpen). Daun salam juga mengandung alkaloid, steroid, dan
triterpenoid (Kusuma, 2011). Minyak atsiri pada daun salam terdiri atas
eugenol dan sitral (Winarto, 2004). Selain itu daun salam juga
mengandung beberapa vitamin, di antaranya vitamin A, vitamin C, vitamin
E, Thiamin, Riboflavin, Niacin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat.
Kandungan flavonoid dalam daun salam yaitu quersetin dan fluoretin
(Prahastuti, 2011). Kandungan kimia yang terkandung dalam tanaman
salam ini antara lain adalah saponin, triterpenoid, flavonoid, polifenol,
alkaloid, tanin dan minyak atsiri yang terdiri dari sesquiterpen, lakton dan
fenol (Sudarsono, 2002).

6
BAB 3
TUMBUHAN KETAPANG
A. Mengenal Tumbuhan Ketapang
Ketapang memiliki nama ilmiah Terminalia catappa L. terdistribusi
luas di Indonesia. Terminalia dapat tumbuh pada dataran rendah sampai
dataran tinggi, di hutan primer maupun sekunder, hutan rawa, hutan pantai,
hutan jati atau sepanjang sungai. Di Indonesia pohon ketapang dikenal
dengan beberapa nama diantaranya ketapang (Indonesia & Jawa),
geutapang (Aceh), hatapang (Batak), katapieng (Sumatra Barat), katapang
(Bali), Salrise (Sulawesi) dan kalis (Irian Jaya). Ketapang merupakan
pohon pantai yang berasal dari daerah tropis di India, kemudian menyebar
ke Asia Tenggara, Australia Utara dan Polynesia di Samudra Pasifik.
Pohon ini merontokkan daunnya dua kali dalam satu tahun, yaitu pada
bulan Januari-Maret dan pada bulan Juli-September. Ketapang tumbuh
secara liar di pantai, pohon ini sering ditanam sebagai pohon peneduh di
dataran rendah. Pohon ketapang juga biasa digunakan sebagai pohon hias
di daerah perkotaan (Suwarso, 2008).

B. Morfologi Tumbuhan Ketapang


Ketapang memiliki habitus pohon dengan ukuran yang besar dimana
tingginya dapat mencapai 40 m, dan diameter batang sampai 1,5 m.
Ketapang memiliki tajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh
mendatar dan bertingkat-tingkat (Hidayat, 2015). Untuk morfologi habitus
pohon Ketapang dapat dilihat pada Gambar 4.

7
Gambar 4. Pohon Ketapang (Terminalia catappa L.) (Sumber: Dokumentasi
Pribadi, 2017)
Daun-daun Ketapang tersusun tersebar, sebagian besar berjejalan di
ujung ranting, bertangkai pendek atau hampir duduk. Helaian daun bulat
telur terbalik, berukuran sekitar 8-25 x 5-14 cm, helaian di pangkal bentuk
jantung. Bunga-bunga berukuran kecil, terkumpul dalam bulir dekat ujung
ranting, panjang antara 8-25 cm, berwarna hijau kuning. Buah batu, bulat
telur gepeng, bersegi atau bersayap sempit, berukuran 2,5-7 x 4-5,5 cm,
berwarna hijau kuning-merah atau ungu kemerahan jika masak (Steenis,
2003). Untuk morfologi daun, bunga dan buah Ketapang dapat dilihat pada
Gambar 5

(a)

(b)

(c)

Gambar 5. Morfologi (a) daun, (b) bunga, dan (c) buah Ketapang
(Terminalia catappa L.) (Sumber: Smithsonian Tropical
Research Institute, 2017)

8
C. Manfaat Daun Tumbuhan Ketapang
Ketapang ditanam terutama untuk perlindungan daerah pantai dan
pohon peneduh. Tanaman ketapang sering digunakan untuk ramuan
tradisional, diantaranya dapat dipergunakan untuk mengobati diare, radang
perut, hipertensi, rematik sendi, disentri, lepra, kudis, dan penyakit kulit
lainnya.
Daun ketapang memiliki 2 pigmen tetapi yang lebih doniman adalah
pigmen tannin. Daun Ketapang telah diketahui mengandung total 122
senyawa tanin yang dapat dihidrolisis (van Valkenburg, 1991). Selain itu,
daun ketapang mengandung flavonoid dan terpenoid serta steroid (Dewi,
2004). Menurut penelitian, punikalagin dan punikalin adalah komponen
tanin yang paling melimpah pada daun ketapang dan memiliki efek
antioksidan yang terkuat dari kelompok tanin (Lin, 2001). Menurut
Nurhasanah (2016), kadar hambat minimal ekstrak daun ketapang terhadap
Shigella dysenteriae adalah sebesar 0,25% dengan zona hambat 0,207 cm.

9
BAB 4
CARA MEMBUAT EKSTRAK

Tanaman biasa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat-obatan


tradisional. Masyarakat modern biasa menggunakan obat yang sudah
menjadi kapsul maupun pil, namun masyarakat tradisional biasa
mengonsumsinya dengan cara sederhana seperti ditumbuk, direbus, dibuat
jamu, maupun dimakan langsung. Namun dalam bidang kesehatan,
tanaman dapat diambil zat aktifnya tanpa menyisakan ampas, caranya
adalah dengan membuatnya menjadi ekstrak.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi
zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Ekstraksi merupakan proses
pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang
sesuai (Mukhriani, 2014).
Pembuatan ekstrak Daun Salam dan daun Ketapang memerlukan beberapa
alat dan bahan, diantaranya:
Alat Bahan
1. Nampan 1. Daun Salam
2. Blender 2. Daun Ketapang
3. Toples kaca 3. Etanol 97%
4. Timbangan 4. Kertas saring
5. Pengaduk
6. Erlenmeyer
7. Gelas ukur
8. Plastik
9. Karet

10
ALUR PROSES PEMBUATAN EKSTRAK
KETERANGAN :
1. Mencari daun Salam dan daun
Ketapang yang masih segar, kemudian
di sortir untuk mencari daun yang
tidak rusak. Setelah itu ditimbang dan
dicuci bersih dalam bak besar.
2. Dikeringanginkan selama 7 hari sampai
benar-benar kering (tidak ada
kandungan air), setelah itu di oven
dengan suhu 48oC selama 1 jam untuk
memastikan benar-benar kering.
3. Kemudian diblender menggunakan
blender kering lalu disaring hingga
menjadi serbuk.
4. Menimbang serbuk daun Salam dan
daun Ketapang dan memasukkan ke
toples kaca. Kemudian melarutkan
daun Salam dan daun Ketapang
masing-masing menggunakan pelarut
etanol 97% dengan perbandingan
serbuk dan pelarutnya sebesr 1:4
5. Lalu didiamkan atau divortex selama 3
hari dan diaduk sampai homogen
dengan menggunakan pengaduk dan
ditutup dengan plastik.
6. Masing-masing hasil maserasi disaring
dengan menggunakan kertas saring agar
endapan serbuk daun Salam dan daun
Ketapang tidak ikut dalam larutan.
7. Hasil saringan kemudian dimasukkan
dalam labu destilasi dan dirangkai
sedemikian rupa dengan alat Rotary
Evaporator untuk memisahkan pelarut
etanol dengan ekstrak daun sehingga
dihasilkan ekstrak kental berupa pasta.
Lalu mengatur suhu 50°C dan
menunggu selama kurang lebih 2 jam
untuk menguapkan pelarut masing-
masing ekstrak.
8. Ekstrak daun Salam dan Ketapang siap
digunakan.

11
BAB 5
TUMBUHAN SALAM DAN KETAPANG
SEBAGAI SOLUSI DISENTRI
A. Penyebab Disentri
Shigella merupakan penyebab
utama terjadinya disentri khususnya
Shigella dysenteriae. Bakteri ini
berukuran sekitar 2-3µm x 0,5-0,7µm.
Shigella dysenteriae merupakan
bakteri gram negatif berbentuk batang

pendek, tidak motil karena tidak


Gambar 6. Morfologi Shigella
dysenteriae perbesaran 400x memiliki flagel untuk bergerak, selain
(Sumber: Dokumentasi Pribadi,
2017)higella dysenteriae perbesaran itu bakteri ini juga tidak dapat
400x (Sumber: Dokumentasi Pribadi,
2017) membentuk spora. Suhu optimum
pertumbuhan pada Shigella
dysenteriae adalah 37ºC dan memiliki sifat fakultatif anaerob, yaitu dapat
tumbuh dengan baik secara aerob namun tetap dapat tumbuh pada keadaan
anaerob. Pada medium, bakteri ini akan membentuk morfologi konveks
atau cembung, bulat, dengan warna yang transparan (Syahrurachman,
1993).
Shigella dysenteriae merupakan bakteri intraseluler fakultatif.
Shigella dysenteriae menyerang manusia dengan memasuki dan merusak
sel epitel mukosa dalam usus. Shigella dysenteriae kemudian keluar dari
vakuola fagositik dan berkembangbiak serta menyebar di dalam sitoplasma
yang pada akhirnya menyebar ke sel lain di dekatnya. Shigella
dysenteriae yang dimakan oleh makrofag akan merangsang terjadinya
kematian sel.

12
Peradangan mukosa merangsang sel-sel yang tidak terfagosit
menarik bakteri ke dalam vakuola, bakteri akan memperbanyak diri
sehingga menyebabkan sel pecah dan bakteri akan menyebar ke sekitarnya
serta menimbulkan kerusakan mukosa usus. Masuknya bakteri ini
mengakibatkan terjadinya sel yang berperan dalam daya tahan tubuh juga
masuk dan menyebabkan matinya sel-sel epitel tersebut, sehingga
terjadilah luka-luka kecil di daerah lumen usus serta akhirnya darah ke luar
bersama tinja.
Shigella mampu mengeluarkan toksin yaitu Shiga toksin yang
bersifat nefrotoksik (mematikan sel saraf), sitotoksik (mematikan sel
dalam benih sel) dan enterotoksik (merangsang sekresi usus) sehingga
menyebabkan kematian sel di dalam usus (Jiwanjaya, 2014). Shiga toksin
melakukan berbanyakan diri tanpa masuk ke dalam jejunum dan akhirnya
berikatan dengan reseptor yang kemudian akan menghasilkan cairan. Shiga
toksin selanjunya melakukan invasi jaringan sehingga menghambat
elektrolit, glukosa, dan asam amino dari lumen interstisial.

B. Gejala Disentri
Shigella merupakan penyebab utama terjadinya disentri basiler,
yaitu suatu penyakit yang ditandai dengan nyeri perut hebat, diare yang
sering dan sakit, dengan volume tinja sedikit disertai dengan adanya lendir
dan darah, mulas sampai nyeri, mual, muntah, demam, tenesmus, serta
gejala dan tanda dehidrasi (Dzen, 2003)..

C. Kemampuan Daun Tumbuhan Salam dan Ketapang


mengatasi Disentri
Daun salam banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengobati
diare. Tanin pada daun salam berupa galat dan galokatekin, sedangkan

