Anda di halaman 1dari 13

PEMBELAHAN MITOSIS PADA AKAR BAWANG (Allium cepa L.

(NORMAL)

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

Disusun untuk memenuhi mata kuliah genetika yang dibina oleh Ibu Novida
Pratiwi, S.Si., M.Sc dan Bapak Indra Kurniawan Saputra, S.Si., M.Si

OLEH

SITI HAFIFATUL ROFIAH

NIM 170351616521

OFFERING B

KELOMPOK 2

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
MARET 2020
1. Latar Belakang

Sel yang merupakan unit fungsional memiliki kemampuan dalam


memperbanyak diri atau bereproduksi. Proses reproduksi sel ini melalui
pembelahan. Sel membelah terjadi pada organisme eukariotik yang meliputi
pembagian inti sel (kariokinesis) dan pembagian sitoplasma (sitokinesis) melalui
tahapan seperti mitosis ataupun meiosis (Novel dkk, 2010). Tahapan pembelahan
didasarkan  pada perubahan letak (tingkah laku) kromosom selama
berlangsungnya proses pembelahan. Pembelahan sel  di  diawali dengan adanya
aktivitas pembelahan kromosom dalam beberapa tahap pembelahan. Pada setiap
tahap pembelahan mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat diamati proses-
prosesnya melalui teknik atau perlakuan tertentu yang diberikan pada kromosom
tersebut. Adapun pembelahan sel dibedakan menjadi dua macam, yaitu mitosis
dan meiosis (Pratiwi, 2003).

2. Tujuan
1) Mendeskripsikan fase-fase pembelahan mitosis pada akar bawang merah
(Allium cepa L.).
2) Mengetahui pengaruh perbedaan waktu pemotongan akar bawang merah
(Allium cepa L.) terhadap fase-fase pembelahan mitosis yang teramati.

3. Dasar Teori

Tanaman bawang merah (Allium cepa L) merupakan sayuran umbi yang


serbaguna yang dapat digunakan sebagai penyedap aneka masakan atau sebagai
obat tradisional (Rindyastuti &Daryono, 2009). Tanaman bawang merah ini
sering digunakan pada pengamatan mitosis karena memiliki pertumbuhan yang
cepat, mudah didapat, dan harganya terjangkau. Pada pengamatan mitosis yang
menggunakan akar bawang merah akan memudahkan pengamatan karena
memiliki jumlah kromosom yang sedikit dan berukuran besar (Abdullah dkk,
2017).
Mitosis merupakan pembelahan sel yang mana sel anakannya memiliki
sifat
yang sama dengan induk selnya (Hervani dkk, 2009). Proses pembelahan mitosis
terjadi pada semua sel tubuh makhluk hidup, kecuali pada jaringan yang
menghasilkan sel gamet. Proses pembelahan satu sel zigot menjadi sel tubuh
yang banyak jumlahnya terjadi secara mitosis. Dengan mitosis terjadi proses
pertumbuhan dan perkembangan jaringan dan organ tubuh makhluk hidup. Pada
pembelahan mitosis, gamet betina setelah dibuahi oleh gamet jantan akan bersifat
diploid (2n) dan dinamakan zigot. Dalam perkembangannya zigot ini akan
membelah berkali-kali dan proses pembelahan sel ini dinamakan mitosis (Dane &
Aktas, 2006).

Pada mitosis terdapat beberapa tahapan-tahapan yaitu:

1) Interfase: kromosom tidak dapat dibedakan antara satu dengan yang


lainnya, dan nukleus terlihat sebagai gumpalan padat. Ini merupakan tahap
kromosom yang saling aktif dalam fungsi mikanisme fisiologis. Selama
tahap ini, informasi gen dibaca dan ditransisikan untuk mikanisme
biokimia organisme. Kromosom dikelilingi oleh membran nukleus
(selaput inti) yang memisahkan nukleus dari bagian isi sel yang lain
(sitoplasma) (Muhlisyah dkk, 2014).
2) Profase: kromosom mempersiapkan diri untuk proses pembelahan sel,
dengan jalan melakukan penebalan dan pemendekan kromosom. Kromatid
(yang merupakan duplikasi setengah bagian memanjang kromosom, yang
terjadi dari duplikasi), mulai terlihat. Pada tahap ini nokleolus (anak inti)
yang bundar dan berwarna gelap juga terlihat. Pada titik-titik tertentu
kromosom tersebut saling berpasangan. Proses ini sangat penting dalam
mikanisme pembelahan sel dan penyusun kromosom yang baru (Sumadi &
Aditya Marianti, 2007).
3) Metafase: ditandai dengan munculnya gelendong pembelahan. Kromosom
menyusun diri secara acak pada satu bidang ekuator atau tengah-tengah
sel. Pada awal fase ini, membran nukleus dan nukleolus lenyap.
Sentromer, suatu daerah vital bagi pergerakan kromosom, melekat pada
serabut gelendong yang bertanggung jawab terhadap arah pembelahan
kromosom selama pembelahan (Susanto, 2011).
4) Anafase: sentromer membelah mengikuti panjang kromosom dan kromatid
mulai bergerak pada serabut gelendong menuju ke kutub-kutub sel
terdekat. Setiap kromatid sekarang dipandang sebagai kromosom-
kromosom yang baru (Abidin dkk, 2014).
5) Telofase: kromosom baru telah menyelesaikan pergerakannya menuju
kutub dan di dalam membran nukleus. Selama tahap ini berlangsung suatu
dinding sel baru mulai terbentuk diantara dua nukleus baru (Campbel et al,
2010).

Sumber : Campbel et al, 2010

Kromosom antar tanaman berbeda antara yang satu dan yang lainnya. Baik
dari bentuk, jumlah, dan panjangnya. Allium cepa atau bawang merah memiliki
jumlah kromosom 2n=16 (Fisun, 2009).

4. Alat dan Bahan


 Alat
Alat yang digunakan meliputi mikroskop cahaya, kaca benda, kaca
penutup, pipet tetes, pinset, silet berkarat, dan botol flakon.
 Bahan
Obyek penelitian ini adalah ujung akar Allium cepa L. Bahan
kimia yang digunakan untuk praktikum pembelahan sel, yaitu FAA,
alkohol 70%, HCl 1N, kertas hisap dan acetocarmin. Bahan kimia yang
digunakan untuk poliploidi, yaitu kolkhisin 0.05% dan 0.03%, alkohol
70%, HCl 1N, FAA, akuades, gelas ukur, kertas hisap, dan acetocarmin.

5. Cara Kerja
A. Persiapan Media dan Penumbuhan Akar Bawang
1) Dua buah botol air mineral 1L dipotong bagian tengahnya secara
vertikal (lebar lubang kira-kira 5 cm)
2) Botol direbahkan sehingga bagian berlubang menghadap ke atas.
3) Air diisikan pada rongga botol kira-kira 4/5 bagian.
4) Tiga buah siung bawang merah yang telah tua dan tidak busuk
dipilih
5) Bagian atas bawang merah ditusuk menggunakan lidi lalu diletakkan
ke dalam media tanam (pastikan 1/3 bagian bawang merah terendam
air)
6) Merendam siung bawang merah selama 3 hari.

B. Pembelahan Sel pada Akar Bawang

1) Pada hari keempat, akar bawang merah yang telah tumbuh dipotong
dengan menggunakan silet (sepanjang 2 cm) pada pukul 21.00,
24.00, dan 03.00 WIB.
2) Potongan akar direndam dalam botol flakon yang telah berisi larutan
FAA (masing-masing waktu pemotongan)
3) Pelaksanaan maserasi
a. Potongan akar bawang yang telah direndam dalam larutan FAA
diambil menggunakan pinset dan meletakkannya di atas kaca
benda.
b. Potongan akar bawang merah yang berada di atas kaca benda
ditetesi alkohol 70% sampai terendam selama 2 menit, lalu
alkohol dihisap menggunakan kertas hisap.
c. Cuplikan (potongan akar bawang) dimaserasi menggunakan
larutan HCl 1N selama 7 menit, lalu dihisap menggunakan kertas
hisap sehingga akan nampak bagian berwarna putih pada ujung
akar
4) Pewarnaan cuplikan
a. Bagian warna putih pada ujung akar dipotong (2 mm)
menggunakan silet lalu diletakkan di kaca benda yang lain.
b. Cuplikan diberi acetocarmin lalu dicacah sampai halus
menggunakan silet berkarat.
5) Pembuatan preparat Cuplikan ditutup dengan kaca penutup dan
sedikit ditekan dengan kertas hisap.
6) Pengamatan fase-fase mitosis
a. Preparat diamati di bawah mikroskop cahaya pada perbesaran
40x10
b. Mengidentifikasi fase-fase mitosis pada 3 bidang pandang yang
berbeda.
c. Menghitung jumlah sel yang mengalami fase pembelahan mitosis
yang teramati.

6. Data dan Analisis Data

Jam Data
21.00
WIB

Perbesaran 10x10 Perbesaran 40x10


Perbesaran 100x10
00.00

Perbesaran 40x10 Perbesaran 100x10


03.00

Perbesaran 10x10 Perbesaran 100x10


Sumber : Abidin dkk, 2014

Pada data yang diperoleh ketika pada jam 21.00 termasuk kedalam fase
profase, dikarenakan terdapatnya benang kromatin terlihat tebal, terlihat seperti
benang yang tak beraturan, benang kromatin masih berkumpul di tengah, benang
kromatin pendek dan menebal.

Pada data yang diperoleh ketika pada jam 00.00 termasuk kedalam fase
metafase dan anafase, dikarenakan pada fase metafase terdapat adanya gelendong
pembelahan, kromosom menyusun diri secara acak pada suatu bidang. Pada fase
anafase terlihat saling memisahnya kromatid anak dan berpindah ke kutub-kutub sel
yang berhadapan, mengikuti arah kumparan mikrotubulus yang ditaik oleh
sentromer.

Pada data yang diperoleh ketika pada jam 03.00 termasuk kedalam fase
telofase, dikarenakan pada fase tersebut tersebut berpisahnya sel anak dengan sel
induk, inti sel dan membran inti mulai muncul kembali yang diikuti dengan
sitokinesis.
7. Pembahasan

Fase Data Praktikum Data Teori


Profase
(21.00
WIB)

Metafas
e
(00.00
WIB)
Sumber : Campbel et al, 2010

Anafase
(00.00
WIB)

Telofase
(03.00
WIB)

Sumber : Abidin dkk, 2014

Pemberian HCl pada preparat berfungsi untuk sebagai melunakkan


dinding sel agar mudah dihancurkan (dicacah). Untuk pemberian acetocarmin
agar dapat diserap oleh benang-benang kromatin. Dari perolehan data praktikum
yang telah kami lakukan dengan gambar teori dapat dibahas seperti berikut ini.

Berdasarkan data pengamatan, pada tahap profase hasil praktikum dapat


dilihat benang kromatin tebal dan tidak beraturan hal ini sesuai pada gambar teori,
tahap profase ini benang kromatin terlihat tebal, terlihat seperti benang yang tak
beraturan, benang kromatin masih berkumpul di tengah, dan benang kromatin
pendek dan menebal (Sumadi & Aditya Marianti, 2007).

Berdasarkan data pengamatan pada tahap metafase hasil praktikum tidak


terlihat jelas sedangkan pada gambar teori kromosom mulai berkumpul pada
bidang ekuator pembelahan. Pada tahap ini sentromer dari setiap kromosom
berkumpul pada bagian tengah spindel pada bidang equator.  Pada tempat-tempat
ini, sentromer-sentromer diikat oleh benang-benang spindel yang terpisah, dimana
setiap kromatid dilekatkan pada kutub-kutub spindel yang berbeda.  Kadang-
kadang benang-benang spindel tidak berasosiasi  dengan kromosom dan
merentang secara langsung dari satu kutub ke kutub yang lain.  Pada saat
metafase, sentromer-sentromer diduplikasi dan setiap kromatid menjadi
kromosom yang berdiri sendiri atau independen (Susanto, 2011).

Berdasarkan data pengamatan pada tahap anafase hasil praktikum tidak


terlihat jelas sedangkan pada gambar teori pada tahap anafase dua sister
chromatid (kromosom) bergerak ke arah kutub berlawanan. Sentromernya tertarik
karena kontraksi dari benang gelendong. Selain itu mungkin ada gaya tolak
menolak dari pembelahan sentromer itu. Terjadi penyebaran kromosom dan DNA
yang seragam di dalam sel. Pada akhir anafase sekat sel mulai terbentuk (Abidin
dkk, 2014).

Berdasarkan data pengamatan pada tahap teloase hasil praktikum


menunjukkan kedua sel mulai terpisah sesuai pada gambar teori pada tahap
telofase nampak adanya dinding pemisah yang berupa sekat yang belum sempurna
yang memisahkan kromosom-kromosom yang telah mencapai kutub. Sekat belum
sempurna dan sel belum benar-benar terpisah tetapi tanda akan terbentuknya dua
sel sudah mulai tampak. Penampakan kembali nukleus, merupakan tanda bahwa
mitosis sudah berakhir (Campbel et al, 2010).

Untuk tahap interfase tidak dapat teramati dalam pengamatan dikarenakan


pada fase interfase kromosom masih tidak dapat dibedakan antara satu dengan
yang lainnya, dan nukleus terlihat sebagai gumpalan padat (Muhlisyah dkk,
2014). Pada fase yang lain dapat dilihat bahwa akar bawang pada jam 21.00
merupakan tahap profase, akar bawang pada jam 00.00 merupakan tahap
metafase, akar bawang pada jam 00.00 merupakan tahap metafase, dan akar
bawang pada jam 03.00 merupakan tahap telofase. Pada gambar hasil praktikum
detail ciri-ciri setiap tahapan pada proses mitosis tidak terlalu terlihat, hal ini
disebabkan karena microskop yang digunakan lensanya kotor sehingga
strukturnya tidak dapat diamati dengan jelas.

8. Kesimpulan

Fase-fase pada pembelahan mitosis pada akar bawang merah (Allium cepa
L.) yang dapat teramati ialah fase profase, metafase, anafase, dan telofase.
Sedangkan pada fase interfase tidak dapat teramati dikarenakan pada fase ini sulit
teramati praktikan.

Pengaruh perbedaan waktu pemotongan akar bawang merah (Allium cepa


L.) ialah dapat menentukan fase-fase pada pembelahan mitosis.

9. Daftar Rujukan

Abidin Achmad Zainal, Budiono J Djoko, dan Isnawati. 2014. Studi Indeks
Mitosis Bawang Untuk Pembuatan Media Pembelajaran Preparat Mitosis
Mitosis Index Study Of Onion To Make Mitosis Slide As Learning
Media. Jurnal Bioedu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi. Vol 3 (3)
(http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu)

Abdullah Fas Nurussalami, Jaya Adi Surya, dan Widayat. 2017. Determination Of
Cell Immersion Time (Mitosis Phase) Roots Of Onion (Allium
Ascalonicum L.) Using Safranin To Support Biological Practicum.
Jurnal Bioseluler. 1 (3)-86:91

Campbell et al. 2010. Biology 8th Edition. USA : Pearson Education, Inc

Dane, Feruzan dan Aktas, Yildis Kalebasi. 2006. The Effect ofWaste Water on
Root Growth and Mitosis in Onion (Aliumcepa) Root Apical Meristem.
Asian Journal of Plan Science.Vol. 5 (2)
Fisun. 2009 .Genotoxic Effects of Raxil on Root Tips and Anthers of Allium cepa
L. Asian Journal of Plan Science. Vol 62 (1)

Hervani Dini, dkk. 2009. Teknologi Budidaya Bawang Merah Pada Beberapa
Media Dalam Pot di Kota Padang. Jurnal Penelitian Warta Pengabdian
Andalas. Vol 15 (22)

Muhlisyah, Cut Muthiadin, Baiq Farhatu, Wahidah, Isna Rasdianah Aziz. 2014.
Preparasi Kromosom Fase Mitosis Markisa Ungu (Passiflora edulis)
Varietas Edulis Sulawesi Selatan. Jurnal Biogenesis. Vol 2

Novel SS, Nuswantara S, Syarif S. 2010. Genetika Laboratorium. Jakarta:


Trans
Info Media.

Pratiwi, D.A. 2004. Penuntun Biologi. Jakarta: Erlangga.

Rindyastuti R dan Daryono BS. 2009. Identifikasi Papasan (Coccinia grandis


(L.)
voigt) di Tiga Populasi di Yogyakarta. Jurnal Biologi Indonesia. vol
6 (1):
131- 142

Sumadi dan Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel .Yogyakarta : Graha Ilmu.

Susanto HA. 2011. Genetika. Yogyakarta: Graha Ilmu.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai