Anda di halaman 1dari 36

PENUNTUN PRAKTIKUM

MIKOLOGI

DOSEN PENGAMPU:

Dra. Harlis, M.Si

Retni S Budiarti, S.Pd., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat-Nyalah


maka Penuntun Praktikum Mikologi ini dapat terselesaikan. Buku Penuntun
Praktikum Mikologi ini disusun dengan tujuan untuk membantu mahasiswa Program
Studi Pendidikan Biologi maupun Program Studi Biologi dalam melaksanakan
praktikum Mikologi. Selain itu, buku ini dibuat dalam rangka pemenuhan Tridharma
Perguruan Tinggi di Universitas Jambi. Buku Penuntun Praktikum Mikologi ini
disusun berdampingan dengan Instrumen Penilaian Berbasis Keterampilan Proses
Sains dengan harapan dapat menumbuhkan pengalaman mahasiswa selain proses
pembelajaran. Selain itu strategi pelaksanaan penilaian yang tepat sangat penting
dalam mencapai keberhasilan belajar siswa karena penilaian merupakan salah satu
komponen penting dalam sistem pembelajaran. Oleh karena itu, perangkat penilaian
merupakan bagian integral yang dikembangkan berdasarkan tuntutan tujuan
pendidikan.

Buku ini juga disusun dengan memperhatikan fasilitas laboratorium yang


tersedia, disamping memperhatikan pengetahuan dan keterampilan kegiatan
laboratorium dalam bidang mikologi yang perlu dikuasai mahasiswa. Oleh karena itu,
sebelum melaksanakan praktikum, mahasiswa harus membaca lebih dahulu petunjuk
praktikum ini untuk memperlancar kegiatan praktikum.

Semoga buku Penuntun Praktikum Mikologi ini dapat berguna bagi para
pemakainya.

Jambi, 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ..................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................ ii

Daftar Gambar ...................................................................................... iii

1. Pembuatan Media Tumbuh Jamur ................................................ 1

2. Isolasi Jamur ..................................................................................... 3

3. Deskripsi Kapang Secara Makroskopis dan Mikroskopis ............ 8

4. Identifikasi dan Determinasi ............................................................ 11

5. Pengamatan Jamur Zygomucetes .................................................... 15

6. Pengamayan Jamur Ascomycetes .................................................... 17

7. Pengamatan Jamur Deuteromycetes ............................................... 19

8. Pengamatan Jamur Basidiomycetes ................................................ 21

9. Kualitas Mikrobiologi Bahan Makanan Berdasarkan Angka

Lempeng Total Koloni Kapang........................................................ 30

Daftar Pustaka ....................................................................................... 32

ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Koloni Jamur Tanah .......................................................... 6

Gambar 2 Morfologi Jamur ................................................................. 21

Gambar 3 bentuk Tudung Jamur ....................................................... 22

Gambar 4 Macam-macam bentuk Tudung (Pileus) .......................... 23

Gambar 5 Macam-macam Tipe Permukaan Tudung ....................... 24

Gambar 6 Macam-macam Tipe Tepi Tudung.................................... 24

Gambar 7 Macam-macam Bentuk Lamella ....................................... 25

Gambar 8 Tipe Pelekatan Bilah .......................................................... 26

Gambar 9 Tipe Tepi Bilah .................................................................... 26

Gambar 10 Macam-macam bentuk tangkai tubuh buah .................. 27

Gambar 11 Macam-macam Letak tangkai ......................................... 27

Gambar 12 Macam-macam Tipe Permukaan Tangkai..................... 28

Gambar 13 Macam-macam Tepi Cincin ............................................ 28

Gambar 14 Macam-macam Tipe Dasar Tangkai .............................. 29

Gambar 15 Macam-macam Volva ....................................................... 29

Gambar 16 Cara mengencerkan sampel makanan dan inokulasi

sampel pada medium lempeng ....................................... 31

iii
I. PEMBUATAN MEDIA TUMBUH JAMUR

Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa terampil dalam membuat media tumbuhan jamur

A. Teori Dasar
Jamur dapat tumbuh pada berbagai macam substrat, minslnya air, tanah,
bahan makanan, makanan hasil olahan, daun, buah-buahan, tubuh serangga, kulit
manusia dsb. Apabila spora jamur jatuh pada substrat yang sesuai dan di tunjang
dengan faktor abiotik yang sesuai, maka spora akan berkecambah membentuk
benang-benang hifa dan selanjutnya terbentuklah misellum yang menyusun koloni
jamur (Hastuti,2004). Dalam praktikum mikologi, medium yang di maksudkan
merupakan suatu tempat tumbuh (substrat) dari jamur yang saprobe atau parasit
fakultatif. Untuk mengamati lebih sempurna dan lebih terperinci beberapa aspek
biologis jamur antara lain: morfologi, anatomi dan fisiologisnya dilakukan pembiakan
dalam medium.
Dalam hal ini medium dapat dibedakan atas :
a. Medium alam( natural media), yaitu : komposis dan konsentrasinya belum
diketahui
b. Medium semisintetik, yaitu : komposisi dan konsentrasinya sebagian di
ketahui
c. Medium sintetik (buatan) yaitu : komposisi dan konsentrasi dari medium
tersebut di ketahui.
Ditinjau dari konsentrasinya l, medium dapat dikelompokkan ke dalam bentuk
padat, cair dan setengah padat. Beberapa contoh medium padat semi sintetik yang
sering digunakan dalam membiakkan / mempelajari suatu jamur antara lain PDA (
Potato Dextrose Agar), agar tepung jagung (Corn Meal Agar), agar Malt ( Malt
Agar), taster agar, toge sukrosa agar dan lain-lain. Berikut ini salah satu contoh
pembuatan media :
Komposisi mediu. PDA (Potato Dextrose Agar)
Kentang 200gram

1
Dekstrosa 20 gram
Agar 15 gram
Aquadest 1 liter
Cara kerja :
 kentang yang telah di kupas dan diiris-iris dicuci bersih, lalu di rebus
dengan 0,5 liter aquadest. Biarkan sampai mendidih dan kentangnya
lunak. Selanjutnya air disaring dan dimasukkan ke dalam baker glass.
 Agar di rebus dengan 0,5 liter aquadest sisa. Setelah mendidih disaring
dan air saringan dicampurkan dengan air saringan dari kentang sehingga
hasip akir tetap 1 liter.
 Panaskan kembali hingga campuran homogen dan ukuran pH +- 6.
 Sediakan beberapa tabung reaksi atau test tube, tuangkan agar pada
masing-masing test tube dalam ukuran 8 ml yang akan digunakan untuk
pembiakan jamur datam petri dish.
 Semua tabung disumbat dengan kapas dan selanjutnya disterilkan.
Medium dapat disimpan untuk pekerjaan berikutnya dalam pembiakan.
B. Sterilisasi
Dalam pekerjaan laboratorium, pembiakan suatu jamur memerlukan kesterilan
bahan medium, alat yang digunakan dan ruangan percobaan. Steril dalam pengertian
bebas dari mikroba lain baik reproduktif maupun vegetatif yang dapat
mengkontaminasi jamur atau organisme yang di amati.

2
II. ISOLASI JAMUR

Tujuan praktikum
1. Mahasiswa terampil dalam melakukan teknik isolasi jamur udara, tanah dan
air
2. Mahasiswa dapat mengetahui morfologi jamur udara, jamur tanah dan jamur
pada air.

A. Teori dasar
Jamur mempunyai habitat di bermacam-macam lingkungan dan bervariasi
dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada
yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Lingkungan hidup jamur
terdiri dari (biotic) maupun lingkungan non-hidup (abiotik) memiliki pengaruh yang
besar terhadap kehidupan jamur. Siklus atau daur hidup jamur dapat berlangsumg di
dalam fase seksual ataupun fase aseksual, karena merupakan proses untuk terjadinya
kelangsungan hidup suatu jasad. Tentunya juga harus diketahui bahwa juga siklus
hidup ini akan berlangsung secara baik kalau persyaratan lingkungan yang
dibutuhkan ada (Suriawiria, 1986:15).
Alam bebas (udara) dapat sebagai habitat dari jamur untuk jenis-jenis jamur
udara (air borne). Udara sebenarnya bukan suatu habitat yang cocok untuk kehidupan
suatu jamur (merupakan habitat sementara), karena masih banyak kebutuhan lain
yang tidak didapatkan di udara. Bagian dari jamur dalam bentuk spora/konidium yang
bebas di udara hasil penembakan /pelepasan dari jamur-jamur yang hidup di tanah
atau substrat lainnya. Prinsipnya konidia/spora di udara pasti akan jatuh pada substrat
yang lebih sesuai atau tepat untuk pertumbuhannya berkembang lagi.
Sisa-sisa tanaman dan hewan di dalam tanah yang merupakan sumber organic
dan juga bagian tanaman yang masih hidup merupakan habitat jamur untuk dapat
berkembang. Jamur menghuni tanah dinamai jamur-jamur tanah (soil borne).
Dalam air juga tersedia zat-zat organic, maka spora/konidium jamur akan dapat
berkecambah dan berkembang biak meskipun perkembangan tidak sebaik dalam

3
tanah atau benda organic lainnya. Untuk jamur-jamur air kebanyakan dari kelas
Chytridiomycetes, Saprolegniales dan Oomycetes. Di samping ada yang hidup
saproba banyak juga yang hidup parasit baik parasit fakultatif maupun parasit obligat
dan juga pathogen pada hostnya.
Untuk mengetahui kaenekaragaman jamur-jamur yang hidup pada habitat-habitat
di atas, dapat dilakukan islasi atau pemindahan jamur dengan beberapa percobaan
yang menggunakan cara-cara tertentu.

1. Isolasi Jamur Udara (Air Berne)


Prosedur Kerja
Ke dalam petri dish steril dituangkan medium steril yang telah dicairkan
terlebih dahulu, biarkan agar sampai membeku. Setelah membeku letakkan masing-
masing 3 buah petri dish dengan tutup terbuka di tiga tempat (ditentukan tempat yang
akan diperiksa) dengan waktu masing-masing 5, 10 da 15 menit. Selanjutnya plat
agar di dalam petri dish ditutup kembali dan dieramkan dalam suhu kamar.
Perbenihan tersebut diamati tiap hari sampai tumbuh dan setelah tumbuh perhatikan :
 Bentuk koloni (warna, susunan)
 Jumlah koloni yang berbeda
 Perubahan koloni dari hari-hari pengamatan
Setiap koloni yang terpisah (berbeda) dipindahkan ke dalam agar miring
(dimurnikan). Perbenihan pada agar miring tersebut diamati selanjutnya secara
mikroskopis (untuk pengamatan morfologi jamur), identifikasi (untuk menentukan
namanya).

2. Isolasi Jamur Tanah (Sell Berne)


Jamur tanah ini dapat diobservasi dengan jalan membiakkannya dalam medium
agar yang sesuai dengan yang dikehendaki (komposisi, pH dan factor-faktor lain).
Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan pembuatan suspense yang telah
diencerkan/ditipiskan (dilution series).

4
Prosedur Kerja
Ambil 50 gram tanah dari sampel yang akan diperiksa, masukkan ke dalam
Erlenmeyer yang berisi 450 ml aquadest steril. Tutuplah dengan karet steril dan
guncanglah tanah tersebut selama 15 menit, biarkan benda-benda Kasar mengendap,
diperkirakan spora-spora akan terlepas dari tanah dan suspense di dalam air. Dengan
demikian, maha konsentrasinya adalah 10-1.
Dengan menggunakan pipet steril diambil 1 ml suspense ini akan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml air steril( konsentrasi 10-2), kemudian dari
pengenceran 10-2di pipet 1 ml suspense dan dipindahkan ke tabung reaksi 2 yang
berisi 9 ml air steril, maka konsentrasinya menjadi 10-2dan demikian seterusnya
sampai beberapa kali pengenceran /penipisan sehingga konsentrasinya semakin
rendah, lakukan sampai pengenceran 10-6. Dengan menggunakan pengenceran 10-
3
hingga 10-6sediakanlah untuk masing-masing pengenceran 6 petri di steril, 3
suspensi untuk petri di isi yang berisi medium PDA pH +_ 6 dan 3 suspensi untuk
petri dish yang berisi medium PDA pH +_ 7.
Dengan menggunakan pipet 1 ml, mulai dari pengenceran terendah diambil 1
ml dari suspense tersebut dan masukkan kedalam petri dish.Disinidilakukan isolasi
cara poure plate, agar dalam petri dish sudah diencerkan terlebih dahulu dalam
suspense dituang ke dalam petri dish ini. Diharapkan suspense agar bercampur rata,
dengan jalan memutar petri dish tersebut perlahan-lahan dalam keadaan tertutup.
Kemudian campuran medium dan suspense agar bercampur rata, dengan jalan
memutar petri dish tersebut perlahan-lahan dalam keadaan tertutup. Kemudian
campuran medium dan suspense dibiarkan membeku, selanjutnya di
eramkan/diinkubasi pada temperature kamar selama beberapahari. Setelah ada koloni
jamur yang tumbuh, masing-masing dipindahkan/dimurnikandalam agar miring.
Amati morfologi secara makroskopis pada jamur yang tumbuh dan hitung jumlah
koloni pada masing-masing petri, berapa jumlah set jamur dalam 1 gram tanah yang
diperiksa. Untuk selanjutnya amati morfologi secara mikroskopis untuk ditentukan
namanya( identfikasi) dari masing-masing biakan murni.

5
Gambar 1. Koloni Jamur Tanah

3. Isolasi Jamur Air


Bagi Jamur air, termasuk beberapa jamur tanah yang dikhususkan bagi klas
Chytridiomycetes, Hypochytridiomycetes dan Oomycetes mempunyai can isolasi
yang pernah dikemukakan Sparrow (1961) sebagai berikut :

a. Untuk mendapatkan jenis-jenis Chytridiales dengan mempersiapkan kultur


air yang mengandung tanah, air sawah, air kolam yang ditambah potongan-
potongan ranting kayu, biji-biji tanaman (jagung, gandum). Semua bahan d
atas disimpan dalam wadah steril. Biarkan beberapa hari sampai ada jamur
yang tumbuh. Amati di bawah mikroskop (buat preparat) lalu identifikasi.
b. Untuk ordo Blastocladiales yang dikenal hidup pada dua habitat yang
berlainan ; tanah dan air (biasa hidup pada ranting Rosaceae dalam air).
Siapkan botol/mangkok yang berisi air steril, tanah satu sendok dimasukkan
bersamaan dengan pancingan yang dapat berupa biji-biji dari tanaman yang
sudah merekah karena direbus atau lalat yang sudah mati. Biarkan beberapa
hari dan jamur yang tumbuh pada bahan pancingan diamati di bawah
mikroskop.
c. Untuk ordo Monoblephariales dapat diperoleh dengan cara di atas dengan
menggunakan air yang tergenang, air kolam dan air sawah
d. Untuk memperoleh jamur dari ordo Saprolegniales maka ke dalam petru
dimasukkan air laut/air tawar ditambah benda organic sebagai pancingan
seperti biji dari Canabis sativa, insecta mati, ikan mati, ranting, bunga dan
lain-lain. Biarkan beberapa hari sampai adanya pertumbuhan jamur
kemudian diamati di bawah mikroskop untuk mempelajari morfologinya

6
Untuk mendapatkan jenis-jenis Chytrid khusus yaitu Chitinophilik,
Keratinophilik dan Cellulothik masing-masing dapat dipancing dengan benda-
benda yang mengandung chitin (misalnya kulit udang), keratin (rambut, bulu
ayam, kuku) dan Cellophan.

7
III. Deskripsi Jamur Secara Makroskopis dan Mikroskopis

Tujuan Praktikum
Mahasiswa terampil dalam mendeskripsikan ciri-ciri beberapa spesies jamur secara
makroskopis dan mikroskopis

A. Teori dasar
Koloni jamur pada berbagai bahan makanan seperti biji-bijian, tepung, ubi-ubian
atau pada bahan makanan olahan seperti roti, nasi, ikan asin, dll dapat diketahui
melalui pengamatan secara langsung. Jamur atau kapang dapat menghasilkan pigmen
setelah berumur 3 × 24 jam, sehingga koloni jamur tampak berwarna sesuai dengan
warna pigmen yang dihasilkan.
Sidat koloni jamur ada 3 macam, yaitu: serupa kapas, serupa beludru, dan serupa
sebuk. Sifat koloni tersebut khas pada masing-masing spesies jamur, baik pada
permukaan koloni jamur maupun pada bagian dasar koloni juga bersifat khas pada
masing-masing spesies jamur (Hastuti, 2014:9).
B. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Mikroskop Makanan olahan yang telah berjamur (roti, nasi, dll)
Cork Borer Aquades
Objek glass
Cover glass
Preparat

C. Prosedur kerja
 Diambil sedikit biakan (misellium) dari potongan roti dengan menggunakan
jarum ose atau jarum biasa
 Dibuat preparatnya pada kaca objek dengan cara meletakkan misellium keatas
onjek glass, kemudian cacah dengan menggunakan jarum
 Diberi sedikit aquades pada misellium yang telah dicacah
 Ditutup dengan menggunakan cover glass yang telah disediakan

8
 Diperiksa bagiab-bagian yang ada seperti sporangium yang berisi
sporangiospora atau sporangium yang pecah, ada juga columella pada ujung
sporangiosfor dan struktur lainnya, ada tidaknya stolon dan rhizoid
 Dibedakan bentuk dari masing-masing kapang yang tumbuh dari berbagai
makanan olahan yang telah diamati

Diskusikan dengan kelompokmu hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan


mengisi lembar kerja berikut:

Deskripsi Jamur Secara Makroskopis dan Mikroskopis

I. Morfologi Koloni

Nama Bahan Ciri-ciri yang diamati Hasil pengamatan


Warna koloni
Diameter koloni
Sifat koloni
Warna khas bagian
dasar koloni

II. Pengamatan Mikroskopis

Nama bahan Ciri-ciri yang diamati Hasil pengamatan


Warna hifa
Sekat pada hifa
Diameter hifa
Warna konidiofor
Diameter konifor
Panjang konidiofor
Konidiofor
bercabang/tidak
bercabang

9
Dinding konidiofor
halus/kasar
Bentuk vesikula
Diameter vesikula
Metula ada/ tidak ada
Ukuran metula
Warna fialida
Kedudukan fialida
terhadap vesikula
Tipe percabangan
konidiofor
Ukuran fialida
Warna fialida
Bentuk fialida
Bentuk konidia
Dinding konidia halus/
kasar
Diameter konidia
Warna konidia
Tipe pertumbuhan
konidia

10
IV. IDENTIFIKASI DAN DETERMINASI

Tujuan praktikum
1. Mahasiswa terampil dalam melakukan identifikasi dan determinasi jamur
2. Mahasiswa dapat menetukan jenis jamur berdasarkan hasil identifikasi dan
determinasi jamur
A. Teori dasar
Untuk menentukan nama suatu jamur yang beium diketahui, perlu dilakukan
penelitan/pengamatan sebanyak mungkin tentang jamur itu secara makroskopis dan
mikroskopis. Misalnya mengenai :
- Bentuk/warna dari konidia, spora, miselium, tubuh buah,
konidiophor/sporangiophor
- Bentuk/wama dari koloni, tempat tumbuh, bau dan lain-lain
Setelah data diperoleh, dibandingkan dengan organisme lain yang telah
diketahui namanya balk melalui tumbuhan tempat tumbuh, gambar-gambar deskripsi
ataupun dengan kunci determinasi yang telah tersedia. Untuk melakukan suatu
penelitian terhadap suatu jamur yang belum diketahui namanya, dalam hal ini
identifikasi ditekankan untuk melakukan pengamatan yang teliti terhadap morfologi
jamur. Morfologi jamur dapat diikuti dengan cara membiakkan dalam medium.
Sebelum dibiakkan dalam medium, ada dua cara membiakkan (mengisolasi) jamur
dari substrat lain ke dalam medium pembiakan yang dipakai. Di bawah ini dijelaskan
cara mengisolasi jamur dan langkah-langkah dalam pengamatan morfologi jamur.
B. Morfologi Jamur
Periksalah morfologi dari koloni yang diperoleh sebagaimana pada praktikum
sebelumnya (praktikum Deskripsi Kapang secara Makroskopis dan Mikroskopis) dan
catat apa yang terlihat.
1. Isolasi Jasur dengan Cara Poure Plate
Beberapa agar dicairkan terlebih dahulu, setelah didinginkan pada temperatur
+45 °C campurkan beberapa tetes suspensi spora dalam test tube dan diguncangkan
atau diputar-putar dengan kedua telapak tangan tetapi jangan sampai agarnya terburu

11
membeku. Campuran tersebut dituanghan be dalam petri dish steril. Tiap hari
berikutnya diamati, bila ada jamur yang tumbuh bagian koloni terpisah ini
dipindahlhan he dalam agar miring dengan menggunakan jarum ose. Bila ada
pertumbuhan dan menghasilhan spora diidentifikasi.
2. Isolasi Jamur dengan Cara Strealk Plate
Di sini digunakan medium agar steril yang telah dibekukan dalam petri dish
steril. Selain memindahkan sedikit biakan jamur dengan menggunakan jarum ose
yang ditanamkan di atas permukaan medium dapat dilakukan dengan cara pembuatan
suspensi yaitu :
- Kocoklah suspensi spora yang telah tersedia (suspensi telah dibuat terlebih
dahulu)
- Ambil satu tetes dan goreskan di alas pelat agar dengan menggunakan jarum
ose. Ini dapat dilakukan untuk beberapa pelat agar yang telah dibekukan
dalam petri dish
- Pelat-pelat agar yang telah digoresi dengan suspensi itu dieramkan/inkubasi
dalam temperatur kamar
- Tiap hari berikutnya diamati. Bila ada jamur yang tumbuh, koloni jamur
tersebut dipisahkan ke dalam agar miring dengan menggunakan jarum kait.
Tunggu pertumbuhannya untuk diidentifikasi morfologi jamurnya.
3. Pengukuran Pertumbuhan
Mempelajari pertumbuhan jamur perlu dilakukan untuk mempertimbangkan
nilai dari jumlah produksi sel selama masa inkubasi. Nilai rata-rata suatu
pertumbuhan diperoleh dengan mengukur jumlah pertumbuhan pada dua interval
waktu inkubasi dan dibagi dengan perbedaan (selisih) interval waktu tersebut.
Misalnya jika berat koloni jamur bertambah dari 50 hingga 98 mg di antara hari ke 4
dan hari ke 6 masa inkubasi, maka nilai rata-rata pertumbuhan adalah : (98-50) m/2 =
24 mg/hari atau 1 mg/jam
Berikut mi akan diuraikan beberapa cara untuk mengukur pertumbuhan
jamur-jamur yang dapat dibiakkan di dalam suatu medium.

12
4. Pertumbuhan Linear
Untuk mengukur pertumbuhan Jamur yang tumbuh dalam petri dish adalah
dengan cara mengukur diameter (garis tengah) atau area suatu koloni. Cara ini dapat
digunakan bagi suatu heperluan tetapi tidah untuk keperluan lain. Dengan cara ini
diarmeter, jari-jari atau luas suatu holoni digunakan untuk menyatakan jumlah
pertumbuhan, dan pertumbuhan tiap hari merupakan nilai pertumbuhan jelas dengan
metode ini mengabaihan tebal tipisnya koloni.
Prosedur kerja :
- Ambil petri dish dan tuangkanlah medium agar he dalamnya dan biarkan
membeku. Dengan suatu alat tertentu ambil satu spora/konidium atau satu
blok agar berisi miselium dengan luas tertentu (misalnya dengan diameter 5
mm), letakkanlah di atas permukaan agar dalam petri dish tersebut.
Eramkanlah dan amati serta ukur jari-jari koloni
- Selisih koloni atau jari-jari atau diametemya antara hari kedua, ketiga, ketiga
dan keempat dan seterusnya maka dapat dihitung kecepatan tumbuh rata-rata
per hari atau per jam.
- Gunakanlah jenis-jenis jamur yang tumbuhnya tidak menyebar dengan cepat
seperti Manilla dan Rhizopus. Untuk ini dapat digunakan jamur-jamur
Aspergillus, Penicillium, Gloeosporium, Sclerotium, Rhizoctonia dan lain
sebagainya
5. Berat Kering
Dengan penimbangan miselium dari spora-spora yang tumbuh akan diperoleh
pengukuran yang obyektif dan akurat :
- Biakkanlah suatu jenis jamur dalam petri dish dan sterilkan. Setelah waktu
tertentu miselium tersebut ditanggalkan dengan memanaskannya dalam
autoclave serta menyaringnya dan mencucinya dari agar dengan air panas
- Keringkanlah miselium dan spora yang telah dicuci tadi pada temperatur 80
hingga 100 °C sampai beratnya konstan.
- Setelah kering timbanglah dengan timbangan analitis. Dengan demikian, nilai
pertumbuhannya dapat dihitung.

13
6. Jumlah Sel
Cara ini hanya digunakan untuk jamur-jamur dan golongan ragi. Sel-sel jamur
tersebut dapat dihitung dengan menggunakan haemocytometer atau ruang hitung
(counting chamber) Prosedur Kerja:
- Biakkanlah sel-sel ragi Saccharomyces cerevisiae dalam suatu medium dan
setelah waktu-waktu tertentu (misalnya 4-6 hari) hitunglah jumlah selnya
dengan menggunakan ruang hitung
- Pertumbuhan ragi juga dapat dihitung dengan turbiditas atau dengan
mengukumya dal am tabung sentrifuge spesial.

14
V. PENGAMATAN JAMUR ZYGOMYCETES

Tujuan Praktikum:
1. Mahasiswa terampil dalam melakuhan pengamatan struktur morfologi jamur
dari kelas zygomycetes
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan struktur morfologi jamur dari kelas
zygomycetes
A. Dasar Teori
Jamur yang termasuk dalam kelas zygomycetes ada yang hidup sebagai
saprofit dan ada pula yang hidup sebagai parasit atau patogen pada tumbuhan, hewan
dan manusia (Hastuti, 2014:15). Anggota-anggota yang tergolong kedalam kelas ini
umumnya secara normal hifa tidak bersepta kecuali pada hifa tua. Membentuk
sporangiofor-sporangiofor (reproduksi seksual) yang tidak bergerak (aplanospora).
Spora ini banyak bertebaran di udara (air borne). Reproduksi seksual dengan
penyatuan gametangium yang akan menghasilkan Zygospora.
Rhizopus sp dan Muchor sp merupakan contoh kapang kontaminan pada
bahan makanan ataupun makanan olahan. Rhizopus oligosporus, Rhizopus stolonifer,
Mucor racemosus merupakan spesies-spesies kapang komponen ragi tempe yang
berperan dalam proses pembuatan tempe, sehingga dapat ditemukan dalam tempe.
B. Prosedur kerja:
Genus Rhizhopus
- Basahilah sepotong roti, letakkan dalam petri dish dan inokulasi dengan
Rhizopus sp.
- Biakan ini akan tumbuh baik, dapat digunakan preparat untuk preparat
mengamati morfologinya
- Ambil sedikit biakan (miselium) dari potongan roti tersebut dan buat
preparatnya pada kaca objek
- Dapat juga diambil biakan dari tempe dengan jarum ose, periksalah
bagian-bagian yang ada seperti sporangium yang berisi sporangiospora

15
atau sporangium yang pecah, ada juga columella pada ujung sporangiofor
dan struktur lainnya, ada stolon dan rhizoid.
- Semua bagian digambarkan. Secara morfologi jamur juga diaimati
bagaimana bentuk koloninya, buat hlasifikasinya dan bedakan jamur
Rhizopus dengan Mucor.
Genus Pilobolus
- Letakkan beberapa potongan kotoran kuda segar didalam petri dish yang
dilembabkan dengan kertas dan biarkan beberapa hari dalam keadaan
tertutup untuk mendapatkan jamur yang tumbuh
- Setelah terlihat pertumbuhan jamur, lakukan isolasi dengan membuat
preparat pada kaca objek dan amati dibawah mikroskop
Amati:
- Sporangium yang berdinding tebal dalam keadaan pecah atau tidak
- Columella pada bagian sporangiophor dan juga pada pangkal
sporangiophor yang mempunyai pembengkakan yang disebut trophocyst
- Sporangiospora yang terpencar dalam sporangium
- Gambar bagiannya dan buat klasifikasinya
- Untuk jamur pilobolus ini juga dapat diamati adanya pengaruh cahaya
terhadap pelemparan/penembakan spora (fototrofi positif). Lakukan
pembungkusan dengan kertas hitam pada petri dish yang berisi kotoran
kuda dan lobangi sedikit pada bagian tertentu (masuknya cahaya). Setelah
beberapa hari jika ada pertumbuhan yang baik akan terlihat tumpukan
spora pada bagian yang bercahaya (tandai bagian petri yang dilobangi
pada kertas pembungkusnya).
Bahan diskusis
1. Bagaimana ciri-ciri morfologi kapang yang termasuk dalam kelas
Zygomycetes?
2. Bagaimana ciri-ciri mikroskopis kapang yang termasuk dalam kelas
Zygomycetes?

16
VI. PENGAMATAN JAMUR ASCOMYCETES

Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa terampil dalam melakukan pengamatan struhtur morfologi kapang


dari kelas Ascomycetes

2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan strubtur morfologi hapang dari kelas


Ascomycetes

A. Dasar Teori

Ascomycetes adalah kelompok besar jamur-jamur yang mempunyai


mislium bersekat, membentuk ascospora di dalam struktur yang berbentuk kantong
yang disebut ascus. Tempat penghimpun kumpulan ascus dinamakan ascocarp.
Ascocarp mempunyai 3 macam bentuk (menurut jenis) : apotesium, peritesium dan
kleistesium. Ascus yang tidak dibentuk dalam tubuh buah (tanpa ascocarp) adalah
sebagai ascus bugil. Tidak menghasilkan spora kembara (seluruh kehidupannya
disesuaikan di darat).

Ascomycetes terdapat dimana-mana, baik di daerah panas maupun di daerah


dingin. Ascomycetes terdiri atas 15.000 spesies, diantaranya ada yang hidup sebagai
saproba dimana saja, ada pula yang hidup sebagai parasit pada tumbuhan, hewan dan
manusia (Dwidjoseputro, 1978: 109).

Jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes kebanyakan hidup sebagai


saprofit dan menimbulkan kerusakan pada berbagai macam bahan makanan, makanan
hasil olahan, kayu, dsb. Namun ada pula yang bersifat parasit atau patogen pada
tumbuhan, hewan dan manusia. Selain itu juga ada spesies-spesies yang
menguntungkan manusisa, antara lain menghasilkan antibiotik, dan zat-zat organik
lainnya (Hastuti, 2014:19).

Koloni dari jamur Ascomycetes beraneka warna, karena konidianya


mempunyai warna pigmen yang bervariasi, antara lain hijau tua, hijau kebiruan, dan

17
hitam. Aspergillus sp dan Penicillium sp seringkali dinamakan jamur roti karena
sering dijumpai sebagai kontaminan pada roti. Walaupun demikian spesies jamur
tersebut juga sering dijumpai pada makanan hasil olahan lainnya seperti dodol, ikan
asin, kue kering, dan berbagai macam biji- bijian. Hifa jamur ini pada umumnya
bersekat-sekat, tetapi ada pula yang tidak membentuk hifa, yaitu golongan khamir
(misalnya Saccharomyces) hanya berupa sel-sel yang berbentuk bulat oval (Hastuti,
2014:19).

B. Presedur Kerja

- Ambil beberapa butir ragi roti,

- Buat suspensi dalam air steril aduk hingga homogen

- Letakkan beberapa tetes suspensi di atas cover glass

- Amati di bawah mikroskop, gambar bentuk set, kuncup dan kalau ada
askus.

- Buat klasifikasinya Milologi

18
VII. PENGAMATAN JAMUR DEUTEROMYCETES
Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa terampil dalam melakukan pengamatan struktur morfologi kapang
dari kelas Deuteromycetes
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan struktur morfologi kapang dari kelas
Deuteromycetes
A. Dasar Teori
Deuteromycetes atau fungi imperfect (jamur tak sempurna) merupakan jamur
yang hifanya bersekat-sekat, dan menghasilkan konidia, akan tetapi jamur ini
sebelum diketahui cara pembiakan generatifnya. Dalam klasifikasi Deuteromycetes,
perbedaan bentuk tubuh buah digunakan untuk mengadakan penggolongan sampai
tingkat ordo khusus, sedang warna dan bentuk konidia dan konidiofor dipakai untuk
mengadakan penggolongan sampai tingkat genus-khusus. Penamaan spesies khusus
didasarkan atas ukuran konidia yang dihasilkannya dan atas tumbuhan inang yang
ditumpanginya (Dwidjoseputro, 1978:208).
Deuteromycetes mempunyai hifa bersekat, tubuhnya berukuran mikroskopis,
bersifat parasit pada ternak dan ada yang hidup saprofit pada sampah, bereproduksi
secara aseksual dengan konidium dan seksual belum diketahui. Banyak yang bersifat
merusak atau menyebabkan penyakit pada hewan-hewan ternak, manusia, dan dan
tanaman budidaya (Hawksworth et al, 1995).
Dalam pengamatan untuk kelas ini disediakan beberapa contoh genus dari ordo-
ordo tertentu.
Genus : Gloesoporium dam colletotrichium
Ordo : Melanconiales
Spora: : subseksi hyalosporae (hyalin dan bersel satu)
Kedua genus tersebut sering ditemukan tumbuh bersamaan sebagaimana
diketahui kedua jamur ini bersifat parasit lemah. Dalam pengamatan makroskopis
sangat sukar membedakan, dapat dibedakan dengan pasti melalui pengamatan secara
mikroskopis bagian acervulusnya yang terdapat pada permukaan epidermis tanaman

19
Inang. Pada Gloeosporangium tidak terdapat satae berwarna hitam pada
acervulusnya, sedangkan pada Colletotrichum satae hitam didapatkan.
B. Prosedur Kerja
- Sediakan beberapa buah cabe terserang jamur di atas yang dicirikan dengan
adanya bagian yang membusuk/melayu, Biasanya pada bagian ujung buah
selalu terdapat tumpukan dari warna bintikan putih/merah
- Buatlah preparat pada kaca objek dengan mengisolasi sedikit miselium jamur
pada buah cabe atau mengorek sedikit permukaan dari epidermis buah cabe
tersebut dengan jarum Ose dan diamati dibawah mikroskop.
Amati:
- Bentuk hifa
- Bentuk konidia spora (hyalospora) dan sering juga terlihat adanya butir-butir
minyak pada konidium
- Acervulus dan setae yang berwarna hitam, bedakan kedua genus diatas.
- Gambarkan jamur dengan bagian-bagian yang ada dan buat
Bahan diskusi
1. Bagaimana ciri-ciri morfologi kapang yang termasuk dalam kelas
deuteromycetes?
2. Bagaimana ciri-ciri mikroskopis cupang yang termasuk dalam kelas
deuteromycetes?

20
VIII. PENGAMATAN JAMUR KELAS BASIDIOMYCETES.

Tujuan Praktikum.
1. Mahasiswa terampil dalam melakukan pengamatan struktur morfologi jamur
dari kelas Basidiomycetes
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan ciri-ciri jamur yang termasuk dari kelas
Basidiomycetes
A. Dasar Teori
Kelompok jamur Basidiomycota banyak jenis-jenis yang karpusnya (tubuh
buahnya) besar dan dapat dilihat dengan kasat mata dalam bahasa Inggris pembedaan
jamur antara yang beracun dan yang tidak cukup jelas, yaitu yang tidak beracun
disebut mushroom, sedangkan yang bersifat racun toadstool. Basidiomycota yang
mikro adalah yang basidiomycota kecil dan halus, yang kebanyakan patogen pada
tanaman antara lain smut jamur dan rust jamur (jamur karat), dan yang bersifat
saprobik antara lain Rhodotorula dan Bullera (Indrawati,2006:84).

Gambar 2. Morfologi Jamur


Jamur Basidiomycota memiliki bentuk luar berupa tubuh buah berukuran besar
sehingga dapat diamati secara langsung. Umumnya bentuk tubuh buah jamur yang
tampak di permukaan media tumbuh seperti payung. Tubuh jamur terdiri dari bagian
tegak yang berfungsi sebagai batang penyangga tudung serta tudung yang berbentuk
mendatar atau membulat titik bagian tubuh lainnya adalah jaringan-jaringan di bawah
permukaan media tumbuh berupa misellia yang tersusun dari berkas-berkas hifa.

21
Morfologi jamur sangat bervariasi, terutama bentuk tudungnya (Achmad, dkk, 2013
:7).
Beberapa bentuk tudung jamur dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3. Bentuk tudung jamur a), Dictyophora sp b), Microporus sp c),


Mycena sp
Beberapa basidiomycota merupakan patogen pada tanaman pelindung, tanaman
hutan, kayu-kayuan dan lain-lain. disamping merugikan, basidiomycota juga ada
yang bermanfaat di alam, misalnya dengan membentuk hubungan mikoriza dengan
tanaman yang dibudidayakan ataupun yang tidak dibudidayakan, dan sebagai bahan
makanan (Darnetty, 2006 :100-101).
Basidiomycota dibagi ke dalam tiga kelompok utama yaitu Urediniomycetes,
Hymenomycetes, dan Ustilaginomycetes. berikut penjelasan singkat mengenai ketiga
kelompok utama di dalam divisi basidiomycota :
1. Kelas urediniomycetes memiliki karakter khusus, yaitu septa yang sederhana
(simple) menyerupai diafragma (diaphragmlike) dan tidak adanya woronin
bodies.
2. Kelas Hymenomycetes memiliki septa Dolly pordan dalam hidrolisat
keseluruhan sel terdapat glukosa, manosa, dan xylosa. Inositol umumnya
diasimilasi dan kebanyakan spesies menghasilkan strach-like compounds.
3. Kelas Ustilaginomycetes memiliki karakteristik sebagai berikut : komposisi
dinding sel dominan mengandung glukosa laktosa dan tidak mengandung xylosa,
dan begitu pula rhamnosa atau fukosa (Gandjar, 2006 : 85-86).

22
Prosedur kerja :
- Sediakan tubuh buah dari jamur yang didapat dari lapangan dalam keadaan
segar.
- Catat karakter makroskopis yang terdiri atas pileus, Lamela dan stipula yang
meliputi :
a) Bentuk, ukuran, sifat permukaan, warna dan karakter tepi dari tudung buah.
b) Ketebalan, tekstur, dan warna dari daging tudung buah
c) Ukuran, bentuk, warna dan sifat permukaan dari tangkai.
d) Jenis tempat tumbuh
e) Cara tumbuh dan lokasi pengambilan.
Sesuaikan sampel yang dibawa dengan gambar di bawah ini.
1. Tudung (pileus)

Gambar 4. Macam-macam bentuk tudung (pileus)


Keterangan :
a. Cuspidate (berbentuk runcing)
b. Plane W/ slight umbi (sedikit menonjol)
c. Plane W/ flattened umbi (tonjolan rata)
d. Plane / papillafe (berpapila)
e. Mammilate/ pappilate (berpapila cembung)
f. Campanulate (berbentuk lonceng)
g. Convex/hemispheric (Cembung/setengah bulat)
h. Broadly paraboic (berbentuk parabola)
i. Small paraboloic (parabola kecil)
j. Conic ( berbentuk kerucut)
k. Plane (lebar)
l. Broadly convex (Cembung melebar)

23
2. Permukaan Tudung

Gambar 5. Macam-macam tipe permukaan Tudung


Keterangan:
a. Smooth (halus)
b. Veluntious (berbulu sangat rapat)
c. Villose (berbulu panjang)
d. Minutely/ pubescebt (berbulu jarang/berbulu rapat
e. Radially fibrillose (berfibri)
f. Tesselated/netted (berbentuk jaring)
g. Areolate / craxked (berbercak)
h. Innately scaley/squamulosa (berduri)
i. Squamose scales (bersisik kasar)
j. Pruinose/granular (berlapis butiran)
k. Earth/scurfy ( berbutir kasar/berbutir halus)
l. Rugose/rugulose (berkerut)
m. Scrobiculate (berlekuk)
3. Tepi Tudung

Gambar 6. Macam-macam tepi permukaan tudung

24
Keterangan :
a. Translucent striate (bergarishalus)
b. Sulcate striate (bergarismelengkung)
c. Plicate striate ( bergarisruncing)
d. With rolled margin (dengantepibergulung)
e. Undulating (tepimenggulungkeluar)
f. Rimos (terbelah)
g. Cekungtidakbergaris
h. Not striate smooth (halustidakbergaris)
i. Tuberculate striate (bergulungkeluardanbergaris)
j. Umbonate (berlekuk)
k. Umbilicate (pucukcekung)
l. Papilla (berpapila)
m. Slighty (sedikitberlekuk)
n. Depressed (tepiberlekuk)
o. Mod indeted (agakcekung)
p. Deeplyindented (cekungdalam)
q. Infudibbuliform (berbentuk U)
4. Bilah (lamella/gills)

Gambar 7. Macam-macam bentuk lamella


Keterangan :
a. Porioid (berpori)
b. Crisped (beralu)
c. Intervenose ( bergaris melintang)

25
d. Anastamosed (bersilangan)
e. Reguler (teratur/tertata)
f. Back Forked (bercabang dari tepi)
g. Margin stipe (bercabang ke tepi)
5. Pelekatan Bilah

Gambar 8. Tipe Pelekatan Bilah

Keterangan :
a. Free (tidak menempel)
b. Adnaxed (menempel)
c. Adnate (menempel lurus)
d. Adnate with tooth (menempel dengan tepi bergigi)
e. Decurrent/Attached toodllar (seperti payung)
f. Sinuate (menempel dengan pangkal berlekuk)
g. Arcuate (menempel sampai dasar)
h. Centre (berpusat di tengah)
6. Tepi Bilah

Gambar 9. Tipe-tipe Bilah

26
Keterangan :
a. Even (halus)
b. Serrate (bergigi)
c. Wavy (bergelombang)
d. Troded (terkikis)
e. Crenate/ scalloped (tepi berlekuk – lekuk)
f. Concolorous (berwarna)
g. Discolorous / darker (tidak berwarna/gelap)
h. Discolorous/ paler (tidak berwarna/pucat)
7. Tangkai Tubuh Buah (stipe)

Gambar 10. Macam-macam Bentuk Tangkai Tubuh Buah


Keterangan :
a. Equel (berukuran sama dari pangkal sampai ujung)
b. Solid (kuat / meruncing pada bagian dasar)
c. Tapered at base at apex (meruncing pada bagian pangkal dan ujung)
d. Flared (berbentuk obor dengan rongga)
e. Bulbous base ( berdasar bulat)
f. Clavale (bagian dasar membulat)
g. Compressed (tidak berbentuk bulat)
8. Letak Tangkai

Gambar 11. Macam-macam letak tangkai

27
Keterangan :
a. Central (pusat / tengah)
b. Eccentric (esentrik)
c. Lateral (lateral)
d. Sessil (tepi)
9. Permukaan Tangkai

Gambar 12. Macam-macam tipe Permkaan Tangkai


Keterangan:
a. Smooth (halus)
b. Squamulose (bersisik kasar)
c. Reticulated (bersisik halus)
d. Twisted (melingkar)
e. Fibrillose (berfibril / bergaris halus)
f. Costate (berusuk / bergari)
g. Gladulardotted (kelenjar dan bertitik – titik)
h. Pruinose (seluruh permukaan berbutir)
i. Strigose (berduri jarang)
j. Pubescent (berbutir kasar)
k. Minutely (berbutir sangat halus)
10. Cincin / Annulus

Gambar 13. Macam-macam tipe cincin

28
Keterangan
a. Single edged membronous (membrane tunggal)
b. Double edged membranous (membrane ganda)
c. Upturned (terbalik)
d. Cortina (berselaput)
11. Dasar Tungkai

Gambar 14. Macam-macam tipe dasar tangkai


Keterangan
a. Marginate depressed (tepi menggulung kedalam)
b. Scalyn(bersisik)
c. Napiform (tidak ada selubung tetapo bagian dasar membulat)
d. Saccate (memiliki kantong)
e. Concentric ringedb (cincin esentrik)
f. Circumsessile (memiliki sesil melingkar)
g. Sheathing (terselubung)
12. Volva

Gambar 15. Macam-macam Volva


Keterangan
a. Caespitose (bercabang)
b. Rhizoids (rhizoid)
c. Inserted / institiousbase (menempel langsung pada dasar)
d. Strigose (berserabut)
e. Mycenalpad (menempel langsung tapi berserabut)
f. Attachedtorhiomorph (menempel pada rhizoid.

29
IX. KUALITAS MIKROBIOLOGI BAHAN MAKANAN BERDASARKAN
ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI KAPANG

Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa terampil dalam menghitung angka lempeng total koloni kapang
dalam tiap gram bahan makanan atau makanan yang diperiksa
2. Mahasiswa dapat menentukan kualitas bahan makanan atau makanan
berdasarkan jumlah koloni kapang per gram sampel
A. Dasar Teori
Berdasarkan jenis kapang dapat mencemarkan, baik makanan maupun bahan
makanan sehingga mengakibatkan kerusakan. Kerusakan dapat berupa perubahan
bau, rasa dan warna yang tidak dikehendaki, perubahan susunan senyawa sehingga
menjadi busuk dan dapat pula menghasilkan racun yang berbahaya bagi manusia atau
hewan. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat protein lemak vitamin dan
mineral merupakan substrat yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme pada umumnya dan khususnya (Hastuti, 2014 : 31).
Jumlah koloni kapang dalam bahan makanan atau makanan tersebut dinyatakan
dalam Angka Lempeng Total (ALT) koloni kapang dalam makanan yang tercemar
oleh kapang. Kualitas mikrobiologi makanan ditentukan berdasarkan beberapa
macam aspek, salah satunya adalah ALT koloni kapang dengan mengacu pada
ketentuan DIRJEN POM, sehingga dapat ditentukan kelayakan konsumsi bahan
makanan atau makanan yang diperiksa (Hastuti, 2014 : 31).
B. Alat dan Bahan
Alat
1. Cawan petri 2. Blender 7. Erlenmeyer
3. Tabung raksi 4. Timbangan
5. Laminar Air Flow 6. Inkubator
Bahan :
1. Larutan chlorine 0,1% 2. Bahan makanan
3. Aquades steril 4. Air pepton 0,1%

30
Prosedur Kerja

10 gram sampel makanan

Dihaluskan dengan blender atau mortal

Dilarutkan dalam 90 ml
larutan air peptone 0,1%
diencerkan
1 ml 1 ml dengan air
1 ml 1 ml pepton 0,1%

Diinokulasi
kan
suspensi
kedalam
10-1 10-2 10-3 10-4 10 -5 cawan petri
kemudian
diinkubasi
0,1 ml 0,1 ml 0,1 ml 0,1 ml 0,1 ml pada suhu
370C
selama 5-7
x 24 jam

Dilakukan perhitungan jumlah koloni kapang yang tumbuh pada medium

Gambar 16 Cara mengencerkan sampel makanan dan inokulasi sampel pada


medium lempeng (Hastuti, 2014:33)

31
DAFTAR PUSTAKA

Agriflo. 2012. Jamur. Info Lengkap dan Kiat Sukses Agribisnis. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Achmad. 2013. Panduan Lengkap Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Darnetty. 2006. Pengantar Mikologi. Padang: Andalas Universitas Press.

Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Mikologi. Alumni Bogor. Yayasan Obat


Indonesia. Jakarta.

Hastuti. U.S.2014. Penuntun Praktikum Mikologi. UMM Press Malang.

Hawksworth, D.L., P.M.,Kirk, B.C., Sutton, D.N. Pegler, 1995. Ainsworth &. Bisby’s
Dictionary of the Fungi. 8 th Editions, I.M.I, C.A.B, Internasional.

Gandjar, Indrawati. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia

Suriawira. 1986. Pengantar Untuk Mengenal dan Menanam Jamur. Bandung:


Angkasa.

32

Anda mungkin juga menyukai