13
turunan flavonoid dalam daun salam yaitu kuersetin dan flouretin. Tanin
mempunyai efek yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Shigella
dysenteriae penyebab penyakit disentri pada manusia (Prasaja, 2014).
Ketapang juga dimanfaatkan sebagai astrigen pada disentri
(Wahjuningrum, 2008). Komponen tanin yang melimpah dalam ketapang
diantaranya punicalin, punicalagin, atau tercatin (Jagessar, 2011).
Kandungan flavonoid daun ketapang diantaranya kaempferol dan
quarcetin. Pencampuran beberapa senyawa aktif tumbuhan mampu
memberikan efek sinergis yang efisien sebagai antibakteri. Senyawa yang
dicampurkan diharapkan dapat bekerja secara sinergis sehingga dapat
menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae. Senyawa antibakteri
adalah flavonoid, tanin, terpenoid, steroid (Mujeeb, 2014). Shigella
dysenteriae merupakan bakteri gram negatif patogen yang dapat
menyebabkan penyakit disentri dengan diare yang berat (Anonital, 2011).
Setelah mengetahui sifat-sifat dan pertumbuhan dari bakteri Shigella
dysenteriae, senyawa pada dapat digunakan dalam menghambat
pertumbuhan bakteri tersebut secara alami.
Daun Salam, daun Ketapang maupun campuran keduanya telah
diteliti dan diketahui mampu menghambat pertumbuhan dari Shigella
dysenteriae sebagai penyebab utama penyakit disentri. Hasil uji daya
hambat ekstrak daun Salam terhadap pertumbuhan Shigella
dysenteriae dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini.

14
K- Konsentrasi Diameter
(%) Zona Hambat
2,8 2,0 (cm)
K+
K- 0,00
K+ 2,11
2,6 2,2 2,8 0,19
2,6 0,15
2,4 2,4 0,00
2,2 0,00
2,0 0,00

Gambar 7. Hasil uji daya hambat ekstrak daun Salam terhadap


pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae (Sumber: dokumen
pribadi)

Hasil uji daya hambat ekstrak daun Ketapang terhadap


pertumbuhan Shigella dysenteriae dapat dilihat pada Gambar 8 di
bawah ini.

K- Konsentrasi Diameter
(%) Zona Hambat
0,5 0,1
K+ (cm)
K- 0,00
K+ 2,17
0,4 0,2 0,5 0,17
0,3
0,4 0,15
0,3 0,13
0,2 0,00
0,1 0,00

Gambar 8. Hasil uji daya hambat ekstrak daun Ketapang terhadap


pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae (Sumber: dokumen
pribadi)

15
Hasil uji daya hambat campuran ekstrak daun Salam dan
Ketapang terhadap pertumbuhan Shigella dysenteriae dapat dilihat
pada Gambar 8 di bawah ini.

K-
Konsentrasi Diameter Zona
(%) Hambat (cm)
0,5 0,1
K+ K- 0,00
K+ 2.11
0,4 0,2
0,5 0.22
0,4 0.18
0,3
0,3 0.16
0,2 0.10
0,1 0.00
Gambar 8. Hasil uji daya hambat campuran ekstrak daun Salam dan
Ketapang terhadap pertumbuhan bakteri Shigella dysenteriae
(Sumber: dokumen pribadi)

Dari data di atas dapat diketahui bahwa ekstrak salam, ketapang


dan campuran keduanya memiliki perbedaan daya hambat terhadap
bakteri Shigella dysenteriae. Pada ekstrak salam konsentrasi 2,4 %
sudah tidak menghasilkan daya hambat. Sedangkan pada ekstrak
ketapang pada konsentrasi 0,2 % sudah tidak menghasilkan daya
hambat. Pada ekstrak campuran daun salam dan daun ketapang
konsentrasi 0,1 % sudah tidak menghasilkan daya hambat. Dapat
disimpulkan bahwa ekstrak campuran daun salam dan daun ketapang
memiliki sifat antibakteri yang lebih efektif dalam menghambat
pertumbuhan Shigella dysenteriae dibandingkan ekstrak tunggalnya
yaitu ekstrak daun salam maupun ekstrak daun ketapang. Konsentrasi
hambat minimal (KHM) campuran ekstrak daun salam dan daun ketapang
adalah sebesar 0,2%, dimana konsentrasi tersebut lebih efektif dalam
penghambatan pertumbuhan Shigella dysenteriae dari ekstrak tunggalnya

16
yaitu ekstrak daun salam memiliki KHM sebesar 3% dan ekstrak daun
ketapang memiliki KHM sebesar 0,25%.
Campuran ekstrak daun salam dan daun ketapang memiliki
aktivitas antibakteri yang lebih efektif dikarenakan tercampurnya
kedua sifat antibakteri pada masing-masing daun. Daun salam banyak
digunakan oleh masyarakat untuk mengobati diare (Putra, 2015). Tanin
pada daun salam berupa galat dan galokatekin, sedangkan turunan
flavonoid dalam daun salam yaitu kuersetin dan flouretin (Prahastuti,
2011). Tanin mempunyai efek yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Shigella dysenteriae penyebab penyakit disentri pada manusia
(Prasaja, 2014). Menurut Wahjuningrum (2008), ketapang juga
dimanfaatkan sebagai astrigen pada disentri. Komponen tanin yang
melimpah dalam ketapang diantaranya punicalin, punicalagin, atau
tercatin (Jagessar, 2011). Kandungan flavonoid daun ketapang diantaranya
kaempferol dan quarcetin (Rosnani, 2008).
Menurut Prijono dalam Dadang (2007), pencampuran beberapa
senyawa aktif tumbuhan mampu memberikan efek sinergis yang efisien
sebagai antibakteri. Senyawa yang dicampurkan diharapkan dapat bekerja
secara sinergis sehingga dapat menghambat pertumbuhan Shigella
dysenteriae. Senyawa antibakteri menurut Mujeeb (2014) adalah
flavonoid, tanin, terpenoid, steroid. Shigella dysenteriae merupakan
bakteri gram negatif patogen yang dapat menyebabkan penyakit disentri
dengan diare yang berat (Anonital, 2011). Daun salam banyak digunakan
oleh masyarakat untuk mengobati diare (Putra, 2015). Tanin pada daun
salam berupa galat dan galokatekin, sedangkan turunan flavonoid dalam
daun salam yaitu kuersetin dan flouretin (Prahastuti, 2011). Tanin
mempunyai efek yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Shigella
dysenteriae penyebab penyakit disentri pada manusia (Prasaja, 2014).

17
Menurut Wahjuningrum (2008), ketapang juga dimanfaatkan sebagai
astrigen pada disentri. Komponen tanin yang melimpah dalam ketapang
diantaranya punicalin, punicalagin, atau tercatin (Jagessar, 2011).
Kandungan flavonoid daun ketapang diantaranya kaempferol dan
quarcetin (Rosnani, 2008). Menurut Prijono dalam Dadang (2007),
pencampuran beberapa senyawa aktif tumbuhan mampu memberikan efek
sinergis yang efisien sebagai antibakteri. Senyawa yang dicampurkan
diharapkan dapat bekerja secara sinergis sehingga dapat menghambat
pertumbuhan Shigella dysenteriae. Senyawa antibakteri menurut Mujeeb
(2014) adalah flavonoid, tanin, terpenoid, steroid. Shigella dysenteriae
merupakan bakteri gram negatif patogen yang dapat menyebabkan
penyakit disentri dengan diare yang berat (Anonital, 2011).

18
PENUTUP

Penduduk Indonesia belum terbebas dari penyakit diare. Tumbuhan


yang dapat menjadi solusi alternatif tingginya masalah diare adalah daun
Salam (Syzygium polyanthum Wight.) dan daun Ketapang (Terminalia
catappa L.). Kandungan kedua daun tersebut diantaranya tanin dan
flavonoid diketahui berkhasiat sebagai atstrigen yaitu dapat meringankan
diare dengan menciutkkan selaput lendir usus. Senyawa turunan utama dari
tanin pada daun salam yaitu galat dan galokatekin, sedangkan senyawa
turunan utama dari flavonoid pada daun salam adalah quersetin dan
fluoretin. Senyawa turunan utama dari tanin pada daun ketapang yaitu
punicalin, punicalagin dan tercatin. Pencampuran beberapa senyawa aktif
tumbuhan mampu memberikan efek sinergis.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa campuran
ekstrak daun salam dan daun ketapang memiliki aktivitas antibakteri yang
dapat di lihat pada adanya zona hambat saat diuji dengan metode sumuran.
Konsentrasi hambat minimal (KHM) campuran ekstrak daun salam dan
daun ketapang adalah sebesar 0,2%, dimana konsentrasi tersebut lebih
efektif dalam penghambatan pertumbuhan Shigella dysenteriae dari
ekstrak tunggalnya yaitu ekstrak daun salam memiliki KHM sebesar 3%
dan ekstrak daun ketapang memiliki KHM sebesar 0,25%.

19
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, A. W. D. 2012. Uji Daya Antibakteri Ekstrak Daun Salam


(Eugenia polyantha Wight) dalam Pasta Gigi terhadap Pertumbuhan
Streptococcus mutans. Skripsi. Jember: Universitas Jember.

Anonital, dan Andayasari, L. 2011. Kajian Epidemiologi Penyakit Infeksi


Saluran Pencernaan yang Disebabkan Oleh Amuba di Indonesia.
Media Litbang Kesehatan. Volume 21 Nomor 1 Tahun 2011.

Dadang, Isnaeni, N., dan Kanju. 2007. Ketahanan dan Pengaruh Fitotoksik
Campuran Ekstrak Piper retrofractum dan Annona squamosa pada
Pengujian Semi Lapangan. Jurnal HPT Tropika. Vol. 7. No. 2: 91-99.
Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor: Trobus
Agriwidya.

Dewi, R., Suganda,A.G., Ruslan,K., 2004, Pemeriksaan Kandungan


Flavonoid dan Asam Fenolat Daun Gugur Ketapang (Terminalia
catappa L.). Skripsi. Departemen Farmasi ITB, Bandung.

Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Cetakan Keenam.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan

Desmiaty, Y., Ratih H., Dewi M.A., Agustin R. 2008. Penentuan Jumlah
Tanin Total pada Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan
Daun Sambang Darah (Excoecaria bicolor Hassk.) secara Kolorimetri
dengan Pereaksi Biru Prusia. Ortocarpus. 8, 106-109.

Dzen SJ, Roekistiningsih, Santoso S, Winarsih S. 2003. Bakteriologi


Medik. 1st Ed. Malang: Bayumedia Publishing.

Harniza, Y. 2009. Pola Resistensi Bakteri yang Diisolasi dari Bangsal


Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo
pada Tahun 2003-2006. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Hidayat, S. dan Napitupulu, R.M. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta:


Agriflo

20
Jagessar, R.C. dan R. Alleyne. 2012. Phytochemical Screening and Atomic
Absorption Spectroscopic Studies of Solvent Type Extract from
Leaves of Terminalia catappa. SAVAP International. ISSN: 2223-
9944. Vol 3(3).

Jiwanjaya, Y. 2014. Bakteri Shigella dysenteriae Penyebab Penyakit


Disentri. http://www.biologiedukasi.com/2014/11/bakteri-shigella-
dysenteriae-penye-bab.html. [diakses pada 21 April 2017].

Kementrian Kesehatan RI, 2010. Pneumonia Balita. Buletin Jendela


Epidemologi. ISSN: 2087-1546.

Kusuma, 2011. Biological Activity and Phytochemical Analysis of Three


Indonesian Medicinal Plants, Murraya koenigii, Syzygium
polyanthum and Zingiber purpu-rea. Jurnal AcupunctMeridian Stud
2011.
Lin,C.C., Hsu,Y.F., Lin,T.C., 2001, Antioxidant and free radical
scavenging effects of the tannins of Terminalia catappa leaves.
Anticancer Res., 21(1A),237-243.

