Anda di halaman 1dari 8

KUTU KEBUL (bemisis tabachi)

Serangan hama ini ditandai berupa becak daun berupa bercak nekrotik, yang disebabkan oleh
rusaknya jaringan dan sel-sel daun akibat serangan serangga dewasa dan nimfa. Pada masa
populasi tinggi kutu kubal bisa menghambat, mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Cairan yang dikeluarkan oleh kutu kebal dapat menyebabkan serangan jamur jelaga yang
berwarna hitam dan menyerang berbagai stadia tumbuhan.

Keberadaan Cairan jelaga yang dapat mnyebabkan terganggunya prosese fotosintesis pada daun
tersebut. Peralihan inang hama ini juga cukup luas dan dapat mencapai populasi yang besar
dalam waktu yang tidak lama apabila kondisi lingkungan mendukung.

a. Penanganan secara teknis, Penggunaan perangkap kuning dapat juga dipadukan dengan
pengendalian mekanik, dengan cara ini populasi hama dapat ditekan agar tidak terlalu banyak
jumlahnya dan kerusakan yang ditimbulkan tidak banyak, sanitasi lingkungan, tumpang sari
antara tanaman tegetes dengan cabai, dapat juga menanam jagung disekitar tanaman cabe untuk
perangkap

b. Penaganan secara kimiawi, penggunaan pestisida seperti amitraz, permethrin, fenoxycrab,


deltametrin, imidacloprid, buprofezin, bifenthrin, asefat dan endosulphan.

c. Penaganan secara alami, dapat memanfaatkan musuh alami seperti patogen serangga,
predator, dan parasitoid.

 Parasitoid yang dipercaya efektif menyerang hama kutu kebul adalah Encarcia adrianae
(15 spesies), Eretmocerus corni (4 spesies) E.Tricolor

 Predator yang dipercaya efektif menyerang kutu kebul seperti Menochilus sexmaculatus (
yang mampu memangsa larva kutu kebul sebanyak 200 – 400 larva tiap hari), Coccinella
septempunctata, Scymus syiriacus

 Patogen yang menyerang kutu kabul seperti Paecilomyces farinorus, Eretmocerus dan
Bacillus thuringiensis.
PEMANGSA
Serangga pemangsa termasuk bagian dari musuh alami dari hama tanaman. Musuh alami
sendiri dikelompokkan menjadi 3 bagian/kategori berdasarkan sifat/cara membunuh
korban-nya, yaitu:
 Pemangsa (predator) : membunuh mangsa dengan cara menangkap dan memakan korbannya,
 Parasitoid : membunuh dengan mematikan secara perlahan-lahan dari dalam tubuh korbannya,
 Patogen : penyakit dari serangan jamur, bakteri dan virus, protozoa dan nematoda yang
membunuh hama.
Berikut ini hewan/serangga yang termasuk musuh alami kategori pemangsa (predator) dari
hama tanaman beserta Daur Hidupnya.

Kendalikan hama kutu putih pada tanaman luar ruangan dengan memelihara pemangsa
alami kutu putih di taman Anda. Salah satu cara yang paling efektif untuk membasmi kutu
putih adalah dengan memelihara hewan-hewan (atau menyebarkan bibit hewan) yang dapat
memangsa kutu putih di taman Anda, tanpa merusak tanaman-tanaman Anda. Hewan-hewan
yang memakan kutu putih di antaranya adalah lacewing, minute pirate bug (semacam kumbang
bunga), beberapa spesies kepik, serta beberapa spesies laba-laba. Toko-toko peralatan kebun
seringkali menjual bibit-bibit serangga tersebut. Selain itu, biasanya terdapat keterangan terkait
apakah serangga-serangga yang dijual dapat memangsa kutu putih.

lacewing, minute pirate bug sedang memangsa kutu kebul


1. Hama kutu kebul (bemisis tabachi)
- parasitoid :

 encarcia adrianae

 eretmocerus corni

 E.Tricolor

- predator :

 menochilus sexmaculatus
 coccinella sptempunctata

 scymus syiriacus

- patogen :
 paecilomyces farinorus

 eretmocerus

 bacillus thuringiensis
Kutu Kebul ( Bemisia tabaci)
Hama & Penyakit – Kutu kebul (Bemisia tabaci) atau dikenal juga dengan kutu putih memiliki
efek ganda sebagai perusak tanaman. Kutu kebul yang ketika dewasa memiliki sepasang sayap
putih dan bertepung ini dapat merusak tanaman secara langsung maupun tidak langsung.
Kerusakan secara langsung berupa serangan kutu kebul yang menghisap cairan daun dan
batang tanaman yang mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun mengkerut dan kemudian
tanaman akan mati secara perlahan. Hal tersebut terjadi karena sel-sel jaringan daun dan
batang yang telah rusak akibat serangan kutu kebul dewasa dan nimfa. Ekskresi kutu kebul
menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga
yang berwarna hitam. Keberadaan embun jelaga akan semakin memperparah kerusakan pada
tanaman karena hal tersebut akan menghambat proses fotosintesis.
Kerusakan secara tidak langsung melibatkan virus gemini dan virus mosaik. Kutu kebul
merupakan vektor utama penyebaran kedua jenis virus tersebut. Virus gemini dan virus mosaik
menyebabkan tanaman menjadi kerdil, daun menguning dan keriting yang menyebabkan
tanaman tidak mampu berproduksi dengan maksimal, bahkan bisa lebih parah karena tanaman
sama sekali tidak berproduksi. Kerusakan tidak langsung ini jauh lebih parah dan lebih
berbahaya daripada kerusakan secara langsung. Sebab tanaman yang sudah terinfeksi virus
gemini maupun virus mosaik tidak dapat disembuhkan. Gejala serangan virus gemini dikenal
dengan sebutan penyakit bulai atau keriting bulai. Lalu tindakan apa yang bisa dilakukan untuk
mengendalikan hama kutu kebul ?

Gejala serangan virus gemini pada tanaman cabai (foto : Kusmani Kusmani)
Tindakan Pengendalian Kutu Kebul / Kutu Putih

1. Pengendalian secara alami


Pengendalian hama kutu kebul secara alami dapat dilakukan dengan cara memelihara
kelestraian musuh alami dengan meminimalisir segala tindakan yang dapat menghambat
perkembangannya atau membunuhnya. Menghindari penggunaan pestisida kimia dengan dosis
dan frekuensi aplikasi yang tinggi. Menghindari penggunaan jenis maupun dosis pestisida yang
tidak tepat, karena hanya akan membuang biaya serta dapat mengancam populasi musuh alami
kutu kebul yaitu predator dan parasitoid. Aplikasi jenis pestisida dan dosis yang tidak tepat
cenderung akan membuat hama kutu kebul bersifat resistan. Ada 75 jenis spesies predator kutu
kebul, tetapi hanya spesies tertentu yang diketahui mampu menurunkan populasi kutu kebul.

2. Pengendalian fisik dan mekanik


Pengendalian fisik dan mekanik untuk meminimalisir populasi kutu kebul meliputi kegiatan
membersihkan gulma (menjaga kebersihan area tanaman), pengairan atau perbaikan pola
tanam. Tindakan tersebut dapat membantu mengurangi populasi hama kutu kebul.
Pengendalian fisik dan mekanik bertujuan untuk menekan populasi kutu kebul (Bemisia tabaci),
mengganggu aktivitas fisiologis hama yang normal, serta mengubah lingkungan agar tidak
disukai sebagai tempat bersembunyi dan tempat berkembangbiaknya hama kutu kebul.

3. Pengelolaan ekosistem
Pengelolaan ekosistem melalui bercocok tanam dengan tujuan menciptakan lingkungan area
tanaman menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangbiakan hama kutu kebul.
Pengelolaan ekosistem juga berperan untuk memacu fungsi agensia hayati pengendali hama
kutu kebul. Beberapa teknik bercocok tanam untuk mengurangi populasi kutu kebul (Bemisia
tabaci) antara lain sebagai berikut ;
a). Penggunaan benih/bibit dari varietas yang tahan (toleran) terhadap kutu kebul. Meskipun
demikian jika populasi kutu kebul sudah melewati batas ambang kendali perlu dilakukan
penyemprotan insektisida dengan dosis dan frekuensi sesuai anjuran.
b). Menanam benih/bibit yang sehat yang memiliki daya tumbuh cukup baik. Benih/bibit yang
sehat memiliki peluang lebih besar untuk tumbuh menjadi tanaman yang sehat. Tanaman yang
tumbuh normal dan sehat memiliki daya tahan lebih tinggi terhadap serangan hama kutu
kebul. Tanaman yang sehat juga memiliki kemampuan recovery (tumbuh kembali) lebih cepat.
c). Pergiliran tanaman dengan tujuan untuk menghentikan atau memutus siklus hidup hama
kutu kebul (Bemisia tabaci). Teknik pergiliran tanaman dilakukan dengan menanam tanaman
yang bukan sejenis atau bukan tanaman inang kutu kebul. Cara ini cukup efektif untuk
mengurangi populasi kutu kebul dan menghambat perkembangbiakannya.
d). Melakukan tindakan sanitasi dengan cara membersihkan tanaman inang disekitar lahan,
membersihkan sisa-sisa tanaman inang, serta rotasi tanaman dengan tanaman bukan sejenis.
e). Penanaman serempak dengan waktu tanam yang tepat.
f). Memanfaatkan tanaman jagung sebagai perangkap dan penghalang persebaran hama kutu
kebul. Menanam jagung disekitar area tanaman utama terbukti efektif untuk menghambat
atau menolak migrasi/persebaran hama kutu kebul.
4. Memanfaatkan agensia hayati sebagai pengendali biologis
Pengendalian biologis adalah teknik pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami hama
kutu kebul. Musuh alami yang bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan kutu kebul terdiri dari
parasitoid, patogen dan predator serangga hama. Predator kutu kebul dari famili Anthocoridae,
Coccinelidae, Chrysopidae, Hemerobiidae dan kebanyakan Miridaetidak mampu menjaga
populasi kutu kebul di bawah ambang ekonomi di rumah kaca, meskipun demikian predator
dari genera Macrolopus atau Dicyphus diketahui mampu menurunkan populasi kutu kebul.
Cendawan dari golongan entomophtorales juga ditemukan mampu menginfeksi kutu kebul
antara lain Conidiobolus spp., Entomopthora spp. dan Zoophthora spp.

5. Penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida baik pestisida nabati maupun pestisida kimia secara selektif untuk
menekan, menghambat serta mengurangi populasi dan perkembangbiakan hama kutu kebul.
Beberapa jenis pestisida yang bisa digunakan untuk mengendalikan hama kutu kebul antara lain
pestisida dengan bahan aktif acetamiprid, carbosulfan, buprofezin dan diafenthiuron.
Sedangkan penggunaan insektisida dengan bahan aktif imidacloprid, thiamethoxam, pyridaben
dan pymetrozin diketahui tidak mampu mengendalikan hama kutu kebul. Penggunaan
insektisida tersebut malah akan membuat hama menjadi kebal atau resistant.
Demikian sekilas tentang beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mengendalikan hama
kutu kebul. Insektisida berbahan aktif abamectin, baik abamectin hitam maupun bening yang
digadang-gadang mampu mengendalikan semua hama kutu-kutuan termasuk didalamnya kutu
kebul ternyata tidak mampu mengendalikan populasi hama ini.

Anda mungkin juga menyukai