Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sri Ngabekti, M.S.
Disusun oleh:
Ifti Rahmatika
4401418046
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
A. Judul Praktikum
Dinamika Populasi Kutu Beras (Sitophilus oryzae)
B. Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu: 21 Maret - 4 Mei 2021
Tempat: rumah praktikan
C. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui laju natalitas mutlak kutu beras (Sitophilus oryzae) pada suatu
media.
2. Menghitung laju natalitas jenis kutu beras (Sitophilus oryzae) pada suatu
media.
3. Mengetahui laju mortalitas kutu beras (Sitophilus oryzae) pada suatu media.
D. Landasan Teori
Populasi dapat tersebar secara merata atau tidak merata, hal ini tergantung dari
kepadatan, pertumbuhan populasi pada suatu daerah. Pertumbuhan suatu populasi
dapat dilihat dari dinamikanya dalam suatu komunitas. Pertumbuhan populasi adalah
kemampuan populasi untuk meningkat jumlah individunya yang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti angka kelahiran.
Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi
ini disebut dengan dinamika populasi. Perubahan ini dihitung dengan menggunakan
rumus perubahan jumlah dibagi waktu,. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam
populasi. Penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi ada berbagai hal. Dari alam
mungkin disebabkan oleh bencana alam, kebaka ran, serangan penyakit, sedangkan
dari manusia misalnya karena tebang pilih. Namun, pada dasarnya populasi
mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh
masing-masing individu anggotanya. Karakteristik tersebut antara lain kepadatan
(densitas), laju kelahiran (natalis), laju kematian (mortalitas), potensi biotik,
penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas dan mortalitas merupakan
penentu utama pertumbuhan populasi. (Ngabekti, 2019)
Pertumbuhan populasi serangga dipengaruhi oleh suhu, kadar air, konsentrasi
tergolong sebagai serangga polifag yang merusak beras, sorgum, gandum, dan jagung
di penyimpanan. Jenis beras mempengaruhi pertumbuhan populasi S. oryzae. Jumlah
imago S. oryzae baru yang muncul lebih banyak pada beras merah dibandingkan
dengan beras ketan hitam, beras ketan putih, dan beras putih (Yudansha et al., 2013).
populasi S. oryzae, perubahan kadar air, dan karakteristik kehilangan bobot beras
dijumpai pada beras dari varietas Inpari Sidenuk. Peningkatan populasi imago S.
Bahan:
G. Data Pengamatan
Suhu udara dan kelembapan:
1 28 67
2 29 68
3 30 71
4 29 69
5 30 70
6 27 75
2 11 5 4 - 16
3 19 7 - 10 26
4 27 7 - 8 34
5 30 8 - 4 38
6 43 9 - 14 52
H. Analisis Data
Tabel hasil pengamatan dinamika populasi kutu beras (Sitophilus oryzae)
1 - - 20
2 4 - 16
3 - 10 26
4 - 8 34
5 - 4 38
6 - 14 52
Analisis perhitungan
- Laju natalitas mutlak
- Laju mortalitas
14
12
10
8 Angka Kematian
Angka Kelahiran
6
0
0 1 2 3 4 5 6
I. Pembahasan
Praktikum dinamika populasi kutu beras dilaksanakan untuk mengamati laju
kelahiran dan laju kematiannya. Praktikum dilaksanakan selama 6 minggu dengan
jumlah awal kutu betina sebanyak 15 ekor dan kutu jantan sebanyak 5 ekor. Media
tumbuh yang digunakan yaitu beras dari varietas padi IR 64 dengan keadaan beras yang
putih dan utuh. Pengambilan data dilakukan setiap satu minggu sekali dengan
menghitung jumlahnya serta mengkur suhu dan kelembapan udara.
Setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil jumlah kutu pada minggu
pertama masih sama yaitu 15 ekor kutu betina dan 5 ekor kutu jantan. Belum terlihat
adanya kelahiran maupun kematian pada minggu pertama ini. Kemudian pada minggu
kedua jumlah kutu betina sebanyak 11 ekor dan kutu jantan sebanyak 5 ekor. Mulai
minggu kedua ini dinamika populasi sudah terlihat. Pada minggu seterusnya tidak ada
lagi kematian sehingga jumlah kutu terus meningkat hingga akhir pengamatan yaitu
minggu ke 6. Jumlah akhir kutu yaitu sebanyak 52 ekor dengan 43 ekor kutu betina dan
9 ekor kutu jantan. Setelah diperoleh data maka angka kelahiran kutu beras dapat
diketahui sebesar 36 dan angka kematian sebesar 4.
Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat diketahui laju mortalitas dan laju
natalitasnya. Laju natalitas ada dua yaitu laju natalitas mutlak dan laju natalitas jenis.
Laju natalitas mutlak dihitung dengan membagi angka kelahiran dengan lamanya
pengamatan sehingga diperoleh hasil laju natalitas mutlak sebesar 6 dengan laju
natalitas jenis yaitu 0,11. Angka tersebut diperoleh dari pembagian angka kelahiran
dengan jumlah seluruh kutu dikalikan lamanya pengamatan. Sedangkan laju mortalitas
didapatkan dari pembagian antara angka kematian dengan lamanya pengamatan
sehingga diperoleh hasil 0,67.
Kutu beras akan bertahan pada kondisi lingkungan yang sesuai. Lingkungan
yang sesuai bagi pertumbuhan kutu beras adalah lingkungan dengan kondisi baik dan
jumlah nutrisi yang cukup serta cocok bagi sistem pencernaanya. Sebaliknya, kondisi
beras yang jelek dengan kandungan nutrisi yang buruk akan menekan perkembangan
populasinya. Adapn ketidakcocokan faktor makanan dapat ditimbulkan oleh hal-hal
berikut: berikut a) kurangnya kandungan unsur yang diperlukan serangga, b) rendahnya
kadar air , c) permukaan terlalu keras, bentuk material bahan yang kurang disenangi,
misalnya beras varian tertentu.
Dinamika populasi yang terjadi pada praktikum ini disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu jenis media pertumbuhan serta suhu dan kelembapan. Jenis beras yang
dipakai pada praktikum ini merupakan beras dari varietas padi IR 64. Media
pertumbuhan kutu beras mempengaruhi jumlah populasinya yaitu kaitannya dengan
nutrisi yang terkandung didalamnya. Sebagaimana yang dikatakan Hendrival (2019)
bahwa varietas padi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan laju pertumbuhan populasi.
Beberapa varietas memiliki bentuk fisik dan kandungan nutrisi yang disukai oleh S.
oryzae. Jumlah total populasi kutu juga dipengaruhi oleh kualitas beras yang meliputi
sifat fisik dan kimiawi seperti kekerasan kulit, amilosa, kadar air, warna, dan komposisi
nutrisi.
Salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan oleh imago betina adalah protein.
Unsur esensial ini dibutuhkan oleh betina untuk memproduksi telur. Kadar protein pada
beras dari varietas IR 64 berkisar antara 8,20-10,85%. Kadar protein tersebut masih
kalah tinggi jika dibandingkan dengan varietas lain seperti mekongga. Sehingga
pertumbuhan kutu beras tidak terlalu tinggi. Selain protein, kandngan amilosa juga
berpengaruh terhadap populasi kutu beras. Beras yang memiliki kandungan amilosa
tinggi akan bersifat lebih resisten terhadap serangan S. oryzae dibandingkan dengan
beras yang kandngan amilosanya rendah (Hendrival, 2019).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan populasi kutu beras adalah
suhu dan kelembapan. Pada saat praktikum dilaksanakan suhu udara berkisar antara 27-
30 ºC dengan kelembapan antara 67-75%. Kondisi ini sangat sesai untuk pertumbuhan
kutu beras. Sebagaimana pernyataan Yasin dalam Booroto (2017) yang menyatakan
bahwa hama kumbang bubuk Sitophilus sp memerlukan temperatur optimum antara
25°C - 30°C untuk perkembangannya. Temperatur sangat berpengaruh dalam siklus
hidup dari fase telur sampai dewasa. Seperti halnya temperatur, serangga hama
Sitophilus sp juga memerlukan kondisi lembab optimum 70% untuk menopang
perkembangbiakannya.
Adapun faktor dari dalam yang mendorong terjadinya dinamika populasi
meliputi siklus hidup, sex ratio, keperidian. Siklus hidup kutu beras dimulai dari telur
yang diletakkan di dalam beras. Kutu beras meletakkan telur di dalam butiran beras
dengan terlebih dahulu membuat lubang menggunakan rostumnya, setelah telur
diletakkan di dalam bekas gerekan kemudian ditutup denga suatu zat warna putih
(gelatin) yang merupakan salivanya sehingga dari luar tidak kelihatan. Gelatin
berfungsi melindungi telur dari kerusakan dan dimangsa oleh predator lainnya.
Pembentukan pupa terjadi dalam biji dengan cara membentuk ruang pupa dengan
mengekskesikan cairan pada dinding liang gerak. Stadium pupa berkisar antara 5-8 hari.
Imago yang terbentuk tetap berada dalam biji selama sekitar 2-5 hari, sebelum membuat
lubang keluar yag relatif besar dengan moncongnya (Enda, 2017).
J. Kesimpulan
Laju natalitas mutlak sebesar 6 dan laju natalitas jenis 0,11. Sedangkan laju
mortalitas sebesar 0,67. Faktor yang mempengaruhi dinamika populasi kutu beras
antara lain adalah jenis media pertumbuhan serta suhu dan kelembapan udara.
Dokumentasi
Daftar Pustaka
Booroto, Lia A., Nreny G., Saartje H. N. 2017. Populasi Imago Sitophilus Oryzae L
(Coleoptera: Curculionidae) pada Beberapa Jenis Beras Asal Desa
Waimital Kecamatan Kairatu. Jurnal Budidaya Pertanian. 13(1): 36-41
Ngabekti, Sri. 2019. Buku Teks Ekologi dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar
(JAS). Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES
Yudansha, A., Himawan, T., & Astuti, L.P. 2013. Perkembangan dan pertumbuhan
Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) pada beberapa jenis
beras dengan tingkat kelembaban lingkungan yang berbeda. Jurnal HPT
1 (3): 1–8.