Mukhriani, 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi


Senyawa Aktif. Jurnal Kesehatan. Volume VII No. 2. Makassar: UIN
Alauddin Makassar.

Muhtadi, A., Suhendi, Nurcahyanti, W., dan Sutrisna. 2012. Potensi Daun
Salam (Syzygium polyanthum) dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa
L.) sebagai Kandidat Obat Herbal Terstandar Asam Urat. Pharmacon.
13(1): 30-36.
Mujeeb, F., Preeti B., Neelam P. 2014. Phytochemical Evaluation,
Antimicrobial Activity, and Determination of Bioactive Components
from Leaves of Aegle marmelos. BioMed Research International.
Nurhasanah, W.F., 2016. Perbedaan Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun
Ketapang (Terminalia catappa Linn.) terhadap Pertumbuhan Bakteri
Streptococcus mutans dan Shigella dysenteriae sebagai Karya Ilmiah
Populer. Skripsi. Jember: Universitas Jember.

Prahastuti, S., Tjahjani, S., dan Hartini, E.. 2011. The Effect of Bay Leaf
Infudion (Syzygium polyanthum Wight) to Decrease Blood Total
Cholesterol Level in Dyslipidemia Model Wistar Rats. Jurnal Medika
Planta. Vol 1. No. 4.

21
Prasaja, 2014. Uji Efektivitas Kombinasi Ekstrak Kulit Batang dan Kulit
Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai Antibakteri
Shigella dysentriae. Jurnal Ilmu Lingkungan. ISSN 1829-8907.
Putra, I.A., Erly, dan Masri, M. 2015. Uji Efek Antibakteri Ekstrak Etanol
Kulit Batang Salam {Syzigium polyanthum (Wight) Walp} terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara Invitro. Jurnal
Kesehatan Andalas. Padang: Universitas Andalas.

Rosnani. 2008. Terminalia catappa sebagai Alternatif dalam Sistem


Rawatan Air di Kolam Udang. Malaysia: Universiti Teknologi
Malaysia.
Saputri, T.E. 2015. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Salam
(Syzygium polyanthum) terhadap Hambatan Pertumbuhan Bakteri
Enterococcus faecalis Dominan di Saluran Akar In Vitro. Skripsi.
Surakarta: Universitas Muhammadyah Surakarta.
Sari, M. 2015. Uji Bakteriologis dan Resistensi Antibiotik terhadap Bakteri
Escherichia coli dan Shigella sp. pada Makanan Gado-Gado di
Kantin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Smithsonian Tropical Research Institute. 2017. Terminalia catappa.


http://biogeodb.stri.si.edu/herbarium/species/16406/?fam=Combretac
eae. [di-akses pada 21 April 2017]
Steenis, V.C.G.G.J.v. 2003. Flora, cetakan ke-9. PT. Pradya Paramita,
Jakarta.
Sudarsono, D. Gunawan, S. Wahyono, I.A. Donatus, dan Purnomo. 2002.
Tumbuhan Obat II. Yogyakarta: Pusat Studi Obat Tradisional UGM.

Susbandya, D. 2016. Perbedaan Daya Hambat Ekstrak Daun Salam


(Syzygium polyanthum Wight.) terhadap Pertumbuhan Bakteri
Shigella dysenteriae dan Propionibacterium acne sebagai Karya
Ilmiah Populer. Skripsi. Jember: Universitas Jember.

Suwarso, W.P., Gani, I.Y., Kusyanto. 2008. Sintesis Biodiesel dari Minyak
Biji Ketapang (Terminalia catappa Linn.) yang berasal dari
Tumbuhan di Kampus UI Depok. Artikel Ilmiah. Depok: Universitas
Indonesia.

22
Syahrurachman, A., Chartim, A., dan Subandrio, A. 1993. Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: PPM.

Tammi, A. 2016. Perbandingan Daya Hambat Ekstrak Daun Salam


(Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara In Vitro..
Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Timothy, A. 2013. Living in a Garden: the Greening of Singapore.


National Parks Board, Singapore. 200 pp.

Van Valkenburg,J.L.C.H., and Waluyo,E.B., 1991, Terminalia catappa L.


, Record from Proseabase, Lemmens, R.H.M.J. and Wulijarni-
Soetjipto,N. (Editors) PROSEA Foundation, Bogor, Indonesia,
http://www.proseanet.org. [diakses 24 Agustus 2011].

Wahjuningrum, D. N. Ashry & N. Nuryati. 2008. Pemanfatan Ekstrak


Daun Ketapang (Terminalia catappa L.) untuk Pencegahan dan
Pengobatan Ikan Patin (Pangasionodon hypophthalmus) yang
Terinfeksi Aeromonas hydrophyla. Jurnal Akuakultur Indonesia.
71(1): 79-94.

WHO. 2014. Antimicrobial Resistance: Global Report on Surveillance.


Web publication

Wijayakusuma, H.M.H. 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukan


Penyakit. Jakarta: Pustaka Bunda.
Winarto, W.P. 2004. Memanfaatkan Bumbu Dapur untuk Mengatasi Aneka
Penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka.

23
GLOSARIUM

Antibakteri Senyawa yang dapat membunuh atau menghambat


pertumbuhan bakteri karena bersifat toksik terhadap bakteri.
Apoptosis Proses kematian sel secara teratur yang dapat diakibatkan oleh
adanya gangguan seperti infeksi bakteri dan sebagainya.
Astrigen Zat yang menyebabkan jaringan biologis berkontraksi atau
mengkerut
Disentri Penyakit dimana feses yang dikeluarkan berbentuk cair/encer
dikarenakan abnormalitas usus dalam menyerap cairan atau akibat infeksi
bakteri.
Fagositosis Proses perusakan sel inang oleh bakteri yang menginfeksi sel
tersebut.
Invasi Proses masuk dan menyebarnya ke dalam sel inangnya.
Lumen Rongga usus bagian dalam yang berfungsi sebagai jalan makanan
yang akan diserap oleh dinding usus.
Morfologi Ciri-ciri yang dimiliki makhluk hidup yang dapat diamati dari
luar secara langsung tanpa alat bantu.
Prevalensi Bagian dari studi epidemiologi yang membawa pengertian
jumlah orang dalam populasi yang mengalami penyakit, gangguan atau
kondisi tertentu pada suatu tempoh waktu dihubungkan dengan besar
populasi dari mana kasus itu berasal.
Resisten Sikap untuk berperilaku bertahan, berusaha melawan, menentang
atau upaya oposisi pada umumnya sikap ini tidak berdasarkan atau
merujuk pada paham yang jelas.
Toksin Sebuah zat beracun yang diproduksi di dalam sel atau organisme
hidup

24
Penulis buku karya ilmiah berjudul “Daun Salam dan Daun
Ketapang, Solusi Mudah Atasi Disentri” ini adalah seorang
mahasiswi semester 8 Pendidikan Biologi Universitas Jember.
Dia adalah Nurvita Wahyu Kristanti yang dilahirkan di
Probolinggo Jawa Timur tanggal 30 Maret 1995, anak kedua
dari tiga bersaudara, pasangan Bapak H. Lubis Satrio
Wibowo dan Ibu Hj. Yanuar Aras Winarni, S.Pd., M.Pd.
Pendidikan Dasar diselesaikan pada tahun 2007 di SDN
Sukabumi III Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo, SMP
lulus tahun 2010 di SMPN 1 Probolinggo Kecamatan
Mayangan Kota Probolinggo, SMA lulus tahun 2013 dari
alumni SMAN 1 Probolinggo Kecamatan Mayangan Kota
Probolinggo, Jawa Timur.

25

Anda mungkin juga menyukai