Anda di halaman 1dari 5

A.

JUDUL
Pembuatan Preparat Squash Akar Allium cepa dan Allium sativum

B. TUJUAN
1. Membuat preparat mitosis akar Allium cepa dan Allium sativum dengan metode squash.
2. Mengamati tahapan mitosis akar Allium cepa dan Allium sativum.

C. DASAR TEORI
Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tumbuhan dan biasanya berkembang di
bawah permukaan tanah, meskipun terdapat juga akar yang tumbuh di atas tanah. Pada
bagian pucuk/ujung akar, terdapat jaringan meristem apikal. Jaringan meristem merupakan
jaringan yang bersifat embrio dalam tubuh tumbuhan dewasa. Sel-sel meristem pada ujung
akar terus menerus membelah dan menghasilkan sel baru yang menambah ukuran tubuh
tumbuhan (Susilowati, 2006). Menurut Campbell et al (2002) proses mitosis pada sel
tumbuhan, khususnya yang teramati pada akar bawang adalah sebagai berikut.
1. Profase
Kromatinnya memadat. Nukleolus masih jelas terlihat tetapi akan segera mulai
menghilang. Gelendong mitotik mulai terbentuk.
2. Prometafase
Kromosom mulai terpisah;masing-masing terdiri atas dua kromatid saudara identik
yang saling melekat. Kemudian pada prometafase ini selubung nukleus akan
terfragmentasi dan mikrotubula gelendong akan melekat pada kinetokor kromosom.
3. Metafase
Gelendong telah lengkap dan kromosom ditarik sama kuat oleh mikrotubula
kinetokor yang datang dari kutub sel yang berlawanan, berbasis pada pelat metafase.
4. Anafase
Kromatid setiap kromosom telah terpisah dan kromosom anak berpindah ke kutub-
kutub sel begitu mikrotubula kinetokornya memendek.
5. Telofase
Nukleus anak terbentuk. Sementara itu, sitokinesis mulai terjadi; pelat sel yang akan
membagi sitoplasma menjadi dua, sedang tumbuh ke arah keliling sel induknya.

Ujung akar bawang merah sangat populer untuk melihat fase-fase mitosis yang
berbeda karena memiliki kromosom yang besar dan berwarna sangat gelap jika diwarnai
(Stack dan Comings, 1979).

1
1 2 3 4 5

Metode pencet atau metode squash adalah metode untuk mendapatkan suatu sediaan
dengan cara memencet suatu potongan jaringan atau suatu organisme secara keseluruhan,
sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis yang dapat diamati di bawah mikroskop.
Dalam pembuatan sediaan ini diusahakan agar sel-sel terpisah satu sama lain, tetapi tidak
kehilangan bentuk aslinya dan tersebar dalam suatu lapisan di atas gelas benda (Suntoro,
1983). Menurut Rudyatmi (2015) pemejetan dapat dilakukan dengan menggunakan ibu jari
atau benda lain yang tumpul, misalnya pensil. Untuk mendapat sebaran sel yang bagus,
sangat bergantung oleh tingkat kelunakan obyek yang dibuat preparat. Dengan demikian,
apabila obyek yang bersangkutan tergolong keras, maka perlu dilakukan pelunakan terlebih
dahulu sebelum dilakukan pemejetan.
Asam asetat glasial sebagai zat fiksatif dapat mengendapkan nukleoprotein, tetapi
melarutkan histon dalam nukleous. Daya penetrasinya cepat, tetapi dapat membengkakkan
jaringan karena bertambahnya diameter serabut-serabut dalam jaringan tersebut. Fungsi
utama asam asetat glasial adalah mencegah pengerasan jaringan dan mengeraskan
kromosom (Suntoro, 1983).
Selama berlangsungnya proses mitosis, konsentrasi DNA bertambah. Nuklei yang
sedang aktif, terpulas kuat oleh zat-zat warna basa juga dengan reaksi Feulgen.
Acetocarmine, dan aceto-orcein. Bahan dan larutan yang dipergunakan untuk acetocarmine
adalah acetic acid 45% dan carmine. Carmine termasuk zat warna alam. Zat ini diperoleh
dari sejenis insecta golongan Homoptera yang disebu Corcus cacti, tetapi hanya dari jenis
betina. Struktur, formula, dan kelarutan zat warna carmine adalah sebagai berikut.
 Michrome No. 214
 Zat warna netral yang diperoleh dari sejenis
insecta (Corcus cacti) yang hidup pada
tanama cactus

 Larut pada temperatur 15゚C

 Air 50,0%; alkohol 0,6% (absolut)

2
D. LANGKAH KERJA
Dua akar bawang merah dan bawang putih dipotong sepanjang 5 mm dari ujung akar
pada pukul 08.00 WIB. Sampel difiksasi dalam botol flakon yang berisi asam asetat glasial

45% pada suhu 4゚C. Ujung akar bawang merah dan bawang putih dicuci dengan aquades

dua kali. Ujung akar bawang dihidrolisis dengan HCl 1 N pada air bersuhu 60゚C hingga

transparan dalam kondisi botol flakon terbuka. Ujung akar bawang dicuci kembali dengan
aquades dua kali. Obyek preparat akar diwarnai dengan acetocarmine. Obyek preparat
diambil dan diletakkan berjajar pada gelas benda bersih. Kelebihan zat warna diserap
dengan tissue. Obyek preparat akar bawang merah dan bawang putih dipotong 2 mm dari
pangkal. Ujung akar ditetesi dengan gliserin. Obyek preparat pada gelas benda ditutup
dengan gelas penutup, dipencet/disquash dengan ujung jari telunjuk sebelah kanan. Bagian
tepi gelas penutup diolesi kutek transparan. Label dilekatkan pada preparat. Preparat
diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran kuat, difoto, dan dianalisis.

E. HASIL PENGAMATAN
Preparat Squash Akar Allium cepa pukul 08.00 WIB
Perbesaran : 40x10
b
Keterangan :
c a. Fase profase
b. Fase anafase
c. Fase telofase
a

Preparat Squash Akar Allium sativum pukul 08.00 WIB


Perbesaran : 40x10
b
Keterangan :
a. Fase profase
b. Fase anafase

3
F. PEMBAHASAN
Jaringan pada ujung akar terdiri atas sel-sel yang bersifat meristematik (sel-sel pada ujung
akar tersebut masih aktif membelah). Dengan demikian, kegiatan pembelahan sel (mitosis)
dapat diamati dengan membuat preparat dari bagian ini. Sampel pembuatan preparat mitosis
untuk pukul 08.00 WIB adalah ujung akar bawang merah dan putih yang dipotong dan difiksasi
pukul 08.00 WIB. Berdasarkan hasil praktikum, tahapan mitosis yang dapat diamati adalah
tahapan profase, anafase, telofase untuk akar Allium cepa dan tahapan profase, anafase untuk
preparat akar Allium sativum. Menurut Campbell et al (2002), fase profase ditandai dengan
kromatinnya memadat hingga inti tampak gelap berbintik. Fase anafase ditandai dengan
kromatid setiap kromosom telah terpisah dan kromosom anak berpindah ke kutub-kutub sel.
Ciri fase telofase yang teramati adalah sitokinesis mulai terjadi, pelat sel yang akan membagi
sitoplasma menjadi dua, sedang tumbuh ke arah keliling sel induknya.
Akar bawang merah dan bawang putih dipotong menggunakan silet yang baru karena akar
bawang merah dan bawang putih yang dipotong sangat lunak sehingga memerlukan alat
pemotong yang tajam agar tidak merusak struktur komponen sel. Pada tahap fiksasi, jenis
fiksasi yang digunakan adalah asam asetat glacial 45% pada suhu dingin. Fungsi dari kegiatan
fiksasi dengan asam asetat glasial untuk menghentikan aktivitas mitosis, mengeraskan
kromosom, dan mempertahankan kondisi sel akar bawang sesuai dengan kondisi awal. Fiksasi
ini termasuk jenis fiksasi yang sederhana karena hanya melibatkan satu macam zat fiksatif saja.
Penggunaan asam asetat 45% juga membantu dalam melunakkan dinding sel akar (mencegah
pengerasan jaringan), sehingga zat pewarna acetocarmine dapat memasuki sel dengan cepat dan
diserap lebih kuat (Suntoro, 1983). Aquades digunakan sebagai zat pencuci, tujuan pencucian
adalah agar potongan akar bawang bersih dari campuran larutan fiksasi, yang selanjutnya proses
dilanjutkan dengan proses hidrolisis.
Bahan yang digunakan untuk hidrolisis adalah HCl 1 N yang mampu memperlunak ujung
akar bawang. Proses ini dilakukan sampai akar bawang terlihat transparan. Pewarnaan
dilakukan menggunakan zat warna acetocarmine. Kromosom mengikat kuat warna dari
acetocarmine. Hal ini akan memudahkan dalam mengidentifikasi tahap-tahap pembelahan
mitosis pada sel.
Hasil preparat yang telah diamati di bawah mikroskop menunjukkan bahwa sel-sel bawang
masih bertumpuk-tumpuk. Hal ini disebabkan oleh pemencetan yang kurang menyebar sehingga
banyak sel yang betumpuk dan tahapan mitosis tidak dapat diidentifikasi. Preparat squash akar
bawang merah dan putih terwarna dengan baik. Bagian inti menyerap warna dengan baik
sehingga terlihat kontras dibandingkan dengan bagian sel lain.

4
G. SIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis di atas, dapat saya simpulkan bahwa:
a) Preparat akar bawang merah dan bawang putih untuk mengamati tahapan mitosis
dapat dibuat menggunakan metode squash dengan pewarnaan acetocarmin.
b) Tahapan mitosis yang teramati pada preparat akar Allium cepa adalah profase,
anafase, dan telofase, sedangkan pada preparat akar Allium sativum atahapn mitosis
yang teramati adalah profase dan anafase.
2. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan adalah sebagai berikut.
- Proses hidrolisis harus diperhatikan waktunya, tidak terlalu lama agar tidak
merusak sel akar bawang.
- Proses pemenjetan dilakukan dengan cepat dan hati-hati agar hasil pemenjetan
tersebar dan tidak bertumpuk.

H. DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., J.b. Reece, L.G. Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Rudyatmi, E. 2015. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi Fmipa Unnes.
Stack, S.M. & Comings D.E. 1979. The Chromosomes and DNA of Allium cepa.
Chromosoma, 70: 161-181.
Suntoro, H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi & Histokimia). Jakarta: Bhratara Karya
Aksara.
Susilowati, S.M.E. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai