Oleh
Daryati
1214121047
I. PENDAHULUAN
Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari/tanggal
Kamis,
27-3-2014
Gambar
Tricoderma sp
Diameter
sclerotium rolfsii
pada pengamatan
pertama yaitu 2
cm. jamur masih
berwarnaputih
Masa inkubasi
jamur ini yaitu
sehari setelah
jamur
dipindahkan
dimedia PDA
Tricoderma sp
Diameter
Tricoderma sp
pada pengamatan
kedua yaitu 3,4
cm dan warna
jamur berubah
menjadi hijau.
Masa inkubasi
satu hari sesudah
ditumbuhkan
dimedia
PDA,jamur
tersebut sudah
mulai tumbuh.
Sclerotium rolfsii
Diameter
Sclerotium rolfsii
pada pengamatan
kedua yaitu 3cm
dan jamur
terkontaminasi
sehingga
berwarna hijau.
Diameter
Tricoderma sp
pada pengamatan
ketiga yaitu 8cm
dan warna jamur
berubah menjadi
Masa inkubasi
satu hari sesudah
ditumbuhkan
dimedia PDA.
Sclerotium rolfsii
Jumat ,
28-3-2014
Selasa,
1-4-2014
Keterangan
Diameter
Masa inkubasi
Diameter
Masa inkubasi
Tricoderma sp
dari jamur ini
pada pengamatan yaitu sehari
pertama yaitu 2,5 setelah
cm. jamur masih dipindahkan
berwarna putih.
dalam media
PDA
Tricoderma sp
Masa inkubasi
satu hari sesudah
ditumbuhkan
dimedia PDA.
hijau yang
menjadi meluas.
Sclerotium rolfsi
Diameter
Sclerotium rolfsii
pada pengamatan
kedua yaitu
7,5cm dan jamur
terkontaminasi
sehingga
berwarna hijau
semakin meluas.
Masa inkubasi
satu hari sesudah
ditumbuhkan
dimedia PDA.
3.2 Pembahasan
Pemurnian jamur patogen dan antagonis merupakan pemisahan antara jamur
pathogen dan jamur antagonis. Pemisahan ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan pertumbuhan masing-masing jamur. Yang dimaksud dengan jamur
patogen yaitu jamur yang dapat menyebabkan penyakit,sedangkan jamur bersifat
antagonis adalah jamur tersebut dapat menghambat pertumbuhan dari jamur
patogen atau jamur yang dapat mengendalikan jamur pathogen yang dapat
menyebabkan penyakit. Dalam praktikum ini jamur Sclerotium rolfsii merupakan
jamur patogen sedangkan jamur Tricoderma sp sebagai jamur antagonis yang
dapat mengendalikan jamur Sclerotium rolfsii sebagai penyebab penyakit.
Jamur Tricoderma sp merupakan cendawan antagonis yang banyak terdapat di
tanah dan digunakan untuk mengendalikan patogen tanah.Trichoderma spp.
mempunyai sifat mikroparasitik yaitu kemampuan untuk menjadi parasit
cendawan lain. Sifat inilah yang dimanfaatkan sebagai biokontrol terhadap jenisjenis cendawan fitopatogen.
Trichoderma spp. dapat memproduksi enzim litik dan antibiotik antifugal. Selain
ituTrichoderma spp. juga dapat berkompetisi dengan patogen dan dapat
membantu pertumbuhan tanaman, serta memiliki kisaran penghambatan yang luas
karena dapat menghambat berbagai jenis fungi.
Morfologi dari jamur Tricoderma sp. diantaranya yaitu pada media yang
nutrisinya terbatas, koloni tampak transparan, sedangkan pada media yang
nutrisinya lebih banyak, koloni dapat terlihat lebih putih. Konidia dapat terbentuk
dalam satu minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau putih. Pada beberapa
spesies dapat diproduksi semacam bau seperti permen atau kacang.
Konidia terdapat pada struktur konidiofor. Konidiofor ini memiliki banyak
cabang. Cabang utama akan membentuk cabang. Ada yang berpasangan ada yang
tidak. Cabang tersebut kemudian akan bercabang lagi, pada ujung cabang
terdapat fialid. Fialid dapat berbentuk silindris, lebarnya dapat sama dengan
batang utama ataupun lebih kecil. Fialid dapat terletak pada ujung cabang
konidiofor ataupun pada cabang utama.
Konidia secara umum kering, namun pada beberapa spesies dapat berwujud cairan
yang berwarna hijau bening atau kuning.Bentuknya secara umun adalah elips,
jarang ditemukan bentuk globosa. Secara umum konidia bertekstur halus.
Koloni Trichoderma spp.pada media agar pada awalnya terlihat berwarna putih
selanjutnya miselium akan berubah menjadi kehijau-hijauan lalu terlihat sebagian
besar berwarna hijau ada ditengah koloni dikelilingi miselium yang masih
berwarna putih dan pada akhirnya seluruh medium akan berwarna hijau (Umrah,
1995 dalam Nurhayati, 2001).
Koloni pada medium OA (20oC) mencapai diameter lebih dari 5 cm dalam waktu
9 hari, semula berwarna hialin, kemudian menjadi putih kehijauan dan selanjutnya
hijau redup terutama pada bagian yang menunjukkan banyak terdapat konidia.
Konidifor dapat bercabang menyerupai piramida, yaitu pada bagian bawah cabang
lateral yang berulang-ulang, sedangkan kearah ujung percabangan menjadi
bertambah pendek.Fialid tampak langsing dan panjang terutama apeks dari
cabang, dan berukuran (2,8-3,2) m x (2,5-2,8) m, dan berdinding halus.
Klamidospora umumnya ditemukan dalam miselia dari koloni yang sudah tua,
terletak interkalar kadang terminal, umumnya bulat,berwarna hialin, dan
berdinding halus (Gandjar,dkk., 1999 dalam Tindaon, 2008).
Sclerotium rolfsii seharusnya jamur ini berwarna coklat keputihan tetapi warna
jamur ini hijau seperti warna jamur Tricoderma sp. kontaminasi tersebut dapat
disebabkan karena alat-alat yang digunakan kurang steril serta lingkungan yang
kurang mendukung sehingga dapat menyebabkan jamur Sclerotium rolfsii tersebut
dapat terkontaminasi.
Dalam hal ini jamur antagonis memiliki cara atau mekanisme dalam menghambat
pertumbuhan jamur tersebut. Menurut Gultom (2008), mekanisme utama
pengendalian patogen tanaman yang bersifat tular tanah dengan menggunakan
cendawan Trichoderma spp. melalui :
a. Mikoparasit (memarasit miselium cendawan lain dengan menembus dinding sel
dan masuk kedalam sel untuk mengambil zat makanan dari dalam sel sehingga
cendawan akan mati).
b. Menghasilkan antibiotik seperti alametichin, paracelsin, trichotoxin yang dapat
menghancurkan sel cendawan melalui pengrusakan terhadap permeabilitas
membran sel, dan enzim chitinase, laminarinase yang dapat menyebabkan lisis
dinding sel
c. Mempunyai kemampuan berkompetisi memperebutkan tempat hidup dan
sumber makanan.
d. Mempunyai kemampuan melakukan interfensi hifa. Hifa Trichoderma spp.
Akan mengakibatkan perubahan permeabilitas dinding sel.
kemampuan antagonis Trichoderma spp. berhubungan dengan mekanismemekanisme berikut : Trichoderma spp.mengeluarkan toksin yang menyebabkan
terlambatnya pertumbuhan bahkan mematikan inangnya dan Trichoderma
spp.menghasilkan enzim hidrolitik -1,3 glukanase, kitinase dan selulase.
Kemampuan dan mekanisme Trichoderma dalam menghambat pertumbuhan
patogen secara rinci bervariasi pada setiap spesiesnya. Perbedaan kemampuan ini
disebabkan oleh faktor ekologi yang membuat produksi bahan metabolit yang
bervariasi pula.
IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN