Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN HAMA KUTU KEBUL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perlindungan Hutan

Disusun Oleh :

Edo Jhoniawan (45 2016 012)

Nadia Oktari (45 2016 016)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

FAKULTAS PERTANIAN

KEHUTANAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Laporan yang berjudul “Hama Kutu Kebul” dengan lancar. Penulis menyadari laporan ini
tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Semua pihak yang telah membantu
penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari makalah ini tidak luput dari berbagai
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan
perbaikan laporan ini.

Palembang, 10 Desember 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kutu Kebul adalah serangga hama yang dapat menyebabkan kerusakan langsung pada
tanaman dan sebagai media penular (vektor) penyakit tanaman. Hama ini umumnya
menyerang berbagai macam tanaman sayuran. Namun demikian kerusakan yang disebabkan
oleh penyakit virus yang ditularkannya sering lebih merugikan dibandingkan dengan
kerusakan yang disebabkan oleh hama kutu kebul sendiri. Sebagai contoh penularan virus
gemini oleh kutu kebul, dapat menyebabkan kegagalan panen hampir 100%. Persentase
infeksi virus gemini berkorelasi positif dengan populasi serangga vektor, terutama serangga
yang viruliferus. Selain itu keragaman serangga vektor juga mempengaruhi persentase
infeksi. Oleh karena itu pengetahuan tentang species dan biotipe kutu kebul yang bertindak
sebagai serangga vektor sangat diperlukan dalam memberikan landasan pengendalian
hama/penyakit terpadu pada tanaman sayuran. Di Indonesia terdapat beberapa spesies kutu
kebul, tetapi tidak mudah untuk dibedakan karena kemiripan morfologi dan ukuran yang
kecil. Salah satu spesies yang penting dalam menularkan virus gemini adalah Bemisia tabaci.
Diduga di Indonesia terdapat dua jenis B. tabaci yaitu biotipe A dan biotipe B. Pengetahuan
mengenai biotipe B. tabaci terkait dengan strategi diagnosis yang dapat dijadikan landasan
untuk mempelajari hubungan antara keragaman dengan kemampuan menyebarkan virus
gemini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kutu Kebul

Ordo : Hemiptera
Famili : Aleyrodidae
Genus : Bemisia
Species : tabaci

Bemisia tabaci adalah hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman,
antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar. Tanaman yang
menjadi inang utama kutu kebul tercatat sekitar 67 famili yang terdiri atas 600 spesies
tanaman, antara lain famili-famili Asteraceae, Brassicacea, Convolvulaceae, Cucurbitacea,
Euphorbiaceae, Fabaceae, Malvaceae, dan Solanaceae.

Kutu kebul merupakan hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis
tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar atau
gulma. Beberapa contoh tanaman budidaya yang menjadi inang kutu kebul antara lain
tomat, cabai, kentang, mentimun, terung, kubis, buncis, selada, bunga potong Gerbera,
ubi jalar, singkong, kedelai, tembakau, lada; dan tanaman liar yang paling disukai adalah
babadotan (Ageratum conyzoides).
B. Morfologi /Bioekologi
 Telur berbentuk lonjong agak lengkung seperti pisang, berwarna kuning terang,
berukuran panjang antara 0,2 - 0,3 mm. Telur biasanya diletakkan di permukaan bawah
daun, pada daun teratas (pucuk). Serangga betina lebih menyukai daun yang telah
terinfeksi virus mosaik kuning sebagai tempat untuk meletakkan telurnya daripada daun
sehat. Rata-rata banyaknya telur yang diletakkan pada daun yang terserang virus adalah
77 butir, sedangkan pada daun sehat hanya 14 butir. Lama stadium telur rata-rata 5,8
hari.
 Nimfa terdiri atas tiga instar. Instar ke - 1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna
kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk merangkak. Nimfa instar ke - 2
dan ke - 3 tidak bertungkai, dan selama masa pertumbuhannya hanya melekat pada
daun. Stadium nimfa rata-rata 9,2 hari.
 Imago atau serangga dewasa tubuhnya berukuran kecil antara (1 - 1,5 mm), berwarna
putih, dan sayapnya jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Serangga dewasa
biasanya berkelompok pada bagian permukaan bawah daun, dan bila tanaman tersentuh
biasanya akan berterbangan seperti kabut atau kebul putih. Lama siklus hidup (telur -
nimfa - imago) pada tanaman sehat rata-rata 24,7 hari, sedangkan pada tanaman
terinfeksi virus mosaik kuning hanya 21,7 hari.
C. Gejala Serangan
Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang
mengisap cairan daun, berupa gejala becak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel-sel
dan jaringan daun. Ekskresi kutu kebul menghasilkan madu yang merupakan media yang
baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini menyebabkan
proses fotosintesa tidak berlangsung normal.
Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa, kutu kebul sangat
berbahaya karena dapat bertindak sebagai vektor virus. Yang dapat menyebabkan
kehilangan hasil sekitar 20 – 100 %. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang
ditularkan oleh kutu kebul antara lain: Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus,
Potyvirus, Rod-shape DNA Virus.

D. Pengendalian
1. Pengendalian fisik / mekanis
 Pemasangan perangkap likat berwarna kuning (40 buah per ha);
 Pemasangan kelambu di pembibitan sampai di pertanaman, terutama saat
populasi tinggi/musim kemarau dan di daerah serangan virus;
 Sisa tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar.

2. Pengendalian hayati
 Pemanfaatan musuh alami antara
 Kumbang predator Menochilus sexmaculatus (Coccinelidae), mampu
memangsa 200 - 400 ekor nimfa kutu kebul. Siklus hidup predator 18 - 24
hari, dan satu ekor betina mampu menghasilkan telur 3000 butir;
 Tabuhan parasitoid nimfa Encarcia formosa serangga betinanya mampu
menghasilkan telur sebanyak 100 - 200 butir;
 Untuk meningkatkan musuh alami di lapangan diperlukan pelepasan parasitoid
dan predator secara berkala;

3. Pengendalian kimiawi
 Untuk pengendalian kutu kebul dewasa pada kondisi populasi tinggi, dapat
dilakukan pengasapan dengan insektisida kimia sintesa efektif dan diizinkan
 Pada kondisi populasi rendah, dapat digunakan pestisida nabati nimba, tagetes,
eceng gondok, atau rumput laut untuk mengendalikan kutu kebul.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bemisia tabaci adalah hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman,
antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar. Tanaman yang
menjadi inang utama kutu kebul tercatat sekitar 67 famili yang terdiri atas 600 spesies
tanaman, antara lain famili-famili Asteraceae, Brassicacea, Convolvulaceae, Cucurbitacea,
Euphorbiaceae, Fabaceae, Malvaceae, dan Solanaceae.
DAFTAR PUSTAKA

Setiawati. 2003. Pengenalan dan pengendalian hama penting pada Tanaman Cabai Merah.
Materi TOT Litkaji PTT Cabai Merah. 26 halaman.

Anda mungkin juga menyukai