Anda di halaman 1dari 6

Pengamatan dan Studi Kepustakaan Mengenai Penyakit Tumbuhan yang Disebabkan oleh

Factor Patogen ( Jamur, Bakteri dan Virus)

Oleh : Kelompok 1

1. Firdaustian Aka Heku (1904070022) (Ketua)


2. Herman Arwandi Nomeni (1904070015)
3. Merlin Huberti Manipada (1904070020)
4. Mariani Gowatri Bona Carvalo (1904070026)
5. Abela Patresia Tambila (1904070044)

A. Pendahuluan
Dalam dunia tumbuhan, serangan hama penyakit lazim terjadi, tak terkecuali
pada tanaman budidaya.  Serangan hama dan penyakit pada tanama dapat mengakibatkan
turunnya hasil panen atau bahkan kematian pada tanaman. Tumbuhan tidak selamanya
bisa hidup tanpa gangguan. Terkadang tumbuhan mengalami gangguan dari binatang
atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur) dan bahkan oleh manusia. Hewan dapat
disebut hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Rayap,
kumbang, ulat, belalang, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang
sering menjadi hama tanaman.
Gangguan dan penyakit pada tumbuhan dapat disebabkan oleh banyak hal.
Misalkan penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur. Tidak seperti hama,
penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan
mengganggu proses-proses dalam tubuh tumbuhan hingga mematikan tumbuhan.
Gangguan hama dan penyakit pada tumbuhan dapat dialami oleh berbagai sistem
organ pada tumbuhan. Gangguan ini dapat disebabkan karena kelainan genetis,
serangan hama dan penyakit, atau karena kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Faktor
abiotik (non infektif), misalnya karena defisiensi unsur hara, Keracunan, Kelembaban,
suhu dan sinar matahari yg tdk sesuai serta polusi dan reaksi tanah.
Berikut beberapa gejala penyakit yang ditemukan oleh kelompok kami langsung
dilapangan :
B. Gejala Penyakit
1. Tanaman Sengon

a) Akar Merah

Kayu teras berwarna hampir putih atau coklat muda pucat (seperti daging)
warna kayu gubal umumnya tidak berbeda dengan kayu teras. Teksturnya agak
kasar dan merata dengan arah serat lurus, bergelombang lebar atau berpadu.
Permukaan kayu agak licin atau licin dan agak mengkilap.Kayu yang masih segar
berbau petai, tetapi bau tersebut lambat laun hilang jika kayunya menjadi kering.
b) Species patogennya
Jamur Ganoderma pseudoffereum.
c) Cara Perkembangbiakan dan Daur Hidup
Ganoderma adalah organisme eukariotik yang digolongkan ke dalam
kelompok jamur sejati. Dinding sel Ganoderma terdiri atas kitin, tetapi sel nya
tidak memiliki klorofil. Ganoderma mendapatkan makanan secara heterotrof yaitu
dengan mengambil makanan dari bahan organik di sekitar tempat tumbuhnya.
Bahan organik tersebut yang akan diubah menjadi molekul-molekul sederhana
dan diserap langsung oleh hifa.
Jamur Ganoderma termasuk dalam soil borne fungi (jamur terbawa tanah),
memiliki sifat saprofit dan parasit tumbuhan. Sifat yang dimiliki Jamur
Ganoderma menjadi menarik karena dua peran yang saling bertentangan, yaitu
merugikan namun sekaligus menguntungkan. Sebagai patogen tumbuhan, Jamur
Ganoderma dapat menyebabkan busuk akar dan batang pada tumbuhan tahunan
tropika di perkebunan (kelapa sawit) maupun kehutanan, sehingga menyebabkan
kerugian. Sebagai saprofit,
d. Kisaran Inang
Tumbuhan tahunan tropika di perkebunan maupun kehutanan.
2. Tanaman Jati
a) Mati Pucuk (Die Back)
Tinggi 30 – 45 m. Batang bebas cabang 15 – 20 cm. Diameter batang 220
cm. Kulit kayu kasar, berwarna kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas.
Percabangan jauh dari batang utama. Pangkal batang berakar papan pendek. Tata
daun berbentuk opposite dengan bentuk daun besar membulat seperti jantung,
berukuran panjang 20-50 cm dan tebal 15-40 cm. Ujung daun meruncing, pangkal
daun tumpul dan tepi daun bergelombang. Permukaan atas daun kasar sedangkan
permukaan bawah daun berbulu. Pertulangan daun menyirip. Tangkai daun
pendek dan mudah patah serta tidak memiliki daun penumpu (Stipule). Tajuk
tidak beraturan. Daun muda (Petiola) berwarna hijau kecoklatn, sedangkan daun
tua berwarna hijau tua keabu abuan.
b) Species patogennya
Jamur Phoma sp.
c) Cara Perkembangbiakan dan Daur Hidup
Gejalanya yaitu pucuk utama tanaman jati (terutama pada musim
penghujan) kadangkala gagal untuk tumbuh dan bersemi. Pada pucuk tersebut
lapisan jamur berwarna hitam disertai kerusakan fisik akibat serangga bertipe alat
mulut penggeek pengisap. Jaringan pucuk yang diserang serangga ini menjadi
kering, rapuh dan busuk (terlihat pada musim kemarau). Pucuk tanaman jati yang
lain dari tanaman yang diserang tetap dapat bersemi dan berkembang secara
normal, namun pertumbuhan tanaman jati tersebut tidak lurus. Akibat serangan
mati pucuk, pertambahan tanaman menjadi tidak lurus dan kualitas
pertumbuhannya pun menurun.
d. Kisaran Inang
Tumbuhan tahunan tropika di perkebunan maupun kehutanan.
3. Tanaman Ampupu
a) Tumor Batang
b) Species patogennya
Nectria sp. dan  Cytospora sp.
c) Cara Perkembangbiakan dan Daur Hidup
Gejala serangan penyakit tumor batang berupa luka atau kematian
(nekrotik) pada kulit batang yang terjadi secara lokal. Jaringan yang masih hidup
yang terdapat di pinggir kanker akan menebal sehingga seakan-akan bagian yang
sakit tenggelam dan terletak lebih rendah daripada bagian di sekelilingnya, gejala
serangan lebih lanjut adalah terjadinya pembengkakan batang sehingga kulit
batang pecah-pecah arah membujur. Demikian pula bagian kambiumnya dan
bagian kayunya ikut pecah. Tumor batang sering berasal dari luka pada kulit
batang atau mulai pada bekas patahan cabang yang mati yang kemudian menyebar
kesekelilingnya. Pohon dapat hidup terus dan menahan meluasnya kanker dengan
jalan membentuk kalus di sekitar kanker. Tetapi bila kanker berkembang lebih
cepat dari pada pembentukan jaringan pertahanan, maka tidak akan ada kalus yang
terbentuk hingga kanker akna meluas dengan cepat dan menyerang kalus yang
baru terbentuk.
d. Kisaran Inang
Memiliki kisaran inang yang luas dapat menyerang Tumbuhan tahunan
tropika di perkebunan maupun kehutanan.
3. Tanaman Ampupu
a) Tumor Batang
b) Species patogennya
Nectria sp. dan  Cytospora sp.
c) Cara Perkembangbiakan dan Daur Hidup
Gejala serangan penyakit tumor batang berupa luka atau kematian
(nekrotik) pada kulit batang yang terjadi secara lokal. Jaringan yang masih hidup
yang terdapat di pinggir kanker akan menebal sehingga seakan-akan bagian yang
sakit tenggelam dan terletak lebih rendah daripada bagian di sekelilingnya, gejala
serangan lebih lanjut adalah terjadinya pembengkakan batang sehingga kulit
batang pecah-pecah arah membujur. Demikian pula bagian kambiumnya dan
bagian kayunya ikut pecah. Tumor batang sering berasal dari luka pada kulit
batang atau mulai pada bekas patahan cabang yang mati yang kemudian
menyebar kesekelilingnya. Pohon dapat hidup terus dan menahan meluasnya
kanker dengan jalan membentuk kalus di sekitar kanker. Tetapi bila kanker
berkembang lebih cepat dari pada pembentukan jaringan pertahanan, maka tidak
akan ada kalus yang terbentuk hingga kanker akna meluas dengan cepat dan
menyerang kalus yang baru terbentuk.
d. Kisaran Inang
Seperti yang lainnya pathogen ini memiliki kisaran inang yang luas dapat
menyerang Tumbuhan tahunan tropika di perkebunan maupun kehutanan.

C. Penutup
Kesimpulan : Tumbuhan yang terinveksi pathogen : jamur, virus dan bakteri rentan
terhadap penyakit yang berakibat pada proses pertumbuhan yang terhambat atau
terganggu atau bahkan sampai pada titik dimana suatu tanaman mati.
Saran : Untuk mencegah tanaman kita terkena gejala-gejala penyakit sebaiknya kita
secara rutin mengidentifikasinya keadaan tanaman dengan teliti dan apa bila sudah
teridentifikasi maka sebaiknya kita harus cepat mencari tau cara untuk mengatasi atau
mengendalikan gejala penyakit tersebut.
D. Daftar Pustaka
Marthen, M., Kaya, E., & Rehatta, H. (2018). Pengaruh perlakuan pencelupan dan perendaman
terhadap perkecambahan benih sengon (Paraserianthes falcataria
L.). Agrologia, 2(1).Sastrahidayat, I. R. (2011). Fitopatologi: Ilmu Penyakit Tumbuhan.

Linda, K. P. D. M. R. Struktur Anatomi Batang Langsat (Lansium domesticum Corr.) yang


Terserang Penyakit Kanker Batang. Protobiont, 4(1).

Hariadi, S. S. (2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam pengendalian


hama dan penyakit tumbuhan melalui analisis jalur. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia
(Indonesian, Journal of Plant Protection), 12(2006).

Rahmawati, R., Nugroho, Y., & Prihatiningtyas, E. (2020). IDENTIFIKASI KESEHATAN


TANAMAN JATI (Tectona grandisLinn. f) DI KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN
SELATAN. Jurnal Sylva Scienteae, 2(5), 949-956.

NASRUN, N., Laing, K. P., CHRISTANTI, C., ARWIYANTO, T., & MARISKA, I. (2007).
Karakteristik fisiologis Ralstonia solanacearum penyebab penyakit layu bakteri nilam.

Anda mungkin juga menyukai