Anda di halaman 1dari 19

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bakteri Corynebacterium sp.


Menurut Agrios (1997) bakteri corynebacterium sp. dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Procaryotae (Bacteria)
Divisio : Firmicutes
Class : Thallobacteria
Ordo : Actinomycetales
Family : Streptomytaceae
Genus : Claviabcter
Species : Clavibacter (Corynebacterium sp.) (Anonim, 2011)
Bakteri Corynebacterium sp. merupakan bakteri antagonis yang secara
morfologi dapat dikenal dari bentuk elevasi cembung dengan warna coklat
susu keruh. Bakteri Corynebacterium sp. dapat digunakan untuk
mengendalikan beberapa jenis penyakit baik pada tanaman pangan maupun
hortikultura (Retnowati et al. 2007).
Cara kerja dari bakteri antogonis Corynebacterium sp. adalah bersaing
hidup dengan Bacterial leaf blight/Leaf streak/Blast. Semakin banyak bakteri
Corynebacterium sp. yang hidup dengan angka titer/ kepadatan populasi
1000.000 per ml, akan mengalahkan perkembangbiakan Bacterial leaf blight /
Leaf steak/ Blast terhambat perkembangan hidupnya, sehingga tanaman padi
selamat dari infeksi bakteri tersebut, penyebaran penyakit dapat ditekan
(Mujahidin, 2010).
Bakteri antagonis adalah jasad renik (mikro organisme) yang
mengintervensi kegiatan patogen (penyebab penyakit) pada tumbuhan. Pada
dasarnya terdapat 3 mekanisme antagonis yaitu :
1. Hiperparasitisme : terjadi apabila organisme antagonis memparasit
orgnanisme parasit (patogen tumbuhan).
2. Kompetisi ruang dan hara : terjadi persaingan dalam mendapatkan ruang
hidup dan hara, seperti karbohidrat, nitrogen, ZPT dan vitamin.
3. Antibiosis : terjadi penghambatan atau penghancuran suatu organisme oleh
senyawa metabolik yang diproduksi oleh organisme lain (Zainal, 2011).

B. Penyakit Sasaran
1. Penyakit Hawar Daun Bakteri
Bakteri Xnthoomonas oryzae pv oryzae penyebab penyakit hawar
daun bakteri dapat menginfeksi tanaman padi dari mulai pembibitan
sampai panen. Ada dua macam gejala penyakit Hawar Daun Bakteri
(HBD) yaitu gejala yang terjadi pada tanaman muda berumur kurang dari
30 hari setelah tanam disebut kresek, sedangkan gejala yang timbul pada
tanaman mencapai stadia anakan sampai pemasakan disebut hawar
(blight). Kresek merupakan gejala yang paling merusak dari penyakit
HBD, sementara gejala yang paling umum dijumpai adalah gejala hawar
(Kadir et al., 2011).
Gejala penyakit HBD pada tanaman di persemaian, biasanya
dicirikan oleh warna menguning pada tepi daun yang tidak mudah diamati.
Gejala yang ditemukan pada fase pertumbuhan anakan sampai fase
pemasakan adalah gejala hawar (water soaked) sampai berupa garis
kekuningan pada daun bendera. Gejala mulai tampak pada ujung daun
kemudian bertambah lebar, sampai menyebabkan pinggir daun berombak.
Selain itu ditemukan juga eksudat bakteri berwarna susu atau berupa tetes
embun pada daun muda di pagi hari. Pada stadia perkembangan gejala
penyakit lebih lanjut, luka berubah warna menjadi warna menjadi kuning
memutih. Selanjutnya pada daun yang terinteksi parah, warna daun
cenderung menjadi abu-abu disertai dengan muncul jamur saprofi. (Kadir
et al., 2011).
Menurut Thurston (1978) dalam Mew et al. (1989), suatu penyakit
digolongkan berbahaya jika dapat berkembang dengan cepat,
mengakibatkan kehilangan hasil yang serius, dan sulit dikendalikan.
Hawar Daun Bakteri (HBD) termasuk lima besar penyakit yang berbahaya
baik di daerah tropik maupun subtropik. Hawar Daun Bakteri (HBD)
berbahaya tidak hanya karena potensi epidemiknya, tetapi juga karena
patogennya dapat ditularkan melalui biji dan dapat bertahan hidup dalam
biji selama semusim, bahkan di India sampai 11 bulan (Singh et al. 1983
dalam Mew et al. 1989). Kaku (1988) dan Xie et al. (1999a)
menggolongkan HBD sebagai penyakit penting tanaman padi di daerah
tropik dan subtropik Asia. Di Indonesia, HBD juga merupakan salah satu
penyakit terpenting tanaman padi, terutama pada tanaman padi sawah
(Kadir et al., 2011).
Menurut Singh (1998), sistematika dari bakteri Xanthomonas
campestris pv oryzae adalah sebagai berikut “
Kingdom : Bacteria
Divisio : Gracilicutes
Class : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Xanthomonas
Species : Xanthomonas campestris pv oryzae (Banjarnahor, 2010)
Xanthomonas campestris pv oryzae (Xanthomonas oryzae
(Ishiyama) Dowson : Xanthomonas kresek Schure ; Bacterium oryzae
(Ishiyama) Elliot) adalah penyebab penyakit hawar daun bakteri (Bacterial
leaf blight) pada tanaman padi. Patogen ini berukuran 0,5 – 0,8 x 1,3 – 2,2
𝜇m yang pada medium NA koloninya tampak berbentuk bundar berwarna
kuning kecoklatan (Banjarnahor, 2010).
2. Penyakit Bacterial Red Stripe
Gejala penyakit ini muncul terutama pada bagian daun dan kadang-
kadang pada bagian atas pelepah daun pada fase pembungaan. Gejala awal
dapat diamati pada tingkat anakan maksimum pada bagian bawah rumpun.
Pada fase pembuangan, gejala penyakit ini terjadi pada daun bendera, daun
kedua, dan daun ketiga dari atas (Rusmanto, 1990).
Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan (1989), gejala
awal ditandai oleh timbulnya bercak yang berbentuk bulat atau bulat telur
berwarna merah kekuningan atau merah coklat kekuningan. Setelah
mencapai diamter 3 – 5 mm bercak tersebut berkembang memanjang ke
arah ujung daun dan kadang-kadang ke arah pangkal daun hingga
berbentuk garis yang warna serta lebarnya sama dengan gejala awal. Daun
tampak bergaris merah dan mengering. Masa pembungaan menjadi tidak
serempak sehingga proses pematangan bulir tidak serempak. Pada
umumnya serangan berat dapat diamati pada saat satu minggu sampai
sepuluh hari setelah masa pembungaan (Rusmanto, 1990).
Kaku (2007) menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium sp. Gejala awal penyakit berkembang berbentuk
bercak sebesar jarum dan pinggirnya memanjang dari bercak mengarah
keatas. Pengamatan secara histologi menunjukkan bahwa bercak bentuk
jarum ditemukan setelah 3 hari inokulasi, bakteri masuk melalui stomata
berkembang biak pada ruang intercellulair jaringan parenchim substomata.
Gejala bercak berwarna orange muncul setelah 8 hari inokulasi, masa
bakteri ditemukan pada jaringan transversal dan longitudinal (Kadir et al.,
2011).
3. Penyakit Blast
Penyakti Blast disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae. Pada
tanaman yang terserang terjadi busuk daun yang dimulai dengan adanya
bercak berbentuk belah ketupat, kemudian bercak meluas menuruti urat
tulang daun. Kadang-kadang beberapa bercak bergabung menjadi satu,
tanaman tampak seperti terbakar. Terjadi pembusukan gelang buku pada
tanaman padi yang telah keluar malai. Buku yang terserang berwarna
coklat, mengkerut, mudah patah. Malai padi tidak berisi penuh bahkan
hampa. Terjadi busuk leher (neck rot), pangkal batang tanaman secara
keseluruhan mengkerut, berwarna coklat kehitaman, mudah rebah. Malai
padi pada tingkat serangan ini hampa. Pengendalian diarahkan pada tehnis
penanaman yang lebih baik, menghindari pemakaian pupuk Nitrogen yang
berlebihan, tanam varietas yang tahan, dan membakar sisa tanaman yang
terserang (Anonim, 2011).
4. Penyakit Bercak Daun Coklat (Cercospora spp)
Penyakit Cercospora spp atau yang dikenal penyakit bercak coklat
sempit pada tanaman padi. Gejala yang mudah dikenali dari penyakit
bercak coklat sempit ini adalah pada daun dan pelepah terdapat bercak
pendek sempit seperti garis-garis berwarna coklat. Pada varietas yang
tahan bercak berukuran 0,1 – 1 cm x 0,1 cm berwarna coklat gelap. Pada
varietas yang rentan bercak akan tumbuh lebih besar dan berwarna coklat
terang. Sumbu panjang dari tiap bercak paralel dengan tulang daun
(Anonim, 2011).
5. Penyakit Layu Pada Tanaman Sayuran
Gejala pada tomat. Daun termuda adalah yang pertama akan
terpengaruh dan memiliki penampilan lembek, biasanya di waktu paling
hangat hari. Layu tanaman keseluruhan mungkin mengikuti cepat jika
lingkungan kondisi yang menguntungkan bagi patogen. Dalam kondisi
yang kurang menguntungkan, penyakit kurang berkembang pesat,
pengerdilan mungkin terjadi dan sejumlah besar akar adventif adalah
dihasilkan pada batang. Jaringan vaskular batang menunjukkan perubahan
warna coklat dan, jika batang dipotong melintang, tetes cairan kekuningan
bakteri atau putih mungkin terlihat (Anonim, 2011).
Klasifikasi bakteri Ralstonia solanacearum penyakit layu pada
kentang menurut E.F Smit dalam Buchman dan Gibbions (1974), Yabuuch
et al. (1995) adalah :
Kingdom : Prokariotik
Divisio : Gracilicutes
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Ralstonia
Spesies : Ralstonia solanacearum (Anaf, 2009)
6. Penyakit Akar Gada Pada Kubis
Tingkat produksi tanaman kubis-kubisan sering kali dipengaruhi
oleh serangan patogen Plasmodiophora brassicae yang menyebabkan
bengkak pada akar. Pembengkakan pada jaringan akar dapat menganggu
fungsi akar seperti translokasi zat hara dan air dari dalam tanah ke daun.
Keadaan ini mengakibatkan tanaman layu, kerdil, kering dan akhirnya
mati (Karling, 1968), jika tanah sudah terinfestasi oleh P. brassicae maka
patogen tersebut akan selalu menjadi faktor pembatas dalam budidaya
tanaman famili Brassicaceae karena patogen ini mempunyai daya tahan
yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dalam tanah (Cicu, 2006).
Gejala infeksi yang tampak di atas permukaan tanah adalah daun-
daun tanaman layu jika hari panas dan kering, kemudian puluh kembali
pada malam hari, serta kelihatan normal dan segar pada pagi hari. Jika
penyakit berkembang terus, daun-daun menjadi kuning, tanaman kerdil
dan mungkin mati atau hidup merana (Karling, 1968). Pembengkakan akar
merupakan ciri khas penyakit akar gada. Bentuk dan letaknya bergantung
pada spesies inang dan tingkat infeksi. Akar yang membengkak akan
makin besar dan biasanya hancur sebelum akhir musim tanam karena
serangan bakteri dan cendawan lain (Agrios, 1997), apabila infeksi terjadi
pada akhir musim tanam, ukuran gada biasanya kecil dan tanaman dapat
bertahan hidup (Cicu, 2006).
7. Penyakit Layu Pada Pisang (Ralstonia solanacearum)
Klasifikasi bakteri Ralstonia solanacearum penyakit layu pada
pisang menurut E.F. Smith dalam Buchman dan Gibbions (1974) Yabuuch
et al. (1995) adalah :
Kingdom : Prokariotik
Divisio : Gracilicutes
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Ralstonia
Spesies : Ralstonia solanacearum (Anaf, 2009)
Ralstonia solanacearum adalah bakteri aerobik, berbentuk batang,
berukuran (0,5 – 1,0 x 1,5 – 2,5) 𝜇m, gram negatif, bergerak dengan satu
flagel yang terletak diujung sel. Umumnya isolat yang virulen memiliki
flagella sedangkan isolat non virulen flagelnya panjang (Goto, 1992).
Bakteri ini diketahui mempunyai banyak ras yang berbeda virulensinya.
Ras 1 menyerang terung-terungan dan tanaman lain, seperti tomat,
tembakau, dan kacang tanah. Ras 2 menyerang pisang dan Heliconia. Ras
3 khususnya menyerang tanaman kentang (Semangun, 1996). Bakteri ini
mampu menghidrolisa gelatin dan twin 80, mampu mereduksi nitrat, dapat
menghasilkan asam sukrosa, arginin, dehidrolase negatof, jumlah guanin,
dan sitosin dalam DNA 66-69%. Mengandung poly B-hidroksibutirat.
Beberapa strain dapat menghasilkan gas dan nitrat (Anaf, 2009).
Gejala awal adalah tanaman mulai layu. Kemudian menjalar ke
daun bagian bawah. Gejala yang lebih lanjut : seluruh tanaman layu, daun
menguning sampai coklat kehitam-hitaman, dan akhirnya tanaman mati.
Serangan pada umbi menimbulkan gejala dari luar tampak bercak-bercak
kehitam-hitaman, terdapat lelehan putih keruh (massa bakteri) yang keluar
dari mata tunas atau ujung stolon (Anaf, 2009).

C. Cara Perbanyak
Bahan dan alat yang digunakan untuk perbanyakan bakteri
Corynebacterium sp. yaitu isolat dan media EKG yang telah disiapkan. Kalii
permanganas (KMnO4) sebagai fermentor, aerator, glass wall, selang kecil dan
botol plastik (Retnowati et al., 2007).
Cara pembiakan/ memperbanyak bakteri corine (Corynebacterium sp.)
tentunya kita harus membuat ekstrak kentang sebagai media utama pembiakan
tersebut. Ini adalah cara pembuatan ekstrak kentang untuk pembiakan bakteri
corine (Corynebacterium sp.).
Alat dan bahan yang digunakan dalam perbaikan bakteri
Corynebacterium sp. adalah :
1. Air bersih 20 liter
2. Kentang 6 Kg
3. Gula pasir 0,5 kg
4. Kompor
5. Panci besar
6. Pisau
Cara Pembuatan :
1. Kupas kentang
2. Cuci sampai bersih
3. Potong-potong sampai ukuran kira-kira 1 cm3
4. Rebus sampai kentang benar-benar lunak
5. Ambil kentang yang beada dalam panci
6. Biarkan dingin, setelah dingin campurkan dan larutkan gula pasir 0,5 kg
kedalam ekstrak kentang tadi.
7. Ekstrak kentang untuk pembiakan bakteri corine (bakteri Corynebacterium
sp.) telah jadi namun sebaiknya saring dahulu sebelum digunakan
(Anonim, 2011).
Setelah media dingin masukkan stater/ isolate/ biang bakteri
Corynebacterium sp. Perbandingan larutan EKG (Ekstrak Kentang Gula)
dengan isolat Corynebacterium sp. adalah 5 liter EKG dengan 1 tabung reaksi
(test tube) isolate Corynebacterium sp. (Retnowati et al., 2007).
Cara pembiakan bakteri corine (Corynebacterium sp.) :
Alat dan Bahan :
 3 buah toples yang ada tutupnya
 2 meter selang akuarium
 Galon air mineral
 Air bersih secukupnya
 Ekstrak kentang
 Glasswoll PK (obat kulit)
 Air pump (untuk akuarium)
 Isolat bakteri corine (Corynebacterium sp.)

Gambar 1. Skema Rangkaian Perbanyakan Bakteri Corynebacterium sp.


Cara pembuatan :
1. Pasang alat-alat secara berurutan dan hubungkan dengan selang mulai
dari Air pump, toples, galon air mineral dan toples. Cara pemasangan
selang yang benar adalah selang harus menempel rapat di toples
maupun galon. Jangan sampai ada lubang udara. Selang masuk udara
harus menyentuh dasar toples sedangkan selang buangan udara hanya
sedikit saja masuk kedalam toples. Selang jangan sampai terhimpit dan
rapat ataupun tersumbat. Agar sambungan selang dengan toples rapat
digunakan lem baker yang diteteskan pada sambungan tersebut.
2. Isi toples pertama dengan larutan Kalii Permanganas (PK) kira-kira ¾
tinggi toples (1 ujung sendok the PK larutkan dalam satu liter air).
3. Isi toples kedua dengan glasswoll
4. Isi galon air mineral dengan ekstrak kentang dan isolat bakteri corine
(Corynebacterium sp.)
5. Isi toples terakhir dengan air bersih
6. Tutup rapat toples-toples tersebut hingga tidak tembus udara jika perlu
rapatkan dengan lakban ataupu isolasi.
7. Hubungkan air pump dengan stop kontak.
8. Biarkan beberapa saat sampai ujung selang pada toples yang berisi air
bersih keluar gelembungnya. Jika ujung selang tersebut belum
bergelumbung udara berarti masih ada sambungan yang bocor.
9. Perbaiki lagi sambungan (Instalasi) sampai benar-benar rapat (Kunci
utama keberhasilan pembuatan bakteri corine (Corynebacterium sp.)
ini ada pada cara instalasi.
10. Jika sudah benar sambungan biarkan proses pembiakan terjadi selama
20 hari (Anonim, 2011).
Inkubasi merupakan suatu teknik perlakukan bagi mikroorganisme
yang telah diinokulasikan pada media (padat atau cair), kemudian di
simpan pada suhu tertentu untuk dapat melihat pertumbuhannya. Bila suhu
inkubasi tidak sesuai dengan yang diperlukan, biasanya mikroorganisme
tidak dapat tumbuh dengan baik. Media inkubasi digolongkan menjadi 2
jenis:
1. Pada lemari biasa atau suhu kamar
2. Pada incubator yang suhunya dapat ditentukan (Renata, 2009)
Perbanyakan bakteri agens antagonis Corynebacterium sp. dengan
rangkaian/ proses tersebut diinkubasi selama 14 hari telah memenuhi
standart mutu 108 Cfu untuk siap digunakan (Retnowati et al., 2007).

D. Cara Aplikasi
Cara aplikasi Corynebacterium sp. sebagai berikut :
1. Siapkan larutan semprot dengan mencampurkan 5 ml larutan
Corynebacterium yang sudha jadi kedalam 1 liter air.
2. Siapkan larutan perekat dengan mencampurkan 1 ml kedalam 100 ml air
bersih, kemudian campurkan kedalam larutan 1 liter diatas.
3. Saring dan masukkan larutan kedalam tangki semprot, kemudian
tambahkan 15-16 liter air.
4. Semprotkan pada persemaian dan tertanaman umur 14, 28 dan 42 hst.
5. Lebih baik apabila dilakukan perendahan benih yang siap semai selama 15
menit.
6. Konsentrasi 5 ml/ liter, dengan dosis 2,5 liter formulasi bakteri
Corynebacterium sp. per ha dengan volume semprot antara 500-600 liter,
kepadatan popukasi bakteri minimal 106 Cfu/cc.
7. Waktu aplikasi pada sore hari, mulai pukul 15.00 WIB, hindari aplikasi
siang hari untuk mencegah pengaruh sinar matahari (Anonim, 2011).
Cara aplikasi Corynebacterium sp. pada benih yaitu dengan melakukan
perendaman benih/ bonggol sebelum tanam selama + 15 menit. Penyemprotan
pada tanaman khusus pada penyakit padi (kresek/HBD) dilakukan
penyemprotan pada umur 14,28 dan 42 hst. Aplikasi Corynebacterium sp.
dapat dicampur dengan perekat yang membuat sendiri (kaji/aci) atau perekat
yang telah tersedia di kios-kioas. Dosis yang digunakan untuk pengendalian
penyakit yaitu 5 cc/ 1 liter air dengan larutan semprot sebanyak 500-600 liter/
Ha. Aplikasi dilakukan pada sore hari mulai pukul 15.00 WIB, hindari aplikasi
pada saat terik matahari untuk mencegah rusaknya bakteri. (Retnowati et al.,
2007).
III. TATA LAKSANA PELAKSANAAN

A. Tempat Dan Waktu Pelaksanaan


1. Tempat Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan magang dilaksanakan di Laboratorium Balai Proteksi
Tanaman Pertanian (BPTP), Wijirejo, Pandak, Bantul.
2. Waktu Pelaksanaan Magang
Magang ini dilaksanakan pada 17 Februari 2011 sampai dengan 17
Maret 2011.

B. Cara Pelaksanaan
Adapun metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang ini yaitu :
1. Wawancara
Melakukan kegiatan tanya jawab secara langsung yang
berhubungan dengan kegiatan yang dipelajari kepada pembimbing
lapangan atau pihak yang terkait.
2. Observasi
Pengumpulan data baik data primer maupun sekunder dengan
pengamatan secara langsung di tempat kegiatan. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk melengkapi data yang sudah diperoleh untuk digunakan
sebagai pelengkap atau lampiran dalam penyusunan laporan.
3. Praktek Langsung
Melakukan praktek secara langsung di lapangan perbanyakan
bakteri Corynebacterium sp. dan cara aplikasinya, mulai dari persiapan
bahan, pembuatan media, perbanyakan dan aplikasinya. Selain itu juga
mengikuti kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Balai Proteksi
Tanaman Pertanian (BPTP), Wijirejo, Pandak, Bantul sehingga mahasiswa
dapat mengetahui secara langsung kegiatan yang dilaksanakan dalam
perusahaan.
4. Studi Pustaka
Mencari referensi sebagai data pelengkap dan pembanding serta
konsep dalam alternatif pemecahan masalah mengenai perbanyakan
bakteri Corynebacterium sp. dan cara aplikasinya. Data tersebut berupa
buku, arsip, jurnal, download internet, dan lain sebagainya yang bersifat
informatif dan relevan.

C. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh ada 2 yaitu sebagai berikut :
1. Sumber Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan
wawancara atau interview dengan pemilik atau karyawan yang bekerja di
perusahaan tersebut dan melakukan observasi lapangan.
2. Sumber Data Sekunder
Data yang diperoleh dengan mencari referensi di luar data primer
seperti buku literatur, internet, brosur dan lainnya guna melengkapi atau
membandingkan dengan data primer.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Instansi


1. Identitas Intansi
a. Nama instansi : Laboratorium Balai Proteksi Tanaman Pertanian
b. Pemilik :
c. Alamat :
1) Kantor pusat :
Telepon :
2) Laboratorium :
Telepon :
2. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi akselerator mewujudkan pertanian tangguh, mandiri,
komersial dan berdaya saing berbasis potensi sumberdaya dan budaya
lokal serta berkelanjutan.
b. Misi
1) Meningkatkan profesionalisme aparatur Dinas Pertanian;
2) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petani;
3) Mendorong peningkatkan produksi, kualitas, dan nilai tambah
produk pertanian melalui peningkatan ketersediaan dan optimasi
pemanfaatan sarana/prasarana pertanian daerah, teknologi yang
spesifik dan ramah lingkungan.
3. Tugas dan Fungsi Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP)
Secara garis besar BPTP Yogyakarta berfungsi sebagai tempat
proyek pengamatan dan peramalan hama dan penyakit tanaman pangan,
yang mempunyai wilayah kerjanya berada di …………………….. yaitu
………………………………
Balai Proteksi Tanaman Pertanian (BPTP) Yogyakarta yang
berfungsi sebagaimana telah disebutkan diatas mempunayi tugas-tugas
sebagai berikut :
a. Melaksanakan pengamatan dan peramalan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) pangan.
b. Mengumpulkan dan menganalisis data pengamatan yang dilakukan
oleh petugas Pengamatan Hama dan Penyakit (PHP) yang meliputi :
1) Pengamatan populasi OPT dengan Light Trap (lampu Perangkap),
jaring serangga dan pengamatan langsung pada tanaman sampel.
2) Pengamatan intensitas serangga hama dan patogen pada petak
sampel.
3) Melakukan pengamatan khusus untuk mencari serangan khusus
hama dan penyakit serta mengevaluasi terhadap keadaan hama dan
penyakit pada umumnya.
4) Mengevaluasi kehilangan hasil tanaman untuk menduga hasil yang
hilang akibat serangan hama dan penyakit.
5) Mengikuti pertemuan dan latihan yang dilaksanakn oleh BPTP.
6) Menganalisis hasil pengambatan dan pembuatan laporan
peningkatan bahaya serta menyebar luaskan hasil pengamatan.
c. Mendiagnosis timbulnya penyakit.
d. Menentukan ambang ekonomi OPT secara lokal spesifik
e. Menyelenggarakan pertemuan PHP dan Sekolah Lapang Pengelolaan
Hama Terpadu (SLPHT) secara berkala.
f. Merencanakan pengamatan dan pengambilan contoh OPT.
g. Mengembangkan teknik pengendalian hama dan penyakit.
h. Menyelenggarakan percobaan-percobaan untuk pengendalian OPT.
i. Menentapkan/menyelenggarakan kajian tentang OPT yang sedang
menjadi masalah di wilayah kerja laboratorium.
j. Melakukan diagnosis, identifikasi jenis-jenis OPT, dan strategi
penanggulangan dan pengelolaannya.
k. Menampung dan menganalisis semua data dari PHO serta membuat
laporan sekaligus mempresentasikannya.
l. Melaksanakan pengawasan peredaran, penyimpangan dan penggunaan
pestisida serta mengurangi dampak negatif terhadap manusia dan
lingkungan.
m. Menantau terjadinya resistensi hama terhadap manusia dan
lingkungan.
n. Rekapitulasi kasus-kasus yang berhubungan dengan pestisida.

B. Pembahasan
Bakteri Corynebacterium sp. merupakan bakteri antagonis yang secara
morfologi dapat dikenal dari bentuk elevasi cembung dengan warna coklat
susu keruh. Bakteri Corynebacterium sp. dapat digunakan untuk
mengendalikan beberapa jenis penyakit baik pada tanaman pangan maupun
hortikultura.
Seperti sudah diketahui, Corynebacterium sp. dapat mengendalikan
beberapa jenis penyakit baik tanaman pangan maupun tanaman hortikultura.
Penyakit tanaman pangan antara lain: Hawar Daun Bakteri (HBD)/ kresek,
Bacterial Red Stripe (BRS), Blast dan Cercospora oryzae, sedangkan tanaman
hortikultura yaitu penyakit layu pada sayuran (cabai dan tomat), penyakit akar
gada pada kubis, penyakit layu pada pisang.
Dalam perbanyakan Corynebacterium sp. tidak terlalu sulit. Karena
menggunakan bahan dan alat-alat yang mudah didapatkan dan tersedia
dimana-mana. Setiap individu dapat memperbanyak Corynebacterium sp. ini
dengan mempelajari tehnik perbanyakan Corynebacterium sp. Untuk
memperbanyak Corynebacterium sp. ada beberapa tahap, yaitu pembuatan
media cair EKG (Ekstrak Kentang Gula) dan proses fermentasi. Setelah
perbanyakan Corynebacterium sp. selesai, bakteri Corynebacterium sp. siap
digunakan dengan tepat.
1. Pembuatan media Ekstrak Kentang Gulan (EKG)
Dalam pembuatan media cair EKG (Ekstrak Kentang Gula),
diperlukan bahan dan alat-alat. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat
media cair EKG antara lain kentang, gula pasir, dan air. Sedangkan alat-
alat yang digunakan untuk membuat media cair yaitu panci, kompor,
saringan dan pisau.
Untuk pembuatan media cair EKG 1 liter, dibutuhkan 300 gram
kentang dan 15 gram gula pasir. Kentang yang digunakan bermutu baik
dan harus sehat tidak ada cacat fisik. Mula-mula kentang ditimbang sesuai
kebutuhan seperti lampiran 2, lalu dikupas sampai kulit bersih, kemudian
dicuci dan dipotong dadu. Siapkan panci yang berisi 1 liter air. Masukkan
kentang ke dalam panci yang berisi air. Setelah mendidih, masukkan gula
pasir dan diaduk-aduk seperti lampiran 3. Masak sampai kentang menjadi
empuk.
Setelah kentang menjadi empuk, saring air rebusan kentang. Ambil
airnya saja, kentang dibuang. Kemudian dinginkan ekstrak kentang plus
gula tersebut. Media cair EKG siap digunakan setelah dingin.
2. Proses Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu
bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas
yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan
anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal (Anonim, 2011).
Perbanyakan Corynebacterium sp. menggunakan proses fermentasi
sederhana. Dengan menggunakan rangkaian aertor, kalii permanganas
(KmnO4) yang digunakan berbentuk butiran berwarna ungu sperti
lampiran 1. Butiran KmnO4 dilarutkan air dengan perbandingan 1 gram/
liter air. Rangkaian fermentasi tersebut dihubungkan dengan menggunakan
selang untuk mentransfer udara ke setiap bagian, rangkaian seperti gambar
1. Aerator berfungsi sebagai pemompa udara ke rangkaian fermentasi,
yaitu ke cairan KMnO4. Cairan KMnO4 sebagai fermentor. Setelah udara
keluar dari cairan KMnO4, masuk ke dalam botol/jerigen yang berisi glass
wall. Glass wall berfungsi sebagai penyaring udara apabila ada cairan
KMnO4 yang ikut keluar dari botol KMnO4. Udara hasil fermentasi
KMnO4 dan penyaringan dari glass wall kemudian masuk ke dalam botol
yang berisi media EKG (Ekstrak Kentang Gula) yang sudah di inokulasi
dengan bakteri Corynebacterium sp. Di rangkaian terakhir ada botol yang
berisi air sebagai kontrol.
Sebelum botol yang berisi media cair EKG (Ekstrak Kentang Gula)
dipasang dalam rangkaian fermetnasi, media cair EKG diinokulasi dengan
stater bakteri Corynebacterium sp. seperti lampiran 4. Penanaman bakteri
atau biasa disebut jgua inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri
dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian
yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi)
terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya
dengan medium agar tetap steril. Hal ini agar menghindari terjadinya
kontaminasi (Dwijoseputro, 1994). Inokulasi stater/ isolat bakteri
Corynebacterium sp. ke dalam EKG dilakukan di ruangan sterilm yaitu di
dalam LAF (Laminar Air Flow). Dalam 2 liter EKG diberi 1 tabung reaksi
(test tube) stater/ isolat bakteri Corynebacterium sp.. Cara menginokulasi
bakteri Corynebacterium sp. ke dalam EKG adalah dengan memberikan
air steril ke dalam tabung rekasi yang berisi bakteri Corynebacterium sp.,
kemudian di gojog berlahan sampai bakteri dalam tabung reaksi larut
dalam air steril. Setelah itu air steril yang berisi larutan bakteri
Corynebacterium sp. masukan ke dalam botol yang berisi EKG (Ekstrak
Kentang Gula), seperti lampiran 5 pada lampiran. EKG yang sudah
diinokulasi bakteri Corynebacterium sp. siap di rangkai dalam rangkaian
fermentasi.
Perbanyak bakteri Corynebacterium sp. dengan rangkaian/ proses
seperti diatas tersebut diinkubasi selama 14 hari telah memenuhi standard
mutu untuk siap digunakan. Inkubasi merupakan suatu teknik perlakuan
bagi mikroorganisme yang telah diinokulasikan pada media (padat atau
cair), kemudian disimpan pada suhu tertentu untuk dapat melihat
pertumbuhannya. Bila suhu inkubasi tidak sesuai dengan yang diperlukan,
biasanya mikroorganisme tidak dapat tumbuh dengan baik (Anonim,
2011).
Bakteri Corynebacterium sp. yang diinkubasi setelah 14 hari siap
dipanen. Bakteri yang baru dipanen dari proses fermentasi didiamkan
beberapa saat agar tidak mengalami proses fermentasi lagi, seperti
lampiran 7. Bakteri Corynebacterium sp. yang sudah tidak mengalami
fermentasi ditandai dengan tidak adanya lagi buih (busa udara) diatas
cairan bakteri Corynebacterium sp. seperti lampiran 8 pada lampiran dan
bakteri Corynebacterium sp. siap digunakan. Bakteri Corynebacterium sp.
yang sudah jadi dikemas seperti lampiran 8. Agens hayati bakteri
Corynebacterium sp. yang sudah dibuat hanya bertahan sampai 2 tahun,
setelah 2 tahun efektivitasnya akan menurun.
3. Cara aplikasi
Untuk cara penggunaan bakteri Corynebacterium sp. ada 2 aplikasi
yaitu, aplikasi untuk benih dan aplikasi penyemprotan pada tanaman.
Untuk aplikasi pada benih/ bonggol, benih/ bonggol diperlakukan
perendaman sebelum ditanam selama + 15 menit dengan konsentrasi 5 cc/
liter air seperti lampiran 11, sedangkan aplikasi penyemprotan pada
tanaman menggunakan alat sprayer atau tangki semprot seperti lampiran
10. Sebelum sprayer digunakan, bersihkan dari sisa-sisa pestisida. Dosis
Corynebacterium sp. yang digunakan untuk mengendalikan penyakit yaitu
5 cc/ 1 liter air dengan larotan semprot sebanyak 500 – 600 liter/ Ha.
Penyemprotan pada tanaman, khusus pada penyakit padi (kresek/ HBD)
dilakukan penyemprotan pada umur 14, 28 dan 42 HST (Hari Setelah
Tanam). Aplikasi bakteri Corynebacterium sp. dapat dicampur dengan
perekat, baik perekat yang membuat sendiri (kanji/aci) atau perekat yang
dijual bebas di pasaran. Waktu aplikasi dilakukan pada sore hari mulai
pukul 15.00, hindari aplikasi pada saat terik matahari untuk mencegah
rusaknya bakteri Corynebacterium sp. karena pengaruh sinar matahari.
Efektifitas bakteri Corynebacterium sp. 80%.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Perbanykan agens hayati Corynebacterium sp. di Balai Proteksi
Tanaman Pertanian (BPTP) ………………………….. dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Perbanyak agens hayati bakteri Corynebacterium sp. mudah dibuat, karena
menggunakan teknik yang sederhana.
2. Lebih murah dari pada Pestisida kimia sintetis.
3. Agens hayati bakteri Corynebacterium sp. lebih ramah lingkungan.
4. Aplikasi di lapangan mudah efektivitas 80%.
5. Agens hayati bakteri Corynebacterium sp. tidak tahan lama disimpan
setelah dibuat.
6. Tingkat kematian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) lebih rendah
dibandingkan pestisida kimia sintesis.

B. Saran
Dalam perbanyakan bakteri Corynebacterium sp. supaya
dikembangkan untuk agens hayati bakteri Corynebacterium sp. agar tahan
lama dan efektivitasnya tinggi.

Anda mungkin juga menyukai