Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR VIROLOGI TUMBUHAN (PTN223)

PENULARAN VIRUS TUMBUHAN SECARA MEKANIS

Michael Christian
A34190079

PARALEL PRAKTIKUM: P2
Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc
Asisten Praktikum:
1. Andri Saputra
2. Krismalia Maharani

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit pada tumbuhan dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme salah
satunya adalah virus. Virus merupakan makhluk peralihan antara makhluk hidup
dengan benda mati, berukuran mikroskopis yang memiliki DNA sehingga mampu
mereplikasikan diri dalam sel tubuh makhluk hidup lain dengan cara menginfeksi sel
tersebut (Marfalino dan Mahessya 2016). Serangan virus pada tumbuhan dapat
ditandai dengan munculnya gejala penyakit. Gejala adalah ciri fisik dengan kekhasan
tertentu yang menandakan adanya serangan jenis patogen tertentu (Sastrahidayat
2013). Gejala penyakit yang ditimbulkan oleh virus biasanya memiliki keunikan
tersendiri seperti munculnya pola mosaik pada daun, kerdil, dan pecah warna pada
bunga. Namun, gejala virus memiliki kemiripan dengan gejala yang ditimbulkan oleh
fitopatogen lainnya. Selain itu, ada kemungkinan bahwa gejala yang serupa dapat
ditimbulkan oleh virus yang berbeda dan sebaliknya. Oleh karena itu, inokulasi virus
menjadi salah satu prinsip untuk mengenali virus yang terdapat pada tumbuhan inang.

Inokukasi adalah proses pemindahan suatu mikroorganisme ke dalam organisme


lainnya atau ke media tertentu (Prasetyawati dan Dania 2017). Inokulasi virus
merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memasukkan virus ke dalam sel
tumbuhan. Salah satu metode inokulasi yang dapat dilakukan, yaitu mengoleskan
cairan berisi virus melalui luka pada tumbuhan tersebut. Proses Ini melibatkan campur
tangan manusia dalam membuat luka mikro pada permukaan daun tanaman. Melalui
proses inokulasi, virus pada tanaman inang dapat teridentifikasi melalui gejala yang
muncul pada tanaman uji. Tanaman yang rentan dan peka terhadap infeksi virus
sehingga gejala virus muncul dalam waktu yang cepat disebut tanaman indikator/
inang diferensial. Salah satu contoh dari tanaman indikator, yaitu Chenopodium
amaranticolor.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengetahui cara menginokulasi virus secara mekanis pada
tanaman indikator dan mengamati gejala yang muncul pada tanaman indikator.
BAB II
BAHAN DAN METODE

2.1 Alat dan Bahan


 mortar dan penumbuk
 serbuk Carborundum 600 mesh
 label, kain saring, gunting
 gelas ukur 100 ml
 tanaman indikator:
 Physalis floridana
 Gomphrena globosa
 Chenopodium amaranticolor
 Datura stramonium
 Nicotiana glutinosa
 N. tabacum ‘White Burley’
 Cucumis sativus
 sumber inokulum virus dari daun tanaman yang terinfeksi :
 Virus mosaik ketimun (cucumber mosaic virus/CMV) : N. tabacum
 Virus mosaik tembakau (tobacco mosaic virus/TMV) : N. tabacum
 bufer fosfat (0.01 M; pH 7.0) yang sudah dipersiapkan lebih dulu dengan prosedur
sebagai berikut :
1. buat larutan I : 1.362 g KH2PO4 dalam 1000 ml air
2. buat larutan II : 1.781 g Na2HPO4.2H20 dalam 1000 ml air
3. campuran 51.0 ml larutan II dengan 49.0 ml larutan I akan menghasilkan
larutan bufer dengan pH 7.0
2.2 Metode
Masing-masing daun tanaman yang digunakan sebagai sumber inokulum diambil
secukupnya dan ditimbang, kemudian digerus dalam mortar dengan diberi bufer fosfat
dengan perbandingan berat basah daun : bufer fosfat adalah 1:10 (b/v), kecuali untuk
TMV 1:200 (b/v dalam akuades). Dari hasil penggerusan ini didapat sap sebagai inokulum
virus yang siap untuk dioleskan ke tanaman indikator.
Daun tanaman indikator yang akan diinokulasi ditaburi serbuk Carborundum. Sebaiknya
dipilih paling sedikit dua daun dari masing-masing tanaman untuk diinokulasi dan diberi
label (pada tangkai daunnya). Celupkan kapas yang telah dililitkan pada tusuk gigi ke
dalam sap sumber inokulum kemudian oleskan pada permukaan atas daun satu sampai
tiga kali dengan arah dari pangkal daun ke ujung daun. Pada saat mengoleskan sap,
permukaan bawah daun dapat ditopang dengan tangan menggunakan alas plastik untuk
mencegah kontaminasi.
Setelah diinokulasi tanaman ditempatkan di dalam kurungan kedap serangga dan
dipelihara selama masa pengamatan.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan


Tabel perkembangan dan tipe gejala inokulasi TMV dan CMV pada tiga jenis
tanaman Indikator
1 hari setelah inokulasi (HSI)
Tanaman Ulanga Gejala Gejala
n TMV CMV
Chenopodium K Tanpa gejala (TG) Tanpa gejala (TG)
amaranticolor 1 TG TG
2 TG TG
3 TG TG
Nicotiana glutinosa K TG TG
1 TG TG
2 TG TG
3 TG TG
Nicotiana tabacum K TG TG
1 TG TG
2 TG TG
3 TG TG

2 hari setelah inokulasi (HSI)


Tanaman Ulanga Gejala Gejala
n TMV CMV
Chenopodium K TG TG
amaranticolor 1 TG TG
2 Bintik-bintik hijau pucat di daun TG
yang diinokulasi
3 TG TG
Nicotiana glutinosa K Sebagian jaringan mengalami TG
klorotik, tidak beraturan pada
daun
yang diinokulasi, daun lain TG
1 Bercak berwana hijau pucat TG
berukuran 5-7 mm
2 Bercak berwana hijau pucat TG
berukuran 5-7 mm
3 Bercak berwana hijau pucat TG
berukuran 5-7 mm
Nicotiana tabacum K TG TG
1 TG TG
2 TG TG
3 Sebagian jaringan mengalami TG
klorotik, tidak beraturan pada
daun
yang diinokulasi, daun lain TG
3 hari setelah inokulasi (HSI)
Tanaman Ulanga Gejala Gejala
n TMV CMV
Chenopodium K TG TG
amaranticolor 1 Bintik-bintik hijau pucat di daun TG
yang diinokulasi
2 Bintik-bintik hijau pucat di daun TG
yang diinokulasi
3 TG Bintik-bintik hijau pucat di daun
yang diinokulasi
Nicotiana glutinosa K Jaringan mengalami nekrosis TG
tidak
beraturan di daun yang
diinokulasi
1 Bercak klorotik berukuran 5-7 mm TG
2 Bercak klorotik berukuran 5-7 mm TG
3 Bercak klorotik berukuran 5-7 mm TG
Nicotiana tabacum K TG TG
1 TG TG
2 TG TG
3 Jaringan mengalami nekrosis TG
tidak beraturan, pada daun
yang
diinokulasi

4 hari setelah inokulasi (HSI)


Tanaman Ulanga Gejala Gejala
n TMV CMV
Chenopodium K TG TG
amaranticolor 1 Bintik-bintik hijau menguning di Bintik-bintik hijau pucat di daun
daun yang diinokulasi yang diinokulasi
2 Bintik-bintik hijau menguning di TG
daun yang diinokulasi
3 Bintik-bintik hijau pucat di daun Bintik-bintik hijau pucat di daun
yang diinokulasi yang diinokulasi
Nicotiana glutinosa K Sebagian jaringan layu dan TG
mengering pada daun yang
diinokulasi
1 Terjadi lesion local nekrotik, 13 TG
per daun, di daun yang
diinokulasi
2 Terjadi lesion local nekrotik, 17 TG
per
daun, di daun yang diinokulasi
3 Terjadi lesion local nekrotik, 10 TG
per
daun, di daun yang diinokulasi
Nicotiana tabacum K TG TG
1 TG TG
2 TG TG
3 Sebagian jaringan layu dan TG
mengering pada daun yang
diinokulasi
5 hari setelah inokulasi (HSI)
Tanaman Ulanga Gejala Gejala
n TMV CMV
Chenopodium K TG TG
amaranticolor 1 Bintik-bintik jelas sebagai Bintik-bintik menguning di
lesion local klorotik di daun daun yang diinokulasi
yang
diinokulasi
2 Bintik-bintik jelas sebagai lesion Bintik-bintik hijau pucat di daun
lokal di daun yang diinokulasi yang diinokulasi
3 Bintik-bintik jelas sebagai Bintik-bintik hijau pucat di
lesion local klorotik di daun daun yang diinokulasi
yang
diinokulasi
Nicotiana glutinosa K TG
1 TG
2 TG
3 TG
Nicotiana tabacum K TG TG
1 Di daun pucuk baru membuka TG
ada
pewarnaan hijau tua
2 TG TG
3 TG TG

6 hari setelah inokulasi (HSI)


Tanaman Ulanga Gejala Gejala
n TMV CMV
Chenopodium K TG TG
amaranticolor 1 Bintik-bintik jelas sebagai Bintik-bintik hijau pucat di
lesion local klorotik di daun daun yang diinokulasi
yang
diinokulasi
2 Bintik-bintik jelas sebagai lesion Bintik-bintik hijau pucat di daun
lokal di daun yang diinokulasi yang diinokulasi
3 Bintik-bintik jelas sebagai Bintik-bintik hijau pucat di
lesion local klorotik di daun daun yang diinokulasi
yang
diinokulasi
Nicotiana glutinosa K TG
1 TG
2 TG
3 Di daun pucuk baru membuka ada
pewarnaan hijau tua
Nicotiana tabacum K TG TG
1 Di daun pucuk baru membuka TG
ada
pewarnaan hijau tua
2 TG TG
3 Di daun pucuk baru membuka TG
ada
pewarnaan hijau tua
7 hari setelah inokulasi (HSI)
Tanaman Ulanga Gejala Gejala
n TMV CMV
Chenopodium K TG TG
amaranticolor 1 Jumlah lesion local klorotik 32 per Jumlah lesion local klorotik 18 per
daun, ukuran 0.75-2 mm daun, ukuran 0.75-2 mm
2 Jumlah lesion local klorotik 38 per Jumlah lesion local klorotik 23 per
daun, ukuran 0.75-2 mm daun, ukuran 0.75-2 mm
3 Jumlah lesion local klorotik 27 per Jumlah lesion local klorotik 15 per
daun, ukuran 0.75-2 mm daun, ukuran 0.75-2 mm
Nicotiana glutinosa K TG
1 Di daun pucuk baru membuka ada
pewarnaan hijau tua
2 Di daun pucuk baru membuka ada
pewarnaan hijau tua
3 Di daun pucuk baru membuka ada
pewarnaan hijau tua
Nicotiana tabacum K TG TG
1 Di daun pucuk baru membuka Di daun pucuk baru membuka ada
ada pewarnaan hijau tua
pewarnaan hijau tua
2 Di daun pucuk baru membuka Di daun pucuk baru membuka ada
ada pewarnaan hijau tua
pewarnaan hijau tua
3 Di daun pucuk baru membuka TG
ada
pewarnaan hijau tua

8 hari setelah inokulasi (HSI)


Tanaman Ulanga Gejala Gejala
n TMV CMV
Nicotiana glutinosa K TG
1 Di daun pucuk baru membuka ada
pewarnaan hijau tua
2 Di daun pucuk baru membuka ada
pewarnaan hijau tua
3 Di daun pucuk baru membuka ada
pewarnaan hijau tua
Nicotiana tabacum K TG TG
1 Daun pucuk membesar, mosaik Di daun pucuk baru membuka ada
semakin jelas pewarnaan hijau tua
2 Daun pucuk membesar, mosaik Di daun pucuk baru membuka ada
semakin jelas pewarnaan hijau tua
3 Daun pucuk membesar, mosaik Di daun pucuk baru membuka ada
semakin jelas pewarnaan hijau tua
9 hari setelah inokulasi (HSI)
Tanaman Ulanga Gejala Gejala
n TMV CMV
Nicotiana glutinosa K TG
1 Daun pucuk membesar, mosaik
semakin jelas
2 Daun pucuk membesar, mosaik
semakin jelas
3 Daun pucuk membesar, mosaik
semakin jelas
Nicotiana tabacum K TG TG
1 Daun pucuk membesar, mosaik Daun pucuk membesar, mosaik
semakin jelas semakin jelas
2 Daun pucuk membesar, mosaik Daun pucuk membesar, mosaik
semakin jelas semakin jelas
3 Daun pucuk membesar, mosaik Daun pucuk membesar, mosaik
semakin jelas semakin jelas

10 hari setelah inokulasi (HSI)


Tanaman Ulanga Gejala Gejala
n TMV CMV
Nicotiana glutinosa K TG
1 Daun pucuk terus
membuka, mosaic
semakin jelas
2 Daun pucuk terus membuka,
mosaic semakin jelas
3 Daun pucuk terus membuka,
mosaic semakin jelas
Nicotiana tabacum K TG TG
1 Daun pucuk terus membuka, Daun pucuk membesar, mosaik
mosaic semakin jelas semakin jelas
2 Daun pucuk terus membuka, Daun pucuk membesar, mosaik
mosaic semakin jelas semakin jelas
3 Daun pucuk terus membuka, Daun pucuk membesar, mosaik
mosaic semakin jelas semakin jelas
11 hari setelah inokulasi (HSI)
Tanaman Ulanga Gejala Gejala
n TMV CMV
Nicotiana glutinosa K TG
1 Daun yang bermosaik telah
membuka, mulai tumbuh tunas
daun
2 Daun yang bermosaik telah
membuka, mulai tumbuh tunas
daun
3 Daun yang bermosaik telah
membuka, mulai tumbuh tunas
daun
Nicotiana tabacum K TG TG
1 Daun yang bermosaik telah Daun pucuk terus
membuka, mulai tumbuh tunas membuka, mosaic
daun semakin jelas
2 Daun yang bermosaik telah Daun pucuk terus
membuka, mulai tumbuh tunas membuka, mosaic
daun semakin jelas
3 Daun yang bermosaik telah Daun pucuk terus
membuka, mulai tumbuh tunas membuka, mosaic
daun semakin jelas

12 hari setelah inokulasi (HSI)


Tanaman Ulanga Gejala Gejala
n TMV CMV
Nicotiana glutinosa K TG
1 Daun yang bermosaik telah
membuka, mulai tumbuh tunas
daun baru
2 Daun yang bermosaik telah
membuka, mulai tumbuh tunas
daun baru
3 Daun yang bermosaik telah
membuka, mulai tumbuh tunas
daun baru
Nicotiana tabacum K TG TG
1 Daun baru dan tunas Daun yang bermosaik telah
bergejala mosaik membuka, mulai tumbuh tunas
daun baru
2 Daun baru dan tunas Daun yang bermosaik telah
bergejala mosaik membuka, mulai tumbuh tunas
daun baru
3 Daun baru dan tunas Daun yang bermosaik telah
bergejala mosaik membuka, mulai tumbuh tunas
daun baru
13 hari setelah inokulasi (HSI)
Tanaman Ulanga Gejala Gejala
n TMV CMV
Nicotiana glutinosa K TG
1 Daun baru dan tunas bergejala
mosaik
2 Daun baru dan tunas bergejala
mosaik
3 Daun baru dan tunas bergejala
mosaik
Nicotiana tabacum K TG TG
1 Daun baru dan tunas bergejala Daun baru dan tunas bergejala
mosaic, daun yang diinokulasi TG mosaik
2 Daun baru dan tunas bergejala Daun baru dan tunas bergejala
mosaic, daun yang diinokulasi TG mosaik
3 Daun baru dan tunas bergejala Daun baru dan tunas bergejala
mosaic, daun yang diinokulasi TG mosaik

14 hari setelah inokulasi (HSI)


Tanaman Ulanga Gejala Gejala
n TMV CMV
Nicotiana glutinosa K TG
1 Daun baru dan tunas bergejala
mosaic, daun yang diinokulasi TG
2 Daun baru dan tunas bergejala
mosaic, daun yang diinokulasi TG
3 Daun baru dan tunas bergejala
mosaic, daun yang diinokulasi TG
Nicotiana tabacum K TG
1 Daun baru dan tunas bergejala
mosaic, daun yang diinokulasi TG
2 Daun baru dan tunas bergejala
mosaic, daun yang diinokulasi TG
3 Daun baru dan tunas bergejala
mosaic, daun yang diinokulasi TG
Tipe Gejala TMV dn CMV pada tiga jenis Tanaman Indikator

Gejala TMV Gejala CMV


Chenopodium amaranticolor

Nicotianan glutinosa

Nicotiana tabacum
3.2 Pembahasan

Pengamatan proses inokulasi mekanis dilakukan pada tiga jenis tanaman, yaitu
Chenopodium amaranticolor, Nicotiana tabacum, dan Nicotiana glutinosa. Inokulasi
mekanis terjadi ketika suatu cairan yang mengandung virus masuk ke dalam jaringan
tanaman melalui luka mikro. Pembuatan luka mikro dapat dilakukan dengan cara
memberikan bahan abrasif pada permukaan daun seperti serbuk carborundum.
Penggunaan jarum sebagai cara alternatif pengganti serbuk carborundum dapat dilakukan
dalam proses pembuatan luka mikro. Menurut Sopialena (2014) keberhasilan proses
inokulasi dipengaruhi oleh jenis virus, sumber inokulum, dan jenis tanaman uji. Sumber
inokulum yang memiliki sifat toksik terhadap tanaman uji dapat menghambat atau merusak
pertumbuhan jaringan tanaman uji. Oleh karena itu, penambahan buffer fosfat berfungsi
untuk mengurangi sifat toksik dari sap tanaman inang/sumber inokulum. Jenis tanaman
yang dipakai sebagai tanaman uji memiliki ciri utama berupa peka terhadap infeksi virus,
cepat menunjukkan gejala infeksi, dan mudah diperoleh. Tanaman uji yang digunakan
dalam inokulasi mekanis disebut tanaman indikator.

Tanaman indikator yang telah diinokulasi akan menunjukkan gejala/ lesio pada bagian daun
yang diinokulasi. Munculnya gejala/lesio pada tanaman indikator membutuhkan jangka
waktu tertentu. Waktu yang diperlukan patogen sejak masuk ke tubuh inang hingga
menimbulkan gejala pertama pada tubuh inang disebut periode inkubasi (Fadly et al. 2019).
Sebagai patogen pada tumbuhan, virus memiliki periode inkubasi yang berbeda-beda
bergantung pada jenis virus dan kondisi tanaman inang. Hasil pengamatan pada tabel
menunjukkan perbedaan waktu munculnya gejala pertama pada ketiga tanaman indikator
yang masing-masing diuji oleh dua jenis virus. Gejala ringan infeksi virus TMV muncul di
ketiga tanaman indikator pada hari ke-2 setelah inokulasi, sedangkan gejala akibat infeksi
virus CMV hanya muncul di Indikator Chenopodium amaranticolor pada hari ke-3 setelah
inokulasi. Lesio lokal akibat serangan virus TMV muncul pada Nicotiana glutinosa dan
Chenopodium amaranticolor berturut-urut di hari ke-4 dan ke-7 setelah inokulasi,
sedangkan lesio lokal akibat virus CMV hanya muncul pada Chenopodium amaranticolor di
hari ke-7. Gejala mosaik berat yang muncul pada pucuk dan daun baru dari Nicotina
tabacum akibat TMV dan CMV berturut-turut terjadi pada hari ke-13 dan hari ke-14.

Beberapa sumber literatur menunjukkan bahwa virus TMV dan CMV memiliki rentang
waktu inkubasi yang berbeda-beda sesuai dengan tanaman inangnya. Menurut Maranticha
et al. (2018) waktu inkubasi virus TMV pada Chenopodium amaranticolor dan Nicotina
tabacum berturut-turut 6 dan 14 hari setelah inokulasi. Menurut Tang et al. (2019) Gejala
klorosis dan mengkerut akibat inokulasi virus TMV pada daun Nicotina glutinosa biasanya
muncul pada hari ke-7 setelah inokulasi. Menurut Yoon et al. (2017) virus CMV
menyebabkan kemunculan gejala lesio nekrotik pada Chenopodium amaranticolor di hari
ke-5 setelah inokulasi virus serta gejala mosaik pada Nicotiana tabacum dan Nicotiana
glutinosa di rentang 10-14 hari setelah inokulasi virus.
Berdasarkan sifatnya, gejala dibagi menjadi dua jenis, yaitu gejala sistemik dan gejala lokal
(Hadiastono 2012). Gejala sistemik merupakan gejala yang dapat ditemukan pada seluruh
bagian tanaman (organ baru) yang rentan terhadap infeksi virus. Salah satu bentuk dari
gejala sistemik,yaitu pola mosaik pada daun. Mosaik merupakan pola tertentu yang
terbentuk pada daun sebagai akibat dari adanya perubahan pada pigmen warna daun.
Gejala mosaik dapat ditemukan pada bagian baru tanaman seperti daun muda. Gejala
mosaik biasanya disertai dengan malformasi daun dan kerdil. Contoh gejala mosaik pada
tanaman, yaitu mosaik tembakau, mosaik timun, dan mosaik kedelai. Gejala lokal
merupakan gejala yang hanya ditemukan pada area infeksi terjadi dan tidak menyebar ke
seluruh bagian tumbuhan. Salah satu bentuk dari gejala lokal,yaitu lesio lokal. Lesio lokal
merupakan bentuk pertahanan tanaman terhadap infeksi patogen untuk menghambat
penyebaran mikroorganisme patogen yang akan masuk ke dalam jaringan tanaman
(Oktafiyanto et al. 2018). Bentuk gejala lesio biasanya berupa bercak bewarna
kuning/klorosis pada daun atau mencoklatnya bercak daun sehingga menunjukkan
kematian jaringan (lesio nekrotik) Contoh gejala lesio lokal dapat ditemukan pada tanaman
indikator seperti bunga kenop (gomphrena globosa) dan Chenopodium amaranticolor.

BAB IV
KESIMPULAN

Inokulasi virus secara mekanis dilakukan dengan cara memberikan luka berukuran mikroskopis
pada permukaan daun dengan menggunakan serbuk carborundum atau penusukan dengan
jarum. Proses inokulasi virus akan menghasilkan gejala pada tanaman indikator yang diuji.
Gejala yang muncul pada tanaman indikator dapat berupa lesio lokal atau gejala sistemik
seperti munculnya mosaik pada daun baru.

DAFTAR PUSTAKA
Fadly F,Lubis L, Lisnawita. 2019. Pengaruh penyinaran ultra violet terhadap patogenitas
Fusarium moniliforme penyebab penyakit pokahbung pada tanaman tebu. Jurnal Agroteknologi
FP USU. 7(5): 38-45.

Hadiastono T. 2012. Virologi Tumbuhan: Identifikasi dan Diagnosis Virus Tumbuhan. Malang
(ID): UB Press.

Maranticha H, Hadiastono T, Martosudiro M. 2018. Pengaruh perbedaan umur tanaman saat


inokulasi Tobacco Mosaic Virus (TMV) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.). Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan. 6(1): 1-8.
Marfalino H, Mahessya RA. 2016. Membangun sistem pakar untuk diagnosa infeksi virus pada
anak dengan metode forward chaining. Jurnal Teknologi. 6(2): 60-66.

Oktafiyanto MF, Munif A, Mutaqin KH. 2018. Aktivitas Antagonis Bakteri Endofit Asal Mangrove
terhadap Ralstonia solanacearum dan Meloidogyne spp. Jurnal Fitopatologi Indonesia. 14(1):
23-29.

Prasetyawati CA, Dania AS. 2017. Tahapan perbanyakan jamur Trichoderma harzianum
dengan media dedak dan aplikasinya pada tanaman murbei (Morus sp.). Jurnal info teknis
Eboni. 14(1): 1-10.

Sastrahidayat IR. 2013. Fitopatologi (Ilmu Penyakit Tumbuhan). Malang (ID): UB press.

Sopialena. 2014. Efektivitas beberapa cara penularan virus mosaik pada tanaman cabai. Jurnal
AGRIFOR. 13(2): 207-212.

Tang ZQ, Shang J, Zhang L, Du JB, Yang H, Zeng SH, Li PL, Bawa G, Yu L, Hou XX, Yang WY. 2019.
Characterization of synergy between Cucumber Mosaic Virus and Alternaria alternata in
Nicotiana tabacum. Journal of Physiological and Molecular Plant Pathology. 10(8): 1-7.

Yoon JY, Choi GS, Choi SK. 2017. First report of cucumber mosaic virus in Farfugium japonicum
in Korea. Journal of Plant Disease. 101(1): 264-264.

Anda mungkin juga menyukai