SKRIPSI
oleh
LINA ALIFAH
155090101111004
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
PENGARUH DETERJEN TERHADAP PERTUMBUHAN,
KERAGAMAN DAN KERAPATAN KRISTAL KALSIUM
OKSALAT PADA HELAI DAUN DAN TANGKAI DAUN
ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) DAN WEWEHAN
(Monochoria vaginalis)
SKRIPSI
oleh
LINA ALIFAH
155090101111004
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
LINA ALIFAH
155090101111004
Menyetujui
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Studi S-1 Biologi
Fakultas MIPA Universitas Brawijaya
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Lina Alifah
155090101111004
iii
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
iv
Pengaruh Deterjen terhadap Pertumbuhan, Keragaman dan
Kerapatan Kristal Kalsium Oksalat pada Helai Daun dan Tangkai
Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) dan Wewehan
(Monochoria vaginalis)
Lina Alifah, Nunung Harijati
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya
2019
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh deterjen
terhadap pertumbuhan dan akumulasi kristal kalsium oksalat (CaOx)
pada helai daun dan tangkai daun (petiol) Eceng gondok (Eichhornia
crassipes) dan Wewehan (Monochoria vaginalis). Rancangan
penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 4
ulangan. Sebelum perlakuan, dilakukan aklimatisasi menggunakan
akuades selama 9 hari. Perlakuan deterjen yang diberikan ada 3 level;
P0 (kontrol), P1 (0,05) dan P2 (0.5 ppm) selama 10 minggu. Experimen
dilakukan di Greenhouse FMIPA. Parameter yang yang diukur meliputi
jumlah daun dan panjang tangkai daun, keragamaan dan kerapataan
kristal kalsium oksalat. Pengamatan kristal dilakukan dengan membuat
sampel (daun) dibuat transparan. Pengamatan kerapatan dan keragaman
kristal kalsium oksalat dilakukan menggunakan mikroskop cahaya.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANOVA yang
dilanjutkan dengan uji Tukey 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian deterjen tidak mempengaruhi jumlah daun dan panjang
tangkai Eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan Wewehan
(Monochoria vaginalis). Bentuk kristal kalsium oksalat yang ditemukan
adalah rafida, druse, dan styloid. Kristal styloid hanya ditemukan pada
Eceng gondok, sedangkan kristal druse hanya ditemukan di Wewehan.
Kerapatan kristal CaOx dipengaruhi oleh interaksi jenis tanaman dan
konsentrasi deterjen. Kerapatan kristal CaOx Eceng gondok lebih tinggi
daripada Wewehan dalam semua konsentrasi deterjen dan kerapatan
kristal pada deterjen 0,05 ppm lebih tinggi dari deterjen 0,5 ppm.
Kerapatan kristal pada helaian daun Eceng gondok dan wewehan lebih
tinggi daripada daun petiol pada konsentrasi deterjen 0,05 ppm.
Kata kunci: Deterjen, Eichhornia crassipes, kristal kalsium oksalat,
Monochoria vaginalis
v
Effect of Detergent on Growth, Variety and Density of Calcium
Oxalate Crystals on Leaves and Petioles of Water Hyacinth
(Eichhornia crassipes) and Wewehan (Monochoria vaginalis)
Lina Alifah, Nunung Harijati
Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences
Brawijaya University
2019
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of detergent on
the growth of both water hyacinth (Eichhornia crassipes) and
Wewehan (Monochoria vaginalis) and accumulation of calcium oxalate
crystals (CaOx) on leaf blades and leaf stalks (petiole). The
experimental design was a completely randomized design with 4
replications. Before being treated, acclimatization was carried out using
distilled water for 9 days. The detergent treatment was 3 levels; P0
(control), P1 (0.05) and P2 (0.5 ppm). Duration of treatment was 10
weeks. The experiment carried out at the Glasshouse Faculty of
Mathematics and Natural Sciences. Measured parameters included the
number of leaves and petiole length, diversity and density of calcium
oxalate crystals. For crystals to be observed, samples (leaves) were
made transparent. Observation of CaOx crystal density and diversity
was carried out using a light microscope. The obtained data were
analyzed using the ANOVA test followed by the Tukey test with a
significance of 0.05. The results showed that treatment with detergent
did not affect the number of leaves and petiole length of both the water
hyacinth (Eichhornia crassipes) and Wewehan (Monochoria vaginalis).
The forms of calcium oxalate crystals which found were rafida, druse,
and styloid. Styloid crystals were only found in water hyacinth, while
druse crystals were only found in Wewehan. The density of CaOx
crystals was affected by the interaction of plant type and detergent
concentration. The density of CaOx crystal of water hyacinth was
higher than Wewehan in all concentrations of detergent and crystal
density at 0.05 ppm detergent was higher than 0.5 ppm detergent. The
crystals density in leaf blade of both water hyacinth and wewehan were
higher than their leaf petiol at 0.05 ppm detergent concentration.
Keywords: Detergent, Eichhornia crassipes, calcium oxalate crystals,
Monochoria vaginalis
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
naskah proposal skripsi yang merupakan syarat dalam menuntaskan
studi di bidang Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Brawijaya Malang.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dra. Nunung Harijati, MS., Ph.D selaku pembimbing yang
telah memberikan ilmu, doa serta bersedia memberikan
bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dian Siswanto, S.Si., M.Si. dan Ibu Ir. Retno Mastuti,
M.Agr.Sc.,D.Agr.Sc sebagai Dosen Penguji di Seminar Proposal,
Seminar Hasil Penelitian dan Ujian Skripsi yang telah
memberikan saran dan ilmu.
3. Orang tua dan saudara kandung penulis atas segala doa,
dukungan, pengorbanan, kesabaran, dan segala motivasi yang
tiada henti.
4. Seluruh Dosen Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas
Brawijaya, yang dengan penuh ketulusan telah memberikan ilmu
dan pelayanan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
5. Seluruh teman-teman di Jurusan Biologi yang telah berjuang
bersama-sama penulis selama kuliah, serta banyak memberikan
dukungan moral dan berbagai saran yang bermanfaat.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK…………………………………………………..... v
ABSTRACT…………………………………………………... vi
KATA PENGANTAR………………………………………... vii
DAFTAR ISI………………………………………………….. viii
DAFTAR TABEL……………………………………………. x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………. xii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN………………... xiii
BAB I PENDAHULUAN………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………. 3
1.3 Tujuan Penelitian………………………………... 3
1.4 Manfaat Penelitian………………………………. 4
viii
3.3 Preparasi dan Perlakuan Deterjen……………..... 15
3.4 Pengukuran Pertumbuhan…………………….…. 16
3.5 Pembuatan Preparat Mikroskopis……………….. 16
3.5.1 Preparat helai daun…..…………………... 16
3.5.2 Preparat tangkai daun…………………... 17
3.6 Mikroskopis Kristal Kalsium Oksalat…………... 18
3.7 Analisis Data……………………………………. 19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………........ 33
LAMPIRAN…………………………………………………... 38
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Uji T tidak berpasangan untuk pertambahan panjang
tangkai………………………………………………. 21
LT 1 Hasil Uji ANOVA Jumlah Daun Eceng gondok dan
Wewehan…………………………………………… 40
LT 2 Hasil Uji ANOVA Pertumbuhan Tangkai Daun
Eceng gondok dan Wewehan………………………. 40
LT 3 Hasil Uji T Tidak Berpasangan Pertumbuhan
Tangkai Daun Eceng gondok dan Wewehan………. 41
LT 4 Hasil Uji ANOVA Kerapatan Kristal Kalsium
Oksalat pada Eceng gondok dan Wewehan……… 41
LT 5 Hasil Uji Tukey Uji Tukey Kerapatan Kristal
Kalsium Oksalat pada Eceng gondok dan
Wewehan………………………………………….. 41
LT 6 Hasil Uji ANOVA Kerapatan Kristal Kalsium
Oksalat pada Helai Daun dan Tangkai Daun Eceng
gondok……………………………………………... 42
LT 7 Hasil Uji Tukey Kerapatan Kristal Kalsium Oksalat
pada Helai Daun dan Tangkai Daun Eceng
gondok………………………………………………. 42
LT 8 Hasil Uji ANOVA Kerapatan Kristal Kalsium
Oksalat pada Helai Daun dan Tangkai Daun
Wewehan……………………………………………. 42
LT 9 Hasil Uji Tukey Kerapatan Kristal Kalsium Oksalat
pada Helai Daun dan Tangkai Daun Wewehan…….. 43
LT 10 Kristal Kalsium Oksalat pada Eceng gondok dan
Wewehan……………………………………………. 44
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Eceng gondok (Eichhornia crassipes)………………. 6
2 Ewehan (Monochoria vaginalis)……………………. 7
3 Bentuk-bentuk kristal kalsium oksalat……………… 12
4 Bentuk kristal kalsium oksalat jenis styloid pada
penampang melintang rhizome Eceng gondok
(Pontederiaceae)…………………………………… 12
5 Deterjen bubuk……………………………………… 16
6 Lokasi pengambilan potongan sampel……………… 18
7 Contoh peletakan sampel preparat dan pengamatan
bidang pandang……………………………………… 19
8 Jumlah daun Eceng gondok dan Wewehan dengan
perlakuan deterjen…………………………………… 20
9 Daun yang terdapat pada perlakuan deterjen 0,5 ppm. 23
10 Kristal kalsium oksalat rafida yang ditemukan pada
helai daun dan tangkai daun Eceng gondok dan
Wewehan……………………………………………. 25
11 Kristal kalsium oksalat……………………………… 25
12 Kerapatan kristal kalsium oksalat pada Eceng
gondok dan Wewehan dengan perlakuan deterjen….. 27
13 Kerapatan kristal kalsium oksalat pada Eceng
gondok dan dengan perlakuan deterjen……………... 28
14 Kerapatan kristal kalsium oksalat pada Wewehan
dengan perlakuan deterjen…………………………... 29
LG 1 Wewehan kontrol (P0)……………………………… 38
LG 2 Wewehan perlakuan deterjen 0,05 ppm (P1)……… 38
LG 3 Wewehan perlakuan deterjen 0,5 ppm (P2)…………. 39
LG 4 Eceng gondok kontrol (P0)………………………….. 39
LG 5 Eceng gondok perlakuan deterjen 0,05 ppm (P1)…… 39
LG 6 Eceng gondok perlakuan deterjen 0,5 ppm (P2)…….. 40
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Tanaman Setelah Perlakuan…………………………. 38
2 Hasil Analisis Statistika……………………………... 40
3 Kerapatan Kristal Kalsium Oksalat setiap Bentuk
Kristal………………………………………………. 44
xii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
xiv
Pengaruh Deterjen terhadap Pertumbuhan, Keragaman dan Kerapatan Kristal Kalsium
Oksalat pada Helai Daun dan Tangkai Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) dan Wewehan
(Monochoria vaginalis)
Lina Alifah, Nunung Harijati
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya
2018
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh deterjen terhadap pertumbuhan dan
akumulasi kristal kalsium oksalat (CaOx) pada helai daun dan tangkai daun (petiol) Eceng gondok
(Eichhornia crassipes) dan Wewehan (Monochoria vaginalis). Rancangan penelitian yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap dengan 4 ulangan. Sebelum perlakuan, dilakukan aklimatisasi
menggunakan akuades selama 9 hari. Perlakuan deterjen yang diberikan ada 3 level, P0 (kontrol), P1
(0,05) dan P2 (0.5 ppm) selama 10 minggu. Experimen dilakukan di Greenhouse FMIPA. Parameter
yang yang diukur meliputi jumlah daun dan panjang tangkai daun, keragamaan dan kerapataan kristal
kalsium oksalat. Pengamatan kristal dilakukan dengan membuat sampel (daun) dibuat transparan.
Pengamatan kerapatan dan keragaman kristal kalsium oksalat dilakukan menggunakan mikroskop
cahaya. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey
5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian deterjen tidak mempengaruhi jumlah daun dan
panjang tangkai Eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan Wewehan (Monochoria vaginalis). Bentuk
kristal kalsium oksalat yang ditemukan adalah rafida, druse, dan styloid. Kristal styloid hanya
ditemukan pada Eceng gondok, sedangkan kristal druse hanya ditemukan di Wewehan. Kerapatan
kristal CaOx dipengaruhi oleh interaksi jenis tanaman dan konsentrasi deterjen. Kerapatan kristal
CaOx Eceng gondok lebih tinggi daripada Wewehan dalam semua konsentrasi deterjen dan kerapatan
kristal pada deterjen 0,05 ppm lebih tinggi dari deterjen 0,5 ppm. Kerapatan kristal pada helaian daun
Eceng gondok dan wewehan lebih tinggi daripada daun petiol pada konsentrasi deterjen 0,05 ppm.
Kata kunci: Deterjen, Eichhornia crassipes, Kristal kalsium oksalat, Monochoria vaginalis
Effect of Detergent on Growth, Variety and Density of Calcium Oxalate Crystals on Leaves and
Petioles of Water Hyacinth (Eichhornia crassipes) and Wewehan (Monochoria vaginalis)
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of detergent on the growth of both water
hyacinth (Eichhornia crassipes) and Wewehan (Monochoria vaginalis) and accumulation of calcium
oxalate crystals (CaOx) on leaf blades and leaf stalks (petiole). The experimental design was a
completely randomized design with 4 replications. Before being treated, acclimatization was carried
out using distilled water for 9 days. The detergent treatment was 3 levels, P0 (control), P1 (0.05) and
P2 (0.5 ppm). Duration of treatment was 10 weeks. The experiment carried out at the Glasshouse
Faculty of Mathematics and Natural Sciences. Measured parameters included the number of leaves
and petiole length, diversity and density of calcium oxalate crystals. For crystals to be observed,
samples (leaves) were made transparent. Observation of CaOx crystal density and diversity was
carried out using a light microscope. The obtained data were analyzed using the ANOVA test
followed by the Tukey test with a significance of 0.05. The results showed that treatment with
detergent did not affect the number of leaves and petiole length of both the water hyacinth
(Eichhornia crassipes) and Wewehan (Monochoria vaginalis). The forms of calcium oxalate crystals
which found were rafida, druse, and styloid. Styloid crystals were only found in water hyacinth, while
druse crystals were only found in Wewehan. The density of CaOx crystals was affected by the
interaction of plant type and detergent concentration. The density of CaOx crystal of water hyacinth
was higher than Wewehan in all concentrations of detergent and crystal density at 0.05 ppm detergent
was higher than 0.5 ppm detergent. The crystals density in leaf blade of both water hyacinth and
wewehan were higher than their leaf petiol at 0.05 ppm detergent concentration.
2
dan kelimpahan kristal druse serta bentuk kristal yang lain
merupakan objek menarik untuk diteliti. Kelimpahan kristal kalsium
oksalat tampaknya juga tekait upaya tanaman dalam mengatasi
cemaran logam berat. Manzen (2004) menunjukkan bahwa
kecambah Corchorus olitorius L. (Tiliaceae) yang diberikan Al, Cd,
Pb, Cu menghasilkan kristal kalsium oksalat mengandung Al secara
signifikan berdasarkan analisis ‘x-ray’. Untuk kandungan Cd, Pb,
dan Cu belum tampak, namun Manzen (2004) memberikan
penekanan bahwa bahwa kristal kalsium oksalat sangat berpeluang
mengasingkan logam-logam berat tersebut kedalam komponen
kristal. Jadi ada kemungkinan pada lingkungan yang tercemar kristal
yang ada pada Eceng gondok dan Wewehan akan melimpah. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan pada tanaman gulma air yaitu,
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan Wewehan (Monochoria
vaginalis) untuk mengetahui pengaruh deterjen terhadap
pertumbuhan dan akumulasi kristal kalsium oksalat (CaOx).
3
3. Mengetahui pengaruh deterjen terhadap kerapatan kristal
kalsium oksalat pada helai daun dan tangkai daun Eceng gondok
(Eichhornia crassipes) dan Wewehan (Monochoria vaginalis).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang
tidak diinginkan, dalam artian gulma tumbuh pada lokasi yang
mungkin dapat merugikan organisme atau lingkungan sekitarnya.
Gulma dapat diklasifikan beberapa golongan seperti berdasarkan
morfologi dan umur. Berdasarkan morfologinya, gulma menjadi
beberapa kelompok, diantaranya; kelompok rumput, kelompok teki,
kelompok gulma berdaun lebar. Sedangkan berdasarkan umurnya,
gulma dibagi menjadi gulma semusim atau gulma setahun (Annual
weed) dan gulma tahunan (parennial weed). Gulma semusim
memiliki lama hidup dengan daur hidup kurang dari satu tahun.
Gulma tahunan adalah gulma yang hidup lebih dari dua tahun dan
hidupnya tidak terbatas. Contoh tumbuhan gulma yang sering
ditemukan adalah Eceng gondok dan Wewehan. Gulma tersebut
termasuk gulma semusim atau gulma setahun, yang sering ditemukan
pada daerah perairan yang tercemar dan termasuk gulma air. Periode
hidup gulma semusim adalah kurang dari satu tahun sampai satu
tahun dengan siklus kecambah, produksi biji, hingga mati. Musim
dalam artian musim yang sama dan berkisar 4-16 minggu perspesies
(Barus, 2003).
5
Eceng gondok memiliki daun bulat telur, ujungnya tumpul yang
hampir bulat (Gambar 1). Tulang daun membengkok dan berukuran
7-25 cm dan di permukaan sebelah atas daun banyak dijumpai
stomata. Eceng gondok memiliki akar serabut (Ratnani dkk., 2011).
Eceng gondok memiliki bunga berwarna ungu muda. Akar, batang,
dan daun memiliki kantung-kantung udara untuk membantu
tumbuhan mengapung di air.
(Parys, 2018).
Gambar 1. Eceng gondok (Eichhornia crassipes)
6
lonjong, bundar telur, dengan bagian runcing dan pangkal tumpul,
terpangkas, atau melekuk dan pada daun dewasa berbentuk seperti
jantung. Sama halnya dengan eceng gondok wewehan termasuk
famili Pontederiaceae, dengan genus Monochoria, dan nama spesies
M.vaginalis (Karimun, 2018).
Monochoria vaginalis memiliki ciri-ciri diantaranya adalah
tidak memiliki batang dan memiliki tinggi sekitar 10 -50 cm. Ukuran
dan bentuk daun bervariasi. Pada tanaman muda, tidak memiliki
lamina dengan panjang daun 2-12,5 cm dan lebar 0,5-10 cm. Pada
tanaman sedikit tua, daunnya berbentuk linier atau lanset, sedangkan
pada tanaman tua, berbentuk bulat telur, berakumulasi tajam dengan
dasar berbentuk hati kebulatan, berkilau, berwarna hijau tua, dengan
vena memanjang. (Gambar 2) Tangkai daun lunak dan berongga
dengan panjang ±30 cm. Bunganya berwarna ungu keputihan dengan
panjang 3-6 cm. Tanaman ini memiliki bunga sebanyak 3-25 dan
mekar secara bersamaan, dan memiliki 6 kelopak dan benang sari
(Pancho & Soerjani, 1978).
(Kesl, 2017)
Gambar 2. Wewehan (Monochoria vaginalis)
7
2.2 Unsur Hara Tanaman
Tanaman membutuhkan makanan untuk tumbuh dan berkembang,
yang disebut unsur hara. Unsur hara dibagi menjadi dua yaitu,
makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien adalah unsur hara
yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, sedangkan
mikronutrien adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang kecil. Makronutrien terdiri dari karbon, oksigen,
hidrogen, nitrogen, fosfor, sulfur, kalium, kalsium, dan magnesium.
Mikronutrien terdiri dari klorin, besi, mangan, seng, molibdenum,
tembaga, dan nikel (Rosmarkam & Yuwono, 2002). Nitrogen adalah
nutrien utama untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen dibutuhkan
untuk pertumbuhan vegetatif sampai masa pembungaan. Kebutuhan
berkurang saat pembesaran dan pematangan buah. Fosfat dan kalium
dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan tanaman, seperti akar dan
awal pembungaan (Suwahyono, 2017).
9
2.4 Kristal Kalsium Oksalat
Oksalat memiliki dua bentuk yaitu bentuk terlarut dan tidak
terlarut.Oksalat tidak hanya untuk pertahanan dari kepentingan
ekologis serangan herbivora, namun berfungsi juga pada fisiologis
tanaman (Akhtar dkk., 2011). Oksalat larut dalam air berbentuk asam
oksalat, sedangkan oksalat yang tidak larut dalam air berbentuk
kristal kalsium oksalat (Franchesi & Nakata, 2005). Oksalat pada
tanaman angisospermae disimpan dalam vakuola sel (Fahn, 1990).
Kristal kalsium oksalat memiliki mobilitas rendah sehingga
distribusinya tidak seluas asam oksalat. Kristal kalsium oksalat
(CaOx) ditemukan pada sel-sel khusus yang disebut idioblas
(Santoso, 2013). Oleh karena idioblas berisi kristal, maka dalam
banyak jurnal dan publikasi lainnya, idioblas tersebut dinamakan
idioblas kristal. Kristal kalsium oksalat (CaOx) memiliki beberapa
fungsi antara lain: pengaturan kalsium (regulasi), pertahanan
tumbuhan, detoksifikasi logam dan asam oksalat, keseimbangan ion,
pendukung atau penguat jaringan-jaringan tumbuhan, dan akumulasi
serta pemantulan cahaya (Franceschi & Nakata, 2005).
Kristal kalsium oksalat (CaOx) merupakan suatu endapan
kalsium yang banyak diserap tanaman. Keberadaan kalsium oksalat
ada pada beberapa organ, seperti pada organ vegetatif dan
reproduktif. Namun, keberadaan kristal kalsium oksalat (CaOx)
banyak ditemukan pada daun. Semakin tua tanaman, maka semakin
banyak keberadaan kalsium ini (Rosmarkam & Yuwono, 2002).
Kristal kalsium oksalat (CaOx) merupakan salah satu bentuk hasil
dari proses mekanisme normal pertahanan tanaman. Pembentukan
kalsium dipengaruhi oleh lingkungan, seperti tanah, air, maupun
asam oksalat. Kalsium oksalat merupakan toksik/antinutrisi karena
dapat mengikat mineral dan bersifat tidak larut dalam air (Estiasih
dkk., 2017).
Akumulasi oksalat pada tanaman dipengaruhi oleh faktor
internal dan ekstenal. Faktor internal berupa spesies tanaman, bagian
atau umur bagian tanaman dan lainnya. Oksalat juga ditemukan pada
batang, akar, buah, biji, tangkai daun, tangkai bunga, dan tangkai
buah. Namun, banyak ditemukan pada bagian daun (Mou, 2008).
Jumlah kalsium oksalat pada setiap tanaman memiliki perbedaan
sepanjang pertambahan umur. Menurut Finley (1990), jumlah oksalat
pada bagian tanaman yang tua lebih sedikit dibandingkan pada
10
bagian tanaman yang muda. Informasi terbaru dari Saadi dan mondal
(2012), distribusi oksalat pada daun Syngonium podophyllum
tertinggi terdapat pada bagian daun yang tua. Hal ini yang
menunjukkan bahwa jumlah atau distribusi oksalat pada setiap
tanaman berbeda-beda. Faktor eksternal yang mengakumulasi
oksalat pada tanaman antara lain; kadar N, Ca, suhu udara, curah
hujan, kadar P, intensitas cahaya,dan lainnya (Indriyani, 2011).
11
(Franceschi & Nakata, 2005)
Gambar 3. Bentuk-bentuk kristal kalsium oksalat; a. Kristal
prismatik, b.Pasir kristal, c. Kristal rafida, d.Kristal
druse, e.Isolati kristal druse dari Peperomia
14
BAB III
METODE PENELITIAN
17
Gambar 6. Lokasi pengambilan potongan sampel
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
6
4
2
0
0 (Kontrol) 0,05 0,5
Deterjen (ppm)
Gambar 8. Jumlah daun Eceng gondok dan Wewehan dengan
perlakuan deterjen. Keterangan: huruf yang sama
menunjukkan pada Eceng gondok dan Wewehan tidak
ada beda nyata
20
dibandingkan dengan Eceng gondok (Tabel 1). Rata-rata
pertambahan panjang Eceng gondok 0,97 ± 0,43 cm dan Wewehan
sebesar 2,45 ± 1,99 cm. Pertambahan panjang tangkai yang tinggi
pada Wewehan diduga karena adanya daun baru yang tumbuh. Daun
(helai dan tangkai daun) muda memiliki sel yang masih aktif
membelah sehingga pertambahan panjang tangkai lebih cepat.
Berdasarkan pengamatan secara morfologi pada perlakuan deterjen
0,5 ppm, Wewehan memiliki beberapa daun muda dengan jumlah
lebih sedikit dibanding dengan jumlah daun Wewehan yang mati.
Menurut Waluyo (2006), jaringan meristem yang terdiri dari sel-sel
muda memiliki kemampuan membelah diri lebih cepat.
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata.
21
surfaktan yang lebih pekat mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman sehingga tanaman mati.
Fosfat dibutuhkan dalam tumbuh dan kembang tanaman untuk
merangsang pembentukan sel pada jaringan akar dan tunas yang
sedang tumbuh dan memperkuat batang, namun kebutuhan fosfor
tidak melebihi batas yang dibutuhkan tanaman. Kelebihan
kandungan fosfat dapat menyebabkan tanaman klorosis (Winangun,
2005). Salah satu cara untuk mengetahui kebutuhan hara tanaman
adalah dengan menganalisis daun. Daun sering digunakan untuk
mendiagnosa adanya masalah tentang nutrisi yang dibutuhkan
tanaman (Liferdi, 2010). Gejala tanaman kelebihan fosfor adalah daun
bagian atas timbul urat kuning, ujung daun seperti terbakar, daun
baru tumbuh tipis dan kerdil, daun bagian bawah menggulun dan
timbul bintk-bintik, dan atau tanaman terlihat mirip gejala
kekurangan nutrient kalsium atau magnesium (Percygrowroom,
2019).
Komponen surfaktan pada deterjen yang lebih pekat diduga
menjadi penyebab bahwa tanaman pada pelakuan deterjen 0,5 ppm
terhambat. Hal ini seperti pada penelitian dari Bountyfa (2012)
bahwa pada konsentrasi deterjen 0,4 ppm diduga dapat menyebabkan
dinding sel larut dikarenakan mengandung zat pelarut yang kuat.
Selain itu, pernyataan Haslam (1995) dalam Effendi (2003) juga
menjelaskan bahwa surfaktan yang terkandung dalam deterjen
berinteraksi dengan sel dan membran sel sehingga menghambat
pertumbuhan sel.
Faktor pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi faktor genetis, sedangkan faktor
eksternal meliputi temperatur, cahaya, air, pH, oksigen dan nutrisi
yang ada di lingkungan. Lingkungan habitat setiap tanaman berbeda-
beda. Wewehan lebih optimal tumbuh pada habitat dengan pH 5 – 8
dengan suhu 22ºC- 35 ºC (Fern 2014). Habitat Eceng gondok yang
ideal adalah perairan yang dangkal dan berair keruh dengan suhu
28ºC - 30ºC dan pH air berkisar 4-12 (Gerboni & Djarijah, 2005).
Deterjen dapat meningkatkan nilai pH air sehingga menyebabkan pH
perlakuan deterjen cenderung basa atau pH lebih dari 7 (Handoko,
2009). Eceng gondok lebih kuat hidup dalam kondisi air basa
dibandingkan Wewehan. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah daun
Wewehan pada perlakuan deterjen 0,5 ppm (P2) lebih rendah yang
22
diduga memiliki pH >8 dibandingkan pada kontrol (P0), serta
pengamatan secara morfologi selama penelitian, yaitu kematian daun
busuk atau daun yang kering pada Wewehan lebih banyak
dibandingkan pada Eceng gondok (Gambar 9)
A B
24
A
Gambar 10. Kristal kalsium oksalat rafida yang ditemukan pada helai
daun dan tangkai Eceng gondok dan Wewehan
25
Kerapatan kristal kalsium oksalat tertinggi terdapat pada perlakuan
deterjen 0,05 ppm (P1). Perbedaan jelas terlihat pada kerapatan
kristal kalsium oksalat bentuk styloid. Kerapatan kristal kalsium
oksalat styloid kontrol 1,61 kristal/mm2, sedangkan pada perlakuan
deterjen yakni deterjen 0,05 ppm (P1) dan 0,5 ppm (P2) memiliki
kerapatan kristal kalsium oksalat styloid tinggi sebesar >10
kristal/mm2 pada helai daun dan sebesar >6 kristal/mm2 pada tangkai
daun (LT 10). Tanaman Wewehan kontrol bagian helai daun dan
tangkai daun tidak ditemukan kristal kalsium oksalat bentuk druse
dan styloid. Kerapatan kristl druse yang tingi ditemukan pada tangkai
daun dengan perlakuan 0,05 ppm (P1) yaitu sebesar >5 kristal/mm2.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa deterjen mempengaruhi
akumulasi kristal kalsium oksalat. Akumulasi yang cukup nyata
dalam bentuk druse pada Wewehan.
Pernyatan Franceschi & Nakata (2005) bahwa kristal kalsium
oksalat memiliki beberapa fungsi antara lain regulasi kalsium,
perlidungan tanaman, detoksfikasi, menjaga keseimbangan ion,
penyokong jaringan atau menjaga kepadatan tanaman, refleksi dan
pengumpulan cahaya. Peningkatan kerapatan kristal kalsium oksalat
styloid pada Eceng gondok dan druse pada Wewehan pada perlakuan
deterjen diduga karena tanaman berada pada kondisi yang tidak
menguntungkan dan mengakumulasikan kristal kalsium oksalat
untuk menjaga keseimbangan ion.
d
25 c
(kristal/mm2)
20
15
b b
10
5 a a
0
0 (Kontrol)
0,05 0,5
Deterjen (ppm)
Gambar 12. Kerapatan kristal kalsium oksalat pada Eceng gondok
dan Wewehan dengan perlakuan deterjen. Keterangan:
huruf yang sama menunjukkan pada Eceng gondok dan
Wewehan tidak ada beda nyata pada uji Tukey dengan α
0,05
27
Kerapatan kristal apabila dilihat antara helai daun dan tangkai
daun pada masing-masing tanaman diperoleh hasil Organ tanaman
dan deterjen memiliki interaksi terhadap kerapatan kristal kalsium
oksalat pada Eceng gondok (LT 6). Kerapatan kristal kalsium oksalat
menunjukkan hasil signifikan antara kontrol (P0) dan perlakuan
deterjen (Gambar 13). Helai daun Eceng gondok memilik kerapatan
yang lebih tinggi dibandingkan tangkai daun. Kerapatan kristal
kalsium oksalat tertinggi terdapat pada perlakuan deterjen 0,05 ppm
(P1) yaitu sebesar 17,06 kristal/mm2 pada helai daun.
d
15
(kristal/mm2)
c
10 b
b
5
a
0
0 (Kontrol) 0,05 0,5
Deterjen (ppm)
Gambar 13. Kerapatan kristal kalsium oksalat pada Eceng gondok
dengan perlakuan deterjen. Keterangan: huruf yang
sama menunjukkan pada helai daun dan tangkai daun
tidak ada beda nyata pada uji Tukey dengan α 0,05
6
(Kristal/mm2)
4
b
b b
2
a
a
0
0 (Kontrol) 0,05 0,5
Deterjen (ppm)
30
tampak langsing dan panjang (LG1, 2, 3), sedangkan enceng gondok
pendek dan gendut /tebal (LG 4, 5,6).
31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Jenis tanaman dan deterjen tidak berpengaruh signifikan terhadap
jumlah daun Eceng gondok maupun Wewehan. Deterjen juga tidak
mempengaruhi pertambahan panjang tangkai daun Eceng gondok
dan Wewehan. Pertambahan panjang Eceng gondok dan Wewehan
tidak ada perbedaan signifikan. Bentuk kristal kalsium oksalat yang
ditemukan adalah rafida, druse, dan styloid. Kristal styloid hanya
ditemukan pada Eceng gondok, sedangkan kristal druse hanya
ditemukan di Wewehan. Pemberian deterjen menunjukkan akumulasi
yang cukup nyata pada kerapatan kristal styloid dan druse
dibandingkan kontrol. Kerapatan kristal styloid pada perlakuan
deterjen (0,05 ppm dan 0,5 ppm) sebesar >16 kristal/mm2 dan
kontrol sebesar <2 kristal/mm2. Kristal druse pada kontrol tidak
ditemukan dan pada perlakuan deterjen 0,05 ppm memiliki kerapatan
kristal druse yang tinggi yaitu, sebesar >5 kristal/mm2. Jenis tanaman
dan konsentrasi deterjen memiliki interaksi atau pengaruh terhadap
kerapatan kristal kalsium oksalat pada Eceng gondok dan Wewehan.
Selain itu, deterjen dan organ tanaman juga memiliki interaksi
terhadap kerapatan kristal kalsium oksalat.
5.2 Saran
Perlu dilakukan pengukuran pH, temperatur dan intensitas
cahaya untuk mendukung hasil pengamatan. Serta kontrol positif
menggunakan air yang tercemar berat oleh deterjen. Selain itu,
diperlukan pula pengukuran tebal daun dan diameter tangkai pada
masing-masing tanaman. Serta pengukuran kandungan kalsium
oksalat untuk mendukung data kerapatan kristal kalsium oksalat.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
Fizriyani, W. 2018. Pemakaian deterjen pengaruhi kualitas air sungai
brantas. nasional.republika.co.id. Diakses pada tangga 22 Mei
2018.
Franceschi, V.R. & P. A. Nakata. 2005. Calcium oxalate in plants:
formation and function. Annual Review Plant Biology (56): 41-
71.
Gerbono, A. & A. S. Djarijah. 2005. Kerajinan Eceng Gondok.
Kanisius. Yogyakarta.
Handoko, H.B. 2009. Sukses Wirausaha Landry Di Rumah. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Horner, H.T. & B.L. Wagner. 1995. Calcium Oxalate Formation in
Higher Plant. CRC Press. Florida.
Huang, L.L.K., M.S. B. Ku, dan V. R. Franceschi. 2007. Correlations
between calcium oxalate crystals and photosynthetic activities in
palisade cells of shade adapted Peperomia glabella. Botanical
Studies. 48: 155-164.
Ilarslan, H., R. Palmer, J. Imsande & H. Horner .1997. Quantitative
determination of calcium oxalate and oxalate in developing seeds
of soybean (Leguminosae).Am J Bot 84 (8): 1042.
Indriyani, S. 2011. Pola Pertumbuhan Porang (Amorphophallus
muelleri Blume) dan Pengaruh Lingkungan terhadap
Kandungan Oksalat dan glukomannan Umbi. Universitas
Airlangga Surabaya. Surabaya. Disertasi.
Karimun. 2018. Eceng. Karimun.web.id. Diakses pada tanggal 22
Mei 2018.
Karmana, O. 2006. Biologi. Grafindo Media Pratama. Bandung.
Kesl, M. 2017. Monochoria vaginalis. www.biolib.cz. Diakses pada
tanggal 7 November 2018.
Kirk, R.E. & D. F. Othmer. 1982. Encyclopedia of Chemical
Technology. The Intersience and Encyclopedia Inc. New York.
Korth, K.L., S.J. Doege, S.H. Park, F.L. Goggin, Q. Wang, K.
Gomez, G. Liu, L. Jia, & P.A. Nakata. 2006. Medicago truncatula
mutants demonstrate the role of plant calcium oxalate crystals as
an effective defense against chewing insectc. Plant Physiology,
141: 199-195.
Kuo, L., Maurice, and V.R. Franceschi.2007. Correlations between
calcium oxalate crystals and photosynthetic activities in palisade
34
cells of shade adapted peperomia glabella. Botanical Studies, 48:
155-164.
Liferdi, L. 2010. Efek pemberian fosfor terhadap pertumbuhan dan
status hara pada bibit Manggis. Journal of Horticulture 20 (1):
18-26.
Nayono, S.E. 2004. Metode pengolahan air limbah alternatif
untuk negara Berkembang. Universitas Negeri
Yogyakarta.Yogyakarta.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman.
Kanisius. Yogyakarta.
Manzen, A. M. 2004. Calcium oxalate deposits in leaves of
Corchorus olitorius as related to accumulation of toxic metals.
Russian Journal of Plant Physology, 51: 314-319.
Marschner, H. 1995. Functions of Mineral Nutrients:
Micronutrients. In: Mineral Nutrition of Higher Plants, 2nd
Edition. Academic Press. London.
Marschner, H. 1997. Mineral Nutrition of Higher Plants.
Academic Press Harcourt Brace and Company Tokyo.
Mou, B. 2008. Evaluation of oxalate concentration in the U.S.
spinach gemplasm collection. Horticultural Science (6): 1690-
1693.
Pancho, J.V. & M. Soerjani. 1978. Aquatic Weeds of Southeast
Asia: a Systematic Account of Common Southeast Asian
Aquatic Weeds. University of the Philippines. Filipina.
Pandey, B.P. 1982. Plant anatomy. S.Chand and Company.ltd, New
Delhi.
Parys, K. 2018. Common water hyacinth (Eichhornia crassipes).
www.invasive.org. Diakses pada tanggal 7 November 2018.
Percygrowroom. Phosphorus excess. percysgrowroom.com. Diakses
pada tanggal 11 Juli 2019.
Prychid, C.J. and P.J. Rudall. 1999. Calcium oxalate crystals in
monocotyledons: a review of their structure and systematics.
Annals of Botany, 84: 725 – 739.
Pkht. 2015. Eceng, Monochoria vaginalis. http://pkht.ipb.ac.id.
Diakses pada tanggal 22 Mei 2018.
Rahman, M.M., & O. Kawamura . 2011. Oxalate accumulation in
forage plants: some agronomic, climatic and genetic aspects.
Asian-Aust. J. Anim. Sci. 24 (3): 439 – 448.
35
Ratnani, R.D., I. Hartat, & L. Kurnasari. 2011. Pemanfaatan Eceng
gondok (Eichornia crassipes) untuk menurunkan kandungan
COD (Chemical Oxygen Demond), pH, bau, dan warna pada
limbah cair tahu. Momentum (7): 41-47.
Rosmarkam, A. & Yuwono. 2002. Ilmu Keburuan Tanah.
Kanisius. Yogyakarta.
Saadi, A.I. & A.K. Mondal. 2012. Distribution of calcium oxalate
crystal containing idioblats in the leaves of Syngonium
podophyllum Schoot. Interntional Journal of Life Sciences
Biotechnology and Pharma Research (1).
Santoso, A.M. 2013. Seminar Nasional X Pendidikan Biologi
FKIP UNS: Distribution of Calcium Oxalate Reduction of
Oxalates, and The Effect of Cultivation Method on its
Formation in Some Vegetables. Program Studi Pendidikan
Biologi Universitas Nusantara PGRI Kediri. Kediri.
Sari, D. A., H. Haeruddin, & S.Rudianti 2016. Analisis beban
pencemaran deterjen dan indeks kualitas air di sungai banjir
Kanal barat, Semarang dan hubungannya dengan kelimpahan
fitoplankton. Diponegoro journal of Maqueres (5).
Soeparman, H.M. & Suparmin. 2001. Pembuangan Tinja dan
Limbah Cair: Suatu Pengantar. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Susilo, B., R. Damayanti & N. Izza. 2017. Teknik Bioenergi. UB
Press. Malang.
Suwahyono, U. 2017. Panduan Penggunaan Pupuk Organik.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Syaiful, A. 2018. Pencemaran kali Brantas parah.
www.radarmalang.id. Diakses pada tanggal 22 Mei 2018.
Waluyo, J. 2006. Biologi Dasar. Universitas Jember Press. Jember.
Warintek. 2018. Monochoria vaginalis (Burm.F.) Pressi.
www.warintek.hol.es. Diakses pada tanggal 22 Mei 2018.
Widajanti, W., R. Rizka & Melviana. 2005. Studi Pengolahan Air
Sirkulasi Proses Painting dengan Menggunakan Lumpur
Aktif. FMIPA Universitas Indonesia. Depok.
Widianto, L.S. 1997. The Effect Of Heavy Metal On The Growth
Of WaterHyacinth. Proceed Syimposium on Pest Seameo-
Biotrop. Bogor.
36
Winagun, Y.W. 2005. Membangun Karakter Petani Organik
Sukses dalam Era Globalisasi. Kanisius. Yogyakarta.
37
LAMPIRAN
39
LG 6. Eceng gondok perlakuan deterjen 0,5 ppm (P2)
40
LT 3. Hasil Uji T Tidak Berpasangan Pertumbuhan Tangkai Daun
Eceng gondok dan Wewehan
41
LT 6. Hasil Uji ANOVA Kerapatan Kristal Kalsium Oksalat pada
Helai Daun dan Tangkai Daun Eceng gondok
42
LT 9. Hasil Uji Tukey Kerapatan Kristal Kalsium Oksalat pada Helai
Daun dan Tangkai Daun Wewehan
43
Lampiran 3. Kerapatan Kristal Kalsium Oksalat setiap Bentuk Kristal
LT 10. Kristal Kalsium Oksalat pada Eceng gondok dan Wewehan
Organ Deterjen Kerapatan Kristal (kristal/mm2)
Tanaman Rafida Rafida Rafida
tanaman (ppm) Druse Styloid
kecil sedang besar
0 5,38 ± 5,29 2,69 ± 3,11 0,59 ± 0,69 0,00 1,61 ± 2,88
Helai
0,05 3,77 ± 3,14 1,12 ± 1,35 0,39 ± 0,45 0,00 11,78 ±14,16
Daun
Eceng 0,5 3,48 ± 6,96 0,62 ± 1,25 0,23 ± 0,46 0,00 10,10 ±7,76
gondok 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,13 ± 0,03
Tangkai
0,05 0,10 ± 0,07 0,00 0,00 0,00 7,28 ± 2,90
Daun
0,5 1,32 ± 0,13 0,00 0,00 0,00 6,62 ± 0,45
0 0,30 ± 0,21 0,75 ± 0,82 0,75 ± 0,92 0,00 0,00
Helai
0,05 1,44 ± 2,54 0,52 ± 0,65 0,46 ± 0,54 0,03 ± 0,07 0,00
Daun
0,5 1,44 ± 2,63 0,39 ± 0,79 0,30 ± 0,59 0,00 0,00
Wewehan
0 0,16 ± 0,33 0,16 ± 0,20 0,07 ± 0,13 0,00 0,00
Tangkai
0,05 0,13 ± 0,26 0,16 ± 0,33 0,95 ± 1,90 5,64 ± 11,29 0,00
Daun
0,5 0,00 0,00 0,00 0,13 ± 0,19 0,00
44
45