Anda di halaman 1dari 12

Reptil

Nama Agni Annisa Putri


NPM 140410190004
Kelompok 2B- Teh Desifa

Morfologi Reptil
A. Ordo Crocodilia

ALLIGATOR
Rahang berbentuk U
Lubang Hidung: 2, simetris dan terpisah

CROCODILE
Rahang berbentuk V
Lubang Hidung : Menyatu (tidak terpisah)

GAVIAL
Moncong : Mengerucut ramping seperti
huruf T besar
Ujung moncong terdapat gundukan
B.Ordo Squamata
Sub-ordo Serpentes

Berikut jenis tulang rahang dari Sub-ordo Serpentes


berdasarkan Familia:
A. Selenoglyphous

B. Aglyphous

C. Proterogyphous

Bentuk taring pada ular berdasarkan tingkat bisa


dan Familia

A. Selenoglyphous

B. Aglyphous

C. Proterogyphous
Pengukuran jumlah sisik dorsal pada ular Jenis sisik kaudal ular

a. Smooth dorsal scale b. Keeld dorsal scale c. Ventral


d. Sub-caudal divided e. Anal divided f. Anal entire
g. Sub-caudal entire

Morfometrik pada reptile hampir sama dengan amfibi, hanya saya untuk sub-ordo Serpentes
yang dihitung hanya panjang kepala dan panjang total.
Crocodylus novaeguineae

Morfologi Morfometri
a. Mata a. Panjnag tubuh total
b. Hidung. Nares b. Panjang moncong- kepala
c. Moncong c. Panjang kepala
d. Gigi d. Panjnag ekor
e. – e. Jarak mata-hidung
f. Tipe rahang v f. Jarak moncong hidung
g. Kaki/Ekstremitas depan g. Panjang hidung
h. Ventral (perut) h. Panjang ekstrimitas belakang
i. Kaki/Ekstrimitas belakang i. Panjag ekstrimitas depan
j. Double caudal whorl
k. Single crested caudal whorl
l. Dorsal atau (punggung)
m. Ekor/Tipe divided
Klasifikasi Ciri
Kingdom Animalia Warna: Abu coklat hingga kehitaman
Phylum Chordata Tipe rahang: Bentuk V
Class Reptilia Ukuran: Jantan 3,5 m dan betina 3 m
Order Crocodilia
Jumlah Gigi: 66-68 buah
Family Crocodylidae
Genus Crocodylus Tipe ekor: Divided
Species Crocodylus novaeguineae Ciri khas:
(Schmidt, 1928) - Terdapat totol-totol hitam pada ekor
- Tidak memiliki post occipital scutes
Status konservasi
Lower Risk (LR) (Solmu, 2019)
Deskripsi
Buaya Air Tawar Irian (Crocodylus novaeguineae) hanya terdapat di pulau Irian (Indonesia dan Papua
Nugini). Bentuk tubuh buaya ini menyerupai buaya muara, hanya berukuran lebih kecil dan berwarna
lebih hitam. Moncong spesies ini cukup lebar dan tidak punya sisik lebar pada tengkuknya (Ripai dan
Kamarubayana, 2016). Crocodylus novaeguineae lebih menyukai habitat air tawar, dan
ditemukan di sebagian besar sistem sungai air tawar, rawa, dan rawa-rawa yang luas. Betina
menjadi dewasa secara seksual dari panjang 1,6 sampai dengan 2,0 m, dan bertelur di sarang
gundukan. Populasi utara bertelur selama musim kemarau tahunan (Agustus-Oktober),
sedangkan populasi selatan bersarang selama musim hujan (Cox, 2010). Panjang tubuh termasuk
ekor bisa mencapai 4 meter, warna hitam pada ekor berupa totol-totol, baris sisik di samping punggung
tidak berlunas, jumlah sisik perut sekitar 28 atau lebih, dan tidak memiliki post occipital scutes (Kurniati,
2008). Buaya Air Tawar Irian hanya dapat berdaptasi hidup di air tawar. Kadang kala Buaya Air Tawar
Irian juga dijumpai di bagian aliran sungai yang terpengaruh air laut pada waktu air pasang, tetapi
keterdapatan mereka di habitat tersebut umumnya karena terbawa arus sungai yang deras (Kurniati,
2008).

Python bivittatus
Morfologi Morfometri
a. Kepala 1. Panjang total
b. Mata
c. Badan
d. Ekor divided
e. Nasal
f. Internasal
g. Loreal
h. Preocular
i. Postocular
j. anterior temporal
k. prefrontal
l. Mata (round)
m. Frontal
n. Parietal
o. Supraocular
p. Posterior temporal
q. Sisik
Klasifikasi Ciri
Kerajaan Animalia Warna tubuh: Coklat muda dengan corak
Filum Chordata coklat tua
Kelas Reptilia Tipe taring dan rahang: Aglyphous
Ordo Squamata Tipe sisik ekor: Divided
Famili Pythonidae Ular terbesar di dunia 244 cm
Genus Python Jantan 144 inc betina 199 inc
Spesies Python bivittatus Mata coklat-hitam
(Kuhl, 1820) Sisik halus

Status konservasi
Vulnerable (Stuart et al., 2012)
Deskrpsi
Python bivittatus memiliki ciri-ciri morfologi jumlah sisik ventral 263, anterior dorsal scale 54,
mid dorsal scale 61, posterior dorsal scale 40, 12 supralabial dengan 1-2 pitted, infralabial 19,
jumlah sisik ekor 71 dengan sisik 1-12 terbelah (devided), 13 tidak terbelah, 14-24 terbelah, 25-
29 tidak terbelah (non devided), 30 terbelah, 31-32 tidak terbelah, 33-71 terbelah. Ada tidaknya
sisik yang terbelah pada sisik bagian ekor ini menunjukkan adanya variasi karena belum ada
penelitian yang menyebutkan bahwa sisik ekor pada P.bivittatus ada yang terbelah dan pada
sisik keberapa saja terjadi sisik yang terbelah. Memiliki dua prefrontal anterior dengan ukuran
yang besar dan dua prefrontal posterior. Panjang SVL yaitu 214 cm, panjang ekor 37 cm, dan
panjang total dari kepala sampai ekor (TBL) yaitu 251 cm. Jarak antar mata (IOD) yaitu 2,19
cm dan lebar kepala 4,54 cm. Spesies ini di Indonesia hanya dapat ditemukan di Indonesia
khususnya pulau Jawa, Bali, dan Sulawesi (Stuart dkk., 2012). Spesies ini tidak terdapat di
Pulau Sumatera dan Kalimantan. Selain itu spesies ini termasuk kedalam appendix I, artinya
tidak boleh diperdagangkan. Hal ini karena spesies ini telah mengalami penurunan populasi
khususnya di Indonesia (Stuart dkk., 2012), namun spesies ini berkembang pesat di Florida
bagian selatan, Amerika Serikat dan menjadi spesies invasive yang mengancam satwa asli di
Florida (Dorcas dkk., 2012). Hal ini menunjukkan bahwa P. bivittatus ini mudah beradaptasi
dengan lingkungan. Perkembangan yang pesat di Florida ini bisa disebabkan karena banyaknya
pakan yang tersedia di alam.
Varanus auffenbergi

Morfologi Morfometri
a. Kepala 1. Diameter mata
b. Mata 2. Diameter telinga
c. Telinga 3. Kepala
d. Badan 4. Panjang badan
e. Kaki/Ekstrimitas depan 5. Panjang kepala-badan
f. Ekor 6. Panjang total badan
g. Kaki/Ekstrimitas belakang 7. Panjang ekor
8. Panjang ekstrimitas belakang
9. Lebar badan
10. Panjang ekstrimitas depan
Klasifikasi Ciri
Kingdom Animalia Warna abu kehitaman dengan pola binting
biru dan garis kning
Phylum Chordata
Class Reptilia
Order Squamata
Family Varanidae
Genus Varanus
Species Varanus auffenbergi

(Sprackland, 1999)
Status Konservasi
Apendix II (CITES)
Kategori ini memuat daftar seluruh jenis tumbuhan dan satwa liar yang dapat terancam punah
apabila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan.
Deskripsi
Varanus auffenbergi juga dikenal sebagai monitor Auffenberg/ monitor merak/The
peacock monitor adalah spesies biawak kecil yang berasal dari Pulau Rote, Indonesia. Panjang
total hingga 60 cm, berat hingga 30 gr. Kulit tubuh di bagian dorsal tertutup sisik berwarna
hitam. Terdapat pola lingkaran yang terbentuk dari sisik–sisik berwarna biru muda yang
berbaris melintang di bagian punggung. Kulit lengan di bagian dorsal tertutup sisik dengan
warna utama hitam dan sebagian sisiknya membentuk pola garis putus-putus berwarna kuning.
Pola pewarnaannya memudar saat kadal ini mencapai usia dewasa. Ekornya lebih panjang dari
tubuhnya yang langsing dan berpotongan subtriangular. Sisik kaudal lunas, tetapi tidak spinosa
dan tidak ada duri subcaudal. Ekor coklat tua sampai hitam, dengan sisik kuning dan krem
membentuk annuli asimetris (Sparckland, 1999).Mereka memiliki oselus biru-abu-abu ,
sedangkan monitor Timor memiliki oselus berwarna krem. Di alam liar, biawak merak terlihat
sering memanjat batang pohon palem dan kemudian berjemur di mahkotanya. Sifatnya tenang
dan pemalu dibandingkan dengan biawak lainnya (Beolens et al., 2011).

