Nama : Syakilah
NIM : B1A017019
Kelompok :1
Rombongan : III
Asisten : Feryawan
A. Latar Belakang
Istilah jamur berasal dari bahasa yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti
tumbuh dengan subur. Jamur atau dapat disebut juga sebagai cendawan, supa, suung,
mushroom, atau champignon. Jamur disebut merupakan makhluk hidup yang sekilas
mirip dengan tumbuhan namun bukan termasuk tumbuhan. Jika tumbuhan dapat
mengasilkan makanan sendiri karena memiliki klorofil, maka jamur tidak dapat
melakukannya karena jamur tidak memiliki klorofil. Hal tersebut menyebabkan
jamur harus memenuhi kebutuhan nutrisinya dari lingkungan luar baik sebagai
parasit ataupun saprofit. Selain itu, jamur juga memiliki hifa tidak berinti
(Suriawiria, 2002). Ciri-ciri yang berbeda dengan organisme lainnya adalah pada
cara makan, dimana fungi dengan absorbs sedangkan makslluk hidup lain dapat
mencari sumber nutrisi dan memecah setiap molekum kompleks didalamnya untuk
kemudian dimanfaatkan. Selain cara makan, struktur tubuh jamur juga berbeda, jika
sekilas jamur terlihat mirip dengan tumbuhan, justru keliru karena berdasarkan
penelitian terbaru dinyatakan bahwa kekerabatan jamur lebih dekat ke hewan dari
pada tumbuhan. Pertumbuhan dan cara reproduksi jamur sudah pasti berbeda
mengikuti struktur tubuh jamur tersebut (Alexopolous et al., 1996).
Berdasarkan bentuknya, hifa pada jamur dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
hifa berseptat atau bersekat dan hifa aseptat atau tidak bersekat. Perbedaan septet ini
tentu saja sangat membantu dalam pengklasifikasian jamur. Berdasarkan
tingkatannya, jamur aseptat merupakan jamur tingkat rendah, sedangkan jamur
tingkat tinggi diduduki oleh kelompok jamur yang memili septet pada hifanya. Hifa
merupakan sel yang memanjang, bercabang, dan memiliki banyak sitoplasma.
Meskipun demikian, terdapat beberapa jamur dengan tipe khusus yang menjadi
pembada spesies tersebut dengan spesies lainnya (Sumarsih, 2003).
Hasil penelitian menunjuukan bahwa rata-rata jamur mengandung 14-15%
protein, sedangkan beras 7,38% dan gandum 13,2%. Ini berarti jamur memiliki kadar
protein yang lebih tinggi. Asam amino essensial yang terdapat dalam jamur kurang
lebih ada 9 jenis dari 10 asam amino essensial yang telah dikenal yaitu arginin,
histidin, isoleusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, dan valin.
Istimewanya lagi, 72% lemaknya tidak jenuh. Jamur kaya akan berbagai jenis
vitamin, antara lain vitamin B1 (thiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan biotin.
Selain elemen mikro seperti Cu, Zn dan lain-lain, jamur juga mengandung berbagai
elemen makro, antara lain K, P, Ca, Na, dan Mg (Catharina, 2012).
Kandungan dari jamur yang begitu bermanfaat ini menjadikan jamur sebagai
salah satu organism yang sering dikonsumsi oleh manisia. Jamur yang termasuk
golongan ini disebut sebagai jamur edible. Rhizopus sp. merupakan salah satu jamur
yang sering digunakan dalam pembuatan bahan makanan sehingga sudah dinyatakn
aman dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam
laktat. Rhizopus sp. juga mempunyai kemampuan menguraikan lemak kompleks
menjadi trigliserida dan asam amino serta menghasilkan enzim protease. Namun,
jamur tertentu juga merupakan salah satu agen penyebab hilangnya hasil pasca
panen yang penting dari buah serta merupakan patogen yang paling penting dan
umum sebagai penyebab rata-rata penyakit tanaman. Jamur rotted (jamur yang dapat
menyisip kedalam jaringan tumbuhan) adalah agen biologis di mana-mana yang
mampu menginfeksi buah-buahan karena kemampuan mereka untuk memproduksi
berbagai macam enzim hidrolitik. (Sumarsih, 2003).
Reproduksi jamur terdapat 2, yaitu seksual dan aseksual. Reproduksi secara
seksual akan melibatkan peleburan dua inti sel yang bersifat haploid dan komatible.
Proses selanjutnya adalah plasmogami, yaitu proses penyatuan dua protoplasma
menjadi satu sehingga bentuk selnya akan lebih besar karena belum mengalami
penyatuan inti. Penyatuan inti haploid menjadi inti yang diploid akan segera terjadi
setelah proses plasmogami terselesaikan. Proses terakhir adalah meiosis, dimana
akan terjadi pembelahan sel yang berakibat pada terciptanya spora dengan set
kromosom yang diploid.
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroskop, alat
tulis, kamera, cawan petri, kertas karbon/kertas hitam, dan kertas putih .
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Pleurotus
ostreatus, Auricularia auricular, Agaricus bisporus, Ganoderma lucidum,
Aspergillus sp., Puccinia graminis, Rhizopus sp., Morcella sp., Clasiceps
purpurea, Peziza sp., Hypsizygus tessellatus, dan Puccinia graminis.
B. Metode
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran untuk praktikum kali adalah, sebaiknya preparat yang akan
digunakan di share terlebih dahulu agar tidak menyulitkan saat praktikum.
DAFTAR REFERENSI
Abebe, T., Dawit, W., & Woldeab, G. 2013. Physiological Races and Virulence
Diversity Of Puccinia Graminis Pers. F. Sp. Tritici Eriks. & E. Henn. on Wheat
In Tigray Region Of Ethiopia. International Journal of Phytopathology, 2(1):
1-7.
Alexopolous, C. J., & Blackwell. 1996. Introductory Mycology. New York: John
Willey and Sons Ink.
Chang, S., & Milles, P. 1997. Mushroom Biology. Singapore: World Scientific.
Jayakumar, T., Thomas, P. A., & Geraldine, P. (2009). In-vitro antioxidant activities
of an ethanolic extract of the oyster mushroom, Pleurotus ostreatus.Innovative
food science & emerging technologies, 10(2), 228-234.
Rangaswani, G. 2005. Agricultural Microbiology. New Delhi: Prentice Hall of India
Privat Limited.
Sumiati, E. 2008. Jenis Suplemen Substrat Untuk Meningkatkan Produksi Tiga
Strain Jamur Kuping. Jurnal Hort.19(1):75-88.
Yoshiaki, S., Okuda, R., Noriko, W. A. D. A., Kishida, E., & Misaki, A. (1985).
Structures and antitumor activities of the polysaccharides isolated from fruiting
body and the growing culture of mycelium of Ganoderma
lucidum. Agricultural and Biological Chemistry, 49(9), 2641-2653.