Oleh :
No.BP : 1610252044
Kelas : Prot C
2. Ir. Reflin. MP
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak saat itu muncul perhatian yang sangat besar terhadap phytopathology
dengan kajian kuantitatif terhadap perkembangan dan penyebaran penyakit
tanaman. Kajian tersebut dikenal dengan epidemiologi penyakit tanaman. Epi yang
artinya pada.dan demos yang berarti manusia atau epipytotic berasal dari kata epi
yang berari pada dan phyto berarti tanaman.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui tanda dan gejala pada
tanaman yang terserang penyakit ( virus ), serta tingkat insidensi dan severitas
dari tanaman tersebut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kata epidemi berasal dari bahasa Yunani, tersusun atas dua kata dasar yaitu
“ epos ” yang artinya diantara, pada, atau mengenai dan “ demos ” yang artinya
rakyat, banyak, atau populasi. Dengan menggunakan pengertian analogi maka,
epidemiologi penyakit tanaman berarti ilmu yang mempelajari penyakit yang
banyak berkembang pada populasi tanaman atau mempelajari penyakit tanaman
yang (mungkin) berkembang menjadi mewabah. Petani mengusahakan tanaman
sebagai pertanaman, atau kelompok (populasi) tanaman, sehingga kerugian yang
diderita oleh petani terjadi pada aras (level) populasi. Oleh karena itu, epidemiologi
selalu mempertimbangkan penyakit dalam populasi tanaman.
Suatu penyakit yang terdapat merata, terjadi terus menerus di setiap musim
dan berasal dari daerah yang bersangkutan, tidak dianggap sebagai penyakit
epidemik, tetapi penyakit endemik. Penyakit exotik terdapat merata tetapi berasal
dari daerah lain. Suatu penyakit yang merata di seluruh benua atau dunia disebut
pandemik, tetapi jika penyakit hanya terdapat di sana-sini dengan selang waktu
yang tidak tertentu dan tidak meningkat disebut sporadik.
1. Faktor dalam adalah faktor yang berada dalam tubuh orgnisme seperti organ
tubuh dan keadaan fisiologisnya.
2. Faktor luar adalah faktor yang berada di luar tubuh organisme yang
mempengaruhinya langsung dan tidak langsung yaitu faktor fisik, biotik dan
makanan.
Faktor fisik dapat dibedakan menjadi unsur cuaca dan topografi suatu
daerah merupakan faktor penghambat atau sekurang-kurangnya mempengaruhi
penyebaran Epidemiologi Tumbuhan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan topografi
yang menyebabkan terjadinya perbedaan faktor iklim dan secara tidak langsung
menimbulkan perbedaan tumbuhan yang tumbuh.
Faktor biotik adalah semua faktor yang pada dasarnya bersifat hidup dan
berperan dalam keseimbangan populasi Epidemiologi Tumbuhan. Termasuk dalam
faktor biotik adalah parasit, predator, kompetisi dan resistensi tanaman.Faktor
makanan adalah unsur utama yang menentukan perkembangan OPT. tersedianya
inang(tanaman dan hewan) yang menjadi sumber makanan merupakan faktor
pembatas dalam menentukan taraf kejenuhan populasi (carryng Capacity)
lingkungan atas Epidemiologi Tumbuhan.
1. Suhu
Pengaruh suhu terhadap kehidupan serangga banyak dipelajari di
negara beriklim dingin/sedang, dimana suhu selalu berubah menurut
musim. Di negara tropika seperti Indonesia keadaanya berbeda, iklimnya
hampir sama sehingga variasi suhu relatif kecil. Perbedaan suhu yang nyata
adalah karena ketinggian. Serangga adalah organisme yang sifatnya
poikilotermal sehingga suhu badan serangga banyak dipengaruhi dan
mengikuti perubahan suhu udara.
Beberapa aktifitas serangga dipengaruhi oleh suhu dan kisaran suhu
optimal bagi serangga bervariasi menurut spesiesnya. Secara garis besar
suhu berpengaruh pada kesuburan/produksi telur, laju pertumbuhan dan
migrasi atau penyebarannya.
Mengukur kecepatan pertumbuhan serangga dalam hubungannya
dengan suhu dapat dilakukan sengan thermal constant. Hal tersebut
berdasarkan asumsi bahwa terdapat hubungan antara perkembangan
serangga dengan jumlah thermal constant biasanya dinyatakan dengan hari
derajat (day degree accumulation). Walaupun kurang tepat namun sering
digunakan untuk perkiraan perkembangan serangga.
Kematian serangga dalam hubungannya dengan suhu terutama
berkaitan dengan pengaruh batas-batas ekstrim dan kisaran yang masih
dapat ditahanserangga (suhu cardinal). Suhu yang sangat tinggi mempunyai
pengaruh langsung terhadap denaturasi/ merusak sifat protein yang
mengakibatkan serangga mati. Pada suhu rendah kematian serangga terjadi
karena terbentukknya kristal es dalam sel.
2. Kelembaban
Serangga seperti juga hewan yang lain harus memperhatikan
kandungan air dalam tubuhnya, akan mati bila kandungan airnya turun
melewati batas toleransinya. Berkurangnya kandungan air tersebut
berakibat kerdilnya pertumbuhan dan rendahnya laju metabolisme.
Kandungan air dalam tubuh serangga bervariasi dengan jenis serangga, pada
umumnya berkisar antara 50-90% dari berat tubuhnya. Pada serangga
berkulit tubuh tebal kandungan airnya lebih rendah.
Agar dapat mempertahankan hidupnya serangga harus selaluu
berusaha agar terdapat keseimbangan air yang tepat. Beberapa serangga
harus dilingkungan udara yang jenuh dengan uap air sedang yang lainnya
mampu menyesuaikan diri pada keadaan kering bahkan mampu menahan
lapar untuk beberapa hari. Kelembaban juga mempengaruhi sifat-sifat,
kemampuan bertelur dan pertumbuhan serangga.
3. Cahaya
Cahaya mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan,
perkembangannya dan tahan kehidupannya serangga baik secara langsung
maupun tidak langsung. Cahaya mempengaruhi aktifitas serangga, cahaya
membantu untuk mendapatkan makanan, tempat yang lebih sesuai.
Setiap jenis serangga membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda
untuk aktifitasnya. Berdasarkan hasl di atas serangga dapat digolongkan
menjadi :
o Serangga diurnal yaitu serangga yang membutuhkan intensitas cahaya
tinggi aktif pada siang hari
o Serangga krepskular adala serangga yang membutuhkan intensitas cahaya
sedang aktif pada senja hari.
o Serangga nokturnal adalah serangga yang membutuhkan intensitas cahaya
rendah aktif pada malam hari.
4. Pergerakan udara
C. Cara Kerja
Pertama meminta izin kepada pemilik kebun/tanaman sebelum masuk ke
kebun. Periksa pertanaman yang ada dan cari kemungkinan permasalahan tanaman
yang sedang dihadapi petani. Konsultasi kepada petani agar petani mau
mengemukakan masalah yang dihadapi, dan catat pendapatnya. Diamati dan dicatat
komponen-komponen tanda penyakit tanaman serta gejala dan tanda serangan
untuk hama tanaman. Disusun deskripsi permasalahan dengan mengisi formulir
yang dibawa serta ke lapangan (tentang lapangan, sejarah pertanaman, praktik yang
telah dilakukan petani seperti : pengolahan tanah, pola tanam, waktu tanam, varietas
yang ditanam, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit yang
dilakukan, dan lain - lain). Diambil sejumlah sampel tanaman untuk pengamatan
yang dapat mewakili keadaan di lapangan. Diperiksa tanaman individual secara
detail, catat gejala dan tanda. Jangan lupa diperiksa juga kondisi tanaman bagian
bawah (dekat tanah dan perakaran).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel hasil insidensi penyakit Gemini virus pada tanaman terong
A. Kesimpulan
B. Saran
Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia). Gadjah
Mada University Press.
A. Dokumentasi
Gambar Keterangan
B. Perhitungan
𝒏
Insidensi Penyakit = 𝑵 x 100%
= 9,37 %
Kelompok 2: n= 18, N= 35
𝑛
Insidensi Penyakit = 𝑁 x 100%
18
= 35 x 100 %
= 51,42 %
Kelompok 3: n= 16, N= 29
𝑛
Insidensi Penyakit = 𝑁 x 100%
16
= 29 x 100 %
= 55,17 %