Anda di halaman 1dari 13

PENGENALAN JAMUR MAKROSKOPIS, MIKROSKOPIS,

DAN PEMBUATAN JEJAK SPORA

Nama : Syakilah
NIM : B1A017019
Kelompok :1
Rombongan : III
Asisten : Feryawan

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamur adalah organisme eukariotik tidak berklorofil, berspora, umumnya


berfilamen, berkembangbiak secara aseksual dan seksual. Secara umum jamur
tumbuh dengan baik ditempat yang lembab. Habitatnya yang lembab tidak
menjadikan makhluk hidup ini kesulitan hidup karena jamur juga dapat
menyesuaian diri dengan lingkungan, sehingga jamur dapat ditemukan disemua
tempat diseluruh dunia termasuk di gurun pasir yang panas (Amalia, 2013).
Fungi adalah organisme heterotrof. Senyawa organic diperlukan oleh
fungi untuk dijadikan nutrisi. Apabila jamur hidup dari benda organic mati
yang telarut, maka disebut saprofit. Jamur saprofit ini menghancurkan sisa-sisa
tumbuhan dan hewan yang komplek, menguraikannya menjadi xat-xat kimia
yang lebih sederhana, kemudian dikembalikan ke dalam tanah serta selanjutnya
dapat meningkatkan kesuburannya. Sebaliknya, jamur juga dapat merugikan
manusia apabila dalam pertumbuhannya membutuhkan kayu, tekstil, makanan,
dan bahan lain yang bermanfaat bagi manusia (Pelckzar, 2013).
Jamur digolongkan menjadi dua, yaitu jamur mikroskopis dan
mikroskopis. Jamur mikroskopis adalah jamur yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang dan membutuhkan bantuan mikroskop untuk melihat
strukturnya. Jamur makroskopis adalah jamur yang dapat dilihat dengan mata
telannjang secara langsung. Jamur mikroskopis memiliki struktur umum yang
terdiri atas bagian tubuh, yaitu tudung, tangkai, dan cincin volva. Namun, ada
juga jamur makroskopis yang tidak memiliki salah satu bagian seperti tidak
bercincin (Alexopolous, 1996).
B. Tujuan
Tujuan acara praktikum Pengenalan Jamur Makroskopis, Mikroskopis,
dan Jejak Spora adalah:
1. Mengenal berbagai macam jamur makroskopis dan mikroskopis dan
mengetahui karakteristiknya.
2. Mengetahui jejak spora dan cara pembuatannya.
II. TELAAH PUSTAKA

Istilah jamur berasal dari bahasa yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti
tumbuh dengan subur. Jamur atau dapat disebut juga sebagai cendawan, supa, suung,
mushroom, atau champignon. Jamur disebut merupakan makhluk hidup yang sekilas
mirip dengan tumbuhan namun bukan termasuk tumbuhan. Jika tumbuhan dapat
mengasilkan makanan sendiri karena memiliki klorofil, maka jamur tidak dapat
melakukannya karena jamur tidak memiliki klorofil. Hal tersebut menyebabkan
jamur harus memenuhi kebutuhan nutrisinya dari lingkungan luar baik sebagai
parasit ataupun saprofit. Selain itu, jamur juga memiliki hifa tidak berinti
(Suriawiria, 2002). Ciri-ciri yang berbeda dengan organisme lainnya adalah pada
cara makan, dimana fungi dengan absorbs sedangkan makslluk hidup lain dapat
mencari sumber nutrisi dan memecah setiap molekum kompleks didalamnya untuk
kemudian dimanfaatkan. Selain cara makan, struktur tubuh jamur juga berbeda, jika
sekilas jamur terlihat mirip dengan tumbuhan, justru keliru karena berdasarkan
penelitian terbaru dinyatakan bahwa kekerabatan jamur lebih dekat ke hewan dari
pada tumbuhan. Pertumbuhan dan cara reproduksi jamur sudah pasti berbeda
mengikuti struktur tubuh jamur tersebut (Alexopolous et al., 1996).
Berdasarkan bentuknya, hifa pada jamur dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
hifa berseptat atau bersekat dan hifa aseptat atau tidak bersekat. Perbedaan septet ini
tentu saja sangat membantu dalam pengklasifikasian jamur. Berdasarkan
tingkatannya, jamur aseptat merupakan jamur tingkat rendah, sedangkan jamur
tingkat tinggi diduduki oleh kelompok jamur yang memili septet pada hifanya. Hifa
merupakan sel yang memanjang, bercabang, dan memiliki banyak sitoplasma.
Meskipun demikian, terdapat beberapa jamur dengan tipe khusus yang menjadi
pembada spesies tersebut dengan spesies lainnya (Sumarsih, 2003).
Hasil penelitian menunjuukan bahwa rata-rata jamur mengandung 14-15%
protein, sedangkan beras 7,38% dan gandum 13,2%. Ini berarti jamur memiliki kadar
protein yang lebih tinggi. Asam amino essensial yang terdapat dalam jamur kurang
lebih ada 9 jenis dari 10 asam amino essensial yang telah dikenal yaitu arginin,
histidin, isoleusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, dan valin.
Istimewanya lagi, 72% lemaknya tidak jenuh. Jamur kaya akan berbagai jenis
vitamin, antara lain vitamin B1 (thiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan biotin.
Selain elemen mikro seperti Cu, Zn dan lain-lain, jamur juga mengandung berbagai
elemen makro, antara lain K, P, Ca, Na, dan Mg (Catharina, 2012).
Kandungan dari jamur yang begitu bermanfaat ini menjadikan jamur sebagai
salah satu organism yang sering dikonsumsi oleh manisia. Jamur yang termasuk
golongan ini disebut sebagai jamur edible. Rhizopus sp. merupakan salah satu jamur
yang sering digunakan dalam pembuatan bahan makanan sehingga sudah dinyatakn
aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam
laktat. Rhizopus sp. juga mempunyai kemampuan menguraikan lemak kompleks
menjadi trigliserida dan asam amino serta menghasilkan enzim protease. Namun,
jamur tertentu juga merupakan salah satu agen penyebab hilangnya hasil pasca
panen yang penting dari buah serta merupakan patogen yang paling penting dan
umum sebagai penyebab rata-rata penyakit tanaman. Jamur rotted (jamur yang dapat
menyisip kedalam jaringan tumbuhan) adalah agen biologis di mana-mana yang
mampu menginfeksi buah-buahan karena kemampuan mereka untuk memproduksi
berbagai macam enzim hidrolitik. (Sumarsih, 2003).
Reproduksi jamur terdapat 2, yaitu seksual dan aseksual. Reproduksi secara
seksual akan melibatkan peleburan dua inti sel yang bersifat haploid dan komatible.
Proses selanjutnya adalah plasmogami, yaitu proses penyatuan dua protoplasma
menjadi satu sehingga bentuk selnya akan lebih besar karena belum mengalami
penyatuan inti. Penyatuan inti haploid menjadi inti yang diploid akan segera terjadi
setelah proses plasmogami terselesaikan. Proses terakhir adalah meiosis, dimana
akan terjadi pembelahan sel yang berakibat pada terciptanya spora dengan set
kromosom yang diploid.
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroskop, alat
tulis, kamera, cawan petri, kertas karbon/kertas hitam, dan kertas putih .
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Pleurotus
ostreatus, Auricularia auricular, Agaricus bisporus, Ganoderma lucidum,
Aspergillus sp., Puccinia graminis, Rhizopus sp., Morcella sp., Clasiceps
purpurea, Peziza sp., Hypsizygus tessellatus, dan Puccinia graminis.

B. Metode

1. Pengenalan jamur makroskopis dan mikroskopis


a. Jamur makroskopis dan mikroskopis diamati, Jamur mikroskopis
menggunakan mikroskop.
b. Jamur digambar dan diberi keterangan bagian-bagiannya.
c. Jamur makroskopis difoto bagian dorsal dan ventral. Jamur mikroskopis
difoto di mikroskop.
2. Pembuatan jejak spora
a. Cawan perti disiapkan dan dilapisi bagian dalamnya dengan karbon.
b. Jamur diletakkan dengan bagian ventral menghadap kebawah
c. inkubasi selama 1x24 jam
A. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil yaitu terdapat


lima jenis jamur makroskopis dan 5 jamur mikroskopis. Jamur makroskopis
berupa Ganoderma lucidum, Pleurotus ostreatus, Trametes versicolor,
Auricularia auricular, dan Agaricus bisporus. Ganoderma lucidum atau biasa
disebut jamur kayu memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Class : Agargeomycota
Ordo : Polypolares
Family : Ganodemataceae
Genus : Ganodema
Spesies : Ganoderma lucidum
Jamur spesies ini adalah jamur yang memiliki bagian-bagian berupa stipe
(tangkai), pilleus (tudung), zonasi pertumbuhan (lingkarang tahun, dan porus
(pori) bapa bagian ventralnya. Tubuh buah dari jamur ini awalnya memiliki
warna kuning, namun pada usia lebih dari 2 bulan berubah menjadi warna
merah seperti pada gambar atau coklat tua. Tubuh buah inilah yang banyak
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan untuk penyakit manusia seperti
hepatitis, hipertensi, hiperkolesterol, dan kanker lambung (Yoshiaki et al.,
1985).
Pleurotus ostreatus atau jamur tiram adalah jamur pangan dengan badan
buah berwarna putih serta merupakan kelompok dari Basidiomycota. jamur ini
memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Class : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholomataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus
Morfologi dari jamur ini yaitu memiliki holdfast yang digunakan untuk
menempel karena hidupnya yang soliter, stipe, pilleus yang berdiameter 4-
15cm atau lebih yang agak menggulung kedalam dengan daging yang tebal,
serta terdapat lamella yang berfungsi untuk mengeluarkan spora. Jamur ini
banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan karena mengandung banyak
antioksidan, vitamin A dan C fenolik. Selain itu, Pleurotus ostreatum adalah
jamur yang mengandung konsentrasi citosin, metionin, dan aspartin yang
paling tinggi dibandingkan dengan edible mushrooms lainnya seperti Agaricus
bisporus dan Lentines edodes (Jayakumar et al., 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sumiati (2008), Auricularia
auricular atau jamur adalah kelompok jelly fungi yang banyak dimanfaatkan
sebagai bahan makanan karena banyak mengandung protein, lemak,
karbohidrat, riboflavin, niacin, Ca, K, P, Na, dan Fe. Jamur ini memiliki tubuh
buah yang tipis dan kenyal, warna biasanya hitam, terdapat holdfat, serta
terdapat porus dibagian ventral. Jamur ini hidup saprofit dan biasanya pada
dahan yang kering. Klasifikasi jamur ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Class : Heterobasidiomycota
Ordo : Auriculariales
Family : Auriculariaceae
Genus : Auricularia
Spesies : Auricularia auricula
Agaricus bisporus adalah jamur pangan yang bentunya hamper seperti
kancing, sehingga sering disebut sebagai jamur kancing. Jamur ini banyak
dimanfaatkan saat usianya masih muda karena lebih banyak memiliki nutrisi
daripada saat sudah dewasa. Pada jamur kancing muda, terdapat holdfast, bakal
stipe, bakal lamella, bakal pilleus, volva, dan vellum yang merupakan tempat
penyimpanan cadangan makanan. Klasifikasi jamur ini adalah:
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Class : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Agaricaceae
Genus : Agaricus
Spesies : Agaricus bisporus
Jamur Fusarium sp. Adalah anggota dari divisi Ascomycota. Struktur
tubuhnya terdapat konidiofor, sel kaki, mikrokonidia, makrokonidia, dan hifa
berseptat. Makrokonidia berfungsi sebagai organ aseksual, sedangkan
mikrokonidia sebagai reproduksi seksual. Jamur jenis ini dapat menyebabkan
layu pada tanaman dengan menginfeksi akarnya menggunakan miselium
(Alexopolous, 1996). Klasifikasi jamur ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Mycetaceae
Divisi : Amastigomycota
Class : Deuteromycetes
Famili : Moniales
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium sp.
Aspergillus sp. adalah jamur dari Ascomycota, kelas Ascomycetes, ordo
Euroteales, family Trichomaceae, dan genus Aspergillus. Jamur ini adalah
jamur multiseluler yang sering mengontaminasi makanan dan banyak
ditemukan diudara. Bagian-bagian jamur ini adalah sel kaki, hifa berseptat,
tangkai konidiofor, vesikula, metula, hifafialid, dan konidia. Tipe ascocarp dari
jamur ini adalah cleistotesium atau tertutup (Alexopolous, 1996). Klasifikasi
jamur ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Myceteae
Divisi : Amastigomycota
Kelas  : Ascomycetes
Ordo  :  Eurotiales
Family :  Euroticeae
Genus :  Aspergillus
Spesies : Aspergillus sp.
Puccinia graminis adalah jamur dari basidiomycota dengan ascocarp telanjang
atau ascostroma. Bagian-bagiannya antara lain ascus dan ascospora.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abebe et al. (2013), jamur ini
dapat menyebabkan penyakit karat pada batang yang dapat mengakibatkan
pemusnahan pada tanaman gandum.
Jamur ini memiliki siklus hidup, yaitu (Rangaswani, 2005):
a. Picnia  spora masih jauh dari permukaan epidermis
b. Aecia  spora mendekati bagian epidermis
c. Uredia  spora sudah membuka tetapi belum mengalami fragmentasi
d. Telia  spora sudah membuka dan mengalami fragmentasi
Chang & Milles (1997) berpendapat bahwa jamur memiliki askokarp
yaitu askus-askus yang terbentuk oleh badan buah. Bila askokarp tersebut
tumbuh diatas tanah, disebut sebagai epigeout, sedangkan jika tumbuh dibawah
tanah disebut hipogaeout. Terdapat empat macam askokarp, yaitu:
1. Apotesium  bentuknya seperti cawan mangkok yang terbuka, terkadang
hanya terdapat satu tubuh buah atau koloni, dan banyak ditemukan pada
fungi Ascomycetes. Contoh Morachella sp. dan Gyromitra sp.
2. Peritesium  bentuknya seperti termos berleher sempit dengan mulut
termos yang terbuka ke udara, memiliki pori-pori kecil, dan spora
dilepaskan satu-persatu ketika masak. Askokarp jenis ini ditemukan pada
Xylaria sp. dan Nectria sp.
3. Kleistotesium  bentuk seperti bola, askus tertutup oleh dinding buah,
dengang askokarp bulat dengan penutup berupa hymenium yang membuat
spora tidak dapat masuk dengan mudah. Contohnya adalah pada
Arthroderma sp. dan Tuber melanosporum.
4. Askostroma  tipe ini adalah tipe yang banyak ditemukan pada jamur
mikroskopis dimana tidak ada bentuk nyata, namun tetap dapat melakukan
reproduksi. Contohnya adalah pada Neurospora crassa.
Praktikum kali ini juga mempelajari tentang jejak spora. Preparat yang
digunakan adalah Pleurotus ostreotus. Kali ini dibutuhkan cawan petri dan
kertas yang gelap untuk membuat jejak spora. Cawan petri berfungsi untuk
menampung spora, manum sebelum spora diletakkan pada cawan petri, terlebih
dahulu diletakkan kertas berwarna gelap/kertas karbon.karena jamur yang akan
dibuat jejak spora memiliki warna yang terang. Begitu pula bias jamur nya
berwarna gelap, maka kertas alasnya adalah kertas berwarna terang. Hal
tersebut dilakukan agar warna jamur teerlihat jelas saat diamati, lalu hal yang
perlu dilakukan selanjutnya adalah inkubasi selama 1x24 jam. Manfaat jejak
spora ini adalah untuk identifikasi, mengetahui warna spora, dan memperoleh
spora jamur (Alexopolous, 1996).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Jamur terbagi menjadi dua, yaitu jamur makroskopis (Pleurotus ostreatus,


Trametes versicolor, Auricularia auricular, Agaricus bisporus, Ganoderma
lucidum) dan jamur jamur mikroskopis (Fusarium sp., Aspergillus sp.,
Puccinia graminis, Pyricularia sp., Phytopthora infestans).
2. Jejak spora merupakan kumpulan spora yang cara membuatnya menggunakan
cawan petri, kertas terang/gelap, lalu diinkubasi sehari.

B. Saran
Saran untuk praktikum kali adalah, sebaiknya preparat yang akan
digunakan di share terlebih dahulu agar tidak menyulitkan saat praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Abebe, T., Dawit, W., & Woldeab, G. 2013. Physiological Races and Virulence
Diversity Of Puccinia Graminis Pers. F. Sp. Tritici Eriks. & E. Henn. on Wheat
In Tigray Region Of Ethiopia. International Journal of Phytopathology, 2(1):
1-7.
Alexopolous, C. J., & Blackwell. 1996. Introductory Mycology. New York: John
Willey and Sons Ink.
Chang, S., & Milles, P. 1997. Mushroom Biology. Singapore: World Scientific.
Jayakumar, T., Thomas, P. A., & Geraldine, P. (2009). In-vitro antioxidant activities
of an ethanolic extract of the oyster mushroom, Pleurotus ostreatus.Innovative
food science & emerging technologies, 10(2), 228-234.
Rangaswani, G. 2005. Agricultural Microbiology. New Delhi: Prentice Hall of India
Privat Limited.
Sumiati, E. 2008. Jenis Suplemen Substrat Untuk Meningkatkan Produksi Tiga
Strain Jamur Kuping. Jurnal Hort.19(1):75-88.
Yoshiaki, S., Okuda, R., Noriko, W. A. D. A., Kishida, E., & Misaki, A. (1985).
Structures and antitumor activities of the polysaccharides isolated from fruiting
body and the growing culture of mycelium of Ganoderma
lucidum. Agricultural and Biological Chemistry, 49(9), 2641-2653.

Anda mungkin juga menyukai