Chelodina novaeguineae
Morfologi Morfometri
a. Mulut 1. Strength Carapare Length (SCL)
b. Hidung
c. Kepala
d. Mata
e. Karapaks
f. Kaki/Tungkai depan
g. Kaki/Tungkai belakang
h. Nuchal
i. Vertebralis
j. Costalis
k. Marginal
l. Intergular scute
m. Gular
n. Humeral
o. Pectoral
p. Abdominal
q. Femoral
r. Anal
s. Ekor
t. Axillary
u. Inguinal

Klasifikasi Ciri
Kingdom Animalia Warna : Karapaks Coklat gelap-hitam, plastron
Phylum Chordata coklat terang/cream, kulit kelabu kehitaman dan
Class Reptilia putih di bagian bawahnya
Ordo Testuides Status konservasi
Ciri khas: Lehernya sangat panjang
Family Chelidae
Genus Chelodina
Species Chelodina novaeguineae
(Boulenger,1888)

Status Konservasi
Lower Risk/Least Concern (Resiko Rendah)
(Noerdjito & Maryanto, 2001)
Deskripsi

Chelodina novaeguineae ini karapasnya bisa mencapai panjang antara 18-24 cm. Panjang lehernya
sepanjang kerapasnya. Warna karapas abu-abu pucat kecoklatan. Kadang-kadang juga pada spesimen
lain memiliki kerapas coklat kemerahan. Plastron pada umumnya putih pucat. Leher berwarna coklat
gelap pada upperparts dengan tuberkel bulat. Iris mata berwarna hitam dikelilingi oleh cincin putih
(Kennett et al, 1992) Reproduksi secara ovipara tau bertelur. Setiap kali bertelur terdiri dari 8-14 butir
dan dalam satu tahun terdapat tiga kali peneluran. Ukuran telur 30 x 20 mm yang beratnya bisa mencapai
delapan sampai sepuluh gram. Tukik pertama menetas setelah tiga bulan pengeraman di alam. Ketika
mereka menetas memiliki ukuran 28 x 20 mm, mereka berbintik-bintik kuning pada plastron sampai
menjadi lebih gelap dengan waktu sampai plastron menjadi hampir hitam setelah beberapa minggu.
Selama periode pertumbuhan pewarnaan menjadi lebih pucat sampai akhirnya mereka mencapai warna
dewasa yaitu abu-abu kecoklatan/kemerahan. (Bonin et al, 2006)

Daftar Pustaka
Beolens, B.O.,Watkins, M.,Grayson, M. 2011. Kamus Eponim Reptil . Baltimore, Maryland: Johns
Hopkins University Press. xiii + 296 hlm. ISBN 978-1-4214-0135-5 . ( Varanus
auffenbergi , hal 12).
Bonin, F., Devaux, B. & Dupré, A. 2006. Turtles of the World. English translation by P.C.H.
Pritchard. Johns Hopkins University Press, 416 pp.
Cox, J. H. (2010). New Guinea freshwater crocodile Crocodylus novaeguineae. Crocodiles. Status
Survey and Conservation Action Plan. Third Edition, ed. by SC Manolis and C. Stevenson.
Crocodile Specialist Group: Darwin, 90-93.
Dorcas, M. E. and J. D. Willson. 2013. Hidden giants: problems associated with studying secretive
invasive pythons. In: W. Lutterschmidt (ed.), Reptiles in Research: Investigations of
Ecology, Physiology, and Behavior from Desert to Sea. Nova Science Publishers, Inc.,
Hauppauge, NY.
Kennett, R.M., Georges, A., Thomas, K. and Georges, T.C. 1992. Distribution of the long-necked
freshwater turtle Chelodina novaeguineae and information on its ecology. Memoirs of the
Queensland Museum 32(1):179-182
Kurniati, H. (2008). Buku Panduan Pembesaran dan Penangkaran Buaya Jenis Buaya Muara
Crococodylus porosus dan Buaya Air Tawar Irian Crocodylus novaeguineae. Bidang
Zoologi, LIPI.
Noerdjito dan Maryanto. 2001. Jenis-Jenis Hayati yang Dilindungi. Museum Zoologicum
Bogoriense, Puslitbang Biologi-LIPI & The Nature Conservancy.
Ripai, A., & Kamarubayana, L. (2016). Penangkaran Buaya Muara (Crocodylus porosus) di PT
Makmur Abadi Permai Samarinda. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan, 15(2),
155-170.
Solmu, G. & Manolis, C. 2019. Crocodylus novaeguineae. The IUCN Red List of Threatened
Species 2019: e.T46591A3010398. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2019-
2.RLTS.T46591A3010398.en. Downloaded on 19 April 2021
Sparckland, Robert George. 1999. A new species of monitor (Squamata: Varanidae) from
Indonesia. Belmont: Young Forest Company
Stuart, B., Nguyen, T.Q., Thy, N., Grismer, L., Chan-Ard, T., Iskandar, D., Golynsky, E. & Lau,
M.W.N. 2012. Python bivittatus (errata version published in 2019). The IUCN Red List of
Threatened Species 2012: e.T193451A151341916.
https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2012-1.RLTS.T193451A151341916.en.
Downloaded on 16 April 2021.

Anda mungkin juga menyukai