I. Tujuan
a. Mahasiswa dapat menjelaskan cara pembuatan larutan hara.
b. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis unsur hara yang esensial bagi tumbuhan.
c. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis unsur hara makro dan unsur hara mikro.
d. Mahasiswa mengenal dan membuat macam larutan hara untuk tumbuhan.
e. Mahasiswa mengetahui jenis dan peran unsur hara pada pada tumbuhan.
f. Mahasiswa dapat mengenali gejala defisiensi unsur hara tertentu pada tumbuhan.
II. Pendahuluan
Setiap mahasiswa yang mengikuti Praktikum Fisiologi Tumbuhan mutlak memahami benar cara membuat berbagai
macam larutan. Untuk keperluan tersebut diperlukan keterampilan menggunakan timbangan agar bahan yang
diperlukan benar-benar tepat jumlahnya. Sebelum itu, dipastikan untuk membaca terlebih dahulu MSDS (Material
safety data sheet) untuk mengenal karakteristik terkait dari tingkat kebahayaan, berat jenis serta kelarutan dari
senyawa tersebut.
Konsentrasi suatu larutan dapat dinyatakan dalam berbagai satuan yaitu: persen (%), molaritas (M), molalitas
(m), normalitas (N), dan ppm (part per million). Selain konsentrasi larutan, keadaan pH suatu larutan juga perlu untuk
dimonitor; pengecekan pH dapat dilakukan secara kolorimetri dengan menggunakan Indikator Universal
membandingkan dengan peta warna yang dikeluarkan pabrik yang bersangkutan) ataupun menggunakan pH meter
digital.
Berikut beberapa perhitungan yang umum digunakan dalam pembuatan larutan hara:
1. % (persen):
a. % (W/W): 5 g zat dalam 100 g larutan; konsentrasi zat terlarut 5%
b. % (V/V) : 5 ml zat dalam 100 ml larutan; konsentrasi zat terlarut 5%
c. % (W/V) : 5 g zat dalam 100 ml larutan; konsentrasi zat terlarut 5%
d. % (V/W) : 5 ml zat dalam 100 g larutan; konsentrasi zat terlarut 5%
2. M (molar)
Larutan 1 M dibuat dengan melarutkan 1 mol zat dalam sejumlah pelarut (air) hingga volume total larutan pada
o
20 C adalah 1000 ml. Pengenceran larutan sebanding dengan molaritas larutan yang terjadi.
Contoh:
a) Larutan sukrosa (C12H22O11) 1 M dibuat dengan melarutkan 342 g sukrosa (BM sukrosa = 342) dalam air hingga
volume larutan itu menjadi tepat 1000 ml.
b) Bagaimana cara membuat 100 ml larutan sukrosa 0,3 M bila tersedia 200 ml larutan sukrosa 0,5 M ?
Jawab: M1 x V1 = M2 x V2 M1 = molaritas larutan yang tersedia; V1 = volume larutan M1 yang dibutuhkan
M2 = molaritas larutan yang dibutuhkan; V2 = volume larutan M2 yg dibutuhkan
0,5 x V1 = 0,3 x 100 --------> V1 = 60
Jadi digunakan 60 ml larutan sukrosa 0,5 M; tambahkan air hingga volume larutan menjadi 100 ml. Didapatlah 100 ml
larutan sukrosa 0,3 M.
3. m (molal)
Larutan 1 molal dibuat dengan melarutkan 1 mol zat di dalam 1000 g
pelarut (bila pelarutnya air, berarti 1000 ml) pada 20 oC. Larutan yang terjadi biasanya lebih dari 1000 ml; kelebihan
volume itu dikenal sebagai solution volume/volume zat terlarut. Nilai solution volume itu tergantung dari macam zat
yang dilarutkan.
Bila 1 mol sukrosa (342 g) dilarutkan dalam 1000 g air (=1000 ml), larutan yang terjadi sebanyak 1207 ml. Jadi
solution volume dari 1 mol sukrosa adalah 207 ml. Pengenceran untuk satuan molal ini lebih rumit tidak seperti halnya
molar.
4. N (normal)
Larutan 1 N adalah larutan yang berasal dari 1 grek zat elektrolit yang dilarutkan dalam air hingga volume larutan
menjadi 1 L pada 20 oC. Gramekivalen suatu zat tergantung dari hidrogen ekivalen zat tersebut. Jadi normalitas suatu
larutan ditentukan oleh konsentrasi ion H+ dalam larutan tersebut.
Tumbuhan tidak hanya membutuhkan air dan udara agar dapat hidup dan tumbuh dengan baik, namun
memerlukan pula sejumlah unsur hara esensial baik makro maupun mikro. Unsur hara/mineral tersebut diserap
tumbuhan dari medianya. Unsur tersebut mungkin bersifat elektrokimia, mungkin pula sebagai penyusun senyawa
kimia tertentu, sebagai bahan pembentuk sel serta bagian-bagiannya, berfungsi dalam metabolisme tumbuhan,
ataupun berperan dalam proses enzimatis.
Pengaruh defisiensi berbagai unsur hara esensial dapat dianalsis melalui suatu percobaan yang menggunakan
kultur cair atau kultur pasir. Kadar unsur hara yang dikehendaki dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu
terdapat berbagai macam resep campuran larutan hara dengan variasi unsur hara makro dan mikro. Fenomena
defisiensi dapat diamati dari karakteristik yang tampak pada tumbuhan tersebut, seperti warna daun, tinggi tanaman,
jumlah.
7) Masukkan alas bahan (gelas arloji, kertas atau benda tipis) dengan membuka kaca
tidak terlalu lebar agar tidak mempengaruhi perhitungan karena timbangan
laboratorium cukup sensitive).
8) Tutuplah kaca timbangan laboratoriumnya.
9) Tekan tombol zero agar perhitungan lebih akurat.
10) Masukkan bahan yang akan ditimbang dengan tidak terlalu lebar membuka kaca,
begitu pula ketika akan menambah atau mengurangi bahan untuk menyesuaikan
massa yang diinginkan.
11) Setelah menaruh bahan yang ingin ditimbang, tutuplah kaca timbangan.
12) Maka secara otomatis display angka akan berubah menyesuaikan massa bahan.
13) Catatlah ukuran massa dari bahan yang ditimbang. Jika sudah ambillah bahan yang
telah ditimbang.
14) Kemudian matikan timbangan laboratorium dengan cara menekan tombol off.
15) Setelah timbangan benar-benar mati, lepaskan stop kontak dari statvolt.
16) Bersihkan ruang dalam timbangan dengan menggunakan kuas. Piringan timbangan dapat diangkat dan
dibersihkan seperti langkah no. 4.
17) Larutkan senyawa tersebut dengan menggunakan labu ukur hingga volume yang ditentukan.
18) Simpan larutan tersebut dalam botol stok dan diberilabel, senyawa, konsentrasi, tanggal pembuatan dan
pembuat larutan tersebut.
B. Pembuatan Larutan Hara untuk Defisiensi Unsur Hara (Dilakukan pada 22 Februari 2018)
1) Membuat larutan hara sesuai dengan resep larutan Hoagland.
2) Setiap kelompok membuat larutan hara dari resep larutan stok berikut:
Tabel B.1. Resep larutan hara dan defisiensinya untuk volume akhir 1000 mL
No Larutan stok Kel. 1 Kel.2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6 Kel.7 Kel.8 Kel.9 Kel. 10
Lengkap (-Mikro)* (-Ca)* (-S)* (-Mg)* (-K)* (-N)* (-P)* (-Fe)* Lengkap
+ + FeCl3*
FeEDTA
1 Ca(NO3)2 4H2O 1 M 5 5 - 5 5 5 - 5 5 5
2 KNO3 1 M 5 5 5 5 5 - - 5 5 5
3 Mg(SO4) 7H2O 1 M 2 2 2 - - 2 2 2 2 2
4 KH2PO4 1 M 1 1 1 1 1 - 1 - 1 1
5 NaNO3 1 M - - 10 - - 5 - - - -
6 MgCl2 1 M - - - 2 - - - - - -
7 CaCl2 1 M - - - - - - 5 - - -
8 NaSO4 1 M - - - - 2 - - - - -
9 NaH2PO4 1 M - - - - - 1 - - - -
10 KCl 1 M - - - - - - 5 1 - -
11 (NH4)2SO4 1 M - - - - - - - - - -
12 Larutan Mikro/100 ml 1 - 1 1 1 1 1 1 1 1
6) H3BO3 0,28 g
7) MnCl2 0,18g
8) ZnCl2 0,01 g
9) CuCl2 0,005 g
10) NaMoO4.2H2O 0.0025 g
13 Larutan FeEDTA /100 ml 1 1 1 1 1 1 1 1 - -
3) FeSO4 7H2O 0.005 g
4) Na-EDTA 0.007 g
14 FeCl3 0.005 g/100 ml - 1 - - - - - - - 1
*) Untuk mengamati gejala defisiensi suatu mineral, larutan kultur harus bebas dari hara/mineral tersebut.
2) Setiap gelas ditambahkan dengan volume larutan hara yang sama dan di tandai ketinggiannya.
3) Tinggi larutan kultur harus selalu diperhatikan tetap posisinya (minimal 2 x dalam seminggu) dengan
menambahkan/mengganti larutan hara. Larutan kultur harus diperbaharui setiap pekan.
4) Hitunglah tinggi kecambah dari bagiang apikal akar hingga apikal batang.
5) Pasanglah kecambah pada sterofoam dengan mengikuti tahapan berikut:
a. Dengan hati-hati masukkan akar kecambah ke dalam lubang sterofoam, jangan sampai batang dan akar
tertekuk atau patah.
b. Perkuat kedudukan kecambah dengan melilitkan kapas ke dalam lubang sumbat di sekitar sterofoam
pada daerah hipokotil dari kecambah.
c. Usahakan gar kapas/kasa/busa tidak menyentuh larutan untuk mencegah tumbuhnya alga atau jamur
pada hipokotil.
6) Periksalah pH larutan dari setiap gelas.
7) Periksalah tanaman setiap hari. Jika air berkurang maka tambahkanlah akuades hingga ketinggian awal.
8) Setelah 1 pekan, periksalah keadaan kecambah, catat gejala-gejala yang tidak normal. Buanglah kecambah yang
mati, sisakan setidaknya 2 kecambah yang sehat. Periksa pH larutan.
9) Pada pekan kedua, ukurlah panjang tanaman, catat gejala-gejala kekurangan hara dari masing-masing tanaman.
10) Pada pekan keempat, ukur kembali panjang tanaman, catat gejala-gejala kekurangan hara dari masing-masing
tanaman. Ukur panjang tanaman, ukur pula pH larutan.
11) Lengkapi lembar pengamatan dan olah data untuk di cantumkan pada bab hasil dan pembahasan di laporan
lengkap.