Anda di halaman 1dari 9

HAMA PADA TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum)

(Laporan Praktikum Daring Proteksi Tanaman)

MUHAMMAD DEDE ERLANGGA


1910517310008
PROTEKSI TANAMAN G

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJABARU
2020
1.
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hama merupakan hewan yang merusak tanaman dan umumnya merugikan


para petani dari segi ekonomi, maka manusia selalu akan memperhatikanya, guna
meningkatkan hasil pertanian, jika tidak maka hasil panennya akan menurun.
Beberapa contoh akibat serangan hama pada tanaman cabai misalnya: serangan
hama pada bagian akar tanaman cabai menyebabkan proses penyerapan unsure hara,
air dan lain-lain terganggu, serangan hama pada bagian batang tanaman cabai
menyebabkan transportasi zat makanan terganggu atau berhenti sama sekali sehingga
tanaman menjadi layu dan mati, serangan hama pada bagian daun tanaman cabai
dapat menyebabkan terganggunya proses fotosintesis dan serangan hama pada buah
cabai dapat menyebabkan buah rusak atau gugur, semuanya akan mempengeruhi
menurunnya nilai ekonomi. Besar kerugian yang dialami petani cabai dipengaruhi oleh
jenis hamanya, jenis yang dimaksud adalah hama tersebut termasuk hama utama,
hama sementara, atau hama pindahan (Anonim, 1992 ).
Hama utama adalah hewan yang memakan tanaman. Hama sementara
sebenarnya keberadaanya telah lama, tetapi karena populasinya yang sedikit
menyebabkan kerugian yang ditimbulkan tidak berarti. Namun, karena ada gangguan
seperti perubahan musim, iklim, kegiatan manusia yang salah, atau pengendalian
hama yang keliru. Populasi hama ini dapat meningkat, maka kerugian yang ditimbulkan
juga meningkat. Hama pindahan merupakan hama yang suka berpindah seperti ulat
grayak, belalang dan burung. Karena sifat yang suka berpindah tempat ini, maka
serangannya tidak dapat diduga.Pada umumnya budidaya tanaman sayuran masih
banyak kendala yang dihadapi. Salah satu diantaranya adalah serangan hama yang
dapat menurunkan hasil panen. Rata-rata serangan oleh hama penusu pengisap dapat
menurunkan hasil panensebanyak 40% -80%, serangan oleh lalat buah dapat
menimbulkan kerugian 12% - 27%. Menurut kardinan (2002), kehilangan hasil panen
keseluruhan yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tanaman dapat mencapai
40% - 55%. Sampai saat ini titik berat pengendalian hama-hama tanaman sayuran
yang dilakukan petani adalah dengan cara kimia yaitu mengguanakan insektsida.
Biaya penengdalian hama
2.
tanaman khususnya dibidang hortikultura dapat menghabiskan 30% - 40% dari total
biaya produksi (Kardinan 2010).
Cabai merah merupakan salah satu jenis sayura yang dibudidayakan secara
komersial di daerah tropis. Kegunannya sebagian besar untuk konsumsi rumah tangga
dan sebagian lagi di ekspor ke negara-negara beriklim dingin dalam bentuk kering.
Cabai merah keriting tersebut digunakan untnuk bumbu penyedap saus dan produk-
produk makanan kaleng (Santika, 2002). Cabai menduduki areal paling luas di antara
sayuran yang di budidayakan di Indonesia. Terdapat 5 spesies cabai yang
didokumentasikan, yaitu capsium annum dan Capsicum Frutescens, Capsicum
Chinense, Capsicum Bacetum, dan Capsicum Pubescens. Diantara kelima spesies
tersebut spesies ini dibudidayakan secara luas di seluruh dunia (Pickersgill 2002).
Hama dan penyakit merupakan suatu kendala penting dalam usaha budi daya
semangka. Hal ini ikut menjadi salah satu penentu keberhasilan maupun kegagalan
budidayanya. Munculnya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT)
merupakan sesuatu yang dinamis, saling terkait antara tanaman (inang) - OPT -
lingkungan. Lingkungan budi daya tanaman yang sesuai sangat mendukung serangan
OPT terhadap tanaman inang. Inang yang rentan memudahkan OPT menyerang
tanaman inang sehingga terjadilah penyakit/serangan hama (Makful, n.d.). Salah satu
hal yang menyebabkan kegagalan panen adalah karena kesalahan dalam penanganan
OPT dan memilih pestisida yang akan digunakan serta komposisi pestisida yang
digunakan untuk menanggulangi penyakit, mungkin karena dosisnya terlalu banyak,
sehingga tanaman menjadi rusak bahkan ada yang mati.

TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan praktikum pada laporan ini adalah Lebih banyak mengenalkan dan
memperluas pengetahuan mahasiswa tentang organsme pengganggu tanaman (OPT),
serta cara cara pencegahan dan pengendaliannya, dengan memperbanyak mencari
dan membaca literature.
HASIL PENELUSURAN

Tabel gambar Organisme Penggangu Tanaman dan Gejalanya pada Cabai Merah
(Capsicum).
Organisme Pengganggu Tanaman Gejala
(OPT)

Gejala pada ulat gerayak dapat


menghabiskan seluruh daun dari
tanaman dan hanya menyisakan tulang-
tulang daun tersebut

(Ulat Gerayak)

Bila tungau ini menyerang tanaman cabe


ditandai dengan kondisi daun yang
kriting dan menggulung ke arah bawah,
daun yang kena hama ini menjadi kaku,
kecolatan dan tebal sehingga bisa
mengganggu pembetukan pucuk.
(Hama Tungau Merah)

hama jenis ini menyerang daun tanaman


dengan cara menghisap cairan daun,
daun yang terkena serangan akan
nampak bercak-bercak kehitaman,
daun akan menjadi keriting dan kering,
lambat laun daun akan mati.

(Hama Kutu Daun Persik)

Bagian tumbuhan yang diserang oleh


imago dan nimfa adalah daun yang
masih muda dan pucuk
tumbuhan/tanaman. Daun yang terkena
serangan hama ini akan mengeriting,
melingkar dan mengkerut.

(Hama Kutu Daun)

Serangan hama ini ditandai berupa


becak daun berupa bercak nekrotik,
yang disebabkan oleh rusaknya jaringan
dan sel-sel daun akibat serangan
serangga dewasa dan nimfa.

(Hama Kutu Kebul)


4.

PEMBAHASAN

1. Ulat Gerayak
Siklus hidup ulat gerayak apabila disekitar pertanaman cabe banyak
kupu-kupu beterbangan pada malam hari dengan ciri-ciri berwarna agak gelap
dengan garis agak putih pada sayap depan, berarti itulah serangga dewasa dari
ulat grayak. Kupu-kupu ini akan meletakkan telur secara berkelompok di atas
daun atau tanaman dan ditutup dengan bulu-bulu, Jumlah telurnya bisa
mencapai 500 butir per betina. Telur-telur tersebut kemudian akan menetas
menjadi ulat /larva, mula-mula hidup berkelompok dan setelah dewasa
kemudian menyebar. Hama ulat dalam hal ini dapat dikendalikan dengan
pestisida nabati organik- PESNATOR. Cara kerjanya adalah dengan,
mengupayakan agar hama ulat tidak mau makan dan tidak "kerasan" tinggal
dípertanaman yang telah diaplikasikan PESNATOR tersebut. Sebenarnya
simpel sekali cara kerjanya, jadi tidak perlu dimatikan, hamanya tetapi cukup
disingkirkan. Adapun dampak positifnya selain buah cabe sehat juga tidak
menyebabkan kekebalan hama. Pengendalian dengan cara teknis, Ulat diambil
dari tanaman, di lakukan pada malam hari karena pada malam harilah ulat
mulai berkeliaran. Ulat di ambil secara serempak dan menyeluruh, atau bisa
juga dipasang perangkap khusus hama tersebut. Pencegahan yang dapat kita
lakukan antara lain menjaga kebersihan kebun, parit atau lubang-lubang mulsa,
Siang gulma pada selasar bedengan. Mengendalikan hama ulat gerayak
terdapat menjadi 3 bagian yaitu, kendalikan ngengat sehingga tidak
menghasilkan telur, mengendalikan telor, dan mengendalikan larva.
2. Tungau Merah
Hama tungau bersembunyi di balik daun. Hama tungau menyerang
tanaman dengan cara menghisap cairan daun di dalam jaringan mesofil hingga
jaringan itu rusak. Akibatnya klorofil pada daun menjadi rusak dan menghambat
proses fotosintesis tanaman. Serangan ditandai dengan munculnya bintik
kuning di permukaan daun. Bintik tersebut lama-kelamaan melebar lalu
berubah menjadi kecokelatan dan akhirnya menghitam. Disaat musim kemarau
dan cuaca panas dengan suhu optimal 27° C telur-telur tungau dapat menetas
dalam waktu 3 hari. Menjadi tungau dewasa secara seksual dalam waktu 5 hari
5.

setelah menetas. Seekor hama tungau betina mampu bertelur sebanyak 20


butir telur/hari, dan dapat hidup antara 2 sampai 4 minggu. Tungau-tungau
tersebut dapat bertelur hingga ratusan telur. Seekor tungau betina tunggal
mampu berkembang biak hingga satu juta ekor tungau dalam jangka waktu
satu bulan. Pencegahan, usahakan area penanaman cabe tidak berdekatan
dengan tanaman singkong. Menjaga kebersihan kebun lebih efektif untuk
mengurangi serangan tungau, kita juga dapat memanfaatkan musuh alami
hama ini yaitu predator ambhyseins cucumeris. Pengendaliannya tungau
berbeda cara pemberantasannya dengan ulat, untuk tungau hanya bisa di
berantas dengan obat tungau akarisida bukan insektisida Seperti : Demolish,
Agrimec, Pegasus, samite atau mitac, bamex dan omite.
3. Kutu Daun Persik
Kutu jenis iniah yang biasanya menyerang tanaman cabe. hama jenis ini
menyerang daun tanaman dengan cara menghisap cairan daun, daun yang
terkena serangan akan nampak bercak-bercak kehitaman, daun akan menjadi
keriting dan kering, lambat laun daun akan mati. Satu ekor dewasa dapat
menghasilkan kira-kira 2-20 anak setiap hari dan bila keadaan baik daur
hidupnya 2 minggu. Selama tidak mengalami gangguan dan makanan cukup
tersedia, kejadian tersebut berlangsung terus menerus sampai populasi
menjadi padat. Nimfa terdiri atas 4 instar. Nimfa-nimfa yang dihasilkan tersebut
pada 7–10 hari kemudian akan menjadi dewasa dan dapat menghasilkan
keturunan lagi. Lama stadium tersebut tergantung pada suhu udara.
Pengendalian hama kutu daun ini dapat dilakukan dengan penyemprotan
insektisida, bila populasi tinggi (ambang batas), yaitu lebih dari 50 setiap
tanaman pada tanaman muda, tanaman pindahan, hampir panen.
Pencegahannya, ketika tanaman masih di persemaian, disemprot dengan
Dieldrin 20% dicampur Copper fungisida, dan setiap 5 kali sehari.
4. Kutu Daun
Hama kutu daun berkembangbiak dengan memperbanyak anaknya,
karena hama tersebut bisa dikatakan parthe-negonesis, sel telur menjadi indivu
individu baru tanpa membuahi. Kutu dewasa dapat melahirkan 50 anakan per
minggu dan seyelah 6-7 hari anakan tersebut tumbuh dan bisa digolongkan
menjadi kutu dewasa. Cara pengendalian hama kutu daun biasanya saya
6.

menyemprotkan insektisida yang sistematik maupun insektisida yang kontak.


Penyemprotan insektisida harus sesuai dosis atau anjuran yang ada dilabel
masing-masing insektisida. Namun kita harus benar-benar memahami siklus
hidup dari kutu diatas yang hanya memerlukan waktu 6-7 hari waktu kutu
dewasa dan anakan. Cara pencegahannya gunakan bibit cabe dari varietas
yang tahan terhadap hama thrips, dan Jaga kebersihan lingkungan tanaman
dengan melakukan penyiangan gulma.
5. Kutu Kebul
Sikluis hidup kutu kebul yaitu nimfa instar 1, nimfa instar 2, nimfa instar 3,
imago keluar dari pupa, imago, dan yang terkahir telur. Pengendaliannya dapat
menggunakan perangkap. Penggunaan perangkap likat dapat dipadukan
dengan pengendalian secara fisik/mekanik dan penggunaan insektisida secara
selektif. Dengan cara tersebut populasi hama dapat ditekan dan kerusakan
yang ditimbulkannya dapat dicapai dalam waktu yang relatif cepat. Pencegahan
hama kutu kebul adalah dengan menggunakan perangkap hama yang bernama
yellow trap. Yellow trap tersebut bisa dipasang di tengah penanaman yang
mudah dilihat oleh ham akutu kebul. Dengan dipasangnya yellow trap tersebut
maka hama kutu kebul akan tertarik untuk hinggap di yellow trap kemudian
tidak bisa kembali lagi karena sudah terjebak di yellow trap tersebut. Yellow
trap tersebut pun bisa dibuat menggunakan botol air mineral bekas yang
dilapisi cat dan perekat. Dengan mengatasi kutu kebul pada tanaman cabe
menggunakan cara ini dinilai lebih efektif dari pada harus menggunakan cara
yang lain yang cukup mahal.
7.

KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Tanaman cabai merah (Capsicum) merupakan bahan makanan atau
rempah makanan bagi sebagian penduduk besar Indonesia.
2. Ada banyak jenis hama pada tanaman cabai antara lain hama lalat buah,
ulat tanah, trhips, kutu kebul, dan kutu daun.
3. Semua hama tersebut dapat dikendalikan dengan metode kultur teknis
hingga dengan insektisida tertentu sesuai dengan jenis hama tersebut.
Daftar Pustaka
Didi Budi Cahyono1 2017, Hasna Ahmad2 Dan A. R Tolangara3 1sma Muhammadiyah
Subaim

Kristina Hayu Herwidyarti, Suskandini Ratih & Dad Resiworo Jekti Sembodo 2013.

Subagyono, K. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Cabai merah Merah Capsicum
annum L. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.

Suwardjono. 2001. Pengaruh beberapa jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan


dan produksi kacang tanah. ISSN: 1411-1934 Vol 2 No. 2 September 2001. UPBJJ-UT
Yogyakarta.

Suryaningsih, E. dan A.W.W. HadisoegandaBalai Penelitian Tanaman Sayuran, Jl.


Tangkuban Parahu 517, Lembang, Bandung 40391Naskah diterima tanggal 24 Januari
2006 dan disetujui untuk diterbitkan tanggal 3 Oktober 2006

Boonratwang, C., C. Chamswarng., W. Intanoo., and W. Juntharasri. 2011. Effects of


secondary metabolites from Trichoderma harzianum on growth inhibition of
Colletotrichum gloesporoides, a causal agent of pepper anthracnose. AgBiotech
Graduate Conference (II): 106-120.

Mohler CL and SE Johnson. 2009. Crop Rotation on Organic Farms: A Planning


Manual. New York :Natural Resource, Agriculture, and Engineering Service (NRAES).
163 p.

Suriarti, S. Dan W.R. Atmadja. 2010. Efikasi Beberapa Macam Insektisida terhadap
Ulat Grayak(Spodoptera litura) . Balitro. Proseding Seminar Nasional VI. PEI

Direktorat Jendral Hortikultura. 2012. Produktivitas Cabai Besar di Indonesia 2008-


2012. http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/ATAPHorti2012/Prodtv- Cb.Besar.pdf.

Agustina, S., Pudji & W., Hexa, A.H. (2014). Analisis Fenetik Kultivar Cabai Besar
Capsicum annum L dan Cabai Kecil Capsicum Frustescens L. Jurnal Biologi 1(1) :
halaman 117-125

Anda mungkin juga menyukai