Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

BAB 1 : DINAMIKA POPULASI KUTU BERAS (Sitophilus oryzae)

Dosen Pengampu:
Drs. Nugroho Edi Kartijono, M.Si.
Drs. F. Putut Martin Herry Bodijantoro, BSc, M.Si.

Disusun Oleh :
Bintang Faisal Akbar / 4411421056
Danissa Wirna Karmesti / 4411421057
Septianisa Ulfalah / 4401420023
Annisa Zahra Julietta / 4411421067

Biologi C 2021

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
A. LOKASI DAN KOORDINAT PRAKTIKUM
Praktikum “DINAMIKA POPULASI KUTU BERAS (Sitophilus oryzae)”
dilaksanakan secara langsung di Gedung D11 Universitas Negeri Semarang, ruangan
laboratorium ekologi Lantai 2. Dengan koordinat -7.051486, 110.394350.

B. TANGGAL PRAKTIKUM
Praktikum “DINAMIKA POPULASI KUTU BERAS (Sitophilus
oryzae)”dilaksanakan selama 6 minggu malai hari Rabu, 15 februari 2023 sampai dengan
Rabu, 22 maret 2023.

C. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Mengetahui laju natalitas mutlak kutu beras (Sitophilus oryzae) pada suatu media.
b. Menghitung laju natalitas jenis kutu beras (Sitophilus oryzae) pada suatu media.
c. Mengetahui laju mortalitas kutu beras (Sitophilus oryzae) pada suatu media.

D. LANDASAN TEORI
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah,
tersebar diseluruh wilayah sehingga Indonesia terkenal sebagai negara agraris dengan
mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani sektor pertanian merupakan
sektor primer dan memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini di
dukung iklim tropis yang di miliki negara Indonesia serta di tunjang dengan struktur tanah
yang baik untuk di gunakan bercocok tanam. Salah satu hasil dari sektor pertanian adalah
beras yang merupakan makanan pokok Warga Negara Indonesia, untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi beras seluruh masyarakat Indonesia. Beras merupakan makanan
pokok bagi sebagian besar penduduk indonesia. Komoditas ini mempunyai peranan
strategis cukup besar dalam pembangunan nasional yaitu, dapat mewujudkan stabilitas
perekonomian nasional (Haryanto,2018).
Kebutuhan beras di Indonesia sepanjang tahun mengalami peningkatan seiring dengan
pertambahan penduduk (Hendrival dan Melinda, 2017). Produksi beras yang melimpah
akan menimbulkan problem terhadap cara dan tempat penyimpanannya, karena adanya
serangan serangga gudang yang tidak dapat dihindari (Bonanto, 2018). Produksi beras
dalam negeri di harapkan mampu memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia
kenyataannya tidak mencukupi, sehinga pemerintah melakukan impor beras serta dengan
dalih menjaga cadangan persediaan stok beras di Indonesia. Hermanto dalam Edward
(2017), menjelaskan bahwa penduduk Indonesia yang mengkonsumsi beras pertahun
sebesar 139,5 kg lebih besar dari konsumsi beras dunia 60 kg pertahun. Konsumsi beras
yang besar di Indonesia harus di imbangi dengan produksi beras sehingga mencukupi
kebutuhan nasional. Oleh sebab itu, pemerintah harus memberikan perhatian penuh agar
tidak menyebabkan krisis pangan. Menurut Mahanani (2021), apabila produksi barang dan
jasa luar negeri memiliki kualitas baik dengan harga yang lebih murah maka
kecenderungan mengimpor barang atau jasa dari negara lain akan terjadi.
Beras jenis Bulog merupakan beras yang didistribusikanoleh pemerintah. Berdasarkan
pengamatan selama ini, beras Bulog memiliki kualitas yang rendah apabila dibandingkan
dengan merek lainnya. Salah satu ciri rendahnya kualitas beras ini adalah banyaknya kutu
beras (Sitophilus oryzae) pada beras Bulog. Banyaknya kutu beras disebabkan karena mutu
dari beras itu sendiri disamping juga disebabkan lamanya penyimpanan dan tumpukan
beras, terutama terkait suhu ruang dan kelembabab (Mansoor et al., 2017).Semakin lama
dan semakin tebal tumpukan beras akan semakin banyak memunculkan jumlah populasi
hama kutu beras dan mempengaruhi dari mutu beras itu sendiri.Oleh karena itu,
penulisingin melakukan ivestigasi terhadap perbandingan tumpukan beras Bulog terhadap
populasi kutu.
Populasi adalah sekelompok individu sejenis yang terdapat disuatu daerah tertentu dan
dalam waktu tertentu. Ukuran populasi berubah sepanjang waktu, dimana perubahan ini
disebut dengan dinamika populasi. Perubahan ini dihitung dengan menggunakan rumus
perubahan jumlah dibagi waktu dan didapatkan kecepatan perubahan dalam suatu
populasi. Penyebab perubahan dinamika populasi ada berbagai antaralain faktor luar
seperti bencana, migrasi, emigrasi atau suatu penyakit, sedang dari dalam terdapat
kepadatan populasi, laju kelahiran (natalitas) atau laju kematian (mortalitas). Dengan
demikian untuk mengetahui laju populasi dalam suatu spesies digunakan percobaan
menggunakan kutu beras (Sitophilus oryzae) dan media selama beberapa minggu. Dengan
didapatkannya data natalitas dan mortalitas kutu beras dapat diketahui pengertian dari
dinamika populasi.

E. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan untuk percobaan dinamika pupulasi antara lain:
Alat : Bahan:
1. Wadah toples 1. Kutu Beras (Sitophilus oryzae)
2. Kain kasa 2. Media pertumbuhan kutu beras 2500gr
3. Karet Gelang
F. CARA KERJA

Disiapkan alat
Disiapkan wadah toples Disiapkan kutu beras
dan bahan
dan diisi dengan beras dengan perbandingan
yang akan
sebanyak 250 gr jantan dan betina 1:2
digunakan

Kutu beras dimasukkan


Toples ditutup dengan
ke dalam wadah toples
kain kasa dan karet gelang
yang telah berisi beras

diamati kelahiran (natalitas) dan


kematian (mortalitas) setiap minggu, Hasil pengamatan dicatat
selama 6 minggu berturut-turut. Diukur dalam tabel hasil pengamatan
suhu dan kelembaban media dalam
toples dengan menggunakan soiltester

Digambarkan pola
pertumbuhan populasi kutu
beras berdasarkan hasil
pengamatan dengan
diagram garis

G. HASIL PENGAMATAN
Minggu Jumlah Jumlah kutu Angka kematian Angka Jumlah
ke kutu betina jantan (Mn) kelahiran (Nn) seluruh (N)
0 10 5 - - 15
1 7 5 3 - 12
2 5 2 5 - 7
3 4 1 2 - 5
4 2 1 2 - 3
5 1 1 1 - 2
6 4 4 - 6 8
Jumlah Δ Mn = 13 Δ Nn = 6 N=8
Chart Title
jumlah seluruh kutu hidup angka kelahiran angka kematian
16
15
14

12 12

10

8 8
7
6
5 5
4
3 3
2 2 2 2
1
0 0 0 0 0 0 0 0
minggu ke 0 minggu ke 1 minggu ke 2 minggu ke 3 minggu ke 4 minggu ke 5 minggu ke 6

H. ANALISIS DATA
 Laju natalitas mutlak (r) = ΔNn/Δt
(r) = ΔNn/Δt
= 6/7
= 0,85
 Laju natalitas jenis (r) = ΔNn/N.Δt
(r) = ΔNn/N.Δt
= 6/8.7
= 6/56
= 0,10
 Laju mortalitas (r) = ΔMn/Δt
(r) = ΔMn/Δt
= 13/7
= 1,85

Keterangan:
Rasio kutu beras = 1:2 = 5 betina : 10 jantan
N = Jumlah populasi total
Nn = Jumlah individu baru
Mn = Jumlah individu mati
t = Waktu
I. PEMBAHASAN
Praktikum ekologi dengan judul dinamikam populasi kutu beras (Silophilus oryzae)
memiliki tiga tujuan diantaranya pertama mengetahui laju natalitas mutlak kutu beras
(Sitophilus oryzae) pada suatu media. Kedua menghitung laju natalitas jenis kutu beras
(Sitophilus oryzae) pada suatu media. Kemudian yang terakhir mengetahui laju mortalitas
kutu beras (Sitophilus oryzae) pada suatu media. Perlakuan dilakukan selama 6 (enam)
minggu dengan pengamatan disetiap minggu yaitu dihari Rabu.
Populasi awal kutu beras (Sitophilus oryzae) yaitu sebanyak 10 ekor kutu beras
(Sitophilus oryzae) betina dan 5 ekor kutu beras (Sitophilus oryzae) jantan. Kutu beras
merupakan hewan yang berpoligami sehingga 5 ekor kutu beras (Sitophilus oryzae) jantan
dirasa seimbang dengan 10 ekor kutu beras (Sitophilus oryzae) betina. Dilihat pada tabel dan
grafik pada subbab sebelumya terdapat pengurangan dan juga pertambahan dari populasi kutu
beras (Sitophilus oryzae).
Pada minggu pertama terjadi pengurangan (mortalitas) populasi kutu beras (Sitophilus
oryzae) betina yang awalnya 10 ekor menjadi 7 ekor. Ini berarti terjadi pengurangan
(mortalitas) sebanyak 3 ekor kutu beras (Sitophilus oryzae) betina. Kemudian kutu beras
(Sitophilus oryzae) jantan tidak terjadi penambahan (natalitas) atau pengurangan (mortalitas).
Total pengurangan (mortalitas) yang terjadi di minggu kedua sebanyak 3 ekor kutu beras
(Sitophilus oryzae). Kesimulannya, populasi minggu kedua yaitu sebanyak 12 ekor kutu beras
(Sitophilus oryzae).
Pada minggu kedua terjadi pengurangan (mortalitas) populasi kutu beras (Sitophilus
oryzae) betina yang awalnya 7 ekor menjadi 5 ekor. Ini berarti terjadi pengurangan
(mortalitas) sebanyak 2 ekor kutu beras (Sitophilus oryzae) betina. Kemudian kutu beras
(Sitophilus oryzae) jantan juga terjadi pengurangan (mortalitas) yang awalnya 5 ekor menjadi
2 ekor. Ini berarti terjadi pengurangan (mortalitas) sebanyak 3 ekor. Total pengurangan
(mortalitas) yang terjadi di minggu kedua sebanyak 5 ekor kutu beras (Sitophilus oryzae).
Kesimulannya, populasi minggu kedua yaitu sebanyak 7 ekor kutu beras (Sitophilus oryzae).
Pada minggu ketiga terjadi pengurangan (mortalitas) populasi kutu beras (Sitophilus
oryzae) betina yang awalnya 5 ekor menjadi 4 ekor. Ini berarti terjadi pengurangan
(mortalitas) sebanyak 1 ekor kutu beras (Sitophilus oryzae) betina. Kemudian kutu beras
(Sitophilus oryzae) jantan terjadi pengurangan (mortalitas) yang awalnya 2 ekor menjadi 1
ekor. Ini berarti terjadi pengurangan (mortalitas) sebanyak 1 ekor. Total pengurangan
(mortalitas) yang terjadi di minggu ketiga sebanyak 2 ekor kutu beras (Sitophilus oryzae).
Kesimulannya, populasi minggu ketiga yaitu sebanyak 5 ekor kutu beras (Sitophilus oryzae).
Pada minggu keempat terjadi pengurangan (mortalitas) populasi kutu beras
(Sitophilus oryzae) betina yang awalnya 4 ekor menjadi 2 ekor. Ini berarti terjadi
pengurangan (mortalitas) sebanyak 2 ekor kutu beras (Sitophilus oryzae) betina. Kemudian
kutu beras (Sitophilus oryzae) jantan tidak terjadi penambahan (natalitas) atau pengurangan
(mortalitas). Total pengurangan (mortalitas) yang terjadi di minggu keempat sebanyak 2 ekor
kutu beras (Sitophilus oryzae). Kesimulannya, populasi minggu keempat yaitu sebanyak 3
ekor kutu beras (Sitophilus oryzae).
Pada minggu kelima terjadi pengurangan (mortalitas) populasi kutu beras (Sitophilus
oryzae) betina yang awalnya 2 ekor menjadi 1 ekor. Ini berarti terjadi pengurangan
(mortalitas) sebanyak 1 ekor kutu beras (Sitophilus oryzae) betina. Kemudian kutu beras
(Sitophilus oryzae) jantan tidak terjadi penambahan (natalitas) atau pengurangan (mortalitas).
Total pengurangan (mortalitas) yang terjadi di minggu kelima sebanyak 1 ekor kutu beras
(Sitophilus oryzae). Kesimulannya, populasi minggu kelima yaitu sebanyak 2 ekor kutu beras
(Sitophilus oryzae).
Pada minggu keenam terjadi penambahan (natalitas) populasi kutu beras (Sitophilus
oryzae) betina yang awalnya 1 ekor menjadi 4 ekor. Ini berarti terjadi penambahan (natalitas)
sebanyak 3 ekor kutu beras (Sitophilus oryzae) betina. Kemudian kutu beras (Sitophilus
oryzae) jantan yang awalnya 1 ekor menjadi 4 ekor. Ini berarti terjadi pemanbahan (natalitas)
sebanyak 3 ekor kutu beras (Sitophius oryzae) jantan. Total penambahan (natalitas) yang
terjadi di minggu keenam sebanyak 6 ekor kutu beras (Sitophilus oryzae). Kesimulannya,
populasi minggu keenam yaitu sebanyak 8 ekor kutu beras (Sitophilus oryzae).
Secara jelas dapat tergambarkan pada grafik dimana populasi terus menurun ditandani
dengan grafik yang menurun hingga minggu ke lima. Kemudian untuk natalitas hanya terjadi
pada minggu keenam.
Dari semua data pengamatan yang berhasil ambil kemudian dianalisis untuk
menentukan beberapa hal untuk menawab tujuan dari praktikum ini diantaranya ada laju
natalis mutlak (r) dengan nilai sebesar 0,85 lalu laju natalitas jenis (r) sebesar 0.10 dan
terakhir laju mortalitas sebesar 1,85. Faktor yang mempengaruhi dinamika populasi dari kutu
beras (Sitophilus oryzae) sumber pakan, suhu dan kelembaban juga berpengaruh terhadap
tinggi rendahnya mortalitas dan natalitas populasi kutu beras. Tersedianya pakan dan kecocok
pangan tersebut menyebabkan populasi kutu beras (Sitophilus oryzae) akan meningkat. Bila
terjadi sebaliknya maka, populasi hama tidak akan berkembang, sehingga mortalitas akan
tinggi. Ketidakcocokan makanan juga dapat timbul dikarenakan kurangnya kandungan unsur
yang diperlukan, permukaan material yang keras dan bentuk materialnya, dan rendahnya
kadar air dalam kandungan makanan. Faktor tersebut dapat dikategorikan kedalam faktor
internal.
Adapula yang menjadi faktor external meliputi lingkungan abiotik dan biotik.
Lingkungan abiotik meliputi suhu/temperatur, curah hujan, kelembaban, dan lainnya yang
dapat membatasi, mengurangi atau mendorong populasi serangga untuk berkembang. Curah
hujan yang tinggi dapat rnempengaruhi perkembangan populasi serangga secara langsung
karena dapat meningkatkan kelembapan ruangan Laboratorium Ekologi UNNES dan sama
halnya dengan teriknya matahari sehingga menaikkan suhu dan mengurangi kelembapan. Hal
secara tidak langsung mempengaruhi dinamika populasi kuru beras (Sitophilus oryzae)
dengan membuat kondisi yang baik bagi perkembangan penyakit yang dapat menjadikan
serangga sakit hingga mengalami kematian, dll.

J. KESIMPULAN
1. Laju natalis mutlak dari kutu beras (Sitophilus oryzae) oleh kelompok dua rombel
Biologi C yaitu 0,85
2. Laju natalitas jenis kutu beras (Sitophilus oryzae) oleh kelompok dua rombel Biologi
C yaitu 0,10
3. Laju mortalitas dari kutu beras (Sitophilus oryzae) oleh kelompok dua rombel Biologi
C yaitu 1,85

K. DAFTAR PUSTAKA
Edward Christanto. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Impor
Beras Di Indonesia. Jurnal JIBEKA. 7(2) Agustus 2013. Universitas
Malang.
Haryanto, 2018. The Pedegree Analysis The Phenotypic Variety and Population of
Abibinism Among The Kedurang, Jurnal Konservasi Hayati Volume 1 April
2005, South Bengkulu.
Herdrival dan Melinda.L, 2017. Pengaruh Kepadatan Populasi Sitophilus oryzae
(L) terhadap pertumbuhan Populasi dan Kerusakan Beras.Biospecies Vo. 10
No., januari 201. 17-24.
Mahanani, A. U. 2021. Perbandingan tumpukan beras Bulog terhadap populasi
kutu beras (Sitophilus oryzae L.) dan mutu beras selama masa simpan di
Kabupaten Jayawijaya. Jurnal Ilmiah Pertanian, 17(2), 86-92.
Mansoor-ul-Hasan, Aslam, A., Jafir, M., Javed,M. W., Shehzad, M., Chaudhary,
M. Z.,&Aftab,M. 2017. Effectof temperature and relative humidity on
development of Sitophilus oryzae (coleoptera:curculionidae). Journal of
Entomology and Zoology Studies, 5(6), 85-90
L. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai