Michael Christian
A34190079
PARALEL PRAKTIKUM: P2
Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc
Asisten Praktikum:
1. Andri Saputra
2. Krismalia Maharani
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengetahui cara menginokulasi virus secara mekanis pada
tanaman indikator dan mengamati gejala yang muncul pada tanaman indikator.
BAB II
BAHAN DAN METODE
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nicotianan glutinosa
Nicotiana tabacum
3.2 Pembahasan
Pengamatan proses inokulasi mekanis dilakukan pada tiga jenis tanaman, yaitu
Chenopodium amaranticolor, Nicotiana tabacum, dan Nicotiana glutinosa. Inokulasi
mekanis terjadi ketika suatu cairan yang mengandung virus masuk ke dalam jaringan
tanaman melalui luka mikro. Pembuatan luka mikro dapat dilakukan dengan cara
memberikan bahan abrasif pada permukaan daun seperti serbuk carborundum.
Penggunaan jarum sebagai cara alternatif pengganti serbuk carborundum dapat dilakukan
dalam proses pembuatan luka mikro. Menurut Sopialena (2014) keberhasilan proses
inokulasi dipengaruhi oleh jenis virus, sumber inokulum, dan jenis tanaman uji. Sumber
inokulum yang memiliki sifat toksik terhadap tanaman uji dapat menghambat atau merusak
pertumbuhan jaringan tanaman uji. Oleh karena itu, penambahan buffer fosfat berfungsi
untuk mengurangi sifat toksik dari sap tanaman inang/sumber inokulum. Jenis tanaman
yang dipakai sebagai tanaman uji memiliki ciri utama berupa peka terhadap infeksi virus,
cepat menunjukkan gejala infeksi, dan mudah diperoleh. Tanaman uji yang digunakan
dalam inokulasi mekanis disebut tanaman indikator.
Tanaman indikator yang telah diinokulasi akan menunjukkan gejala/ lesio pada bagian daun
yang diinokulasi. Munculnya gejala/lesio pada tanaman indikator membutuhkan jangka
waktu tertentu. Waktu yang diperlukan patogen sejak masuk ke tubuh inang hingga
menimbulkan gejala pertama pada tubuh inang disebut periode inkubasi (Fadly et al. 2019).
Sebagai patogen pada tumbuhan, virus memiliki periode inkubasi yang berbeda-beda
bergantung pada jenis virus dan kondisi tanaman inang. Hasil pengamatan pada tabel
menunjukkan perbedaan waktu munculnya gejala pertama pada ketiga tanaman indikator
yang masing-masing diuji oleh dua jenis virus. Gejala ringan infeksi virus TMV muncul di
ketiga tanaman indikator pada hari ke-2 setelah inokulasi, sedangkan gejala akibat infeksi
virus CMV hanya muncul di Indikator Chenopodium amaranticolor pada hari ke-3 setelah
inokulasi. Lesio lokal akibat serangan virus TMV muncul pada Nicotiana glutinosa dan
Chenopodium amaranticolor berturut-urut di hari ke-4 dan ke-7 setelah inokulasi,
sedangkan lesio lokal akibat virus CMV hanya muncul pada Chenopodium amaranticolor di
hari ke-7. Gejala mosaik berat yang muncul pada pucuk dan daun baru dari Nicotina
tabacum akibat TMV dan CMV berturut-turut terjadi pada hari ke-13 dan hari ke-14.
Beberapa sumber literatur menunjukkan bahwa virus TMV dan CMV memiliki rentang
waktu inkubasi yang berbeda-beda sesuai dengan tanaman inangnya. Menurut Maranticha
et al. (2018) waktu inkubasi virus TMV pada Chenopodium amaranticolor dan Nicotina
tabacum berturut-turut 6 dan 14 hari setelah inokulasi. Menurut Tang et al. (2019) Gejala
klorosis dan mengkerut akibat inokulasi virus TMV pada daun Nicotina glutinosa biasanya
muncul pada hari ke-7 setelah inokulasi. Menurut Yoon et al. (2017) virus CMV
menyebabkan kemunculan gejala lesio nekrotik pada Chenopodium amaranticolor di hari
ke-5 setelah inokulasi virus serta gejala mosaik pada Nicotiana tabacum dan Nicotiana
glutinosa di rentang 10-14 hari setelah inokulasi virus.
Berdasarkan sifatnya, gejala dibagi menjadi dua jenis, yaitu gejala sistemik dan gejala lokal
(Hadiastono 2012). Gejala sistemik merupakan gejala yang dapat ditemukan pada seluruh
bagian tanaman (organ baru) yang rentan terhadap infeksi virus. Salah satu bentuk dari
gejala sistemik,yaitu pola mosaik pada daun. Mosaik merupakan pola tertentu yang
terbentuk pada daun sebagai akibat dari adanya perubahan pada pigmen warna daun.
Gejala mosaik dapat ditemukan pada bagian baru tanaman seperti daun muda. Gejala
mosaik biasanya disertai dengan malformasi daun dan kerdil. Contoh gejala mosaik pada
tanaman, yaitu mosaik tembakau, mosaik timun, dan mosaik kedelai. Gejala lokal
merupakan gejala yang hanya ditemukan pada area infeksi terjadi dan tidak menyebar ke
seluruh bagian tumbuhan. Salah satu bentuk dari gejala lokal,yaitu lesio lokal. Lesio lokal
merupakan bentuk pertahanan tanaman terhadap infeksi patogen untuk menghambat
penyebaran mikroorganisme patogen yang akan masuk ke dalam jaringan tanaman
(Oktafiyanto et al. 2018). Bentuk gejala lesio biasanya berupa bercak bewarna
kuning/klorosis pada daun atau mencoklatnya bercak daun sehingga menunjukkan
kematian jaringan (lesio nekrotik) Contoh gejala lesio lokal dapat ditemukan pada tanaman
indikator seperti bunga kenop (gomphrena globosa) dan Chenopodium amaranticolor.
BAB IV
KESIMPULAN
Inokulasi virus secara mekanis dilakukan dengan cara memberikan luka berukuran mikroskopis
pada permukaan daun dengan menggunakan serbuk carborundum atau penusukan dengan
jarum. Proses inokulasi virus akan menghasilkan gejala pada tanaman indikator yang diuji.
Gejala yang muncul pada tanaman indikator dapat berupa lesio lokal atau gejala sistemik
seperti munculnya mosaik pada daun baru.
DAFTAR PUSTAKA
Fadly F,Lubis L, Lisnawita. 2019. Pengaruh penyinaran ultra violet terhadap patogenitas
Fusarium moniliforme penyebab penyakit pokahbung pada tanaman tebu. Jurnal Agroteknologi
FP USU. 7(5): 38-45.
Hadiastono T. 2012. Virologi Tumbuhan: Identifikasi dan Diagnosis Virus Tumbuhan. Malang
(ID): UB Press.
Oktafiyanto MF, Munif A, Mutaqin KH. 2018. Aktivitas Antagonis Bakteri Endofit Asal Mangrove
terhadap Ralstonia solanacearum dan Meloidogyne spp. Jurnal Fitopatologi Indonesia. 14(1):
23-29.
Prasetyawati CA, Dania AS. 2017. Tahapan perbanyakan jamur Trichoderma harzianum
dengan media dedak dan aplikasinya pada tanaman murbei (Morus sp.). Jurnal info teknis
Eboni. 14(1): 1-10.
Sastrahidayat IR. 2013. Fitopatologi (Ilmu Penyakit Tumbuhan). Malang (ID): UB press.
Sopialena. 2014. Efektivitas beberapa cara penularan virus mosaik pada tanaman cabai. Jurnal
AGRIFOR. 13(2): 207-212.
Tang ZQ, Shang J, Zhang L, Du JB, Yang H, Zeng SH, Li PL, Bawa G, Yu L, Hou XX, Yang WY. 2019.
Characterization of synergy between Cucumber Mosaic Virus and Alternaria alternata in
Nicotiana tabacum. Journal of Physiological and Molecular Plant Pathology. 10(8): 1-7.
Yoon JY, Choi GS, Choi SK. 2017. First report of cucumber mosaic virus in Farfugium japonicum
in Korea. Journal of Plant Disease. 101(1): 264-264.