Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM EKOFISIOLOGI TUMBUHAN

PENGARUH PH TERHADAP PERTUMBUHAN


Disusun untuk memenuhi tugas Praktikum Mata Kuliah Ekofisiologi

Disusun oleh:
Agni Annisa Putri (140410190004)
Kelompok 2
Asisten Laboratorium:
Aneira Damayanti

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2021
I. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Tinggi Kecambah Kacang Hijau pada pH Asam
Hari Kacang Hijau ke- (cm) Rata –
ke- rata
(cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0,4
3 1 3 1,2 2 2,3 1 1,2 2 1 1,4 1,61
4 3,2 5,6 4 3 3,2 3 3 3,3 4 4 3,63
5 6 7,1 5,2 4 4,2 4,3 5 4,2 5,5 6 5,15
6 8,3 9 7 6,2 5,2 6 6,8 6 6,3 7 6,78
7 11,2 10,2 10,5 9 8 8 7,5 8,9 9 8,1 9,04
Panjang 8,1 7 7 6 7 7 6 8 7 6 6,91
Akar

Tabel 2. Tinggi Kecambah Kacang Hijau Pada pH Netral


Hari Kacang Hijau ke- (cm) Rata –
ke- rata
(cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 2 0 0 2 1 0 0 0 0 0,5
3 2 3 3 0 2,5 2 2 2 1 1 1,85
4 5 4,5 5 2 7 5,5 4,5 7 5 2,3 4,78
5 10,7 8,5 9 4,5 11,6 12,3 10,9 12,1 9,8 5,6 9,5
6 12,9 11,4 10,3 9,5 12,9 14,2 11,7 13,9 11,7 9,9 11,84
7 14,8 13,8 12,5 11,2 14,1 17,3 13 14,3 12,8 12 13,58
Panjang 5 7 8,3 7,3 9 10 6 9 8 6,3
7,59
Akar

Tabel 3. Tinggi Kecambah Kacang Hijau Pada pH Basa


Hari Kacang Hijau ke- (cm) Rata –
ke- rata
(cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0,4
3 1 2 1 1,5 2,5 1,3 2 2,1 1 1,3 1,57
4 4 4,5 1,5 5 4,2 2,9 3 3,2 3 3,4 3,47
5 8 8,4 X 7 6 5 4,9 4 5 4,8 5,9
6 9 9,2 X 8 8,5 7 6 6 7 6,9 7,51
7 11 12 X 9 9 8 8 7,2 8 7,3 8,83
Panjan 6 3,5 X 4,2 3,5 3 4 5 3 2,6 3,87
g
Akar

Ket: X = Tanamana Mati


II. Pembahasan

Pada Rabu, 24 November 2021, telah dilaksanakan praktikum Ekofisiologi


Tumbuhan yang berjudul “Pengaruh pH terhadap Pertumbuhan Tanaman”.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH berbeda pada
pertumbuhan tanaman kacang hijau. pH adalah jumlah konsentrasi ion Hidrogen
(H+) pada suatu media yang menyatakan tingkat keasaman dan kebasaan yang
dimiliki. pH merupakan besaran fisis dan diukur pada skala 0 sampai 14. Bila pH
< 7, maka media bersifat asam, sedangkan pH > 7 media bersifat basa dan pH = 7
media bersifat netral. Pengukuran pH biasanya dilakukan dengan menggunakan
pH meter atau kertas lakmus (Ngafifuddin, dkk., 2017). Tanaman uji yang
digunakan pada percobaan ini ialah kacang hijau (Vigna radiata). Kacang hijau
(Vigna radiata) merupakan tanaman pangan semusim berumur pendek (60 hari)
berupa semak yang tumbuh tegak (Purwono dan Hartono, 2012). Tanaman ini
disebut juga mungbean, green gram atau golden gram (Somaatmadja, 1993 dalam
Bariza, 2010). Kacang hijau memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom Plantae
Division Tracheophyta
Class Magnoliopsida
Order Fabales
Family Fabaceae
Genus Vigna
Species Vigna radiata
(Linnaeus, 1785)

Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini diantaranya yaitu
gelas plastik transparan, penggaris, alat tulis, sendok, kertas lakmus, 30 biji
kacang hijau, air (pH = 7), tanah sawah (pH < 7), dan kapur sirih (pH > 7).
Setelah alat dan bahan siap, gelas plastik diberi label nomor 1, 2, dan 3.
Kemudian, rendam kacang hijau dalam air dengan pH netral (pH=7) selama 6 jam
dan pilih kacang yang tenggelam untuk ditanam. Digunakan biji yang tenggelam,
karena menandakan daya kecambahnya lebih tinggi dibandingkan dengan biji
yang terapung (Reine, 2013). Selanjutnya, media tanam disiapkan dengan rincian
pada pot 1 berisi campuran sekam dan tanah sawah. Penggunaan tanah sawah
dilakukan untuk perlakuan tanah asam, karena tanah sawah memiliki pH kurang
dari 7 (Yuliani dan Rahayu, 2016). Pot 2 berisi sekam, dan Pot 3 berisi sekam
yang dicampur dengan kapur sirih. Penggunaan tanah kapur dilakukan sebagai
perlakuan tanah basa/alkalis, karena tanah kapur memiliki kadar mineral CaCO3
yang besar (Yuliani dan Rahayu, 2016). Kemudian, tanam 10 biji kacang hijau
pada masing-masing gelas. Selanjutnya, rawat tanaman dengan cara disiram setiap
pagi dan sore dengan air sebanyak 20 ml. Pengamatan pun dimulai dengan
mengukur tinggi kecambah setiap hari selama seminggu dan panjang akar
kecambah pada akhir pengamatan untuk setiap perlakuan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan terdapat


perbedaan tinggi kecambah dan panjang akar. Hasil yang didapatkan dari
percobaan ini yaitu yang pertama pada tanah dengan pH asam (tanah sekam dan
tanah sawah) didapatkan rata-rata tinggi kecambah kacang hijau sebesar 9,04 cm
dan panjang akar rata- rata sebesar tanaman sebesar 6,91 cm, sementara pada
tanah dengan pH normal (tanah sekam) yaitu dengan tinggi akhir mencapai 13,58
cm dan panjang akar rata- rata sebesar 7,59 cm, dan pada perlakuan pH basa
(tanah sekam dan kapur) menunjukkan bahwa ke-7 didapatkan rata-rata tinggi
tanaman sebesar 8,83 cm cm dan panjang akar rata- rata sebesar 3,87. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa urutan rata-rata tinggi tanaman terpanjang dan
rata-rata panjang akar tertinggi yaitu tanaman di tanah netral, tanah asam
kemudian tanah basa. Menurut Karoba, dkk. (2015), Kondisi pH yang tidak sesuai
akan mempengaruhi penyerapan unsur hara oleh tanaman. Bila kondisi pH pada
media tumbuh tanaman bersifat asam, maka penyerapan unsur hara oleh tanaman
akan terhambat yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terlambat atau menjadi
kerdil. Apabila tanah atau media tanam memiliki tingkat alkalin tinggi (basa)
unsur hara micro seperti tembaga, mangan, seng dan besi akan terikat secara
kimiawi dan tidak dapat diserap oleh tanaman. seperti halnya tanaman pada tanah
asam, pada tanah basa tanaman juga tidak akan tumbuh dan berproduksi secara
maksimal.  Sebaliknya bila kondisi pH berada pada kondisi normal, maka
penyerapan unsur hara oleh tanaman tidak mengalami hambatan, sehingga
kecepatan tumbuh tanaman tersebut akan meningkat. Pada praktikum ini terdapat
beberapa tanaman yang mengalami kematian dan bahkan tidak tumbuh. Hal ini
dapat disebabkan karena faktor-faktor lain seperti dari biji itu sendiri, jumlah air
yang diberikan, atau cahaya matahari.

Menurut Kusuma dkk. (2014), tanah asam adalah tanah dengan larutan
tanah mengandung lebih banyak ion hidrogen (H+) dibandingkan ion hidroksil
(OH-), sebaliknya pada tanah basa tanahnya mengandung lebih banyak ion
hidroksil (OH-) dibandingkan dengan ion hidrogen (H+). Skala pH terentang dari
0 (asam kuat) sampai 14 (basa kuat) dengan 7 (netral). Sedangkan pada pH tanah
umumnya berada pada skala dengan nilai 4 hingga 10 (netral). Tanah sawah
adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus menerus
sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Sawah yang airnya
berasal dari irigasi disebut sawah irigasi sedang yang menerima langsung dari air
hujan disebut sawah tadah hujan. Di daerah pasang surut ditemukan sawah surut
sedangkan yang dikembangkan daerah rawa-rawa lebak disebut sawah
lebak (Hardjowigeno dan Rayes, 2005). Tanah sawah termasuk ke dalam
golongan tanah masam atau memiliki pH yang rendah. Sebagian besar lahan
daratan Indonesia termasuk pada lahan masam, yang sebagian telah dimanfaatkan
untuk memproduksi berbagai jenis komoditas pertanian, baik tanaman pangan
maupun tanaman tahunan (perkebunan dan hortikultura). Ciri utama lahan masam
adalah tingkat produktivitas lahannya yang rendah untuk beberapa jenis tanaman
terutama tanaman pangan utama seperti padi, jagung, kedelai, sehingga untuk
meningkatkan produktivitasnya diperlukan pemupukan berimbang (pupuk organik
dan anorganik), bahkan untuk meningkatkan pH tanah diperlukan pengapuran
(Mulyani dkk, 2010).
Tanah kapur merupakan jenis tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan
kapur atau terbentuk oleh batuan kapur yang sudah melapuk dan hancur. Tanah
kapur disebut juga dengan tanah mediteran, yakni salah satu jenis tanah yang tidak
memiliki unsur hara, atau memiliki unsur hara namun hanya dalam jumlah yang
sedikit sekali .Jenis tanah kapur adalah alkalin yang memiliki pH di atas 7 dan
bersifat basa. Kadar mineral terbesarnya ialah kalsium yang berada dalam bentuk
CaCO3 (kalsium karbonat) (Yuliani dan Rahayu, 2016).
Pada pot 1 yaitu media sekam yang dicampur dengan tanah sawah, tanah
akan memiliki sifat lebih asam daripada media biasa, dengan pH < 7.
Penambahan tanah sawah tersebut akan mendorong penurunan kation-kation basa
tanah dan meningkatkan keasaman tanah, sehingga terjadi pencucian unsur hara
dan menyebabkan kesuburan yang rendah. Lahan masam banyak mengandung Al
yang berpengaruh pada ketersediaan unsur hara P dan N (Hanafiah, 2009).
Kondisi pH yang tidak sesuai akan memengaruhi penyerapan unsur hara tanaman.
Bila kondisi pH pada media tumbuh bersifat asam, maka penyerapan unsur hara
oleh tanaman akan terhambat yang menyebabkan pertumbuhan tanaman
terhambat atau menjadi kerdil (Karoba, 2015). Sedangkan pada perpanjangan akar
yang relatif sedikit sehingga didapatkan hasil akar yang pendek, hal tersebut
terjadi karena keadaan pH yang rendah meningkatkan kelarutan dari Al, Mn dan
Fe yang bersifat toksik pada tanaman; meskipun banyak terdapat mikronutrien
yang tersedia untuk kebutuhan tanaman (Jiang, 2017). Selanjutnya pada pot ke 2
yaitu media sekam yang tidak dicampur apapun, tanah akan memiliki sifat netral
pH kurang lebih 7. Bila kondisi pH berada pada kondisi normal, maka penyerapan
unsur hara oleh tanaman tidak mengalami hambatan sehingga kecepatan tumbuh
tanaman tersebut akan meningkat (Karoba, 2015). Pertumbuhan akar pada media
sekam menunjukkan eksudasi karboksilasi akar yang lebih tinggi sehingga
panjang akar dan daerah serapan akar lebih besar (Aguilar, 2019). Nitrogen,
potasium, kalsium, magnesium, sulfur, boron, besi, nikel dan zinc memiliki
keberadaan yang melimpah pada media dengan pH netral. Aktivitas
mikroorganisme yang membantu dalam pengikatan zat hara juga memiliki
kebanyakan aktivitas yang baik pada pH netral (McCauley, 2017).
Sementara pada media sekam yang dicampur dengan kapur sirih, tanah
akan memiliki sifat lebih basa daripada media biasa, dengan pH > 7. Pemberian
kapur (CaCO3) pada media akan mampu meningkatkan pH tanah dan
mengefektifkan unsur-unsur hara agar dapat dimanfaatkan oleh kacang hijau
tersebut (Arini, 2011). Penghambatan pertumbuhan tanaman dan akar dapat
disebabkan karena banyaknya kadar mineral yaitu kalsium yang berada dalam
bentuk CaCO3 yang mengakibatkan pengendapan fosfat; karena fosfat kemudian
bereaksi dengan ion Ca2+ maupun dengan garam karbonat yang akan membentuk
Ca3(PO4)2 yang sukar larut dalam tanah dan sukar diserap oleh tumbuhan
(Yuliani, 2017). Pada media dengan pH tinggi akan menghambat elongasi akar
sebagai karena akar akan mengurangi perpanjangan untuk meningkatkan efisiensi
pengambilan nutrien, namun meningkatkan lebar lateral akar (Hammond, 2004).

Kadar pH dapat memengaruhi keberadaan nutrien karena ion H+ yang


menempati tempat pada ion negatif pada bagian permukaan tanah dan
menggantikan nutrien, seperti Cu, Mn, Zn yang berikatan erat pada bagian
permukaan tanah. Ketika media mengalami peningkatan pH, ion-ion tersebut
berikatan sangat kuat pada permukaan sehingga tidak terdapat pada campuran
media untuk diambil oleh akar. Sedangkan ketika media mengalami penurunan
pH, ion-ion tersebut akan lebih sedikit berikatan pada bagian permukaan tanah
sehingga lebih larut dan mudah diserap oleh akar. Sulfur yang merupakan molekul
besar yang memiliki sifat tidak mudah menempel pada permukaan pH akan lebih
mudah masuk kedalam media pada pH alkaline. Sedangkan pada pH rendah, ion-
ion digantikan dengan H+ (McCauley, 2017).
Tingkat pH juga mempengaruhi aktivitas mikroorganik yang berkontribusi
pada penguraian bahan organik. pH netral sangat ideal untuk aksi mikroba yang
menghasilkan perubahan kimiawi di tanah, membuat nitrogen, sulfur, dan fosfor
lebih tersedia. pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah juga dapat mengganggu
keefektifan pestisida dengan mengubah komposisi dasarnya atau melemahkan
kemampuannya untuk membunuh serangga yang tidak diinginkan (McCauley,
2017). Menurut Hanafah (2005) pH optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah
adalah sekitar 7,0 karena semua unsur makro tersedia secara maksimum. Pada pH
di bawah 6,5 terjadi defisiensi P, Ca, Mg dan toksisitas B, Mn, Cu, Zn, dan Fe,
sedangkan pada pH di atas 7,5 dapat terjadi defisiensi P, B, Fe, Mn, Cu, Zn, Ca,
Mg juga keracunan B dan Mo.
III. Kesimpulan
Dapat diketahui bahwa urutan rata-rata dari tinggi tanaman dan panjang
akar tertinggi dari praktikum ini yaitu pot 2 yaitu pada tanah netral (sekam), pot 1
yaitu tanah asam (sekam dan tanah sawah), kemudian pot 3 tanah basa (sekam dan
kapur sirih). Pertumbuhan tanaman kacang hijau dapat dipengaruhi oleh
perbedaan pH pada tanah. Pada pot 2 yaitu tanaman pada tanah netral akan
mengalami pertumbuhan yang optimal, karena unsur hara pada tanah dapat
diserap dengan baik oleh tanaman selain itu kondisi pH yang berada pada kondisi
normal menyebabkan penyerapan unsur hara oleh tanaman tidak mengalami
hambatan, sehingga kecepatan tumbuh tanaman tersebut akan meningkat.
Sedangkan kondisi pH yang tidak sesuai akan mempengaruhi penyerapan unsur
hara oleh tanaman. Pada pot 1 yaitu kondisi pH pada media tumbuh tanaman
bersifat asam, maka penyerapan unsur hara oleh tanaman akan terhambat yang
menyebabkan pertumbuhan tanaman terlambat atau menjadi kerdil. Dan pada pot
3 media tanam memiliki tingkat alkalin tinggi (basa) unsur hara micro seperti
tembaga, mangan, seng dan besi akan terikat secara kimiawi dan tidak dapat
diserap oleh tanaman seperti halnya tanaman pada tanah asam, pada tanah basa
tanaman juga tidak akan tumbuh dan berproduksi secara maksimal. Pada
praktikum ini terdapat beberapa tanaman yang mengalami kematian dan bahkan
tidak tumbuh. Hal ini dapat disebabkan karena faktor-faktor lain seperti dari biji
itu sendiri, jumlah air yang diberikan, atau cahaya matahari.
DAFTAR PUSTAKA

Aguilar, A. R. 2019. The effect of pH on morphological and physiological root


traits of Lupinus angustifolius treated with struvite as a recycled
phosphorous source. Journal Plant Soil. 434(1): 65-78.
Arini, E. 2011. Pemberian kapur (CaCO3) untuk perbaikan kualitas tanah tambak
dan pertumbuhan rumput laut Gracillaria sp. Jurnal Saintek Perikanan,
6(2): 23-30.

Bariza, A. 2010. Evaluasi Ketahanan Beberapa Galur Kacang Hijau (Vigna


radiata L. Wilczek) terhadap Serangan Penyakit Embun Tepung (Erysiphe
polygoni). Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Hammond, J.P., Broadley M. R., and White P. J. 2004. Genetic responses to


phosporous deficiency. Journal of Ann Bot. 94(1): 323-332.

Hanafiah, A.S., T. Sabrina, H. Guchi. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah. Program
Studi Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Hardjowigeno, S. dan M. L. Rayes. 2005. Tanah Sawah Karakteristik, Kondisi
dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Bayumedia Publishing.
Malang.

Jiang, Y., Li Y., Zeng Q., Wei J., Yu H. 2017. The effect of soil pH on plant
growth, leaf chlorophyll flourescence and mineral element content of two
bluberries. Journal Acta Hort. 1180(1): 269-276.
Karoba, F., Suryani, Reni, N. 2015. Pengaruh Perbedaan pH terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kailan (Brassica oleraceae) Sistem
Hidroponik NFT (Nutrient Film Tecnique). Jurnal Ilmiah Respati
Pertanian. 7(2): 529-535

McCauley, Ann., C. Jones, and K. O. Rutz. 2017. Soil pHand Organic Matter.
Montana State University. UK.
Mulyani, A., Rachman, A., & Dairah, A. 2010. Penyebaran lahan masam, potensi
dan ketersediaannya untuk pengembangan pertanian. dalam Prosiding
Simposium Nasional Pendayagunaan Tanah Masam. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. 23-34.
Ngafifuddin, M., Susilo, dan Sunarno. 2017. Penerapan Rancang Bangun pH
Meter Berbasis Arduino pada Mesin Pencuci Film Radiografi Sinar-X.
Jurnal Sains Dasar. 6(1): 66-70.
Purwono, M. S., Hartono, R. 2012. Kacang Hijau. Swadaya. Jakarta.
Reine, W. S., Abdurrani, M., & Chyntia, P. Pengaruh Beberapa Perlakuan
terhadap Masa Dormansi Biji Belian (Eusideroxylon Zwageri T. et.
b). Jurnal Hutan Lestari, 1(2). 10450.
Yuliani dan Y. S. Rahayu. 2016. Pemberian Serasah daun Jati dalam
Meningkatkan Kadar Hara dan Sifat Fisika Tanah pada Tanah Kapur.
Prosiding Seminar Nasional Biologi. Universitas Negeri Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai