Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN latar belakang Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh

pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang
luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan,
modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang
paling penting (Wikipedia; 2010) Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya
alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh
masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan
sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup
berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan
global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat
penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman. Perlindungan hutan
meliputi pengamanan hutan, pengamanan tumbuhan dan satwa liar, pengelolaan tenaga dan sarana
perlindungan hutan dan penyidikan. Perlindungan Hutan diselenggarakan dengan tujuan untuk menjaga
hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi
dapat tercapai secara optimal dan lestari. Perlindungan hutan ini merupakan usaha untuk : a. Mencegah
dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang disebabkan           oleh perbuatan
manusia, ternak, kebakaran, bencana alam, hama serta penyakit. b. Mempertahankan dan menjaga hak-
hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta
perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan. Serangan hama dan penyakit jika tidak
dikelola dengan tepat maka akan mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem. Selain dari itu,
serangan hama dan penyakit berdampak pada prokduktifitas dan kualitas standing stock yang ada.
Diantaranya adalah menurunkan rata-rata pertumbuhan, kualitas kayu, menurunkan daya kecambah biji
dan pada dampak yang besar akan mempengaruhi pada kenampakan estetika hutan. Dengan demikian
perlu adanya pembahasan mengenai hama dan penyakit tanaman kehutanan yang kemudian dapat
diambil solusi pengendaliannya. Juga sebagai salah satu usaha untuk pengembangan peningkatan
produktifitas hutan yang diharapkan memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan lingkungan yang tetap
lestari dan berkesinambungan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA  HAMA dan PENYAKIT PADA TUMBUHAN
Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh
binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka
mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit
merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman. Gangguan terhadap
tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama,
penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses –
proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang
terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan
dapat menyebabkan kematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia menggunakan
oat – obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga disebut insektisida.
Adapun pestisida yang digunakan untuk membasmi jamur disebut fungsida. Pembasmi hama dan
penyakit menggunakan pestisida dan obat harus secara hati – hati dan tepat guna. Pengunaan pertisida
yang berlebihan dan tidak tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besat. Hal itu disebabkan
karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh karena itu pengguna
obat – obatan anti hama dan penyakit hendaknya diusahakan seminimal dan sebijak mungkin. Secara
alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat mengendalikannya. Namun, karena ulah
manusia, sering kali musuh alamiah hama hilang. Akibat hama tersebut merajalela. Salah satu contoh
kasus yang sering terjadi adalah hama tikus. Sesungguhnya, secara ilmiah, tikus mempunyai musuh yang
memamngsanya. Musuh alami tikus ini dapat mengendalikan jumlah populasi tikus. Musuhnya tikus itu
ialah Ular, Burung hantu, dan elang. Sayangnya binatang – binatang tersebut ditangkapi oleh manusia
sehingga tikus tidak lagi memiliki pemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus menjadi sangat banyak dan
menjadi hama pertanian. 1. HAMA Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan
sehingga pertumbuhan dan perkemabanganya terganggu. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain
tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat. a. Tikus Tikus merupakan hama yang sering kali membuat
pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas,
dan kemampuan untuk berkembang biak yang sangat tinggi. Masa reproduksi yang relative singkat
menyebabkan tikus cepat bertambah banyak. Potensi perkembangbiakan tikus sangat tergantung dari
makanan yang tersedia. Tikus sangat aktif di malam hari. Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Bagian
tumbuhan yang disarang tidak hanya biji – bijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Yang membuat
para tikus kuat memakan biji – bijian sehingga merugikan para petani adalah gigi serinya yang kuat dan
tajam, sehingga tikus mudah untuk memakan biji – bijian. Tikus membuat lubang – lubang pada
pematang sawah dan sering berlindung di semak – semak. Apabila keadaan sawah itu rusak maka
berarti sawah tersebut diserang tikus. b) Wereng Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun
dan batang tumbuhan berlubang – lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati. Hama wereng ini
dapat dikendalikan dengan cara – cara sebagai betikut :. c)  Walang Sangit Walang sangit (Leptocorisa
acuta) merupakansalah satu hama yang juga meresahkan petani. Hewan ini jika diganggu, akan
meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau. Serangga ini berwarnahijau kemerah- merahan.
Walang sangit menghisab butir – butir padi yang masih cair. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa,
agak hampa, atau liat. Kulit biji iu akan berwarna kehitam – hitaman. d) Ulat Kupu – kupu merupakan
serangga yang memiliki sayap yang indah dan benareka ragam. Kupu – kupu meletakkan telurnya
dibawah daun dan jika menetas menjadi larva. Kita bisa sebut larva kupu – kupu sebagai ulat. Pada fase
ini, ulat aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari. Daun yang
dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja. e) Tungau Tungau (kutu kecil) bisaanya
terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut. Hama ini banyak terdapat pada musim
kemarau. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan
menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang
terserang hama pada suatu tempat dan dibakar. 2. PENYAKIT TUMBUHAN Jenis – jenis penyakit yang
menyerang tumbuhan sangat banyak jumlahnya. Penyakit yang menyerang tumbuhan banyak
disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya jamur, bakteri, dan alga. Penyakit tumbuhan juga dapat
disebabkan oleh virus. 1. Jamur Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang
hampir semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya.
Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan.          
Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan menjadi busuk. Jika
menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan bercak – bercak kecokelatan. Dari
bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh
permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok. Jika jamur ini mengganggu
proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang yang terserang umumnya akan
membusuk, mula – mula dari arah kulit kemudian menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan
jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan,
jaringan kayu akan membusuk, kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati. 2.
Bakteri Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh tumbuhan yang
diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk, dan lengket jika disentuh.
Setelah membusuk, lama – kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang diserang bakteri dapat
diatasi dengan menggunakan bakterisida. Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah
penyakit yang menyerang pembuluh tapis batang jeruk (citrus vein phloem degeneration atau CVPD). 3.
Virus Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh virus. Penyakit
yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan
dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang
disebabkan oleh virus antara lain penyakit daun tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini
disebabkan oleh virus TMV (tabacco mosaic virus) yang menyerang permukaan atas daun tembakau.
Virus juga dapat menyerang jeruk. Penularan melalui perantara serangga. 4. Alga (Ganggang)
Keberadaan alga juga perlu diaspadai karena dapat menyebabkan bercak karat merah pada daun
tumbuhan. Tumbuhan yang biasanya diserang antara lain jeruk, jambu biji, dan rambutan. Bagian
tumbuhan yang diserang oleh alga biasanya bagian daun, ditandai adanya bercak berwarna kelabu
kehijauan pada daun, kemudian pada permukaannya tumbuh rambut berwarnya cokelat kemerahan.
Meskipun ukurannya kecil, bercak yang timbul sangat banyak sehingga cukup merugikan BAB III
PEMBAHASAN 1. Hama Ulat Jati (Hyblaea puera & Pyrausta machaeralis) Hama ini menyerang pada awal
musim penghujan, yaitu sekitar bulan Nopember – Januari. Daun-daun yang terserang berlubang-lubang
dimakan ulat. Bila ulat tidak banyak cukup diambil dan dimatikan. Bila tingkat serangan sudah tinggi,
maka perlu dilakukan pengendalian dengan cara penyemprotan menggunakan insektisida. 2. Hama Uret
(Phyllophaga sp) Hama ini biasanya menyerang pada bulan Pebruari – April. Uret merupakan larva dari
kumbang. Larva ini aktif memakan akar tanaman baik tanaman kehutanan (tanaman pokok dan sela)
maupun tanaman tumpangsari (padi, palawija, dll) terutama yang masih muda, sehingga tanaman yang
terserang tiba-tiba layu, berhenti tumbuh kemudian mati. Jika media dibongkar akar tanaman
terputus/rusak dan dapat dijumpai hama uret. Kerusakan dan kerugian paling besar akibat serangan
hama uret terutama terjadi pada tanaman umur 1-2 bulan di lapangan, tanaman menjadi mati. Serangan
hama uret di lapangan berfluktuasi dari tahun ke tahun, umumnya bilamana kasus-kasus serangan hama
uret tinggi pada suatu tahun, maka pada tahun berikutnya kasus-kasus kerusakan/serangan menurun. 3.
Hama Tungau Merah (Akarina) Hama ini biasanya menyerang pada bulan Juni – Agustus. Gejala yang
timbul berupa daun berwarna kuning pucat, pertumbuhan bibit terhambat. Hal ini terjadi diakibatkan
oleh cairan dari tanaman/terutama pada daun dihisap oleh tungau. Bila diamati secara teliti, di bawah
permukaan daun ada tungau berwarna merah cukup banyak (ukuran ± 0,5 mm) dan terdapat benang-
benang halus seperti sarang laba-laba. Pengendalian hama tungau dapat dilakukan dengan
menggunakan akarisida. 4. Hama kutu putih/kutu lilin Hama ini biasa menyerang setiap saat. Bagian
tanaman yang diserang adalah pucuk (jaringan meristematis). Pucuk daun yang terserang menjadi
keriting sehingga tumbuh abnormal dan terdapat kutu berwarna putih berukuran kecil. Langkah awal
pengendalian berupa pemisahan bibit yang sakit dengan yang sehat karena bisa menular. Bila batang
sudah mengkayu, batang dapat dipotong 0,5 – 1 cm di atas permukaan media; pucuk yang sakit
dibuang/dimusnahkan. Jika serangan sudah parah dan dalam skala yang luas maka dapat dilakukan
penyemprotan dengan menggunakan akarisida. 5. Hama Lalat Putih Hama lalat putih merupakan
serangga kecil bertubuh lunak. Lalat putih ini bukan lalat sejati, tetapi masuk dalam Ordo Homoptera.
Hama ini berkembang sangat cepat secara eksponensial. Lalat putih betina dapat menghasilkan 150 –
300 telur sepanjang hidupnya. Waktu yang dibutuhkan dari tingkat telur sampai dengan dewasa siap
bertelur hanya sekitar 16 hari. Lalat putih dapat menyebabkan luka yang serius pada tanaman dengan
mencucuk mengisap cairan tanaman sehingga menyebabkan layu, kerdil, atau bahkan mati. Lalat putih
dewasa dapat juga mentransmisikan beberapa virus dari tanaman sakit ke tanaman sehat. Lalat putih
sering sangat sulit dikendalikan. Lokasi hama yang berada di permukaan bawah daun membuatnya sulit
bagi insektisida untuk mencapai posisi hama. Hama lalat putih juga dengan cepat dapat
mengembangkan resistensi ke insektisida yang digunakan untuk melawan mereka. Suatu jenis
insektisida yang efektif untuk lalat putih pada suatu kasus kerusakan pada suatu waktu, dapat tidak
efektif untuk aplikasi di lokasi dan waktu yang berbeda.           Tahap telur dan pupa lebih tahan terhadap
insektisida dibandingkan tahapan dewasa dan nimfa. Konsekuensinya eradikasi (pengendalian) populasi
lalat putih biasanya memerlukan 4 – 5 kali penyemprotan dengan interval penyemprotan 5 – 7 hari.
Pengendalian biologi dapat diterapkan untuk melawan lalat putih. Lalat putih memiliki musuh alami
sejumlah predator dan parasitoid. Kerusakan parah pada bibit di persemaian (JPP) terutama terjadi pada
semai ukuran < 10 cm, terparah terjadi pada semai < 5 cm. 6. Penyakit Layu – Busuk Semai Serangan
penyakit pada persemaian terjadi pada kondisi lingkungan yang lembab, biasanya pada musim hujan.
Berdasarkan karakteristik serangannya, penyakit yang muncul pada persemaian dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu : serangan penyakit dipicu oleh kondisi lingkungan yang lembab. Gejala yang timbul
biasanya bibit busuk. Penanganan secara mekanis dapat dilakukan dengan penjarangan bibit, wiwil
daun, serta pemindahan bibit ke open area, dengan tujuan untuk mengurangi kelembaban. serangan
penyakit dipicu oleh hujan malam hari/dini hari pada awal musim hujan (penyakit embun upas). Gejala
yang timbul berupa daun layu seperti terkena air panas. Serangan penyakit ini umumnya muncul pada
saat pergantian musim dari musim kemarau ke musim penghujan, saat hujan pertama turun yang terjadi
pada malam hari atau dini hari pada awal musim hujan. Serangan penyakit terutama pada bibit yang
masih muda, jumlah bibit yang terserang relatif banyak, cepat menular melalui sentuhan atau kontak
daun, dan bersifat mematikan. 7. Hama rayap Serangan dapat terjadi pada tanaman jati muda pada
musim hujan yang tidak teratur dan puncak kemarau panjang. Pada kasus serangan di puncak kemarau
disebabkan rendahnya kelembaban di dalam koloni rayap sehingga rayap menyerang tanaman jati
muda. Prinsip pengendaliannya dengan mencegah kontak rayap dengan batang/perakaran tanaman 8.
Hama penggerek batang/oleng-oleng (Duomitus ceramicus) Duomitus ceramicus merupakan sejenis
ngengat, telurnya menetas antara bulan Maret – April, aktif pada malam hari. Setelah kawin ngengat
betina bertelur pada malam hari dan diletakkan pada celah kulit batang. Telur berwarna putih
kekuningan atau kuning gelap, bentuk silinder, panjang 0,75 cm. Telur diletakkan berkelompok pada
bekas patahan cabang atau luka-luka di kulit batang. Stadia telur ± 3 minggu. Larva menetas pada bulan
Mei, hidup dalam kulit pohon, selanjutnya menggerek kulit batang menuju kambium dan kayu muda,
memakan jaringan kayu muda. Larva pada tingkat yang lebih tua membuat liang gerek yang panjang,
terutama bila pohon jati kurang subur. Pada tempat gerekan terjadi pembentukan kallus (gembol). Larva
menggerek batang dengan diameter 1 – 1,5 cm, panjang 20 – 30 cm dan bersudut 90 °. Kotoran larva
dari gerekan kayu dikeluarkan dari liang gerek. Fase larva sangat lama antara April – September.          
Selanjutnya larva masuk ke stadium pupa, tidak aktif, posisinya mendekati bagian luar liang gerek. Fase
pupa berlangsung antara September – Pebruari. Seluruh siklus hidupnya, dari stadia telur sampai
menjadi ngengat memerlukan waktu ± 1 tahun. 9. Hama penggerek pucuk jati Serangan ulat penggerek
pucuk jati (shoot borer) menyerang tanaman jati muda. Gejala awal berupa pucuk apikal jati muda tiba-
tiba menjadi layu, kemudian menjadi kering. Panjang pucuk yang mati antara 30 – 50 cm. Pengamatan
pada tanaman yang mati diketahui bahwa terdapat lubang gerekan kecil (± 2 mm) di bawah bagian yang
layu/kering. Ulat penggerek pucuk berwarna kemerahan dengan kepala berwarna hitam; dibelakang
kepala terdapat cincin kuning keemasan. Akibat putusnya titik tumbuh apikal maka akan menurunkan
kualitas batang utama. Ujung batang utama yang mati akan keluar tunas-tunas air/cabang-cabang baru.
10. Hama Kutu Putih (Pseudococcus/mealybug) Kutu putih/kutu sisik (famili Coccidae, ordo Homoptera)
yang pernah dilaporkan menyerang tanaman jati antara lain : Pseudococcus hispidus dan Pseudococcus
(crotonis) tayabanus.           Kutu ini mengisap cairan tanaman tumbuhan inang. Waktu serangan terjadi
pada musim kering (kemarau). Seluruh tubuhnya dilindungi oleh lilin/tawas dan dikelilingi dengan
karangan benang-benang tawas berwarna putih; pada bagian belakang didapati benang-benang tawas
yang lebih panjang. Telur-telurnya diletakkan menumpuk yang tertutup oleh tawas. Kerusakan pada
tanaman jati muda dapat terjadi bilamana populasi kutu tinggi. Kerusakan yang terjadi antara lain : daun
mengeriting, pucuk apikal tumbuh tidak normal (bengkok dan jarak antar ruas daun memendek).
Gangguan kutu ini akan menghilang pada musim penghujan. Namun demikian kerusakan tanaman muda
berupa bentuk-bentuk cacat tetap ada. Hal tersebut tentunya sangat merugikan regenerasi tanaman
yang berkualitas. Kutu-kutu ini memiliki hubungan simbiosis dengan semut (Formicidae), yaitu semut
gramang (Plagiolepis [Anaplolepis] longipes) dan semut hitam (Dolichoderus bituberculatus) yang
memindahkan kutu dari satu tanaman ke tanaman lain. 11. Hama Kupu Putih (Peloncat Flatid Putih)
Kasus serangan hama kupu putih dalam skala luas pernah terjadi pada tanaman jati muda di KPH
Banyuwangi Selatan pada musim kemarau tahun 2006. Serangga ini hinggap menempel di batang muda
dan permukaan daun bagian bawah. Jumlah individu serangga tiap pohon dapat mencapai puluhan
sampai ratusan individu. Hasil identifikasi serangga, diketahui bahwa serangga yang menyerang
tanaman jati muda ini adalah dari kelompok peloncat tumbuhan (planthopper) flatid warna putih (famili
Flatidae, ordo Homoptera/Hemiptera). Dari kenampakan serangga maka kupu putih yang menyerang
jati ini sangat mirip dengan spesies flatid putih Anormenis chloris. Jenis-jenis serangga flatid jarang
dilaporkan menyebabkan kerusakan ekonomis pada tanaman budidaya. Nilai kehadiran serangga kupu
putih (flatid putih) ini menjadi penting karena waktu serangan terjadi pada musim kemarau yang
panjang. Tanaman jati yang telah mengurangi tekanan lingkungan dengan menggugurkan daun semakin
meningkat tekanannya akibat cairan tubuhnya dihisap oleh serangga flatid putih. Dengan demikian
serangan serangga flatid putih ini dapat meningkatkan resiko mati pucuk jati muda selama musim
kemarau. 12. Hama Kumbang Bubuk Basah (Xyleborus destruens Bldf.) Xyleborus destruens atau
kumbang bubuk basah atau kumbang ambrosia menyebabkan kerusakan pada batang jati. Serangan
kumbang ini pada daerah-daerah dengan kelembaban tinggi. Pada daerah-daerah dengan curah hujan
lebih dari 2000 mm per tahun serangan hama ini dapat ditemukan sepanjang tahun. Gejala serangan
yang mudah dilihat yaitu kulit batang berwarna coklat kehitaman, disebabkan adanya lendir yang
bercampur kotoran X. destruens. Bila lendir dan campuran kotoran sudah mengering warnanya menjadi
kehitam-hitaman. Serangan hama ini tidak mematikan pohon atau mengganggu pertumbuhan tetapi
akibat saluran-saluran kecil melingkar-melingkar di dalam batang jati maka menurunkan kualitas kayu.
13. Penyakit Layu Bakteri Penyakit ini dapat menyerang tanaman jati di persemaian dan juga jati muda
di lapangan. Di lapangan diketahui pertama kali menyerang tanaman jati pada tahun 1962 di Pati. Di
persemaian, diketahui bahwa persemaian Kucur di Ngawi (1996, 1998) dan persemaian Pongpoklandak,
Cianjur (1999) pernah terserang. Kasus kerusakan jati muda akibat penyakit layu bakteri di lapangan
akhir-akhir ini mulai banyak yang muncul, seperti di Haur Geulis, Indramayu (2005), Jember (2006), Pati
Utara (2006 – 2008). Bahkan kasus serangan penyakit layu bakteri di Pati Utara sudah sangat luas,
menyerang tanaman jati muda s.d. umur 5 tahun, dengan demikian memerlukan penanganan yang
serius. 14. Hama Inger-Inger (Neotermes tectonae) Neotermes tectonae merupakan suatu golongan
rayap tingkat rendah. Koloni inger-inger tidak begitu banyak, hanya beberapa ratus sampai beberapa
ribu individu. Gejala kerusakan dapat dijumpai berupa pembengkakan pada batang, kebanyakan pada
ketinggian antara 5 – 10 m, namun juga ada pada 2 m atau sampai 20 m. Jumlah pembengkakan dalam
satu batang bervariasi, mulai satu sampai enam titik lokasi pembengkakan. Waktu mulai hama
menyerang sampai terlihat gejala memerlukan waktu 3-4 tahun, bahkan sampai 7 tahun.           Kasus
serangan hama inger-inger di lapangan umumnya dijumpai terutama pada lokasi-lokasi tegakan yang
memiliki kelembaban iklim mikro yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kerapatan tegakan yang terlalu
tinggi. Penyebabnya adalah tidak dilakukannya ataupun terlambatnya kegiatan penjarangan, padahal
kegiatan penjarangan merupakan bagian dari upaya silvikultur untuk menjaga kesehatan tegakan. Akibat
serangan inger-inger ini adalah pada bagian yang diserang kayunya sudah tidak bernilai sebagai kayu
pertukangan dan harus dikeluarkan dari hitungan perolehan massa kayu bahan pertukangan.
KESIMPULAN           Serangan hama dan penyakit jika tidak dikelola dengan tepat maka akan
mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem. Selain dari itu, serangan hama dan penyakit berdampak
pada prokduktifitas dan kualitas standing stock yang ada. Diantaranya adalah menurunkan rata-rata
pertumbuhan, kualitas kayu, menurunkan daya kecambah biji dan pada dampak yang besar akan
mempengaruhi pada kenampakan estetika hutan. Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang
tumbuhan sehingga pertumbuhan dan perkemabanganya terganggu. Hama yang menyerang tumbuhan
antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat. Gangguan terhadap tumbuhan yang
disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan
tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses – proses dalam tubuh
tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Pengendalian Hama Penyakit
Tanaman, www.elqodar.multiply.com Pusat Penelitian & Pengembangan Perum Perhutani. 2007.
Prosiding Hasil Penelitian dan Pengembangan. Puslitbang SDH Perhutani. Cepu Pusat Penelitian &
Pengembangan Perum Perhutani. 2008. Seri Informasi Teknik Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman
Hutan (Jati, Pinus, Kayu Putih, Sengon). Pusat Penelitian & Pengembangan Perum Perhutani. Cepu.

Sumber: http://forester-untad.blogspot.com/2013/09/makalah-hama-dan-penyakit-tanaman.html
Konten adalah milik dan hak cipta forester untad blog

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat, kesehatan dan kesempatan yang
diberikan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Jenis-Jenis Hama
Yang Menyerang Tanaman Sengon” tepat pada waktunya.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu saya dalam
perangkuman makalah ini, yang kami tidak dapat sebutkan namanya satu persatu semoga Allah
membalas kebaikan anda dengan ganjaran pahala yang setimpa.

Saya sadar akan kekurangan dari makalah ini, baik materi yang dipaparkan maupun kosa kata yang
digunakan, maklum saya juga masih menuntut ilmu dan masih haus akan ilmu pengetahuan, oleh karena
itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun sangat dibutuhkan guna
penyempurnaan penyusunan makalah-makalah berikutnya. Akhir kata selamat membaca dan semoga
dapat menambah wawasan anda sekalian.
                                                               Kendari, 28 Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL …………………………………………..    i

KATA PENGANTAR ……………………………………………   ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………..     iii

BAB I PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang ……………………………………………….    1

B.   Rumusan Masalah ……………………………………………    2

C.   Tujuan …………………………………………………………    2

BAB II PEMBAHASAN

A.     Hama Pada Tanaman Sengon ………………………………………….. 3

B.     Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Sengon ………………………  3

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan …………………………………….………………………..    11

B.     Saran …………………………………………………………………….    11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai –
petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut : Jawa :jeunjing, jeunjing
laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa). Maluku : seja (Ambon), sikat
(Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore). Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada
tanaman sengon adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan
diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya
berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan
termasuk kelas awet IV - V.

Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah
tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya. Tajuk tanaman sengon
berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun
majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau
pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon
dioksida dari udara bebas.

Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak
terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk
menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur. Dengan sifat-sifat
kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam ditepi kawasan yang mudah
terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah melalui Dephutbun untuk menggalakan
‘Sengonisasi’ di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di Jawa, Bali dan Sumatra.

Serangan hama pada tanaman sengon yang perlu diwaspadai adalah hama ulat serendang (Xystrocera
festiva). Gejala serangannya terlihat pada kulit pohon yang pecah-pecah, lalu mengeluarkan cairan
berwarna coklat sampai kehitaman. Bahkan, bersamaan dengan cairan tersebut juga keluar serbuk kayu
bekas gerekan. Bila tingkat serangan ulat serendang makin mengganas, maka tak dapat dipungkiri
pohon itu akan patah.

B.     Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Apa saja hama yang menyerang tanaman Sengon ?

2.      Bagaimana cara pengendalian hama terpadu tanaman sengon ?


C.    Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1.      Mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang tanaman Sengon

2.      Mengetahui cara pengendalian hama terpadu tanaman sengon

BAB II

PEMBAHASAN

C.    Hama Pada Tanaman Sengon

Hama adalah semua binatang yang karena aktivitasnya dapat menyebabkan kerusakan paha pohon atau
tegakan dan merugikan ditinjau dari aspek ekonomi.

1.    Hama penggerek batang/ Boktor (Xystrocera festiva)

Serangan ditandai dengan adanya luka pada batang.  Telur diletakkan pada celah luka.  Sejak larva
menetas segera melakukan aktivitas penggerekan ke dalam jaringan kulit batang. Bahan makanan yang
disukai adalah bagian permukaan kayu gubal (xylem) dan bagian permukaan kulit bagian dalam (floem). 
Adanya serbuk gergajian merupakan gejala serangan awal.

2.    Hama ulat kantong (Ptero plagiophleps)

Hama ini tidak memakan seluruh bagian daun tetapi hanya parenkhim daun yang lunak, menyisakan
bagian-bagian daun yang berlilin.  Daun yang terserang terdapat bercak coklat. Pengendalian hama ulat
kantong dengan menggunakan insektisida.  Misalnya virtako, ambush, dessin, bomber, karate dan
lainnya.

3. Hama Uret

Hama ini menyerang tanaman sengon atau albasia yang masih kecil dan banyak sampah.

B.  Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Sengon

a.    Hama penggerek batang/ Boktor (Xystrocera festiva)

Ada 6 prinsip pengendalian hama boktor pada tegakan sengon, yaitu cara silvikultur, manual,
fisik/mekanik, biologis, dan terpadu.

Pengendalian secara silvikultur dilakukan dengan :


Upaya pemuliaan, melalui pemilihan benih/bibit yang berasal dari sengon yang memiliki ketahanan
terhadap hama boktor.

Pengendalian secara manual, antara lain dilakukan dengan :

1.      Mencongkel kelompok telur boktor pada permukaan kulit batang sengon

2.      Menyeset kulit batang tepat pada titik serangan larva boktor sehingga larva boktor terlepas dari
batang dan jatuh ke lantai hutan

3.      Diperlukan ketrampilan petugas dalam mengenali tanda-tanda serta gejala awal serangan hama
boktor.

Pengendalian secara fisik/mekanik, antara lain dilakukan dengan :

1.      kegiatan pembelahan batang sengon yang terserang boktor

2.      Pembakaran batang terserang boktor sehingga boktor berjatuhan ke tanah,

3.      Dengan cara pembenaman batang terserang ke dalam tanah.

Pengendalian secara biologis, dilakukan dengan :

Menggunakan peranan musuh alami berupa parasitoid, predator atau patogen yang menyerang hama
boktor

Caranya dengan membiakkan musuh alami kemudian melepaskannya ke lapangan agar mencari hama
boktor untuk diserang, musuh alami ini diharapkan akan mampu berkembang biak sendiri di lapangan

Teknik pengendalian secara biologis yang pernah dicoba antara lain : parasitoid telur boktor (kumbang
pengebor kayu Macrocentrus ancylivorus), jamur parasit (Beauveria bassiana),  dan penggunaan
predator boktor (kumbang kulit kayu Clinidium sculptilis).

Pengendalian secara terpadu, dilakukan dengan :

1.      Penggabungan dua atau lebih cara pengendalian guna memperoleh hasil pengendalian yang lebih
baik

2.      Contohnya pengendalian dengan cara menebang pohon yang terserang, kemudian batang yang
terserang tersebut segera dibakar atau dibelah agar tidak menjadi sumber infeksi bagi pohon yang
belum terserang.

b.    Hama ulat kantong (Ptero plagiophleps)

Pengendalian hama ulat kantong dengan menggunakan insektisida alami. Berupa campuran 1 kg daun
dan batang tembakau yang dihancurkan, ditambah 1 sendok teh sabun colek dan 15 liter air. Campuran
tersebut direndam selama 24 jam. Setelah itu campuran disaring dan siap untuk disemprotkan. 

c.    Hama Uret


Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu jangan menanam bibit sengon atau albasia pada tempat yang
banyak sampah disekelilingnya.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan

1.      Hama adalah semua binatang yang karena aktivitasnya dapat menyebabkan kerusakan paha pohon
atau tegakan dan merugikan ditinjau dari aspek ekonomi.

2.      Ada 6 prinsip pengendalian hama boktor pada tegakan sengon, yaitu cara silvikultur, manual,
fisik/mekanik, biologis, dan terpadu.

B.     Saran

Berdasarkan pentingya ilmu tentang hama ini maka saran yang dapat saya sampaikan sebaiknya kita
sebagai mahasiswa kehutanan harus betul-betul mempelajari lmu hama ini dengan penuh keuleta dan
semangat yang tinggi, karena ilmu ini merupakan bekal dan landasan ilmu kita di bidang kehutanan
terkain dengan hama yang menyerang pohon atau tegakan.

DAFTAR PUSTAKA

http://perlindungan 1 sengon/Jhony D'forest  HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN SENGON DAN


CARA PENANGGULANGANNYA. htm. Diakses Tangal 28 Maret 2016.

http://perlindungan 1 sengon/Street Researcher  PENGELOLAAN HAMA TERPADU TANAMAN


SENGON.htm. Diakses Tanggal 28 Maret 2016.
Tindakan pengendalian hama hutan dilakukan
dengan cara pemberantasan hama
hutan (serangga hutan) pada dasarnya
merupakan tindakan untuk mengatur populasi
serangga agar tidak menimbulkan kerusakan
ekonomis yang berarti.

Caranya adalah dengan menekan atau mencegah


naiknya populasi serangga sehingga selalu ada
dalam keadaan yang kerusakan yang
ditimbulkannya secara ekonomis tidak berarti.

Pada dasarnya pelaksanaan tindakan penangulangan hama hutan dilakukan tidak untuk memusnahkan


suatu hama, tetapi hanya ditujukan untuk menekan populasi serangga.

Dalam melakukan pengendalian hama harus didasarkan pertimbangan (evaluasi). Bahwa biaya untuk


melakukan penanggulangan harus lebih kecil dari pada nilai kerusakan yang ditimbulkan atau yang akan
ditimbulkan  oleh hamanya, baik nilai langsung dari hutan maupun nilai tidak langsung (nilai estetik,
fungsi lindung dan lain-lain).

Bersamaan dengan pertimbangan menyangkut biaya harus diadakan pula pertimbangan biologis dari
serangganya dan pertimbangan teknis dari cara pemberantasannya.

Cara pemberantasan serangga yang dikenal sampai saat ini ada 2, yaitu :

Pemberantasan secara alam 

Pemberantasan secara alam  terjadi bila penekanan populasi serangga dilakukan oleh salah satu atau
beberapa faktor ekologi dan campur tangan manusia.

Pemberantasan secara buatan

Pemberantasan secara buatan dapat dibagi menjadi :

a. Secara silvikultur

Usaha ini dilakukan dengan jalan mengatur komposisi tegakan (hutan campuran), kerapatan tegakan.
Kesehatan pohon, umur tegakan, dan memilih jenis pohon yang resisten terhadap hama.

b. Secara fisik mekanik

pada dasarnya pemberantasan secara fisik mekanik dapat dibagi menjadi :

mengubah temperatur
mengubah kadar air

merusak habitat dari hama

perangkap hama

melindungi dari hama

c. Secara Hayati

Cara ini tidak mudah dan memerlukan penelitian yang cukup lama, akan tetapi bila berhasil cara ini akan
merupakan cara yang sangat mudah. Cara ini didasarkan pada pelepasan musuh-musuhnya, yaitu
parasit dan predatornya. Parasit dan predeator yang digunakan tidak terbatas pada serangga saja, tetapi
juga jamur, bakteri virus, burung dan sebagainya. 

d. Secara undang-undang

Cara ini digunakan dengan tujuan mencegah menjalarnya suatu hama atau mencegah masuknya hama
ke suatu daerah yang berasal / dating dari lain daerah. Dengan jalan membuat peraturan-peraturan dan
undang-undang, seperti adanya peraturan perkarantinaan di pelabuhan-pelabuhan atau lapangan
terbang, atau adanya suatu embargo (melarang sama sekali keluar masuknya sesuatu benda atau
barang tertentu dari suatu daerah)

e. Penggunaan bahan-bahan kimia insektisida

Pemberantasan hama dengan cara menggunakan bahan kimia pembunuh serangga atau insektisida
menjadi cepat populer karena hasilhnya cepat terlihat. Akan tetapi, benyak juga akibat buruknya dan
berbahaya, baik bagi tanaman, ternak, maupun manusia. Bahkan beberapa insektisida telah dilarang
beredar karena pengaruh samping berupa pencemaran.

f. Sterilisasi

Penekanan populasi suatu hama dengan cara melepaskan hamanya dari laboratorium setelah
disterilkan. Umumnya yang disterilkan adalah yang jantan, sebelum dilepas di hutan.

g. Integrated control pengawasan terpadu

Cara ini merupakan kombinasi yang tepat atau berbentuk keterpaduan dari semua cara pemberantasan
yang telah dikenal.

Mengendalikan Hama dan Penyakit Secara Alami

Created: Tuesday, 13 June 2017 21:02 Written by Dewi Ratnasari Hits: 121163

Print

Email
fShare

Share

Hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala yang sangat mengganggu dalam usaha
pertanian. Serangannya pada tanaman dapat datang secara mendadak dan dapat bersifat eksplosif
(meluas) sehingga dalam waktu yang relatif singkat seringkali dapat mematikan seluruh tanaman dan
dapat menimbulkan gagal panen (puso).

Akibat serangan hama, produktivitas tanaman menjadi menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Oleh karena itu kehadirannya perlu dikendalikan, apabila populasinya di lahan telah melebihi batas
ambang ekonomi (AE).

Petani terus berfikir bagaimana cara mengendalikan tanaman dari gangguan hama dan penyakit. Tidak
sedikit para petani masih tergantung kepada pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit.
Selain yang harganya mahal, pestisida kimia juga banyak memiliki dampak buruk bagi lingkungan dan
kesehatan manusia.

Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia antara lain adalah :

Hama menjadi kebal (resisten)

Peledakan hama baru (resurjensi)

Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen


Terbunuhnya musuh alami

Pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia

Kecelakaan bagi pengguna

Mengingat dampak negatif dari penggunaan pestisida, maka pemerintah mengintroduksikan suatu
paket teknologi pengendalian hama yang lebih ramah lingkungan disebut teknologi Pengendalian Hama
Terpadu (integreted pest management). Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada dasarnya terdiri atas
dua kegiatan pengendalian yaitu usaha-usaha pencegahan (preventive controls) dan penggunaan
pestisida (pesticide controls). Penggunaan pestisida boleh dilakukan apabila cara pertama sudah
digunakan tetapi belum memberikan hasil optimal.

Pengertian Pestisida

Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh organisme hidup yang
mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan
hidupnya.

Pestisida nabati adalah suatu petisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan, seperti daun,
batang, akar dan buahnya. Pestisida ini relatif mudah dibuat dan bahan-bahannyapun mudah
didapatkan, karena semua bahan-bahan tersebut ada dilingkungan kita, dan murah yang pasti aman dan
tidak beracun. Karena itu bahan alami/nabati ini merupakan jenis pestisida yang bersifat mudah terurai
(biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan
ternak peliharaan karena residunya mudah hilang.

Keunggulan dan Kelemahan Pestisida Nabati

Keunggulan pestisida nabati adalah murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani, relatif aman terhadap
lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, sulit menimbulkan kekebalan terhadap
hama, kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain, menghasilkan produk pertanian yang
sehat karena bebas residu pestisida kimia 

Adapun kelemahannya pestisida nabati adalah daya kerjanya relatif lambat, tidak membunuh jasad
sasaran secara langsung, tidak tahan terhadap sinar matahari, kurang praktis, tidak tahan disimpan,
kadang-kadang harus disemprotkan berulang-ulang

Fungsi Pestisida Alami/Nabati

Menurut Diding Rachmawati dan Eli Karlina (2009), Pestisida nabati/alami memiliki beberapa fungsi,


antara lain :

Reppelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat

Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot.

Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa

Menghambat reproduksi serangga betina

Racun syaraf
Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga

Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga

Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri

Meskipun ramuan ini lebih ramah lingkungan, penggunaannya harus memperhatikan batas ambang
populasi hama. Ramuan ini hanya digunakan setelah polulasi hama berada atau di atas ambang kendali.
Sehingga sesuai dan tepat peruntukkannya untuk membasmi hama di areal pertanian.

Prinsip Kerja Pestisida Nabati

Dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman, pestisida nabati menjalankan prinsip kerja yang
unik dan spesifik. Prinsip kerja pestisida nabati ada tiga yaitu menghambat, merusak dan menolak. Ada
beberapa mekanisme kerja pestisida nabati dalam melindungi tanaman dari organisme pengganggu
yakni : merusak perkembangan telur, larva dan pupa, menghambat pergantian kulit, mengganggu
komunikasi serangga, menyebabkan serangga menolak makan, menghambat reproduksi serangga
betina, mengurangi nafsu makan, memblokir kemampuan makan serangga, mengusir serangga,
menghambat perkembangan patogen penyakit.

Tanaman yang bisa dipakai untuk pestisida alami

No Jenis Tanaman Kandungan Racun dan Daya Kerjanya Hama Sasaran

Buah mengandung alkoloid

Cara kerja racun : Tikus,Kutu


1. Berenuk
daun/Wereng
Bersifat pengusir (repellent) bagi
Tikus, kutu Daun/Wereng

Buah mengandung alkaloid


Hama gudang
Cara kerja racun : (Trybolium),
2. Brotowali Walang sangit,
Sebagai pengusir (repellent), racun
Ulat daun dan
syaraf, penghambat perkembangan
Wereng
serangga

Gadung Umbinya mengandung racun


dioskorin dan diosconin
Kunyit Kutu daun
Cara kerja racun : (Aphid sp),
3. Susu
Nyamuk,
Mempengaruhi system syaraf,
Minyak Ikan Wereng, Tikus.
bersifat pengusir serangga, anti
Serai reproduksi.

4. Mindi Mengandung margosin, glikosdida Ulat grayak, Kutu


flafonoid daun, Anjing
tanah, Belalang,
Wereng, dan
Cara kerja racun :

Menolak serangga (repellent),


menghambat pertumbuhan, Hama Gudang
mempengaruhi system syaraf,
pernapasan (respirasi), sebagai racun
perut dan kontak.

Kumbang
Daun dan buah muda mengandung
perusak daun
minyak anonain dan resin
(Epilachna sp),
Cara kerja racun : Kutu daun
5. Srikaya (sirsak) (Aphid sp)
Sebagai racun perut dan racun
Nyamuk
kontak, penolak serangga (repellent),
Rorongo, Wereng
menghambat peletakan telur,
coklat dan
mengurangi nafsu makan serangga
Walang sangit

Daun dan kulit batang mengandung


surenon, surenin dan surenolakton
Tungau, Walang
Cara kerja racun :
sangit, Kutu
6. Surian
Sebagai penghambat pertumbuhan, kebul, Ulat dan
menghambat daya makan, Kutu Daun
merupakan repellant (pengusir atau
penolak).

Mengandung borneol, sineol,


limonene dan dimetil etrer
floroasetofenon.

Cara kerja racun : Keong mas,


7. Sembung
Limus sakeureut
Dapat mempengaruhi metabolisme
daya kerja syaraf, sebagai obat
tradisional (rematik, diare, dan
pembengkakan)

Buah dan daun mengandung alkaloid


Wereng coklat,
dan asam biru (HCN)
Lembing batu,
8. Picung/ Kluwek Cara kerja racun : Belalang, Walang
sangit, Kutu
Sebagai racun kontak yang
daun, Ulat grayak
mempengaruhi system syaraf.

9. Selasih Daun dan Bunga selasih mengandung


minyak atsiri yang didalamnya
terdapat kandungan metilegenol,
eugenol, geraniol, sineol.

Cara kerja racun :

Unsur metileugenol dapat menarik


serangga jantan lalat buah dari
golongan Bactrocera sp

Arti hama dan penyakit pada tumbuhan Hama Dikutip situs resmi Kementerian Pertanian (Kementan),
hama adalah hewan yang merusak tanaman atau hasil tanaman karena aktivitas hidupnya. Baca juga:
Kampanye Empat Hama, Blunder China Atasi Wabah Penyakit Khususnya aktivitas untuk mendapatkan
makanan dan bertempat tinggal. Hama memiliki kemampuan merusak tanaman yang sangat hebat.
Akibatnya, selain menganggu pertumbuhan tanaman, hama juga dapat mematikan tanaman sehingga
berdampak pada kegagalan panen. Hama yang menyerang organ tumbuhan umumnya adalah hewan.
Terdata ada sekitar 1.800 jenis hewan yang terdiri dari kelompok cacing (vermes), serangga (insecta),
hewan berbuku-buku (arthropoda), amfibi, binatang melata (reptil), burung, dan binatang menyusui
(mamalia). Penyakit Penyakit pada tumbuhan adalah gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme
berupa virus, bakteri, fungi (jamur), protozoa (hewan bersel satu), dan cacing nematoda. Sama seperti
hama, mikroorganisme juga menyerang berbagai organ tumbuhan, baik bagian akar, batang, daun, dan
buah. Mikrorganisme hidup pada organ tumbuhan dan meracuni. Sehingga tumbuhan terhambat
pertumbuhanny a dan mati. Baca juga: Jari Kaki Wanita Digigit Tikus di Bioskop, Summarecon Mall
Serpong Buat Program Berantas Hama Penyebaran penyakit pada tumbuhan bisa lewat angin, air, dan
serangga. Serangga dapat menular virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berasal dari satu tumbuhan
tertentu. Faktor lingkungan juga memengaruhi proses penyebaran penyakit. Mungkin karena
kelembaban dan suhu lingkungan. Jenis Hama dan Penyakit pada tumbuhan Hama Ada berbagai macam
hama yang menyerang tumbuhan, yakni: Wereng Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud), wereng merupakan serangga kelompok eksopterigota yang metaformosisnya setengah
sempurna. Wereng banyak hidup dan menyerang tanaman padi-padian. Biasanya menyerang pada daun
muda, batang muda dan calon bijian-bijian muda. Serangga dapat menyerang tanaman pada stadium
yang berbeda. Gejala serangan wereng daun dan batang berlubang-lubang. Kemudian daun dan batang
menjadi kering dan akhirnya mati. Baca juga: Basmi Hama Tikus, Petani di Jawa Timur Gelar Sayembara
hingga Sewa Pemburu Burung Lihat Foto Usup (70) dan Oti (52) berusaha mengusir hama burung yang
menyerang padi mereka di lahan persawahan dekat BKT, Jakarta Timur, Rabu (14/3/2018)
(Kompas.com/Setyo Adi) Burung juga dapat menyerang tumbuhan. Umumnya burung menyerang areal
persawahan padi secara bergerombol pada saat padi sedang disemaikan atau ketika hampir masa
panen. Kelompok burung yang menjadi hama pada tanaman padi, seperti burung pipit, perkutut, gelatik,
burung geraja, atau burung bondol hijau. Tikus Tikus merupakan hama yang merugikan bagi petani
karena menyerang biji-bijian dan batang muda pada tumbuhan. Tikus yang termasuk hewan mamalia
tersebut sangat sulit diberantas. Karena perkembangbiakan sangat cepat, bergerak cepat, dan daya
adaptasinya tinggi. Biasanya aktif bergerak pada malam hari dan siang hari. Mereka ada sarangnya
dengan membuat lubang-lubang dalam tanah yang bersemak. Ulat Ulat merupakan salah satu fase dari
metamorfosis serangga. Pada fase tersebut ulat akan memakan daun tanaman. Baca juga: Alat
Perangkap Hama Berbasis Mikrokontroler Ciptaan Siswa SMA Negeri 1 Purbalingga Raih Juara Pertama
LKTI Nasional Daun yang sudah dimakan ulat akan menganggu proses fotosintesis. Sehingga tanaman
menjadi kuning, kurus dan mati. Ulat aktif memakan itu pada malam hari. Ketika menjadi kupu-kupu,
tidak lagi menjadi hama. Walang sangit Walang sangit merupakan serangga kelompok eksopterigota.
Walang sangit menyerang biji padi yang masih muda dan lunak. Akibatnya biji padi menjadi kosong,
bahkan berisi tapi isinya tidak sempurna. Walang sangit memiliki ciri khas dengan mengeluarkan bau
yang khas. Penyakit Ada berbagai macam penyakit yang menyerang tumbuhan, yakni: Jamur Jamur
merupakan organisme heterotrof yang tidak menyusun makanannya sendiri dan merugikan tanama lain
(inang). Jamur hampir menyerang menyeluruh bagian tumbuhan, seperti akar, batang, daun dan buah.
Pembusukan pada leher akar tanaman yang baru tumbuh (sedang berkecambah). Akibatnya leher akar
mengecil sehingga tidak mampu menopang batang tanaman. Batang menjadi busuk dan kering sehingga
keadaan tanaman akan rebah. Baca juga: Beruk Ternyata Suka Makan Tikus, Bisa Jadi Agen Pengendali
Hama Bakteri Tanaman yang terserang bakteri menyebabkan organ tumbuhannya membusuk seperti
bagian daun, batang, akar sambil mengeluarkan lender dan bau menusuk. Virus Virus merupakan
mikroorganisme terkecil yang menyebabkan penyakit mozaik pada daun tembakau Tobaco Mosaiz Virus
(TMV). Ada juga yang menyerang tanaman jeruk Vitrus Virus Phloem Degeneration (CVPD). Kerugian
yang diderita para petani akibat gagal panen tidak hanya disebabkan adanya hama. Tapi penyakit yang
menyerang tumbuhan menjadi salah sat penyebabnya

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Hama dan Penyakit pada Tumbuhan: Arti, Jenis
dan Contohnya", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/04/090000069/hama-
dan-penyakit-pada-tumbuhan-arti-jenis-dan-contohnya?page=all.
Penulis : Ari Welianto
Editor : Ari Welianto

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:


Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Anda mungkin juga menyukai