Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
B. Lisosom
Lisosom adalah organel tertutup membran yang mengandung berbagai enzim yang
mampu memecah semua jenis polimer biologis — protein, asam nukleat, karbohidrat,
dan lipid. Fungsi lisosom sebagai sistem pencernaan sel, berfungsi baik untuk
mendegradasi bahan yang diambil dari luar sel dan untuk mencerna komponen-
komponen usang dari sel itu sendiri (Copper, 2000).
Lisosom adalah organel terikat membran asam yang ditemukan dalam sel, biasanya
sekitar 1 mikrometer panjangnya. Lisosom mengandung banyak enzim hidrolitik yang
mengkatalisis reaksi hidrolisis. Membran yang mengelilingi lisosom sangat penting
untuk memastikan enzim ini tidak bocor ke dalam sitoplasma dan merusak sel dari
dalam (Nehra, 2020).
Pembentukan lisosom
Enzim lisosom adalah suatu protein yang diproduksi oleh ribosom dan
kemudian masuk ke dalam RE. Dari RE enzim dimasukkan ke dalam membran
kemudian dikeluarkan ke sitoplasma menjadi lisosom. Selain ini ada juga enzim yang
dimasukkan terlebih dahulu ke dalam golgi. Oleh golgi, enzim itu dibungkus
membran kemudian dilepaskan di dalam sitoplasma. Jadi proses pembentukan
lisosom ada dua macam, pertama dibentuk langsung oleh RE dan kedua oleh golgi
(Cooper, 2000)
Fungsi lisosom
Fungsi utama lisosom yaitu sebagai pencerna (digestion) dan mengandung
degradative enzymes. Lisosom memecah produk-produk limpah seluler dan debris
dari luar sel menjadi komponen yang sederhana yang di transper ke sitoplasma
sebagai bahan meteri membangun sel baru (Pryor, 2002).
Secara rinci fungsi lisosom adalah sebagai berikut :
1) Melakukan pencernaan intrasel.
2) Autofagi yaitu menghancurkan struktur yang tidak dikehendaki, misalnya organel
lain yang sudah tidak berfungsi.
3) Eksositosis yaitu pembebasan enzim keluar sel, misalnya pada pergantian tulang
rawan pada perkembangan tulang keras.
4) Autolisis yaitu penghancuran diri sel dengan membebaskan isi lisosom ke dalam
sel, misalnyaterjadi pada saat berudu menginjak dewasa dengan menyerap
kembali ekornya.
5) Menghancurkan senyawa karsinogenik.
C. Vesikel Transport
Vesikel Transport dapat memindahkan molekul antara lokasi di dalam sel,
Fungsi vesikal transport yaitu digunakan untuk mentransfer molekul – molekul dari
sel satu atau organel sel satu menuju organel atau sel lain . Contoh pada RE kasar
yang mengirim vesikal transport protein menuju bagain Cis pada bagan golgi.
Vesikal transport merupakan aktivitas utama seluler, bertanggung jawab untuk lalu
lintas molekul antara berbagai kompartemen membran tertutup tertentu. Selektivitas
transportasi sangat penting untuk mempertahankan organisasi fungsional dari sel.
Misalnya, enzim lisosom harus diangkut secara khusus dari Golgi ke lisosom , tidak
ke membran plasma atau retkulum endoplasma . Protein ini diangkut dalam vesikal ,
sehingga kekhususan transportasi didasarkan pada kemasan selektif kargo
dimaksudkan dalam vesikal yang mengenali dan berfusi hanya dengan membran
sasaran yang tepat. Dalam biologi sel, vesikal adalah organel kecil dalam sel, yang
terdiri dari cairan tertutup oleh membran lipid bilayer. Vesikal dapat terbentuk secara
alami, misalnya, selama proses sekresi (eksositosis), serapan (fagositosis dan
endositosis) dan transportasi bahan dalam sitoplasma. (Copper, 2000).
D. Vesikel Sekretori
Gelembung versikel sekretori ini merupakan suatu gelembung yang pada bagian
dari sakula yang terdapat di bagian tepi. Versikel sekretori ini merupakan sebuah
versikel besar yang berada disisi yang berhadapan langsung dengan membrane plasma
yang membawa substrat dari aparatus golgi ke membrane sel dan akhirnya isi versikal
sekretori akan di keluarkan dan dibuang. Vesikel sekretori adalah membawa protein
atau lipid yang telah mengalami pemprosesan di dalam lumen sakulus.
Sel-sel yang berfungsi sekretori, untuk proses sekresinya harus menunggu
isyarat dari luar. Vesikel sekretori berasal dari petunasan pada sistem golgi daerah
trans, untuk pembentukannya melibatkan selubung protein yang di sebut klatirin.
Klatirin akan terlepas di saat vesikel telah masak (nature). Begitu ada isyarat untuk
sekresi maka pensekresian senyawa-senyawa yang terkandung di dalam vesikel
sekretori akan di keluarkan ke lingkungan ekstrasel dengan cara ekositosis. Pada
proses ini akan terjadi peleburan antara selaput vesikel sekretori dengan membran sel.
Sehingga senyawa penyusun membran vesikel sekretori akan menjadi komponen
penyusun membran sel. Isi vesikel menjadi lebih padat akibat proses pengemasan di
dalam vesikel dengan menambah ion H yang pompa secara aktif ke dalam vesikel.
Pengeluaran secret dengan cara eksositosis (Copper, 2000).
E. Mikrobodi
Mikrobodi secara morfologis ditandai sebagai partikel dengan diameter mulai dari 0,1
hingga 1,5, um (rata-rata sekitar 0,5, um), yang dibatasi oleh membran tripartit tunggal
dan mengandung matriks granular yang halus. Di hati, estimasi 1.000 mikrobodi per
hepatosit telah dibuat (23). Mereka menunjukkan hubungan spasial yang dekat dengan
retikulum endoplasma. Katalase mereka dapat ditunjukkan secara sitokimia. Karena
mikroba tanpa selaput bagian dalam harus lentur, mereka biasanya tampak bulat atau bulat
telur, tetapi dalam sel mereka mungkin juga tidak beraturan dalam bentuk atau
menunjukkan proyeksi yang tidak biasa (Wayne, 20019).
Glioksisom
Diameter glioksisom antara 0,5 sampai 1,0 mikrometer. Glioksisom hanya terdapat pada sel
tumbuhan, misalnya pada lapisan aleuron biji padi-padian. Aleuron merupakan bentuk dari
protein atau kristal yang terdapat dalam vakuola. Glioksisom banyak ditemukan pada biji-
bijian yang berperan sebagai tempat menyimpan asam lemak untuk pembentukan energi
dalam proses perkecambahan (Tolbert & Essner, 1981).
d. Glikosida
Senyawa dibentuk oleh reaksi dari gula pyranose dengan molekul nonsugar (suatu
hidrokarbon alifatik atau aromatik) disebut aglikon tersebut. aglikon ini menggantikan
hidrogen dalam gugus hidroksil dari salah satu atom karbon pada cincin gula. Glukosa
merupakan komponen gula banyak glikosida, senyawa tersebut, yang glucosides disebut.
Beberapa gula langka hanya ditemukan di glikosida, misalnya digilalose, yang hanya
ditemukan di glikosida Digitalis tertentu. kelas utama dari glikosida termasuk glikosida
anthoxanthin itu, penting sebagai pigmen tanaman, glikosida steroid (lihat saponin ,
glikosida jantung ), dan glikosida sianogen, yang melepaskan hidrogen sianida di
hidrolisis. Contoh dari kelompok terakhir adalah amygdalin glukosida, yang diperoleh dari
anggota tertentu dari Rosaceae, misalnya almond (Primus amygdalus) dan peach (Prunus
persica). glikosida sianogen dapat bertindak untuk mencegah binatang pemakan rumput
(Wayne, 20019).
Fotorespirasi hanya secara tidak langsung tergantung pada cahaya. Cahaya diperlukan
untuk menghasilkan 3-P-glycerate melalui fotosintesis. 3-P-glycerate adalah senyawa awal
fotosintesis. Itu harus diberikan terus-menerus karena cukup singkat.
Produk utama fotorespirasi adalah asam amino glisin dan ini lagi adalah senyawa awal untuk
sintesis asam amino serin (Tolbert & Essner, 1981).
PEROKSISOM
Peroksisom ini adalah salah satu organel yang terbungkus oleh adanya membran
tunggal dari lipid dilapisi serta juga di dalamnya mengandung protein pencerap (reseptor).
Peroksisom ini memiliki tugas di dalam menurunkan (oksigen) yang terdapat di dalam sel
serta juga melakukan reaksi oksidatif. Peroksisom ini juga mengandung enzim-enzim yang
mentransfer hidrogen dari segala macam substrat menuju oksigen, menghasilkan hidrogen
peroksida yakni sebagai produk sampingan, yang setelah itu menjadi sumber nama organel
tersebut. (Wayne, 2019)
Struktur Peroksisom
Struktur dari peroksisom ini tidaklah mudah ditemukan, disebabkan karna terlalu kecilnya
perbedaan kepadatan dengan lisosom. Karena hal tersebut, kemudian dilakukan injeksi
dengan menggunakan deterjen Triton WR – 1339 serta juga dilanjutkan itu dengan
mikroskop electron (Bianch serta Sheeler, 1980 ; Kleinsmith dan juga Kish, 1988). Hasil
injeksi ini menunjukkan bahwa peroksisom mempunyai karakter yang unik. Berbentuk kecil
seperti bola, mempunyai ukuran antara mitokondria serta ribosom. Disebabkan karna
ukurannya yang kecil, sekitar 0.2 – 2 µm, maka peroksisom ini dikelompokkan ke dalam
benda – benda mikro (Tolbert & Essner, 1981).
Fungsi Peroksisom
Fungsi utamanya ialah menyederhanakan sebuah asam lemak yang panjang itu
dengan melalui betaoksidasi. Apabila di dalam sel hewan, asam lemak yang ditimbulkan akan
panjang membentuk rantai medium, yang setelah itu akan di bawa ke mitokondria serta
berakhir dengan dipecah menjadi karbon dioksida dan air.
1. Sebagai penghasil suatu enzim katalase serta juga oksidase, yakni memiliki atau
mempunyai fungsi untuk dapat memindahkan hidrogen dari substrat supaya dapat atau
bisa bereaksi dengan oksigen serta bisa atau dapat menghasilkan hidrogen peroksida atau
juga H2O2 ialah sebagai penghasil lainnya.
2. Sebagai bahan bakar respirasi sel yang dihasilkan dari perpecahan asam lemak itu
menjadi bentuk molekul kecil.
3. Di dalam sel hati, fungsi tersebut bisa atau dapat menetralisir racun yang ditimbulkan
oleh alkohol serta senyawa kimia berbahaya lainnya.
Seorang ahli tumbuhan dari Amerika, berhasil menemukan bahwa terdapat 2 enzim utama
yang mempunyai peran penting di dalam peroksisom tumbuhan, yakni asam oksidase serta
katalase. Fungsi yakni membantu tumbuhan di dalam suatu proses fotorespirasi, bersamaan
dengan sel organel lainnya seperti, kloroplas serta mitokondria, yang membentuk jaringan sel
3 in 1. Hal tersebut tentunya, mengakibatkan mengapa seringnya didapati pengamatan bahwa
ketiga sel organel itu selalu berdekatan. Fotorespirasi ini diartikan ialah sebagai respirasi
yang terjadi saat pencahayaan. Menurut ahli tumbuhan tersebut, menyatakan bahwa proses
fotorespirasi ditumbuhan akan berlangsung dengan secara bersamaan itu dengan respirasi
normal (Tolbert & Essner, 1981).
Perbedaannya ialah respon terhadap oksigen pada atmosfer luar, yang mana pada respirasi
normal jenuh itu dengan oksigen sebanyak 2 %, sedangkan untuk fotorespirasi tersebut akan
terus meningkat sampai oksigen yang dihasilkan mencapai 21 %. Jika di dalam fotosintesis
tumbuhan RuBP itu menyatu dengan karbon dioksida, maka akan menghasilkan 2 molekul
asam fosfogliserat. Namun, apabila RuBP itu menyatu dengan oksigen, maka kemudian akan
menghasilkan satu molekul fosfogliserat. Selanjutnya, asam fosfogliserat ini mengalami
reaksi defosforilasi oleh enzim fosfatase yang membentuk asam glikolat (Tolbert & Essner,
1981).
Pembentukan tersebut terjadi di dalam sebuah kloroplas, yang kemudian itu glikolat tersebut
kemudian akan bergerak menuju peroksisom setelah itu juga dioksidasikan oleh glikolat
oksidase untuk kemudian dapat menghasilkan glioksilat dan jugahidrogen
peroksida.Selanjutnya hidrogen peroksida itu akan diurai menjadi oksigen serta air oleh
katalase. Beberapa asam glioksilat kemudian akan menghasilkan asam glisin (Tolbert &
Essner, 1981).
Setelah itu dari 2 asam glisin tersebut, akan bergabung di mitokondria itu dengan membentuk
asam serin serta berkarbon dioksida. Reaksi yang ditimbulkan oleh enzim tersebut merupakan
sumber utama dari karbon dioksida difotorespirasi. Setelah dari itu, serin tersebut akan
kembali ke peroksisom yakni dengan melalui segala macam rangkaian reaksi untuk
membentuk gliserat. Gliserat di dalam kloroplas itu akan dibantu oleh enzim gliserat kinase
serta 1 molekul ATP, untuk membentuk 1 molekul asam fosfogliserat serta juga 1 molekul
(Tolbert & Essner, 1981).
Ciri Peroksisom
Di dalam ciri atau karakteristiknya peroksisom itu memakai oksigen serta juga
hidrogen peroksida di dalam melakukan reaksi osidatif. Enzim yang berada di dalam
peroksisom tersebut kemudian akan menggunakan molekul oksigen guna melepaskan atom
hidrogen dari substrat organik tertentu.
Pada peroksisom itu dengan menggunakan oksigen (O2) serta juga hidrogen
peroksida (H2O2) di dalam melakukan reaksi oksidatif. Lalu pada Enzim-enzim yang berada
di dalam peroksisom tersebut bisa atau dapat memanfaatkan suatu molekul oksigen supaya
bisa atau dapat melepaskan atom hidrogen yang diterima dari substrat organik (R) tertentu di
dalam suatu reaksi oksidatif yang menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2). Pada enzim
katalase itu dengan memanfaatkan H2O2 maka bisa atau dapat mengoksidasi substrat lain
(misalnya ialah seperti asam format, formaldehida, fenol, dan alkohol) (Albert, 2002)
Pembentukan Peroksisom
Peroksisom ini bisa atau dapat berasal dari retikulum endoplasma serta jugareplikasi
oleh fisi. Peroksisom tersebut juga mempunyai atau memilki komposisi enzim yang berbeda
itu di dalam jenis sel yang berbeda. Matriks peroksisom ini kemudian diterjemahkan di dalam
sitoplasma sebelum dilepas. Terdapat setidaknya 32 protein peroksisom yang disebut dengan
peroksin, yang memiliki peran di dalam proses perakitan peroksisom. peroksin PEX5,
Reseptor protein, serta peroksin PEX7 tersebut mengantarkan peroksisom ( yakni
mengandung PTS1 atau pun juga urutan asam amino PTS2) serta kembali ke
sitosol.Mekanisme ini disebut dengan mekanisme antar-jemput.Sekarang, telah atau sudah
ada bukti bahwa hidrolisis ATP ini diperlukan untuk daur ulang reseptor untuk sitosol
(Albert, 2002)
Keragaman peroksisom
Peroksisom ini mempunyai atau memiliki komposisi enzim yang berbeda itu di dalam
jenis sel yang juga berbeda. Peroksisom ini mampu untuk beradaptasi dengan kondisi atau
situasi yang berubah-ubah. Contohnya ialah seperti, sel khamir yang ditumbuhkan di dalam
gula mempunyai atau memiliki peroksisom yang kecil, sedangkan untuk sel ragi yang
ditumbuhkan di dalam metanol mempunyai atau memiliki peroksisom yang besar untuk
mengoksidasi metanol. Apabila sel khamir itu ditumbuhkan di dalam asam lemak
peroksisomnya ini membesar untuk memecahkan asam lemak itu menjadi asetil-KoA dengan
melalui beta-oksidasi (Albert, 2002)
Peroksisom ini juga sangat penting di dalam tumbuhan. Terdapat 2 jenis atau macam
peroksisom sudah yang diteliti dengan secara ekstensif. Tipe 1 itu terdapat di daun, yang
fungsinya ialah untuk mengkatalisis produksampingan dari reaksi pengikatan CO2
padakarbohidrat, yang dikenal dengan sebutan fotorespirasi. Reaksi tersebut disebut
fotorespirasi disebabkan oleh karna menggunakan O2 dan kemudian melepaskan CO2. Tipe
peroksisom lainnya, itu terdapat didalam biji yangsedang berkecambah. Peroksisom ke 2 ini,
dikenal dengan glioksisom, yang memiliki fungsi penting didalam sebuah pemecahan
asamlemak, yang tersimpan didalam lemak biji, kemudian menjadi gula yang diperlukan di
dalampertumbuhan tanaman muda (Albert, 2002).
Proses pengubahan lemak itu menjadi gula tersebut dilakukan dengan rangkaian
reaksi yang disebut dengan siklus glioksilat. Di dalam siklus glioksilat, 2 molekul asetil-KoA
tersebut dihasilkan dari adanya pemecahan asam lemak, selanjutnya itu digunakan di dalam
membuat asam suksinat. Selanjutnya ialah asam suksinat ini meninggalkan peroksisom serta
kemudian akan diubah menjadi glukosa. Siklus glioksilat tersebut tidak terjadi pada sel
hewan.Hal tersebut menyebabkan sel hewan tersebut tidak dapat mengubah asam lemak itu
menjadi karbohidrat (Albert, 2002).
Selama waktu fotosintesis, CO2 tersebut diubah menjadi glukosa yakni dengan
melalui siklus Calvin, yang pertama dimulai dengan penambahan CO2 itu ke dalam gula 5
karbon, ribulosa-1,5-bifosfat. Namun tetapi, enzim yang terlibat di dalam reaksi ini kadang-
kadang mengkatalisis penambahan O2 itu ke dalam ribulosa-1,5-bifosfat, yang
memilikiakibat pada produksi senyawa dengan 2 karbon, fosfoglikolat (Albert, 2002).
Fosfoglikolat ini kemudian akan diubah menjadi glikolat, yang setelah itu ditransfer
ke peroksisom, setelah itu dioksidasi serta diubah menjadi glisin.Setelah itu glisin ditransfer
ke mitokondria serta diubah menjadi serin.Serin lalu dikembalikan ke di dalam peroksisom
serta diubah menjadi gliserat, yang setelah itu ditransfer kembali ke kloroplas (Albert, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Cooper GM. 2000. The Cell : A Moluclar Approach . 2nd edition . Sunderland (MA) :
Sinauer Associates
Hardin, Jeff, Bertoni, G & Kleinsmith, L.J. (Eds). 2012 . Becker’s World of the Cell. San
Francisco, CA : Person Education, Inc.
Istianti, dkk. 1999. Biologi Sel. JICA : Universitas Negeri Malang.nsport . Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9886.
Karp,G.C. (Eds). 2010. Cell and Molecular Biology (Concepts and experiments). United
States of America, CA: John wiley & Sons, Inc.
Tolbert, N & Essner, E. 1981. Microbodies: Peroxisomes and Glyoxysome. Journal of Cell
Biology, 271s-283s
Pryor, Paul R. 2012. Methods in Enzymology. New York: United kingdom. 145-157
Waynae, Randy. Plant Cell Biology (Second Edition). Astronomy Zoology. 83-98
Albert, B et all. 2002. Molecular Biology of The Cell. 4th edition. New York: Garland
Science.