Anda di halaman 1dari 13

PEMURNIAN JAMUR PATOGEN DAN ANTAGONIS

(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)

Oleh
Daryati
1214121047

LABORATORIUM PENYAKIT TANAMAN


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit pada tanaman disebabkan oleh patogen, patogen tersebut akan
menimbulkan interaksi dengan tanaman inang dan dengan lingkungan yang
mendukung maka patogen tersebut akan cepat menimbulkan infeksi dan
melakukan penyebaran. Patogen merupakan jamur yang dapat menyebabkan
penyakit pada tanaman.
Jamur yang menyerang tanaman dapat bersifat patogen dan ada juga yang bersifat
antagonis. Jamur yang bersifat patogen merupakan jamur yang dapat
menyebabkan penyakit pada tanaman. Sedangkan jamur yang bersifat antagonis
yaitu jamur yang dapat mengendalikan pertumbuhan jamur patogen yang
menyebabkan penyakit tersebut.
Dalam praktikum ini akan dilakukan pemurnian jamur patogen dan antagonis. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan pertumbuhan antara jamur
antagonis dengan jamur patogen. Dalam hal ini biasanya jamur patogen dan jamur
antagonis dijadikan satu cawan petri guna untuk mengetahui seberapa besar jamur
antagonis dapat menghambat jamur patogen. Tapi dalam praktikum ini jamur
patogen dan jamur antagonis ditempatkan dicawan yang berbeda-beda tidak
dijadikan satu,hal tersebut dapat disebut dengan pemurnian.
Dengan pemurnian tersebut dapat terlihat adanya perbedaan pertumbuhan jamur
patogen dengan jamur antagonis. Dengan melakukan pengukuran diameter
masing-masing jamur. Dalam praktikum ini digunakan jamur Sclerotium rolfsii
sebagai agen patogen dan jamur Tricoderma sp sebagai agen antagonis.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui cara pemurnian jamur.
2. Mengetahui perbedaan pertumbuhan antara jamur pathogen dan
antagonis.

3. Mengetahui karakteristik antara jamur pathogen dan antagonis.

II. METODELOGI PERCOBAAN

2.1 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya adalah jarum
ose,cawan petri bunsen dan alat tulis.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya adalah media
PDA,jamur Sclerotium rolfsii,jamur Tricoderma sp,plastik perekat dan label.

2.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja atau cara yang digunakan dalam melakukan praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Disterilkan tangan dengan menggunakan alkohol.
3. Dipanaskan media PDA didekat busen.
4. Dipanaskan jarum ose pada Bunsen.
5. Diambil jamur Sclerotium rolfsii atau jamur Tricoderma sp yang sudah
dibor dengan menggunakan jarum ose.
6. Diletakkan salah satu jamur tersebut diatas media PDA yang sudah
disiapkan.
7. Diputar-putar cawan didekat api bunsen.
8. Ditutup pinggir cawan dengan menggunakan plastic perekat.
9. Diberi label pada cawan tersebut.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari/tanggal
Kamis,
27-3-2014

Gambar
Tricoderma sp

Diameter
sclerotium rolfsii
pada pengamatan
pertama yaitu 2
cm. jamur masih
berwarnaputih

Masa inkubasi
jamur ini yaitu
sehari setelah
jamur
dipindahkan
dimedia PDA

Tricoderma sp

Diameter
Tricoderma sp
pada pengamatan
kedua yaitu 3,4
cm dan warna
jamur berubah
menjadi hijau.

Masa inkubasi
satu hari sesudah
ditumbuhkan
dimedia
PDA,jamur
tersebut sudah
mulai tumbuh.

Sclerotium rolfsii

Diameter
Sclerotium rolfsii
pada pengamatan
kedua yaitu 3cm
dan jamur
terkontaminasi
sehingga
berwarna hijau.
Diameter
Tricoderma sp
pada pengamatan
ketiga yaitu 8cm
dan warna jamur
berubah menjadi

Masa inkubasi
satu hari sesudah
ditumbuhkan
dimedia PDA.

Sclerotium rolfsii

Jumat ,
28-3-2014

Selasa,
1-4-2014

Keterangan
Diameter
Masa inkubasi
Diameter
Masa inkubasi
Tricoderma sp
dari jamur ini
pada pengamatan yaitu sehari
pertama yaitu 2,5 setelah
cm. jamur masih dipindahkan
berwarna putih.
dalam media
PDA

Tricoderma sp

Masa inkubasi
satu hari sesudah
ditumbuhkan
dimedia PDA.

hijau yang
menjadi meluas.

Sclerotium rolfsi

Diameter
Sclerotium rolfsii
pada pengamatan
kedua yaitu
7,5cm dan jamur
terkontaminasi
sehingga
berwarna hijau
semakin meluas.

Masa inkubasi
satu hari sesudah
ditumbuhkan
dimedia PDA.

3.2 Pembahasan
Pemurnian jamur patogen dan antagonis merupakan pemisahan antara jamur
pathogen dan jamur antagonis. Pemisahan ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan pertumbuhan masing-masing jamur. Yang dimaksud dengan jamur
patogen yaitu jamur yang dapat menyebabkan penyakit,sedangkan jamur bersifat
antagonis adalah jamur tersebut dapat menghambat pertumbuhan dari jamur
patogen atau jamur yang dapat mengendalikan jamur pathogen yang dapat
menyebabkan penyakit. Dalam praktikum ini jamur Sclerotium rolfsii merupakan
jamur patogen sedangkan jamur Tricoderma sp sebagai jamur antagonis yang
dapat mengendalikan jamur Sclerotium rolfsii sebagai penyebab penyakit.
Jamur Tricoderma sp merupakan cendawan antagonis yang banyak terdapat di
tanah dan digunakan untuk mengendalikan patogen tanah.Trichoderma spp.
mempunyai sifat mikroparasitik yaitu kemampuan untuk menjadi parasit
cendawan lain. Sifat inilah yang dimanfaatkan sebagai biokontrol terhadap jenisjenis cendawan fitopatogen.
Trichoderma spp. dapat memproduksi enzim litik dan antibiotik antifugal. Selain
ituTrichoderma spp. juga dapat berkompetisi dengan patogen dan dapat
membantu pertumbuhan tanaman, serta memiliki kisaran penghambatan yang luas
karena dapat menghambat berbagai jenis fungi.

Morfologi dari jamur Tricoderma sp. diantaranya yaitu pada media yang
nutrisinya terbatas, koloni tampak transparan, sedangkan pada media yang
nutrisinya lebih banyak, koloni dapat terlihat lebih putih. Konidia dapat terbentuk
dalam satu minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau putih. Pada beberapa
spesies dapat diproduksi semacam bau seperti permen atau kacang.
Konidia terdapat pada struktur konidiofor. Konidiofor ini memiliki banyak
cabang. Cabang utama akan membentuk cabang. Ada yang berpasangan ada yang
tidak. Cabang tersebut kemudian akan bercabang lagi, pada ujung cabang
terdapat fialid. Fialid dapat berbentuk silindris, lebarnya dapat sama dengan
batang utama ataupun lebih kecil. Fialid dapat terletak pada ujung cabang
konidiofor ataupun pada cabang utama.
Konidia secara umum kering, namun pada beberapa spesies dapat berwujud cairan
yang berwarna hijau bening atau kuning.Bentuknya secara umun adalah elips,
jarang ditemukan bentuk globosa. Secara umum konidia bertekstur halus.
Koloni Trichoderma spp.pada media agar pada awalnya terlihat berwarna putih
selanjutnya miselium akan berubah menjadi kehijau-hijauan lalu terlihat sebagian
besar berwarna hijau ada ditengah koloni dikelilingi miselium yang masih
berwarna putih dan pada akhirnya seluruh medium akan berwarna hijau (Umrah,
1995 dalam Nurhayati, 2001).
Koloni pada medium OA (20oC) mencapai diameter lebih dari 5 cm dalam waktu
9 hari, semula berwarna hialin, kemudian menjadi putih kehijauan dan selanjutnya
hijau redup terutama pada bagian yang menunjukkan banyak terdapat konidia.
Konidifor dapat bercabang menyerupai piramida, yaitu pada bagian bawah cabang
lateral yang berulang-ulang, sedangkan kearah ujung percabangan menjadi
bertambah pendek.Fialid tampak langsing dan panjang terutama apeks dari
cabang, dan berukuran (2,8-3,2) m x (2,5-2,8) m, dan berdinding halus.
Klamidospora umumnya ditemukan dalam miselia dari koloni yang sudah tua,
terletak interkalar kadang terminal, umumnya bulat,berwarna hialin, dan
berdinding halus (Gandjar,dkk., 1999 dalam Tindaon, 2008).

Sclerotium rolfsii merupakan salah satu jamur patogen yang menyebabkan


beberapa penyakit pada tanaman, seperti busuk batang, layu serta rebah
kecambah. Jamur Sclerotium rolfsii menyerang tanaman kacang tanah serta
tanaman lain seperti kentang, tomat, kedelai, kubis-kubisan, bawang, seledri,
jagung, selada, kapas, tembakau dan tanaman dari famili Cucurbitaceae.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan didapatkan ukuran diameter sklerotia
0,05-2 mm dan bentuk perkecambahan sklerotia dispersif seperti kapas berwarna
putih. Ukuran terkecil dari diameter koloni Sclerotium adalah 0,61 cm dan ukuran
terbesarnya 1,71 cm sedangkan untuk pengukuran kecepatan pertumbuhan
miselium yang terlambat adalah 3,1 mm/hari dan yang tercepat adalah 8,54
mm/hari yang dapat dilihat pada hari kedua dan hari ketujuh penelitian.
Miselium yang terdiri dari benang-benang, berwarna putih, tersusun seperti bulu
atau kipas. Di sini jamur tidak membentuk spora. Untuk pemencaran dan untuk
mempertahankan diri jamur membentuk sejumlah sklerotium yang semula
berwarna putih, kelak menjadi coklat, dengan garis tengah lebih kurang 1 mm.
Butir-butir ini mudah sekali lepas dan terangkut oleh air. Sklerotium mempunyai
kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam
tanah sklerotium dapat bertahan sampai 6- 7 tahun (Untung, 2006).
Miselium cendawan S.rolfsii berwarna putih seperti. Sel hifa primer di bagian tepi
koloni mempunyai lebar 49 m, dan panjang mencapai 350 m (Semangun
1993).
Dalam praktikum ini terdapat perbedaan pertumbuhan antara jamur patogen
dengan jamur antagonis. Hal ini terlihat pada pengamatan pertama,kedua dan
ketiga jamur Tricoderma sp memiliki panjang diameter yang lebih panjang dari
pada jamur sclerotium rolfsii. Hal ini menunjukkan bahwa jamur tersebut yaitu
jamur Tricoderma sp ini dapat menghambat pertumbuhan atau dapat membantu
dalam mengendalikan jamur patogen yaitu Sclerotium rolfsii. Diameter jamur
antagonis pada pengamatan pertama,kedua dan ketiga adalah 2,5 cm,3,4cm dan 8
cm. sedangkan untuk jamur patogen pada pengamatan pertama,kedua dan ketiga
berdiameter 2cm,3cm dan 7,5 cm. Tetapi terdapat kontaminan pada jamur

Sclerotium rolfsii seharusnya jamur ini berwarna coklat keputihan tetapi warna
jamur ini hijau seperti warna jamur Tricoderma sp. kontaminasi tersebut dapat
disebabkan karena alat-alat yang digunakan kurang steril serta lingkungan yang
kurang mendukung sehingga dapat menyebabkan jamur Sclerotium rolfsii tersebut
dapat terkontaminasi.
Dalam hal ini jamur antagonis memiliki cara atau mekanisme dalam menghambat
pertumbuhan jamur tersebut. Menurut Gultom (2008), mekanisme utama
pengendalian patogen tanaman yang bersifat tular tanah dengan menggunakan
cendawan Trichoderma spp. melalui :
a. Mikoparasit (memarasit miselium cendawan lain dengan menembus dinding sel
dan masuk kedalam sel untuk mengambil zat makanan dari dalam sel sehingga
cendawan akan mati).
b. Menghasilkan antibiotik seperti alametichin, paracelsin, trichotoxin yang dapat
menghancurkan sel cendawan melalui pengrusakan terhadap permeabilitas
membran sel, dan enzim chitinase, laminarinase yang dapat menyebabkan lisis
dinding sel
c. Mempunyai kemampuan berkompetisi memperebutkan tempat hidup dan
sumber makanan.
d. Mempunyai kemampuan melakukan interfensi hifa. Hifa Trichoderma spp.
Akan mengakibatkan perubahan permeabilitas dinding sel.
kemampuan antagonis Trichoderma spp. berhubungan dengan mekanismemekanisme berikut : Trichoderma spp.mengeluarkan toksin yang menyebabkan
terlambatnya pertumbuhan bahkan mematikan inangnya dan Trichoderma
spp.menghasilkan enzim hidrolitik -1,3 glukanase, kitinase dan selulase.
Kemampuan dan mekanisme Trichoderma dalam menghambat pertumbuhan
patogen secara rinci bervariasi pada setiap spesiesnya. Perbedaan kemampuan ini
disebabkan oleh faktor ekologi yang membuat produksi bahan metabolit yang
bervariasi pula.

Trichoderma memproduksi metabolit yang bersifat volatil dan non


volatil. Metabolit non volatil lebih efektif dibandingkan dengan yang volatil.
Metabolit yang dihasilkan Trichoderma dapat berdifusi melalui membran
dialisis yang kemudian dapat menghambat pertumbuhan beberapa patogen. Salah
satu contoh metabolit tersebut adalah monooksigenase yang muncul saat adanya
kontak antar jenis Trichoderma, dan semakin optimal pada pH 4. Ketiadaan
metabolit ini tidak akan mengubah morfologi dari Trichoderma namun hanya
akan menurunkan kemampuan penghambatan patogen.
Sclerotium rolfsii memiliki permukaan sklerotium dapat menge-luarkan eksudat
berupa ikatan ion, protein, karbohidrat, enzim endopoligalakturo-nase, dan asam
oksalat. Asam oksalat yang dihasilkan S. rolfsii bersifat racun terhadap tanaman
(fitotoksik). S. rolfsii juga mengeluarkan L-prolin yang merupakan antibiotic
terhadap bakteri tertentu. Selama masa awal pertum-buhannya, pembentukan
asam oksalat meningkat. Patogen akan berkembang baik pada cuaca dengan suhu
antara 27 30oC. Pada kondisi demikian menyebabkan kelembaban yang sesuai
bagi perkembangan patogen. Faktor lain yang juga penting untuk
mempertahankan kelembaban tersebut adalah hujan yang tidak terlalu basah pada
permukaan tanah. Penyebaran patogen dapat terjadi melalui pergerakan air, tanah
yang terinfeksi, perlatan yang terkontaminasi, bagian tanaman yang terinfeksi dan
sklerotia yang tercampur benih (Rusmawati, 2002).

IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut :


1. Jamur Sclerotium rolfsii merupakan jamur patogen yang dapat menyebabkan
penyakit dan jamur Tricoderma sp merupakan jamur antagonis yang dapat
menghambat pertumbuhan jamur patogen.
2. Cara pemurnian jamur patogen dan antagonis yaitu dengan cara memisahkan
jamur patogen dengan jamur antagonis agar didapatkan perbedaan
pertumbuhan masing-masing jamur.
3. Pada pengamatan pertama hingga ketiga jamur Tricoderma sp memiliki
diameter lebih luas dari pada jamur Sclerotium rolfsii yaitu 2cm,3 cm,dan 7,5
cm dan 2,5 cm,3,4 cm dan 8 cm.

4. Jamur Tricoderma sp memproduksi senyawa volatile yang dapat menghampat


pertumbuhan jamur patogen Sclerotium rolfsii.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2014. Tricoderma sp. http://id.wikipedia.org/wiki/Trichoderma.Diakses


tanggal 31 Mei 2014.
Gultom, J.M., 2008. Pengaruh Pemberian Beberapa Jamur Antagonis dengan
Berbagai Tingkat Konsentrasi Untuk Menekan Perkembangan Jamur
Phytium sp Penyebab Rebah Kecambah pada Tanaman Tembakau(Nicotiana
tabaccum L.) http://repository.usu.ac.id.pdf. Diakses 31 Mei 2014.
Nurhayati, H., 2001. Pengaruh Pemberian Trichoderma sp. Terhadap Daya
Infeksi dan Ketahanan Hidup Sclerotium roflsii pada Akar Bibit Cabai.
Skripsi Fakultas Pertanian UNTAD, Palu.
Rusmawati, K.Y.2002.Pengaruh Solarisasi Tanah Terhadap Penyakit Tular
Tanah Produksi Benih Kacang Tanah.http://www.balitbang.deptan.go.id.
diakses 31 Maret 2014.
Semangun, Hartono. 1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Tandion, H., 2008. Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum dan Pupuk
Organik Untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium roflsii

Sacc. Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) di Rumah Kasa.


http://repository.usu.ac.id.pdf. Diakses tanggal 31 maret 2014.
Untung K,2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (Edisi ke-2). Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai