Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LINGKUNGAN

ACARA II
PENGAMATAN STRUKTUR SEL ORGANISME

DISUSUN OLEH :

NAMA : NUR ROHMAYANI ANGGELIKA PUTRI


NIM : M0820065

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
PENGAMATAN STRUKTUR SEL ORGANISME
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui dan mampu membuat sediaan segar (preparat irisan).
2. Mampu mengamati dan menyebutkan bagian-bagian sel yang terdapat pada sediaan segar.

II. DASAR TEORI


Setiap makhluk hidup tersusun atas sel, baik itu makhluk hidup uniseluler maupun multiseluler
(Olejarz, 2018). Sel sendiri merupakan unit struktural dan fungsional yang menyusun semua makhluk
hidup. Dikatakan fungsional karena di dalam sebuah sel yang sangat kecil itu terdapat organel –
organel yang masing – masing menjalankan fungsi kehidupan, seperti metabolisme. Istilah sel pertama
kali ditemukan oleh Robert Hooke yang merupakan seorang ilmuwan pada abad ke-17 yang sedang
mengamati preparat irisan gabus. Saat sedang mengamati, ia melihat adanya ruang – ruang kosong
seperti pori – pori lalu menamainya dengan sebutan cells (Atmaji, 2019).

Seiring berjalannya waktu, ditemukan adanya perbedaan yang terdapat pada sel. Ada sel yang
memiliki membran inti, yang biasa disebut sel eukariotik dan ada yang tidak memiliki membran inti
atau bisa disebut dengan sel prokariotik (Rafika, 2015). Sel prokariotik hanya dimiliki oleh bakteri,
sedangkan eukariot dimiliki oleh semua makhluk hidup selain bakteri (Richter. 2019). Ada juga
perbedaan yang ditemukan dari sel hewan dan sel tumbuhan. Di mana dalam sel tumbuhan terdapat
dinding sel, sedangkan sel hewan tidak memiliki dinding sel dan hanya memiliki membran plasma.
Membran plasma sendiri merupakan membran yang membatasi sel dengan lingkungan luar di luarnya.

Untuk mengamati sebuah sel, perlu dilakukan pembuatan sediaan atau preparat terlebih dahulu.
Pembuatan sediaan adalah suatu tindakan atau proses pembuatan maupun penyiapan suatu objek
menjadi media yang siap diawetkan atau diperiksa. Sediaan sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
a) Sediaan segar, atau biasa disebut dengan preparat basah, merupakan sediaan yang dibuat dengan
cara mengiris tipis objek yang akan diamati tanpa ada perlakuan tambahan apapun. Kelemahan
dalam penggunaan preparat basah adalah penampakan preparat di mikroskop terkadang kurang
jelas, sehingga perlu dilakukan pewarnaan pada jaringan. Proses pembuatan sediaan segar lebih
praktis dan tidak memakan banyak waktu, tetapi sediaan ini mudah rusak. (Apriani, 2016).
b) Sediaan awetan, merupakan tindakan atau proses pembuatan maupun penyiapan sesuatu menjadi
tersedia, baik berupa sampel patologi maupun anatomi yang siap dan diawetkan untuk penelitian
dan pemeriksaan (Siregar, 2019). Sediaan awetan ini memperlihatkan ilustrasi sel yang jelas
mengenai interpretasi hasil dari anatomi mikroskopis yang dapat diamati (Siregar, 2019).

III. METODE

A. Alat
1. Mikroskop cahaya
2. Cover glass (3 buah)
3. Object glass (3 buah)
4. Gelas beker (1 buah)
5. Pipet tetes (1 buah)

B. Bahan
1. Preparat awetan (Paramecium sp dan apusan darah)
2. Preparat segar (folium Hydrilla verticilliata)

C. Cara Kerja
A. Cara Pembuatan Preparat Segar
1. Ambil beberapa helai daun Hydrilla sp pada bagian pucuknya.
2. Letakkan daun yang sudah dipilih ke object glass.
3. Teteskan air di atasnya menggunakan pipet tetes.
4. Salah satu ujung cover glass diletakkan pada object glass tanpa menyentuh air yang
mengandung spesimen.
5. Cover glass diletakkan sampai menyentuh spesimen dengan baik hingga air tersebar
merata.
6. Selebihan air dapat dihilangkan dengan menggunakan tissue pada salah satu ujung gelas
objek.

B. Cara Pengamatan Sel Menggunakan Mikriskop Cahaya


1. Letakkan mikroskop diatas meja yang bersih dan kering.
2. Periksa kelengkapan komponen mikroskop.
3. Naikkan tabung okuler atau turunkan meja benda dengan cara memutar makrometer, agar
lensa objektif tidak terbentur meja benda yang ada di bawahnya.
4. Letakkan preparat segar yang sudah disiapkan pada meja benda, lalu jepit dengan penjepit
preparat, agar preparat tetap pada tempatnya.
5. Atur perbesaran awal dengan perbesaran yang paling kecil.
6. Jika sudah menemukan aliran sitoplasma pada Hydrilla sp , atur perbesarannya ke yang
lebih besar.
7. Amati pada bagian tengah atau tulang daun, karena di bagian itu aliran sitoplasma akan
terlihat jelas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Sel merupakan unit struktural dan fungsional yang menyusun tubuh makhluk hidup. Dapat
dikatakan demikian karena dalam sebuah sel terdapat organel – organel yang terstruktur dan masing
– masing memiliki fungsi berbeda dalam menjalankan segala proses kehidupan, seperti proses
respirasi, metabolisme, ekskresi, dan fungsi – fungsi lain. Ukuran sel sangat beragam, mulai dari
yang berdiameter 1 μm – 100 μm dengan volume 1 – 1.000 μm 3. Oleh sebab itu, dapat dikatakan pula
bahwa sel merupakan unit terkecil yang menyusun tubuh makhluk hidup. Sel sendiri terbagi menjadi
dua jenis berdasakan ada dan tidaknya membran inti, yaitu :
a) Sel prokariotik merupakan sel yang tidak memiliki membran inti, sehingga materi genetik di
dalamnya belum terpisah dengan bagian sel lainnya. Contoh organisme yang memiliki sel
prokariotik adalah Archaebacteria, Eubacteria, dan Cyanobacteria. Selain inti sel, sel prokariotik
memiliki dinding sel, membran plasma, ribosom, plasmid, dan organel pergerakan.
b) Sel eukariotik merupakan sel yang sudah memiliki membran inti. Hal ini terbukti dengan sudah
terbungkusnya DNA serta RNA dengan membran inti, sehingga terpisah dengan organel sel
lainnya. Kingdom yang termasuk dalam jenis sel eukariotik adalah Animalia, Plantae, Fungi,
Protista.
Seperti yang sudah diketahui, sel memiliki bagian – bagian yang terstruktur dan organel –
organel yang memiliki fungsi masing – masing, berikut adalah organel sel beserta fungsinya.
1. Dinding sel merupakan lapisan kaku yang mengelilingi bagian luar membran sel. Dinding sel
ini hanya dimiliki oleh sel tumbuhan dan beberapa organisme lain seperti jamur, bakteri, dan
alga. Adapun fungsi dinding sel adalah sebagai berikut.
 Memberi struktur dan bentuk sel agar selalu tetap.
 Mencegah kehilangan air.
 Membantu difusi gas yang keluar masuk sel.
 Membantu regulasi osmotik.
 Mencegah agar sel tidak pecah akibat tekanan turgor.
2. Membran sel adalah bagian sel paling luar yang menjadi batas antara isi sel dan sekitarnya,
terlebih lagi untuk sel yang tidak memiliki dinding sel. Membran sel terdiri dari dua lapisan,
yaitu fosfolipid dan lipoprotein. Komponen penyusun membran sel meliputi, lipid, protein, dan
karbohidrat. Membran sel merupakan organel yang berfungsi sebagai berikut.
 Memperkokoh sel karena bisa menahan sitoskeleton.
 Mencegah sel agar tidak pecah.
 Sebagai reseptor rangsangan yang datang dari luar sel.
 Tempat pertukaran zat atau transportasi molekul.
3. Inti sel merupakan induk dari sel itu sendiri. Hal itu karena seluruh kegiatan sel dikendalikan
oleh inti sel. Inti sel merupakan organel terbesar di dalam sel dan menyumbang sekitar 10%
volume sel. Inti sel tersusun atas membran ini, nukleolus, nukleoplasma, dan butiran kromatin.
Adapun fungsi inti sel adalah sebagai berikut.
 Mengendalikan seluruh kegiatan sel.
 Tempat penyimpanan protein dan RNA.
 Pembawa materi genetik, yaitu DNA.
 Berperan dalam proses sintesis protein.
 Mengatur pertukaran molekul antara inti dan bagian sel lainnya.
 Penghasil protein pada nukleolus.
 Untuk transportasi selektif melalui pori-pori pada membran inti.
4. Sitoplasma merupakan bagian yang terletak di antara inti dan membran sel. Sitoplasma diisi
oleh suatu cairan yang disebut sitosol. Sitosol ini menjadi tempat reaksi biokimiawi serta
perantara bahan dari luar ke inti atau organel sel lain. Adapun fungsi sitoplasma adalah sebagai
berikut.
 Tempat melekatnya organel sel.
 Melindungi organel sel dari benturan.
 Menjamin berlangsungnya pertukaran zat agar metabolisme berjalan optimal.
 Menjaga bentuk dan konsistensi sel.
5. Mitokondria, merupakan tempat respirasi aerob, dan berfungsi sebagai penghasil energi.
Membran dalamnya menyelubungi suatu matriks yang disebut matriks mitokondria. Matriks ini
menjadi tempat berlangsungnya tahap metabolisme.
6. Plastida merupakan organel yang hanya dimiliki oleh sel tumbuhan. Plastida terbagi menjadi
tiga macam, yaitu kromoplas, leukoplas, dan kloroplas.
 Kromoplas adalah plastida yang memiliki pigmen merah, biru, cokelat, jingga, dan
kuning. Plastida jenis ini bisa ditemukan pada sel bunga, buah-buahan masak, dan
daun yang mulai menua.
 Leukoplas adalah plastida yang tidak berwarna.
 Kloroplas adalah plastida yang mengandung klorofil. Di dalam kloroplas terdapat
tilakoid, yaitu tempat untuk menyimpan unit fotosintesis dan stroma, yaitu cairan di
luar tilakoid.
7. Retikulum endoplasma merupakan organel berbentuk ruang berdinding yang saling terhubung
membentuk suatu anyaman. Retikulum endoplasma dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
retikulum endoplasma kasar (REK) dan retikulum endoplasma halus (REH). Adapun fungsi
dari retikulum endoplasma adalah sebagai berikut.
 Tempat untuk menyimpan kalsium.
 Sebagai tempat transportasi protein dan karbohidrat untuk organel sel lain, meliputi
lisosom, badan Golgi, dan sebagainya.
 Berperan dalam pembentukan membran nukleus selama pembelahan sel.

8. Badan Golgi memiliki bentuk seperti kantong pipih. Struktur badan Golgi meliputi berkas
kantung seperti cakram dan bercabang menjadi serangkaian pembuluh yang sangat kecil di
ujungnya. Adapun fungsi badan Golgi adalah sebagai sekresi dan modifikasi protein.
9. Ribosom merupakan organel dengan bentuk butiran halus dan memiliki ukuran 17 – 20 μm.
Organel ini berfungsi sebagai tempat berlangsungnya sintesis protein. Tidak hanya itu, proses
perakitan asam amino juga terjadi di dalam ribosom. Ribosom tersusun atas dua subunit, yaitu
subunit besar dan kecil. Berdasarkan letaknya, ribosom dibagi menjadi dua, yaitu ribosom
bebas yang tersuspensi di dalam sitosol dan ribosom terikat yang melekat pada retikulum
endoplasma kasar.
10. Lisosom merupakan kantong yang dikelilingi membran tunggal dan digunakan untuk mencerna
makromolekul. Lisosom berfungsi dalam pencernaan intrasel, fagositosis, autofag, autolisis,
penghancur senyawa karsinogenik, eksositosis, dan endositosis. 
11. Vakuola merupakan organel yang berbentuk kantong dan berisi cairan yang diselubungi
membran tunggal. Vakuola berfungsi untuk menyimpan gas, senyawa organik, pigmen daun,
buah, dan bunga. Berdasarkan jenis dan fungsinya, vakuola dibagi menjadi tiga, yaitu vakuola
kontraktil, nonkontraktil, dan sentral. 
12. Sentriol merupakan organel yang terdiri dari tubulin dan berbentuk silinder. Organel ini
memegang peranan penting dalam proses pembelahan sel. Adapun fungsi sentriol adalah
menyelesaikan proses sitokinesis, mengatur spindel mitosis, dan berperan dalam penataan
ruang sel. 

Antara sel hewan dan sel tumbuhan juga memiliki beberapa perbedaan, yaitu diantaranya :
Komponen Sel tumbuhan Sel hewan
Ukuran sel Lebih besar Lebih kecil
Bentuk Tetap Berubah / tidak tetap
Lisoson Tidak ada Ada
Sentriol Tidak ada Ada
Plastida (kloroplas) Ada Tidak ada
Dindidng sel Ada Tidak ada
Vakuola Ada / besar Kecil/ ada yang tidak punya

Agar bisa mengamati bentuk sel dan organelnya, media yang dipakai adalah sediaan atau
preparat. Sediaan ini memiliki dua jenis berdasarkan cara pembuatannya, yaitu :
a) Sediaan segar (preparat segar), merupakan sediaan yang dibuat dengan tidak ada perlakuan
apapun selain pengirisan bahan atau objek menjadi bagian yang tipis. Kelemahan dalam
penggunaan preparat basah adalah mudah rusak dan penampakan preparat di mikroskop
terkadang kurang jelas, sehingga perlu dilakukan pewarnaan pada jaringan. Pewarnaan bertujuan
untuk membedakan bagian setiap jaringan sehingga mudah diamati dibawah mikroskop. Tapi
ada pula kelebihannya yaitu cara pembuatannya lebih praktis dan tidak memakan banyak waktu,
serta karena preparat yang digunakan masih fresh, maka berbagai aktivitas sel juga biasanya
masih dapat terlihat.
b) Sediaan permanen (preparat awetan), merupakan tindakan atau proses pembuatan maupun
penyiapan sesuatu menjadi tersedia, baik berupa sampel patologi maupun anatomi yang siap dan
diawetkan untuk penelitian dan pemeriksaan. Dalam pembuatannya, sediaan permanen ini
diperolah dengan melakukan fiksasi yang bertujuan untuk membuat sel agar dapat menyerap
warna, membuat sel tidak bergerak, mematikan sel dan mengawetkannya. Adapun kelemahannya
adalah cara pembuatannya memakan banyak waktu, dan aktivitas dalam sel tidak bisa diamati
karena sel sudah dimatikan. Tetapi sediaan awetan ini memperlihatkan ilustrasi sel yang jelas
mengenai interpretasi hasil dari anatomi mikroskopis yang dapat dilihat.

Membahas tentang sediaan, salah satu contoh sediaan awetan adalah preparat awetan
Paramecium sp. Paramecium merupakan organisme eukariot uniseluler yang artinya tubuhnya hanya
tersusun atas satu sel. Ia masuk dalam kingdom Protista dan genus Protozoa yang memiliki silia
(Cilliata). Berikut adalah beberapa organel yang dimiliki oleh Paramecium sp.
1. Silia berfungsi untuk menyapu partikel makanan kearah mulut serta sangat penting dalam
aktivitas pergerakan.
2. Pelikel berfungsi memberikan dukungan dan mempertahankan bentuk organisme
3. Trikosis berfungsi untuk menangkap mangsa dan dapat digunakan sebagai metode
pertahanan
4. Ektoplasma merupakan lapisan sitoplasma bagian terluar
5. Endoplasma berisi dua nukleus, banyak vakuola makanan dan vakuola kontraktil.
6. Vakuola kontraktil berfungsi untuk menyimpan air dan berperan penting dalam proses
osmoregulasi.
7. Vakuola makanan berfungsi dalam proses pencernaan dan ekskresi Paramecium sp.

Selain Paramecium sp, sediaan awetan juga dapat dibuat dari apusan darah. Darah merupakan
cairan ekstra sel yang berperan dalam sistem sirkulasi yang menjamin terdistribusinya semua
kebutuhan sel secara merata, meliputi sari makanan dan oksigen. Orgenel sel yang ditemukan pada
sel darah antara lain :
1. Inti Sel, berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel.
2. Sitoplasma, merupakan cairan yang berada di dalam sel.
3. Granula, digunakan untuk tempat penyimpanan cadangan makanan atau senyawa lainnya.
Darah terbagi menjadi dua bagian, yaitu sel – sel darah dan cairan darah (plasma darah). Sel – sel
darah sendiri terbagi menjadi tiga jens, yaitu :
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
 Eritrosit merupakan sel darah yang paling banyak ditemukan dan tidak memiliki inti.
 Memiliki bentuk bikonkaf, warna merah muda sedikit transparan.
 Fungsi sel darah merah adalah membawa oksigen ke seluruh tubuh manusia.
2. Sel Darah Putih (Leukosit)
 Leukosit yaitu sel darah yang memiliki inti dan berbentuk bulat
 Sel darah putih berfungsi sebagai antibodi dalam tubuh atau membunuh kuman dan
penyakit yang masuk melalui aliran darah.
Sel darah putih juga dibedakan menjadi dua
berdasarkan ada dan tidaknya granula.
Leukosit bergranula meliputi basofil,
eusonofil, dan neutrofil. Sedangkan
leukosit agranular (tidak bergranula)
meliputi limfosit dan monosit.

Gambar 1. Jenis sel darah putih.

3. Keping Darah (Trombosit).


 Trombosit atau keping darah berperan dalam pembekuan darah.
 Bentuknya tidak teratur dan tidak memiliki inti.
Untuk sediaan segar atau preparat awetan, yang bisa digunakan salah satunya adalah daun
Hydrilla verticilliata. Hydrilla verticilliata ini merupakan tumbuhan air yang masuk dalam klasifikas
kelas Liliopsida dan genus Hydrilla. Berikut adalah beberapa organel yang dimiliki sel Hydrilla
verticilliata.
1. Dinding sel, yang berfungsi untuk melindungi dan memberi bentuk pada sel.
2. Membran sel, sebagai pemisah atau pengontrol bagian dalam sel dengan lingkungan di
sekitar sel.
3. Kloroplas, yaitu zat hijau daun yang berperan dlam proses fotosintesis.
Tumbuhan Hydrilla sp ini juga memiliki dua jenis sel, yaitu sel muda dan sel tua. Dua jenis sel ini
dibedakan berdasarkan pergerakan sitoplasma. Dimana, pada sel muda, ditoplasma bergerak secara
sirkuler, sedangkan pada sel tua sitoplasmanya bergerak secara rotasi baik searah jarum jam, atau
kebalikannya.
 Gerak sirkuler merupakan arah gerak yang tidak menentu atau lebih dari satu arah.
Sitoplasma sel muda pada Hydrilla sp bergerak secara sirkuler karena pada organ muda masih
mengalami pertumbuhan dan perkembangan serta ukuran yang kecil sehingga sitoplasma
dapat bergerak bebas ke berbagai arah.
 Gerak rotasi merupakan gerakan sitoplasma yang bergerak secara tetap atau melingkar pada
vakuola. Pada sel tua Hydrilla sp mengalami gerak rotasi karena ruang gerak sitoplasma yang
menyempit. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran vakuola yang semakin besar sehingga memenuhi
ruang gerak sitoplasma.

V. KESIMPULAN
1. Sediaan segar merupakan sediaan yang dibuat dengan cara mengiris tipis objek yang akan diamati
tanpa ada perlakuan tambahan apapun. Kelemahan dari sediaan ini adalah sediaan mudah rusak
dan penampakan preparat di mikroskop terkadang kurang jelas, sehingga perlu dilakukan
pewarnaan pada jaringan. Namun di samping itu, beberapa kelebihannya adalah kita bisa
mengamati aktivitas sel yang sedang terjadi karena preparat masih dalam keadaan segar atau fresh.
Selain itu, proses pembuatan sediaan ini juga tidak memakan waktu yang lama dan cenderung
lebih praktis dari sediaan awetan. Cara membuatnya pun mudah, yaitu hanya dengan mengirisnya
menjadi spesimen yang tipis, lalu letakkan pada object glass, tetesi air, tutup dengan cover glass,
dan amati.
2. Dalam pengamatan sediaan segar preparat Hydrilla sp, dapat ditemukan aktivitas yang terjadi
dalam sel, yaitu pergerakan sitoplasmanya. Jika sel yang diamati berupa sel muda, maka
pergerakan sitoplasmnya membentuk gerak sirkuler, sedangkan pada sel tua terjadi gerak rotasi.
Selain itu juga dapat teramati beberapa organelnya, antara lain dinding sel, membran sel,
sitoplasma, dan kloroplas yang berperan sebagai zat hijau daun untuk fotosintesis.

VI. DAFTAR PUSTAKA


Apriani, I. 2016. Pengembangan Media Belajar : Angkak Beras Merah dan Teh (Camellia sinenis)
Sebagai Pewarna Alternatif Preparat Basah Jaringan Tumbuhan. Jurnal Bioilmi. 2 (1) : 59-65.
Atmaji, Y. 2019. Ketakjuban Sebutir Sel. Surakarta : Kekata Publisher.
Olejarz, J., K. Kaveh, C. Veller, and M. A. Nowak. 2018. Selection for Synchronized Cell Division
in Simple Multicellular Organism. Journal of Theoretical Biology. 457 : 170-179.
Rafika, A. 2015. Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Subtopik Struktur dan Fungsi Organel Sel
Menggunakan Instrumen CRI dan Wawancara Diagnostik. Bioedu. 4 (2) : 908-912.
Richter, D. J. and T. C. Levin. 2019. The Origin and Evolution of Cell-intrinsic Antibacterial
Defenses in Eukaryotes. Current Opinion in Genetics & Development. 58-59 : 111-122.
Siregar, S., V. Krisdianilo, dan V. A. Rizky. 2019. Efektifitas Penggunaan Pewarna Alternatif
Preparat Permanen Telur Nematoda Kolon Menggunakan Pewarna Rhodamin B. Jurnal
Farmasi. 2 (1) : 31-39.

VII. LAMPIRAN
Abstrak
Jurnal : 5
lembar

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai