Anda di halaman 1dari 40

Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

PERCOBAAN 1

KOMPOSISI KIMIA MEMBRAN SEL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PERMEABILITAS

Setiap sel eukariot memiliki sistem membran yang kompleks, yang peranannya
secara umum mengatur pertukaran bahan-bahan antara sel dan lingkungan sekitarnya
serta organel-organel sel. Dalam sistem membran juga berlangsung reaksi metabolisme
seluler. Membran plasma atau plasmalema suatu sel tumbuhan tinggi merupakan batas
luar dari protoplasma yang berhadapan dengan dinding sel. Tonoplas atau membran
vakuola, membungkus vakuola dan memisahkan dari sitoplasma (pada sel-sel tumbuhan
tinggi yang dewasa biasanya hanya ada satu vakuola yang besar).
Organel-organel seperti kloroplast, mitokondria, retikulum endoplasma, peroksisom
dan lain-lain dilindungi oleh membran. Kloroplas dan mitokondria memiliki dua lapisan
membran, dimana bagian dalam membran memperlihatkan organisasi yang rumit.
Berdasarkan ultra struktur dan fungsi membran terbukti bahwa membran tersusun
oleh protein dan lemak yang memiliki struktur tiga lapisan dengan tebal kurang lebih 75
Angstrom. Berdasarkan model hipotetis Davson dan Danielli, lapisan protein mengapit
lapisan biomolekul lemak (fosfolipid).
Sifat khusus membran lainnya disamping susunan kimianya adalah sifat
fungsionalnya yang semi permeabel (permeable diferensial). Air melalui membran secara
pasif berdasarkan gradien potensial air. Beberapa solut dapat lewat tetapi dengan
kecepatan dan mekanisme yang berbeda-beda. Pada membran tidak hidup, perbedaan
permeabilitas bergantung pada besar kecilnya molekul yang hendak lewat dan ditentukan
pula oleh besarnya pori-pori membran. Tetapi pada membran plasma (sel hidup) besarnya
molekul tidak berpengaruh. Hal ini diduga ada kaitannya dengan kelarutan zat itu dalam
salah satu komponen membran. Jadi membran bukan sekedar lapisan yang pasif. Hal ini
akan kita lihat pada percobaan berikut.

Tujuan:
Melihat pengaruh berbagai perlakuan fisik dan kimia terhadap permeabilitas
membran.

Bahan dan alat:


Bahan tanaman : Umbi / bit gula (Beta vulgaris)
Bahan kimia : Air destilata, methanol, aseton, dan benzen
Alat-alat : Gelas piala 1000 ml, bor untuk membuat potongan
berbentuk silinder dengan garis tengah/diameter 1
cm, spektrofotometer dan kuvet, termometer,
freezer/ Kulkas, tabung reaksi dan pisau/ cutter.
Cara Kerja

1
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

1. Pilihlah salah satu umbi/ bit gula yang besar, cuci bersih dengan air kran kalau perlu
disikat.
2. Dengan bantuan bor yang bergaris tengah 1cm (tengahnya berlubang), potong
bentuk silinder dari satu umbi yang sama kalau mungkin.
3. Potong bentuk silinder tersebut dengan ketebalan potongan 2 cm.
4. Cuci semua potongan umbi di bawah air mengalir (air kran) selama 10 -15 menit
untuk menghilangkan pigmen pada permukaan.

A. Perlakuan Panas
1. Siapkan penangas air dengan mengisi 2/3 bagian dari gelas piala yang berukuran
1000 ml dengan air, dan panaskan diatas api atau hot plate.
2. Dengan pinset atau jarum panjang, masukkan potongan umbi ke dalam gelas piala
yang telah dipanaskan sampai suhu 700C (letakkan termometer dalam gelas piala),
selama 1 menit.
3. Kemudian pindahkan potongan umbi dari gelas piala ke dalam suatu tabung reaksi
yang berisi 15 ml air pada suhu kamar
4. Biarkan air dalam gelas piala berangsur-angsur menjadi dingin lalu masukkan
potongan umbi masing-masing satu potong pada Suhu 650C, 600C, 500C, dan 450C
(dapat dibaca pada termometer) selama 1 menit.
5. Seperti pada butir A1, pindahkan potongan-potongan umbi yang direndam dalam
air panas ke dalam tabung reaksi yang berisi air destilata pada suhu kamar. Sebagai
kontrol, letakkan satu potong umbi ke dalam tabung berisi 15 ml air destilata.
6. Setelah di inkubasi selama 1 jam, kocok tabung reaksi dan tuangkan rendaman tadi
ke dalam kuvet dan ukurlah absorbannya pada panjang gelombang 525 nm pada
spektrofotometer.
7. Lakukan butir A6 untuk masing-masing air rendaman (7 perlakuan panas). Apabila
larutan setelah perendaman 1 jam terlalu pekat (konsentrasi pigmen tinggi),
encerkan semua sampel dengan air destilata (1 : 1) dan ulangi lagi pengukuran.

B. Perlakuan Dingin
1. Potongan umbi, pada permulaan percobaan dimasukkan kedalam "freezer" hingga
beku.
2. Umbi yang sudah membeku kemudian dicuci dengan cepat dengan air kran dan
masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 15 ml air. Sebagai kontrol, letakkan
satu potongan umbi yang tidak didinginkan dalam tabung reaksi dengan 15 ml air.
3. Setelah diinkubasi selama 1 jam, ukur jumlah pigmen relatif dalam larutan
perendaman dengan spektrofotometer. Apabila pada bagian A dilakukan
pengenceran, maka bagian B juga dilakukan pengenceran.
C. Perlakuan dengan senyawa kimia

2
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

1. Letakkan satu potong silinder umbi masing-masing ke dalam 15 ml larutan metanol,


aseton dan benzen.
2. Sebagai kontrol letakkan satu potongan umbi ke dalam 15 ml air destilata.
3. Inkubasi selama 1 jam dan ukur absorbannya. Sampel benzen sukar diamati karena
akan terbentuk emulsi yang tidak stabil dari butir air yang mengandung pigmen
dalam benzen ketika dikocok. Oleh karena itu, kocok dan ukur absorbannya secepat
mungkin. Apabila pada kedua perlakuan di atas (A dan B) dilakukan pengenceran,
maka pada bagian C, juga dilakukan pengenceran.

Pertanyaan
1. Bagaimana akibat perlakuan panas terhadap permeabilitas membran ?
2. Bagaimana akibat perlakuan pembekuan permeabilitas ?
3. Terangkan pengaruh senyawa-senyawa organik yang diuji (perlakuan C), dalam
hubungan dengan susunan kimia membran!
4. Apa hubungan antara sifat-sifat molekul hidrofilik dan hidrofobik dengan permeabilitas
membran ?

PERCOBAAN 2

3
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

PENETAPAN POTESIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN

Keadaan fisiologi aktif dalam satu individu sel dan seluruh sel-sel dalam tumbuhan
bergantung pada beberapa keadaan yang relatif konstan, salah satunya adalah
keseimbangan air. Suatu ketika apabila pada waktu perkembangannya, tumbuhan
kekurangan suplai air, maka kandungan air dalam tumbuhan menurun dan laju
perkembangannya yang ditentukan oleh laju semua fungsi-fungsi yang vital juga menjadi
menurun. Keadaan kekeringan yang berlangsung lama dapat mematikan tumbuhan.
Sekalipun di dalam tumbuhan yang sedang tumbuh aktif, kekurangan air dapat
menjadi faktor pembatas bagi perkembangannya, tetapi keadaan kekeringan masih
mememiliki dampak positif bagi hidup dan ketahanan hidup suatu organisme. Bersama
dengan menurunnya aktivitas sel, kepekaannya terhadap faktor-faktor fisik dan kimia dari
lingkungannya juga berkurang. Oleh karena itu, walaupun biji kering tidak akan
berkecambah mereka juga tidak akan mati oleh suhu tinggi atau suhu rendah yang dapat
menjadikan letal bagi tumbuhan vegetatif. Pada kenyataannya adapatasi tumbuhan pada
keadaan kering maupun suhu rendah sering melibatkan keadaan defisit air.
Potensial kimia air atau biasa dinyatakan sebagai potensial air (=Psi) penting untuk
diketahui agar dapat mengerti pergerakan air didalam sistem tumbuhan, tanah dan udara.
Potensial air kadang-kadang dinyatakan dalam satuan energi sebagai kalori/mol atau
dinyatakan sebagai tekanan (bar). Air akan bergerak dari potensial tinggi ke potensial yang
lebih rendah. Jadi difusi termasuk osmosis, terjadi sebagai akibat suatu gradien dalam
energi bebas dari partikel-partikel yang berdifusi.
Nilai absolut dari potensial air tidak mudah diukur, tetapi perbedaannya dapat diukur.
Sebagai pegangan atau dasar diambil potensial air murni. Jadi potensial air adalah
perbedaan dalam energi bebas atau potensial kimia per satuan molal volume antara air
murni pada tekanan atmosfer adalah nol, dan potensial air di dalam sel dan larutan kurang
dari nol atau negatif.
Potensial air adalah suatu pernyataan dari status energi bebas air, suatu ukuran daya
yang menyebabkan air bergerak ke dalam suatu sistem, seperti jaringan tumbuhan, tanah
atau atmosfer, atau dari satu bagian ke bagian lain dalam suatu sistem. Potensial air
mungkin merupakan parameter yang paling bermanfaat untuk diukur dalam hubungannya
dengan sistem tanah, tanaman dan atmosfer.
Komponen-komponen potensial air sel atau jaringan adalah sebagai berikut:
w = s + p + m
Di mana :
w = potensial air suatu sel tumbuhan
ws = potensial osmotik
p = potensial tekanan (turgor)
m = potensial matriks

4
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

Potensial osmotik adalah potensial yang disebabkan oleh zat-zat terlarut. Tandanya
selalu negatif. Potensial tekanan adalah potensial yang disebabkan oleh tekanan hidrostatik
isi sel pada dinding sel. Nilainya dapat ditandai dengan bilangan positif, nol atau dapat juga
negatif. Penambahan tekanan (terbentuk tekanan turgor) mengakibatkan potensial
tekanan lebih positif. Potensial matriks disebabkan oleh ikatan air pada koloid protoplasma
dan permukaan (dinding sel). Potensial matriks bertanda negatif, tetapi pada umumnya
pada sel-sel yang bervakuola, nilainya dapat diabaikan. Oleh karena itu, persamaan diatas
dapat disederhanakan menjadi:
w = s + p
Potensial air jaringan tentukan dengan cara merendam potongan jaringan dalam
suatu seri larutan sukrosa atau mannitol (non elektrolit) yang diketahui konsentrasinya.
Dalam percobaan ini dicari larutan sukrosa yang tidak mengakibatkan perubahan berat
atau volume jaringan; artinya potensial air larutan sama dengan potensial jaringan.
Potensial air larutan sama dengan potensial osmotiknya. Maka persamaan menjadi:
w = s

Tujuan:

Mengukur nilai potensial air jaringan umbi kentang.

Bahan dan alat:


Bahan Tanaman : Umbi kentang (Solanum tuberosum)
Bahan Kimia : Larutan sukrosa sebagai kosentrasi
Alat-alat : Bor sumbat botol ("cork borer") dengan garis tengah 1 cm
untuk membuat potongan-potongan umbi kentang, pisau
silet/cutter, timbangan analitik dan 12 buah tabung reaksi
atau gelas piala.

Cara Kerja:

1. Siapkan 12 buah tabung reaksi atau gelas piala (150 atau 250 ml), masing-masing
diisi 100 ml dari larutan berikut ini: air destilata, 0.05, 0.10, 0.15, 0.20, 0.25, 0.30,
0.35, 0.40, 0.45, 0.50 dan 0.60 molar larutan sukrosa.
2. Tahap-tahap ini harus dilakukan dengan cepat: buatlah 12 silinder umbi kentang
dengan bor yang bergaris tengah 1 cm, masing-masing dengan panjang 2 cm.
Hilangkan bagian kulitnya. Sebaiknya semua silinder umbi kentang dibuat dari 1
umbi saja. Letakkan di dalam sebuah wadah tertutup.
3. Dengan pisau silet/ cutter, potonglah satu silinder kentang menjadi irisan-irisan tipis
dengan tebal 1-2 mm.

5
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

4. Bilas irisan kentang dengan aqudest dengan cepat, keringkan dengan kertas tissue
dan timbang untuk mengetahui berat awal. Selanjutnya masukkan ke dalam salah
satu larutan sukrosa yang telah disiapkan. Lakukan ini pada tiap-tiap silinder
kentang untuk masing-masing larutan berikutnya.
5. Setelah tepat 2 jam direndam, keluarkan irisan-irisan tersebut dari masing-masing
tabung, lalu keringkan dengan kertas tissue dan timbang. Lakukan ini untuk semua
contoh percobaan.
6. Untuk menghitung perubahan berat, gunakan rumus berikut:

Berat akhir – Berat mula-mula


% perubahan berat = X 100%
Berat mula-mula

7. Kemudian buat grafik dan plotkan persen perubahan berat pada ordinat (sumbu y)
dan konsentrasi larutan sukrosa (dalam molar) pada absis (sumbu x).
8. Potensial air jaringan dapat diperoleh setelah terlebih dahulu menghitung potensial
osmotik ( s) untuk masing-masing konsentrasi larutan sukrosa.

Gunakan rumus berikut :

- s = M i R T

Dimana :
M = molaritas dari larutan sukrosa
I = konstanta ionisasi; untuk sukrosa = 1
R = konstanta gas (0.0831 bar/derajat mol)
T = suhu absolut ( = °c + 273)
Rumus diatas cukup digunakan untuk menghitung potensial osmotik satu larutan
sukrosa (s1). Selanjutnya, potensial dari larutan-larutan lainya dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus berikut:

M1 M2
=
s1 s2

9. Kemudian tentukan dengan menginterpolasikan dari grafik konsentrasi sukrosa


yang tidak menghasilkan perubahan berat. Hitunglah s dari larutan ini. Nilai s
tersebut sebanding dengan potensial air (w) jaringan.

6
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

Gambar 1 Cara menyiapkan potongan kentang dengan cork borer untuk penentuan
potensial air jaringan.

Pertanyaan :
1. Hitung potensial air dari jaringan umbi kentang!
2. Mengapa digunakan larutan sukrosa, dan bukan larutan NaCl atau KCl dalam
percobaan ini?
3. Untuk apa air destilata digunakan tersendiri dalam percobaan ini ?
4. Mengapa untuk biji yang kering udara atau tumbuhan xerofit nilai potensial matriks
tidak dapat diabaikan dalam perhitungan menentukan pergerakan air dan potensial
air sel?
5. Berdasarkan percobaan diatas, implikasi apakah yang dapat diterapkan di lapang ?
6. Carilah metode lain untuk mengukur potensial air dari jaringan tanaman ?

7
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

PERCOBAAN 3

PENGARUH OSMOTIK KONSENTRASI GARAM HARA


TERHADAP ABSORBSI AIR DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

Akar mengabsorbsi air dengan cara osmosis. Oleh karena itu absorbsi air oleh
tanaman mungkin dilakukan dengan mengendalikan potensial air larutan dimana akar itu
berada. Jika potensial osmotik larutan luar lebih rendah dari potensial osmotik sel-sel akar,
maka air dapat masuk dari larutan luar ke dalam sistem akar. Dengan meningkatnya
konsentrasi zat-zat terlarut maka masuknya air ke dalam akar akan menjadi lebih lambat
sampai arah pergerakan air mungkin akan terbalik.
Apabila potensial air larutan luar sangat rendah sehingga menghambat absorbsi air
oleh akar maka akibatnya pertumbuhan tanaman akan terhambat. Mengembangnya sel
selama proses pembesaran terjadi akibat tekanan air yang masuk sebagai respon terhadap
perbedaan potensial air. Air yang masuk ini akan menekan dinding sel ke arah luar, sehingga
dinding sel merentang menjadi lebih besar.
Pada percobaan 3 ini, walaupun akar terendam dalam larutan, tanaman tidak
mampu menyerap cukup air, karena beda potensial tidak cukup besar antara larutan di luar
dengan di dalam akar. Keadaan ini disebut kekeringan fisiologis. Berbeda dengan
kekeringan karena kehabisan air, kekeringan ini disebabkan oleh ketidakmampuan akar
mengabsorbsi air karena keadaan osmotik meskipun air tersedia cukup. Keadaan ini sering
dijumpai pada tanah-tanah dengan kadar garam tinggi dan tanah-tanah basa. Biasanya
potensial osmotik larutan tanah dari tanah-tanah pertanian yang baik irigasinya sekitar 0.5
bar atau kurang. Pada tanah-tanah bergaram tinggi atau basa, kosentrasi solut sangat tinggi
sehingga potensial airnya menjadi rendah. Apabila tanah seperti ini akan dijadikan tanah
pertanian, maka diperlukan langkah-langkah untuk menetralisir kandungan garam yang
tinggi terlebih dahulu sebelum ditanami.

Tujuan :
Melihat pengaruh osmotik dari kosentrasi garam hara terhadap absorbsi air dan
pertumbuhan tanaman.

Bahan dan Alat:


Bahan tanaman : 14 Kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) yang
berumur 10 hari
Bahan kimia : 500 ml larutan kalsium klorida (CaCl2) 0.5 M.
Alat-alat : 7 buah botol kultur dengan sumbat yang telah dilubangi
sebanyak 2 lubang dan kapas.

8
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

Cara Kerja :
1. Dari larutan baku CaCl2 0.5 M buatlah masing-masing 200 ml larutan CaCl2 0.01,
0.02, 0.03, 0.05, 0.1 dan 0.2 M.
2. Masukkan masing-masing larutan ke dalam botol kultur dan beri label. Satu botol
dipakai sebagai kontrol (isilah dengan air destilata saja).
3. Ambil 14 kecambah kacang hijau berumur + 10 hari. Pilih yang sehat dan baik
pertumbuhannya.
4. Kedua lubang pada tutup botol masing-masing dimasukkan 1 kecambah kacang
hijau. Untuk mengganjal tanaman agar tetap tegak dengan akar terendam dalam
larutan pergunakan kapas. Jaga agar kapas tidak mengenai larutan. Lakukan hal ini
untuk semua botol kultur.
5. Ukur dan catat panjang batang diatas kotiledon dengan penggaris milimeter.
6. Berilah tanda tingginya cairan pada tiap botol kultur.
7. Setiap hari lihat keadaan cairan. Tambahkan aquadest sampai pada tingkat semula.
Catat volume air yang ditambahkan. Amati penampilan tanaman.
8. Setelah 1 minggu keluarkan tanaman dan tentukan panjang batang di atas
kotiledon, amati keadaan tanaman dan tentukan juga total air yang di tambahkan.
Buatlah tabel yang menunjukkan hubungan antara pertumbuhan batang dan
banyaknya air yang terserap pada masing-masing perlakuan.
9. Cuci dan bersihkan botol yang telah selesai digunakan!

Pertanyaaan
1. Mengapa beberapa tanaman menjadi layu ?
2. Bagaimana pengaruh kekurangan air terhadap pertumbuhan ?
3. Pada macam tanah yang bagaimana pengaruh osmotik seperti yang anda jumpai
seperti dalam praktikum ini? Jelaskan!

9
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

PERCOBAAN 4

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP LAJU TRANSPIRASI

Air yang diabsorbsi oleh akar tanaman hanya kurang dari 1 persen yang digunakan
dalam reaksi metabolisme (hidrolisis). Sebagian besar air yang diabsorbsi oleh akar hilang
karena proses transpirasi pada daun. Transpirasi air oleh tanaman di bagi dengan produksi
berat kering selama pertumbuhan disebut rasio transpirasi.
Besarnya rasio transpirasi menunjukkan efisiensi penggunaan air oleh tanaman. Jika
rasio besar berarti tanaman tidak efisien dalam menggunakan air. Rasio transpirasi pada
kebanyakan tanaman berkisar antara 200 sampai 500 atau lebih, berarti 200 sampai 500 g
air digunakan oleh 1 g berat kering tanaman sampai tanaman dewasa. Tumbuhan tinggi
yang hidup di darat sangat tidak efisien dalam menggunakan air. Tanaman golongan C4
menghasilkan berat kering 2-3 kali lebih besar per satuan air yang digunakan dibandingkan
tanaman golongan C3 yang berarti C4 lebih efisien dalam menggunakan air dari pada C3.
Kehilangan air karena transpirasi terjadi di seluruh bagian tanaman yang langsung
bersentuhan dengan atmosfer luar. Tetapi yang terutama adalah dari daun dan hampir
seluruh transpirasi terjadi melalui pori-pori stomata. Kutikula hanya melepaskan sejumlah
kecil uap air, karena kutikula dari banyak macam daun sangat tidak permeabel terhadap
air.
Laju kehilangan air suatu tanaman bergantung pada perbedaan potensial air antara
atmosfer dan didalam sel. Jika ruang antar sel dalam daun jenuh dengan uap air, maka laju
kehilangan uap air ditentukan oleh kelembaban nisbi udara di atmosfer. Setiap keadaan
lingkungan yang menyebabkan perubahan besarnya perbedaan potensial air antara sel
daun dan udara luar dapat menyebabkan laju transpirasi.
Radiasi matahari sangat penting bagi reaksi cahaya dalam fotosintesis. Disamping itu
radiasi dapat menimbulkan panas. Panas yang diterima oleh daun digunakan sebagai
sumber energi bagi transpirasi. Untuk menguapkan 1 g air dibutuhkan lebih dari 500 kalori
energi panas oleh karena itu, transpirasi memiliki pengaruh mendinginkan daun tumbuhan.
Radiasi matahari diterima oleh daun melalui 3 cara yaitu:
1. cahaya (langsung, pantulan atau sebaran)
2. radiasi matahari (dari atmosfer, tanah atau benda-benda disekeliling tumbuhan)
3. aliran udara panas yang melewati daun
Dari seluruh panas yang diabsorbsi oleh daun, hanya sebagian kecil diterima secara
konduksi dari bagian tumbuhan lain. Pergantian siang dan malam menyebabkan perubahan
suhu, kelembaban, insentitas cahaya, kecepatan angin, keadaan stomata dan sebagainya,
sehingga laju transpirasi daun biasanya menunjukkan siklus harian. Pada musim panas
transpirasi meningkat dengan cepat pada pagi hari, puncak laju transpirasi terjadi pada
permulaan siang hari, semakin sore laju transpirasi dapat dikatakan nol.
Laju transpirasi tumbuhan dinyatakan dalam jumlah (gram) uap air per detik
tumbuhan. Jika transpirasi dari daun lebih dipentingkan, maka digunakan fluks transpirasi

10
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

yang berarti jumlah air yang diuapkan per satuan luas permukaan daun persatuan waktu
(g m-2 jam-1 atau ug cm-2 detik-1). Dilapang laju traspirasi dinyatakan dalam satuan luas
lahan, misalnya dalam liter ha-1 hari-1.hampir 2/3 air yang jatuh dilahan daerah beriklim
sedang dikembalikan ke atmosfer dengan cara transpirasi.
Di laboratorium, alat yang biasa dipergunakan untuk mengukur laju transpirasi
tumbuhan adalah photometer. Dengan alat ini laju pergerakan gelembung udara pada
kolom air di dalam bagian horizontal dari pipa kapiler akan di tentukan. Sebenarnya
photometer mengukur laju absorbsi air oleh tumbuhan dan bukan laju tranpirasi.
Penyerapan air tidak berbeda terlalu besar dengan kehilangan air, maka dapat dikatakan
bahwa laju penyerapan air sama besar dengan laju transpirasi.

Tujuan :
Mempelajari pengaruh faktor-faktor lingkungan: (1) jumlah daun, (2) sirkulasi
udara, (3) cahaya dan (4) jumlah stomata terhadap laju transpirasi.

Bahan dan Alat


Bahan tanaman : cabang Acalypha sp.
Bahan kimia : vaselin
Alat-alat : photometer, lampu sorot 100 watt, kipas angin, gelas piala
kecil, seal pipa, dan pengukur waktu.

Cara kerja:
1. Potonglah cabang Acalypha sp. Berdaun cukup (15-25 helai daun) dan segera
masukkan ke dalam air. Pilih cabang yang berkayu.
2. Pasanglah cabang tersebut pada photometer (Gambar 2) dengan cara sebagai
berikut: masukkan pangkal cabang ke dalam lubang pada tutup botol karet,
sehingga ujung cabang tersebut tersembul kurang lebih 5 cm dibawah tutup botol
karet. Sambil terendam di dalam air, pangkal cabang tersebut dipotong sepanjang
2 cm dengan pisau tajam. Untuk merapatkan antara cabang dengan karet, gunakan
seal pipa.
3. Klep photometer dibuka, ujung pipa kapiler ditutup dengan jari. Photometer diisi
dengan air melalui reservoir.
4. Jaga agar jangan sampai ada gelembung udara dalam tabung besar photometer
dengan cara meniup tabung photometer pada bagian tempat meletakkan tanaman.
Tutup klep photometer dan ujung pipa kapiler dimasukkan ke dalam gelas piala kecil
berisi air.
5. Masukkan cabang Acalypha sp. pada lubang tutup botol karet. Kemudian pasang
tutup botol karet yang telah dipasangi cabang tanaman tersebut pada tabung
photometer. Beri vaselin pada persinggungan antara tutup botol dengan
dinding/pinggir tabung photometer.

11
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

6. Biarkan cabang tanaman tersebut bertranspirasi. Kemudian ujung pipa kapiler


diangkat sebentar dari gelas piala sehingga terbentuk gelembung udara yang kecil
pada ujung pipa. Ujung pipa kemudian dimasukkan kembali ke dalam gelas piala.
Biarkan sampai gelembung udara mencapai skala.
7. Tentukan laju transpirasi (jarak yang ditempuh gelembung udara per satuan waktu)
pada keadaan :
a. laboratorium
b. di depan kipas angin
c. disinari lampu sorot
d. di depan kipas angin dan lampu (perlakuan kombinasi suhu dan angin).
Untuk setiap keadaan lakukan tiga kali ulangan. (bila waktu memungkinkan)
lakukan setiap perlakukan dalam 10 menit.
8. Sisakan 7-10 helai daun pada cabang Acalypha sp. dan tentukan laju transpirasinya.
9. Lapisi permukaan atas daun dengan vaselin, tentukan laju transpirasinya.
10. Lapisi permukaan bawah daun dengan vaselin, tentukan laju transpirasinya.

Gambar 2. Pengukuran laju transpirasi dengan photometer.

Pertanyaan
1. Jika yang digunakan pada percobaan ini adalah batang berakar, bagaimana
pengaruhnya terhadap hasil percobaan ini? Jelaskan!
2. Kekuatan apakah yang mengakibatkan air bergerak melalui potometer naik ke
dalam cabang tumbuhan? Jelaskan mekanismenya!
3. Jelaskan pengaruh tiap faktor lingkungan yang dicoba terhadap laju transpirasi!

PERCOBAAN 5

PENETAPAN KUOSIEN RESPIRASI JARINGAN TUMBUHAN

12
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

Respirasi merupakan salah satu proses terpenting dalam sel hidup. Dalam proses ini
terbentuk energi bebas (ATP dan NADH) yang diperlukan dalam proses sintesis sel dan
senyawa-senyawa intermediet. yang merupakan substrat bagi sintesis senyawa-senyawa
lain (asam amino, protein lemak dan lain-lain). Oleh karena itu laju respirasi jaringan dapat
memberikan gambaran tentang tingkat kegiatan metabolisme dalam jaringan itu. Laju
respirasi ditetapkan dengan mengukur banyak CO2 yang terbentuk dan gas O2 yang diserap
per satuan berat segar (kering) jaringan per satuan waktu.
Hasil pengukuran absorbsi O2 dan CO2 yang dilepaskan digunakan sebagai penentu
kuosien respirasi (KR) jaringan. Cara ini dapat digunakan sebagai cara untuk menentukan
substrat yang direspirasikan. Kuosien respirasi ialah rasio molekul (volume) CO 2 yang
dilepaskan oleh jaringan pada periode waktu tertentu dan molekul (volume) O2 yang
diambil:
molekul CO2 yang dilepas
KR =
molekul O2 yang diabsorbsi

Sebaiknya untuk mengukur kuosien respirasi pada jaringan berklorofil dilakukan


ditempat gelap, dengan tujuan untuk menghilangkan perubahan gas karena proses
fotosintetik. Nilai kuosien respirasi jaringan bergantung pada yang dioksidasi. Keadaan ini
dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Apabila karbohidrat (glukosa) digunakan sebagai substrat respirasi, maka nilai KR = 1.0

C6H12O6 + 6 O2  6 CO2 + 6 H2O

6 Molekul CO2
KR = = 1,0
6 Molekul O2

2. Jika tanaman di tumbuhkan di tempat gelap dan jika asam malat (asam organik yang
banyak diakumulasikan dalam daun) digunakan sebagai substrat respirasi,
maka KR = 1.33

C4H6O5 + 3 O2  4 CO2 + 3 H2O

4 Molekul CO2
KR =jenis asam lemak yang
3. Apabila asam palmitat (suatu = 1,33
dapat di ubah menjadi sukrosa pada
3 Molekul O
endosperm selama stadium awal perkembangan biji yang kaya akan lemak) sebagai
2

substrat respirasi, maka KR = 0.36

13
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

C16H32O2 + 11 O2  C12H22O11 + 4 CO2 + 5 H2O

4 Molekul CO2
KR = = 0.36
11 Molekul O2

Selain jenis substrat masih ada faktor lain yang menyebabkan nilai KR berfluktuasi, yaitu:
1. Suhu, mempengaruhi penyerapan O2 dan produksi CO2. Biji apel yang dorman memiliki
nilai KR yang meningkat dengan kenaikan suhu dan menurun dengan menurunnya suhu.
Pada Lupinus alba suhu mempengaruhi konsumsi oksigen sehingga KR berubah-ubah
menurut perubahan suhu.
2. Asam Organik, O2 yang diserap oleh tumbuhan digunakan pula untuk sintetis asam
organik disamping untuk respirasi. Pada buah dan tanaman sukulen yang menyimpan
makanan cadangan berupa asam organik rasio CO2 dan O2 menurun.
3. Faktor lain, CO2 banyak dibentuk pada proses respirasi tidak diimbangi dengan
tersedianya O2 dalam jumlah cukup. Keadaan ini terjadi pada tempat anaerob. Dengan
suplai O2, nilai KR akan lebih besar dai 1.0. Tanaman berdaun merah memiliki nilai KR
lebih kecil dari tanaman berdaun hijau. Hal ini disebabkan tanaman berdaun merah lebih
cepat menyerap O2. Perbedaan nilai KR ini dapat pula dihubungkan dengan besarnya
akumulasi asam organik pada daun berantosianin (merah).

Pada tanaman Crassulaceae yang ditumbuhkan di tempat gelap akan menyerap O2


dalam jumlah besar, sedangkan CO2 yang dihasilkan menurun, sehingga nilai KR rendah.
Pada tanaman tersebut karbohidrat dirombak tidak sempurna, akibatnya banyak terbentuk
asam organik yang diakumulasikan di dalam sel, misalnya asam malat, isositrat dan oksalat.
Sebetulnya nilai KR tidak akan konstan meskipun diukur pada lingkungan yang tetap, jadi
nilai KR dapat berubah variasi karena waktu.

Tujuan :
Menetapkan laju respirasi dan kuosien respirasi kecambah kadang hijau.

Bahan dan Alat :


Bahan tanaman : Kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) umur tanam 2-3 hari.
Bahan kimia : NaOH 10 N, vaselin, metil biru dalam larutan krebs.
Alat-alat : Pipa kapiler bengkok (garis tengah 1 sampai 2 mm), labu penghisap (labu
Erlemeyer), gelas piala, botol atau tabung reaksi kecil, sumbat karet dan
kelereng.
Cara kerja:
1. Pasang pipa gelas kapiler (bengkok) pada sumbat erlemeyer atau lubang samping
labu penghisap dengan menggunakan selang karet (plastik) yang diberi vaselin.
Masukkan ujung pipa ke dalam gelas piala yang diberi metil biru.

14
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

2. Masukkan larutan NaOH ke dalam botol/tabung reaksi kecil sebanyak 4/5 volume
botol/tabung. Botol/tabung ditutup dengan kelereng.
3. Pada awal percobaan, masukkan 15 g kecambah kacang hijau ke dalam labu
Erlemeyer dan sebarkan merata pada dasar labu, dengan pertolongan benang
dengan cara hati-hati, masukkan botol/ tabung yang berisi NaOH ke dalam
erlemeyer. Jaga agar NaOH tidak sampai tumpah.
4. Pasanglah sumbat karet pada labu Erlemeyer dan beri vaselin secukupnya (Gambar
3). Usahakan agar kapiler berdiri tegak lurus. Biarkan selama 1 jam (periode
percobaan)
5. Setelah periode percobaan selesai, tandai pipa pada dua tempat yaitu pada
permukaan larutan metil biru dalam gelas piala dan dalam pipa kapiler dibagian
atas. Catat tinggi kolom metil biru dalam pipa kapiler (Da).
6. Sambil memegang pipa kapiler agar ujung tetap dalam gelas piala berisi metil biru,
sentakkan labu erlemeyer sehingga kelereng jatuh dan larutan NaOH tertumpah
ke dalam erlenmeyer. Tunggu selama beberapa menit, tandai pipa kapiler pada
permukaan metil biru pada keadaan kedua. Catat tinggi kolom metil biru dalam pipa
kapiler (Db).
7. Tentukan volume kolom metil biru dalam pipa kepiler pada kedua keadaan tersebut
(butir 5 dan 6) dengan salah satu cara sebagai berikut:
a. lepaskan pipa kapiler dari labu Erlemeyer:
Dengan menggunakan pipa ini sebagai pipet, isaplah sejumlah larutan metil biru
(larutan krebs) sampai tanda teratas. Siapkan pula satu buret yang diisi
setengahnya dengan metil biru (larutan krebs). Pindahkan larutan dari pipa
kapiler ke dalam buret sampai tanda terbawah. Perbedaan volume cairan dalam
buret menunjukkan volume cairan dalam pipa kapiler. Lanjutkan pemindahan
larutan dari keadaan kedua dan catat volumenya.
b. Volume kolom metil biru dihitung dengan cara :

Volume = Luas penampang pipa kapiler x tinggi metil biru

8. Tentukan laju respirasi dan nilai Kuosien Respirasi (KR). Cara penempatan nilai KR
adalah sebagai berikut:
Va : Volume dalam pipa kapiler pada akhir percobaan, sebelum ditumpahkan
Da : Jarak permukaan cairan pipa diatas permukaan cairan dalam gelas piala
sebelum NaOH ditumpahkan
Vb : Volume dalam pipa sesudah NaOH ditumpahkan
Db : Jarak permukaan cairan dalam pipa diatas permukaannya dalam gelas
piala sesudah NaOH ditumpahkan
Vt : volume total alat. Dianggap sama dengan volume labu erlenmeyer (250
ml)

15
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

Va menyatakan selisih antara O2 yang digunakan dengan CO2 yang dihasilkan dari
proses respirasi kecambah selama percobaan berlangsung. NaOH menangkap gas CO 2
dari udara yang semuanya dianggap berasal dari respirasi. Jadi Vb menyatakan volume
O2 yang digunakan selama percobaan berlangsung. Sebelum perhitungan dilakukan,
perlu diadakan koreksi pada Va dan Vb dengan memperhitungkan tekanan cairan dalam
pipa. Nilai Va dan Vb ditentukan pada tekanan 1 atmosfer.

a. Pada akhir pecobaan sebelum NaOH ditumpahkan


Volume gas total = Vt – Va
Da
Tekanan gas total = 700 – Pa = (760 - ) mm Hg
13
Tekanan 1 atmosfer = 760 mm Hg
Jadi volume gas total pada tekanan 1 atmosfer
Da
(Vt – Va) (760 - )
13
V1 =
760
Va’ = Vt – V1

Va’ adalah selisih volume O2 dan CO2 pada tekanan 1 atmosfer (Va’ = O2 – CO2)

b. Sesudah NaoH ditumpahkan


Volume gas total = Vt – Vb Db
Tekanan gas total = 760 – pb = (760 - \ ) mm Hg
13
Tekanan 1 atmosfer = 760 mm Hg
Jadi volume gas total pada tekanan 1 atmosfer :
D
(Vt – Vb) (760 - b )
13
V2 =
760
Vb’ = Vt – V2

Vb’ adalah volume O2 pada tekanan 1 atmosfer.

Volume O2 = Vb’
Volume CO2 = Vb’ – Va’
Nilai KR dapat dihitung

16
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

Gambar 3. Peralatan untuk menentukan kuosien respirasi (KR) kecambah kacang hijau.

Pertanyaan
1. Substrat apakah yang direspirasikan dalam kecambah yang digunakan dalam
percobaan ini?
2. Apakah artinya penetapan nilai KR dalam mempelajari aktivitas respirasi jaringan
tumbuhan?
3. Jika substrat respirasi adalah C4H6O2, tentukan nilai KR jika terjadi respirasi lengkap!
4. Tentukan juga nilai KR jika Substrat respirasi adalah C18H34O2-

17
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

PERCOBAAN 6

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN SUHU


TERHADAP LAJU FOTOSINTESIS

Baru pada tahun 1964 reaksi fotosintesis secara jelas dapat digambarkan sebagai
pertukaran gas:
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2
Dalam reaksi tersebut sebanyak 691.000 kalori energi radiasi diserap dan dikonversi ke
dalam bentuk glukosa. Kenyataan bahwa proses fotosintesis memerlukan cahaya,
menunjukkan adanya pengaruh intensitas cahaya yang besar tehadap laju keseluruhan
reaksi fotosintesis. Pada keadaan intensitas cahaya rendah, laju fotosintesis akan rendah
pula. Keadaan ini dapat dikatakan sebagai faktor pembatas.
Percobaan 6 mempelajari laju fotosintesis sebagai fungsi dari intensitas cahaya.
Cahaya menjadi faktor pembatas fotosintesis pada intensitas yang rendah. Pada keadaan
ini laju keseluruhan proses ditentukan oleh suplai energi cahaya. Dibawah intensitas cahaya
tertentu kenaikannya tidak akan mempengaruhi produksi oksigen. Keaadan ini disebut
sebagai jenuh cahaya pada suatu kondisi percobaan. Laju difusi CO2 ke dalam sel juga dapat
mengontrol laju fotosinstesis secara keseluruhan. Ada kemungkinan jenuh cahaya dicapai
karena CO2 menjadi faktor pembatas. Jika demikian, maka kenaikan konsentrasi CO 2 akan
menghilangkan pembatas tadi dan dapat diharapkan bahwa peningkatan intensitas cahaya
selanjutnya akan meningkatkan laju fotosintesis.
Jika intensitas cahaya atau konsentrasi CO2 menjadi faktor pembatas fotosintesis,
maka suhu tidak akan mempengaruhi fotosintesis atau sangat kecil pengaruhnya, karena
reaksi-reaksi fotokimia tidak peka terhadap suhu (Q10 = 0.1) dan difusi mempunyai Q10 =
1.5. Laju fotosintesis baru bersifat tanggap terhadap suhu pada keadaan dimana cahaya
bukan merupakan faktor pembatas. Pada reaksi selanjutnya, yaitu rekasi enzimatik,
kenaikan suhu akan mempengaruhi laju dan keseluruhan proses fotosintesis.
Percobaan 6 ini pertama kali dilakukan oleh F.F. Blackman pada tahun 1905 yang
berkesimpulan bahwa proses fotosintesis meliputi reaksi-reaksi fotokimia dan reaksi-reaksi
enzimatik. Keseluruhan proses mulai berlangsung bila ada cahaya dan berhenti apabila
tidak ada cahaya. Setiap langkah bergantung pada langkah sebelumnya. Keadaan gelap
menghambat proses fotokimia sehingga O2 tidak diproduksi.
Selain faktor-faktor luar (CO2, intensitas cahaya dan suhu) yang mempengaruhi laju
fotosintesis, faktor dalam yang juga penting dalam mengontrol proses ini adalah
konsentrasi klorofil, defisit air, dan konsentrasi enzim. Konsentrasi klorofil pada tingkat
yang cukup rendah dapat membatasi laju fotosintesis.

Tujuan:
Melihat pengaruh suhu dan intensitas cahaya terhadap laju fotosintesis dengan
mengukur banyaknya O2 yang dikeluarkan.

18
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

Bahan dan alat:


Bahan tanaman : Tanaman Hydrilla sp.
Bahan kimia : Larutan Hoagland dan Na-bikarbonat 0.5%
Alat-alat : Mikroburet Audus, lampu, meteran kayu dan gelas ukur.

Cara kerja:
1. Potong pangkal batang tanaman Hydrilla sp. dalam air, kemudian masukkan dengan
pangkal diatas ke dalam tabung pengumpul gas. (Gambar 4)
2. Celupkan tabung pengumpul dalam tabung reaksi besar yang berisi air kolam atau
larutan Hoagland ¼ konsentrasi yang telah ditambah larutan Na-bikarbonat 0.5%.
3. Masukkan tabung reaksi yang berisi tabung pengumpul gas ke dalam penangas air.
4. Tutuplah rapat-rapat tabung (mikroburet Audus dengan pipa karet sehingga seluruh
buret terisi larutan). Tutuplah ke dua klem.
5. Gelembung-gelembung O2 akan terkumpul pada bagian atas tabung pengumpul.
Dengan mengatur klep pada bagian bawah, gelembung-gelembung udara dapat
diarahkan menuju mikroburet yang berskala untuk pengukuran.
6. Sesudah pengukuran, gelembung dapat didorong masuk ke dalam gelas
penampungan gas (“glass bulb”) dengan membuka klem.
7. Buat seri percobaan untuk menentukan gas yang timbul pada suhu 200C dan 300C
dan pada intensitas cahaya berbeda, dengan mengatur jarak lampu 120, 60, 25, dan
15 cm dari tumbuhan. Pertahankan suhu dengan menambahkan air panas atau
dingin sesuai dengan kebutuhan ke dalam penangas air.
8. Sebelum melakukan percobaan di atas, buatlah percobaan pendahuluan pada suhu
200C dengan jarak lampu 25 cm untuk mempelajari bagaimana cara menggunakan
alat. Atur jumlah bahan tumbuhan sehingga timbul 2 cm gelembung sudah mulai
naik ke tabung kapiler.
9. Misalkan intensitas cahaya pada jarak 15 cm = 100 unit. Ingat bahwa intensitas
cahaya berbanding terbalik dengan kuadrat jarak.

I1 (r2)2
= (r )2
I2 1

Buatlah grafik yang menunjukkan hubungan antara intensitas cahaya (sumbu x)


dengan O2 yang dibebaskan per satuan waktu (sumbu y). Hitunglah Q10 pada
keadaan suhu dan intensitas cahaya yang telah ditentukan.

19
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

Gambar 4 Pemasangan mikroburet audus untuk mengukur O2 yang dihasilkan.

Pertanyaan
1. Dengan data yang ada, tunjukkan bahwa jarak intensitas cahaya merupakan pembatas
fotosintesis!
2. Sejauh mana hasil percobaan dapat menunjukkan sifat reaksi ganda dari fotosintesis.
Terangkan!
3. Apakah CO2 dapat dianggap sebagai pembatas dalam percobaan di atas? Terangkan!

20
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

PERCOBAAN 7

PENGARUH pH TERHADAP AKTIVITAS ENZIM KATALASE

Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah pH.
Percobaan berikut ini memperlihatkan pengaruh pH terhadap aktivitas enzim. Enzim
katalase digunakan karena enzim ini banyak terdapat di mana-mana dalam sel-sel aerobik,
merupakan enzim yang relatif stabil, reaksinya mudah diukur dari oksigen yang dihasilkan,
bersifat sangat aktif, dan mudah diekstraksi.
Hidrogen peroksida dikenal sebagai senyawa penghambat bagi banyak enzim. Oleh
karena itu, jaringan tumbuhan memiliki enzim katalase yang mengkatalisis perombakannya
menjadi senyawa yang aman bagi sel yaitu air dan oksigen. Reaksi perombakan hidrogen
peroksida adalah sebagai berikut:
katalase
2H2O2 2H2O + O2

Tujuan:
Melihat efek pH terhadap aktivitas enzim katalase.

Bahan dan alat :


Bahan tanaman : Kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) yang berumur 2-3 minggu
Bahan kimia : Larutan penyangga untuk berbagai pH, H2O2 30 %, dan air destilata.
Alat-alat : 10 tabung reaksi besar dengan penutup karet, 10 tabung reaksi kecil
dengan garis tengah 12 mm, 1 gelas ukur 10 ml, 1 gelas piala 1000 ml,
selang karet dan mortar.

Cara Kerja :
1. Siapkan peralatan yang diperlihatkan pada gambar 5.
2. Ke dalam 10 tabung reaksi besar masing-masing masukkan, 10 ml larutan
penyangga pada pH 3.6, 4.2, 4.8, 5.4, 6.0, 6.6, 7.2, 7.8, 8.4 dan 9.0 (untuk pH 3.6 –
7.8 gunakan penyangga Mc Ilvanie, dan untuk pH 8.4 dan 9.0 gunakan penyangga
Borat). Beri label pada masing-masing tabung reaksi.
3. Ke dalam masing tabung reaksi besar ini masukkan dengan perlahan satu tabung
reaksi kecil (garis tengah 12 mm yang berisi 5ml H2O2 30 %. Jaga isi tabung jangan
sampai tumpah.
4. Ambil 10 kecambah kacang hijau (umur 2-3 minggu) yang telah memiliki sepasang
daun. Hancurkan dengan mortar hingga halus, lalu tambahkan 40 ml air destilata
sampai terbentuk suspensi, biarkan sebentar sampai endapan turun ke bawah.
Kemudian tuanglah cairan yang di atas endapan tadi (sebagai enzim ekstrak kasar)
ke dalam gelas piala segera pipet 1 ml dari larutan enzim tersebut dalam masing-
masing larutan penyangga.

21
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

Gambar 5. Perlengkapan alat-alat untuk mengumpulkan oksigen yang keluar karena


aktivitas enzim katalase pada reaksi dekomposisi hidrogen peroksida

5. Siapkan perlengkapan untuk mengukur gas O2 yang keluar dan tabung reaksi,
seperti pada Gambar 1. Gelas ukur 10 ml diisi air destilata, kemudian dengan ibu
jari, tutup mulutnya. Dengan posisi terbalik, masukkan gelas ukur tersebut ke
dalam air, Pada waktu nol, miringkan tabung reaksi sampai larutan H 2O2
bercampur dengan larutan enzim-penyangga Kemudian posisi tabung reaksi besar
pada posisi semula (tegak) kemudian kocoklah secara perlahan dengan memutar
agar tabung reaksi tidak pecah. Untuk menghindari pengaruh panas, peganglah
tabung pada bagian atas dekat tutup.
6. Untuk menentukan lamanya waktu mengumpulkan gas (O2), petama-tama buatlah
suatu percobaan dengan enzim dalam larutan penyangga pH 7.2 dan perkiraan
aktivitas enzim. Misalkan 3 menit. Kemudian gunakan waktu 3 menit tersebut
untuk semua perlakuan pH.
7. Jadi setelah 3 menit dan waktu mencampur larutan H2O2 dengan larutan enzim-
penyangga, lepaskan ujung selang gas dari gelas ukur dan tetap dalam keadaan
tinggi air dalam gelas ukur dengan air dalam wadah (gelas piala 1000ml) Ukurlah
banyaknya gas yang terapung.
8. Lakukanlah pengukuran tersebut pada masing-masing pH

22
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

Pertanyaan
1. Buatlah grafik dengan pH sebagai absisa dan volume O 2 sebagai ordinat, lalu
tentukan pH optimum untuk aktivitas katalase.
2. Apa peranan enzim katalase dalam jaringan tanaman ?
3. Apakah peroksida hidrogen biasa terdapat dalam jaringan tanaman? Bagaimana
terbentuknya?
4. Apakah ada persamaan respon antara aktifitas katalase terhadap pH dengan
pengaruh pH terhadap protein? Jelaskan.

23
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

PERCOBAAN 8

UNSUR HARA ESENSIAL UNTUK PERKEMBANGAN TUMBUHAN

Teknik kultur air (hidroponik) adalah cara memelihara tanaman dalam suatu larutan
yang mengandung unsur-unsur (dalam bentuk garam-garam mineral) yang dibutuhkan
tanaman. Metode ini telah lama dikembangkan dan banyak digunakan untuk mempelajari
gejala-gejala kekurangan unsur hara pada berbagai jenis tanaman pertanian, menentukan
esensialitas suatu unsur bagi tanaman, dan menentukan besarnya kebutuhan unsur-unsur
hara bagi tanaman. Ada beberapa macam larutan hara yang dapat digunakan dalam
percobaan-percobaan semacam itu, salah satu adalah larutan Hoagland (Tabel 1) yang akan
digunakan dalam percobaan berikut:

Tabel 1. Komposisi larutan Hoagland (untuk 2 liter larutan).


Komposisi lengkap
Komposisi defisiensi (dalam ml)
(dalam ml)
Larutan baku
-hara
FeEDTA* FeCl3* -Ca -S -Mg -K -N -P -Fe
mikro
Ca(NO3)2 1M 10 10 - 10 10 10 - 10 10 10
KNO3 1M 10 10 10 10 10 - - 10 10 10
MgSO4 1M 4 4 4 - - 4 4 4 4 4
KH2PO4 1M 2 2 2 2 2 - - - 2 2
FeEDTA 2 - 2 2 2 2 2 2 - 2
FeCl3 - 2 - - - - - - - -
Hara mikro** 2 2 2 2 2 2 2 2 2 -
NaNO3 1M - - 20 - - 10 - - - -
MgCl2 1M - - - 4 - - - - - -
NaSO4 1M - - - - 4 - - - - -
NaHPO4 1M - - - - - 2 - - - -
CaCl2 1M - - - - - - 10 - - -
KCl 1M - - - - - - 10 2 - -
* FeEDTA : Setiap larutan baku mengandung 5 mg Fe. Larutan baku FeC13 juga mengandung 5 mg Fe.
** Larutan baku hara mikro terdiri atas: 2.86 g H3B03 (asam borat); 1.81 g MnCl2.4H2O; 0.11 g ZnCI2; 0.05 g
CuC12.2H20; dan 0.025 g Na2MoO4.2H2O per liter.

Dari sekian banyak unsur mineral yang terdapat di alam, hanya beberapa (+ 15
unsur) saja yang penting (esensial) dibutuhkan tanaman. Apabila salah satu dari unsur
tersebut tidak ada, maka tanaman akan memperlihatkan gejala defisiensi. Menurut
besarnya kebutuhan akan unsur hara, maka unsur hara esensial digolongkan dalam dua
golongan, yaitu: (1) unsur-unsur makro yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, meliputi: C,
H, O (diperoleh tumbuhan dalam bentuk CO2. H2 dan O2), N, P, K, Ca, S, dan Mg; dan (2)
unsur-unsur mikro yang dibutuhkan dalam jumiah sedikit, meliputi: Fe (kadang-kadang
dimasukkan dalam kelompok unsur mikro), Mo, B, Cu, Mn dan Zn.

24
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

Untuk memudahkan pembuatan larutan hara, garam-garam yang mengandung


unsur mikro biasanya disediakan dalam bentuk larutan garam tunggal sebagai larutan baku.
Sedangkan untuk unsur-unsur mikro (kecuali Fe) disediakan dalam bentuk campuran yang
terdiri dari garam-garam yang mengandung unsur-unsur makro. Unsur Fe disediakan
terpisah dalam bentuk larutan baku garam FeEDTA (EDTA: Etilen Diamin Tetra Acetic Acid)
atau garam FeCl3.
Tabel 1 memberikan gambaran tentang konsentrasi larutan-larutan baku yang
digunakan untuk membuat larutan hara, baik yang lengkap (dalam bentuk FeEDTA atau
FeCl3) maupun yang tidak mengandung salah satu unsur hara. Lajur dalam Tabel 1
menunjukkan banyaknya larutan baku yang diperlukan (dalam ml) untuk membuat ±2 liter
larutan hara.

Tujuan:
Meneliti unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan.

Bahan dan alat :


Bahan tanaman : Biji jagung (Zea mays)
Bahan kimia : Larutan baku unsur-unsur hara, air destilata.
Alat-alat : 11 botol selai (ukuran 1.8 liter) yang telah dicat hitam, 11 sumbat botol
dari styrofoam berlubang tiga, pinset, gelas ukur, pH-meter, kapas dan
kertas label, polibag ukuran 1 kg, karet.

Cara Kerja
1. Botol-botol selai dicuci sampai bersih dan kemudian dibilas 2 kali.dengan air
destilata.
2. Tandai botol-botol tersebut dengan label: lengkap (FeEDTA), lengkap (FeCl3), -
Ca, -S. -Mg, -K, -N, -P, -Fe, -hara mikro dan tidak diketahui.
3. Isilah botol-botol tersebut dengan larutan hara sampai ke lehernya. Ikuti urutan
seperti berikut ini:
a. isilah 2/3 botol dengan air destilata
b. sesuai dengan petunjuk tabel, dengan pipet tambahkan berturut-.turut ke
dalam masing-masing botol tadi larutan baku, aduklah campuran dengan
baik setelah setiap penambahan larutan baku
c. tambahkan ke dalam masing-masing botol air destilata sampai volumenya
mencapai batas yang telah ditentukan (leher botol).
4. Minta kepada asisten larutan hara yang tidak diketahui.
5. Pasanglah kecambah jagung pada sumbat botol selai (Gambar 6). Ikuti cara-cara
berikut:
a. Dengan hati-hati masukkan akar kecambah melalui lubang sumbat
b. Perkuat kedudukan kecambah dengan melilitkan kapas ke dalam lubang
sumbat di sekeliling hipokotil kecambah.

25
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

c. Usahakan supaya kapas tidak mengenai larutan, untuk menghindari


tumbuhnya ganggang atau jamur di sekitar hipokotil.
d. Lapisi botol yang bening dengan polibag dan beri karet, sedangkan botol yang
sudah dicat hitam tidak perlu diberi polibag.
6. Apabila telah selesai, mintalah bantuan asisten untuk memeriksa apakah setiap
perlakuan sudah lengkap dan periksalah pH larutan hara dalam masing-masing
botol.
7. Periksa setiap hari dan tambahkan air destilata apabila air dalam botol
berkurang.
8. Setelah seminggu, periksa keadaan kecambah. Catat gejala-gejala yang tidak
normal. Buang kecambah-kecambah yang mati atau tumbuhnya sangat
terhambat dan tinggalkan 2 kecambah pada masing-masing botol. Periksa pH
larutan hara dan catat bila ada perubahan.
9. Pada minggu kedua, ukurlah panjang rata-rata akar dan batang, catat gejala-
gejala kekurangan hara dan masing-masing tanaman.
10. Pada minggu ketiga, lakukan pengukuran pH larutan.
11. Pada akhir minggu ke empat, ukur kembali panjang rata-rata akar dan batang.
Kemudian ukur juga pH larutan hara. Catat apabila ada perbedaan pH!

Gambar 6 Peralatan dan cara menyiapkan tanaman untuk kultur air.

Pertanyaan:
1. Unsur apakah yang kurang (tidak ada) pada larutan hara yang “tidak diketahui” yang
diberikan asisten? Bagaimana anda dapat mengenalnya?
2. Urutan tingkat penurunan tumbuhan akar-akar dan tunas-tunas dari kultur-kultur
yang mengalami defisiensi mulai dari yang tumbuh paling baik hingga yang paling
terhambat!
3. Dalam percobaan ini gejala-gejala defisiensi perlakuan tanpa hara mikro yang anda
amati mirip dengan gejala defisiensi hara mikro yang mana? Jelaskan!
26
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

PERCOBAAN 9

AKUMULASI USUR KLORIDA DALAM SEL TUMBUHAN

Absorbsi ion-ion garam mineral oleh akar tumbuhan meliputi dua proses: (1)
pertukaran ion dan (2) akumulasi ion. Pertukaran ion merupakan proses (tahap) pertama,
dimana ion-ion garam mineral yang akan masuk ke dalam sel mencapai dinding sel. Untuk
setiap ion-ion yang diabsorbsi, sel melepaskan ion dengan muatan yang sama, sehingga sel
tetap bermuatan netral. Dalam mengabsorbsi kation, sel biasanya melepaskan ion H+ , yang
dihasilkan pada proses metabolisme, sedangkan untuk anion biasanya sel melepaskan ion
OH- atau HCO3-. Proses pertukaran ion bersifat pasif tidak memerlukan energi.
Setelah ion-ion berada di dalam sel, proses selanjutnya adalah pergerakan ion
melalui sitoplasma masuk ke dalam vakuola. Proses ini disebut proses akumulasi, bersifat
aktif karena memerlukan energi untuk dapat mentransfer ion ke dalam vakuola. Energi
tersebut diperoleh dari hasil respirasi aerobik di dalam sel yang mengalami proses
akumulasi.
Laju akumulasi dan absorbsi ion tidak bergantung pada ion lainnya, dan juga tidak
bergantung pada konsentrasi masing-masing ion di dalam tanah atau kultur media.
Misalnya konsentrasi N, P, K, Ca, dan Mg lebih tinggi di dalam tanaman pertanian daripada
konsentrasinya di dalam tanah. Pohon-pohon bakau yang tumbuh di daerah pantai yang
mengandung kadar NaC1 tinggi, tidak mengakumulasi Na atau C1.

Tujuan:
Menyelidiki akumulasi ion klorida (Cl) di dalam sel tumbuhan.

Bahan dan Alat :


Bahan tanaman : Nitella sp. atau jenis tambuhan air lainnya beserta air media tumbuhnya.
Bahan kimia : Larutan NaC1 baku, K2CrO4 5% (indikator), AgNO3 0.002 N, dan larutan
tidak diketahui.
Alat-alat : Buret 50 ml dan labu Erlenmeyer.

Cara Kerja:
1. Encerkan 10 ml larutan baku (0.2 g NaCI/1) sampai 50 ml dengan air destilata. Beri
beberapa tetes indikator K2CrO4 5%, kemudian titrasi dengan AgNO3 0.02 N sampai
larutan berwarna merah-coklat muda. Titrasi dilakukan duplo.
2. Encerkan 10 ml larutan tidak diketahui (sampel) sampai 50 ml, beri beberapa tetes
indikator, titrasi sampai larutan berwama sama dengan larutan pada butir 1. Titrasi
dilakukan duplo. Hitung konsentiasi Cl-nya. Setelah diperiksa asisten, lanjutkan
percobaan ini.

27
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

3. Encerkan 1 ml cairan sel Nitella sp. Atau tumbuhan air lainnya sampai 50 ml, titrasi
seperti diatas. Titrasi dilakukan duplo.
4. Didihkan 400 ml air kolam (air tempat tumbuh tumbuhan yang digunakan dalam
percobaan) sampai volumenya menjadi 90 ml (±1.5 jam), kemudian encerkan sampai
100 ml. Bagi dua, lalu titrasi duplo seperti di atas.
5. Hitung kandungan Cl dan cairan sel dan air kolam. Bandingkan antara keduanya
(Nitella dengan air kolam) untuk mengetahui rasio akumulasi.

Pertanyaan :
1. Hitung kandungan Cl dari setiap sampel yang diukur (NaCl baku, Nitella, air kolam,
dan larutan tidak diketahui)
2. Mengapa dalam percobaan ini tidak mungkin memperhitungkan hasil dengan cara
difusi yang sederhana? Terangkan!
3. Mengapa tidak terjadi akumulasi ion-ion pada sel-sel tanaman dalam keadaan
tanpa oksigen? Terangkan!
4. Bagaimana mekanisme akumulasi ion?
5. Dimana letak kepentingan akumulasi ion (bila dibandingkan dengan masuknya ion
ke dalam sel melalui proses difusi) dalam proses fisiologis tanaman? Jelaskan!

28
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

PERCOBAAN 10

SUPLAI NITROGEN PADA TUMBUHAN

Sebagian besar nitrogen yang dikandung oleh tumbuhan berupa protein yakni
bentuk grup amino yang tereduksi (-NH2). Oleh karena sumber utama nitrogen tanah
adalah nitrat, maka bentuk nitrogen teroksidasi ini harus mengalami proses reduksi terlebih
dahulu di dalam tumbuhan sebelum digunakan dalam sintesis protein.
Reduksi nitrat merupakan suatu proses enzimatik, suatu proses yang sulit diikuti.
Tetapi pada umumnya nitrit menjadi senyawa penghubung antara nitrat dan amonia,
sehingga reaksinya secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:

NO3- NO2- NH3 NH2


nitrat nitrit amonia grup amino

Setiap tahapan reduksi memerlukan energi. Ion hidrogen dan energi ini didapat dari
respirasi aerobik. Oleh karena itu, reduksi nitrit yang cepat selalu diikuti dengan
meningkatnya penggunaan karbohidrat serta laju respirasi.
Kenyataannya, tumbuhan yang sedang dalam pertumbuhan optimum hanya
mengandung sedikit nitrat atau amonia. Karena keduanya bukan bentuk yang dapat
disimpan di dalam tumbuhan, dan pada konsentrasi rendah amonia dapat merusak sel,
maka nitrat dengan cepat direduksi dan dengan segera pula ikut dalam sintesis asam-asam
amino dan protein. Bergantung kepada spesies tumbuhan, nitrat direduksi di dalam akar
seperti pada tanaman apel, atau di bagian pucuk yang terkena sinar, seperti pada tanaman
tomat dan kacang-kacangan.
Reduksi nitrat menjadi nitrit dimungkinkan dengan adanya enzim nitrat reduktase.
Enzim ini berupa flavoprotein yang aktivitasnya diatur oleh komponen logamnya, yakni
molibdenum. Reaksi reduksi nitrat oleh NADH, dengan katalisator nitrat reduktase dapat
dituliskan sebagai berikut:

nitrat reduktase
NO3- + NADH + H+ NO2+ + NAD+ + H2O

Karena persediaan karbohidrat penting bagi berlangsungnya reduksi nitrat dan


sintesis dari senyawa-senyawa nitrogen organik di dalam tumbuhan, maka efektivitas dari
pemupukan nitrogen amat bergantung kepada kondisi lingkungan yang mempengaruhi
tingkat persediaan karbohidrat tumbuhan. Nisbah antara senyawa karbohidrat dan
senyawa-senyawa organik yang mengandung nitrogen menentukan tingkat pertumbuhan
vegetatif tumbuhan demikian juga tingkat produktivitasnya. Oleh karena itu, pemupukan
dengan nitrogen sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan perubahan nisbah karbon :
nitrogen (C : N rasio). Produksi senyawa-senyawa nitrogen organik yang berlebihan disertai
dengan menurunnya kandungan karbohidrat, yang disebabkan oleh dosis pemberian

29
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

pupuk nitrogen yang tinggi, akan merangsang pertumbuhan vegetatif saja, sedangkan
pertumbuhan generatifnya terhambat (produktivitas menjadi rendah untuk tanaman yang
dipanen organ generatifnya). Sebaliknya tumbuhan yang berkabohidrat tinggi dengan
perbandingan senyawa-senyawa protein yang rendah di dalam jaringannya, merupakan
tumbuhan yang berserat, padat dan berkayu. Perbandingan yang serasi antara karbohidrat
dan senyawa nitrogen organik memberikan pertumbuhan vegetatif, pembungaan
(generatif), dan pembentukan buah yang baik. Pemupukan nitrogen dilakukan untuk
menciptakan suatu kondisi optimal bagi produksi tanaman.

Tujuan :
1. Mengamati ciri-ciri tanaman yang mengalami defisiensi nitrogen
2. Mengamati pengaruh nitrogen yang diberikan terhadap kandungan nitrat di
dalam tumbuhan.

Bahan dan Alat :


Bahan Tanaman : tanaman tomat (Licopersicon esculentum) muda berukuran tinggi
± 10cm
Bahan Kimia : larutan Hoagland (yang bebas unsur nitrogen) diencerkan 4 kali
(1/4 konsentrasi), pereaksi difenilamin sulfat, larutan Ca(NO3)2
0.01 M dan larutan (NH4)2SO4 0.01 M.
Alat-alat : pisau silet dan cawan uji.

CaraKerja :
1. Ambil 3 batang tanaman tomat muda, dan masing-masing ditanam dalam pot
yang berlainan dan berisi pasir
2. Siram tanaman dengan larutan Hoagland (1/4) yang bebas nitrogen.
3. Letakkan pot-pot di dalam rumah kaca dan sirami secara teratur dengan larutan
bebas nitrogen tersebut.
4. Setelah 2 minggu, amati perubahan fisik yang terjadi pada tanaman-tanaman
tersebut.
5. Dengan pisau silet potongan tipis jaringan yang berasal dan tangkai daun muda
yang daunnya sudah berkembang penuh.
6. Letakkan potongan-potongan itu diatas cawan uji dan tetesi dengan difenilamin
sulfat. Warna biru menunjukkan adanya nitrat.
7. Jika uji masih positif teruskan percobaan hingga beberapa minggu lagi, sampai
warna biru tidak muncul lagi.
8. Tambahkan 30 ml larutan Ca(NO3)2 0.01 M pada tanaman 1, dan 50 ml larutan
(NH4)2SO4 0.01M pada tanaman 2. Tanaman 3 tetap disiram dengan larutan
hoagland bebas nitrogen

30
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

9. Ulangi pengamatan terbadap nitrat dan irisan tangkai daun dengan


menggunakan larutan difenilamin sulfat, pada saat 48 jam dan 7 hari sesudahnya.
10. Amati perbedaan tanaman yang diberi 3 perlakuan yang berbeda tersebut
(Ca(NO3)2; (NH4)2SO4; dan hoagland tanpa N).

*Hati-hati dalam penggunaan difenilamin sulfat. Larutan ini terdiri dari asam sulfat pekat.

Pertanyaan
1. Bagaimana perbedaan pertumbuhan dengan sumber N yang berbeda? Bagaimana
gejala tanaman yang kekurangan N?
2. Di bagian mana reduksi nitrat terjadi pada tanaman tomat?
3. Tulislah tahapan reaksi reduksi nitrat sampai ke bentuk amino
4. Apakah sumber energi bagi reduksi nitrat ?
5. Manakah yang anda harapkan lebih cepat terpakai dalam sintesis protein, nitrat atau
nitrogen amonium? Jelaskan!

PERCOBAAN 11

31
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN

Salah satu ciri kehidupan tumbuhan adalah bahwa tumbuhan itu mengalami proses
tumbuh. Tumbuh adalah kenaikan volume yang tidak dapat balik. Besarnya pertumbuhan
per satuan waktu disebut laju tumbuh. Laju tumbuh suatu tumbuhan atau bagiannya
berubah menurut waktu. Oleh karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu
grafik dengan laju tumbuh pada ordinat dan waktu pada absisa, maka grafik itu merupakan
suatu kurva berbentuk S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid pertumbuhan ini berlaku bagi
tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya, ataupun sel-selnya.
Kurva sigmoid berguna bagi para ahli dalam melakukan penelitian-penelitian lebih
lanjut tentang tumbuh dan perkembangan tumbuhan, karena menunjukkan tahapan-
tahapan perkembangan. Dalam percobaan-percobaan yang menggunakan tumbuhan
hidup, fase perkembangan tanaman perlu diperhatikan untuk dapat menganalisa suatu
fenomena dengan tepat.
Para ahli biologi dan matematika telah berusaha untuk merumuskan suatu
persamaan matematika dari kurva tumbuh. Diharapkan dengan persamaan semacam itu
dapat diperkirakan secara tepat pertumbuhan mulai dari kecambah sampai masa panen,
hanya dengan menggunakan data pertumbuhan pada fase-fase dini. Hal ini penting sekali
untuk tujuan pengembangan teori maupun untuk keperluan praktis.

Tujuan :
Meneliti laju tumbuh daun sejak embrio dalam biji sampai daun mencapai ukuran
tetap pada tanaman kacang jogo.

Bahan dan Alat :


Bahan tanaman : kacang jogo (Phaseolus vulgaris)
Alat-alat : kertas milimeter atau penggaris, pisau silet, pot berisi campuran pasir dan
tanah dengan perbandingan 1: 1.

Cara Kerja :
1. Rendam biji kacang jogo selama 2 sampai 3 jam dalam gelas piala
2. Pilih 30 biji yang baik untuk percobaan ini (bentuknya sempurna, dan tenggelam saat
direndam).
3. Kupas 3 biji dan buka kotiledonnya, ukur panjang daun embrionya (Gambar 7) dengan
kertas milimeter blok atau penggaris, kemudian hitung nilai rata-ratanya.
4. Tanam 25 biji dalam pot, siram dengan air secukupnya, dan pelihara dalam rumah kaca
selama 4 minggu. Adakan pengamatan sebagai berikut:
a. Ukurlah panjang dari pangkal petiolnya hingga ujung daun (daun pertama yang
merupakan sepasang daun tunggal) pada umur 3, 5, 7, 9, 12, 15, 18, 21, 24, dan 28
hari.

32
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

b. Pengukuran daun pada umur 3 dan 5 hari dilakukan dengan menggali biji. Tiap
pengukuran dilakukan terhadap 3 tanaman. Jangan menggunakan biji-biji yang
kelihatan tidak berkecambah.
c. Pengukuran selanjutnya dilakukan tanpa memotong kecambah/ tanaman kacang
jogo. Gunakan selalu 3 tanaman yang sama untuk pengukuran lanjutan ini.
d. Tentukan rata-rata panjang daun dari tiap-tiap seri pengukuran.
5. Buatlah grafik dengan panjang daun dari tiap-tiap daun (termasuk petiolnya) sebagai
ordinat dan waktu pengukuran (umur tanaman) sebagai absisa.

Gambar 7 Determinasi kurva sigmoid pertumbuhan, tanda panah merupakan bagian yang
diukur.

Pertanyaan:
1. Apakah arti fase pertumbuhan linier ?
2. Dimana pertumbuhan terjadi pada daun? Ceritakan proses pertumbuhan itu
berlangsung?
3. Jika laju tumbuh dinyatakan dalam berat kering, apakah akan terjadi perbedaan pada
bentuk kurva?

33
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

PERCOBAAN 12

UJI B1OLOGIS 2, 4-D

Senyawa 2,4-D (2,4-dichlorophenoxy acetic acid) adalah senyawa sintetis yang


dalam banyak hal sama dengan hormon tumbuh alami, IAA, yaitu dapat merangsang atau
menghambat proses-proses perkembangan tumbuhan. Secara komersial 2,4-D banyak
digunakan sebagai herbisida untuk memberantas gulma. Dibandingkan dengan IAA, 2,4-D
secara fisiologis lebih aktif dan lebih tahan lama di dalam jaringan tumbuhan, serta
harganya lebih murah,
Sejumlah uji biologis untuk auksin dilakukan berdasarkan pengaruhnya terhadap
penghambatan pemanjangan akar. Pertumbuhan akar sangat peka terhadap auksin,
sehingga pengujian dengan akar merupakan cara yang peka untuk melihat pengaruh
auksin. Uji biologis 2,4-D pada percobaan ini berdasarkan prinsip di atas.
Di bandingkan dengan bahan kimia lainnya (senyawa arsenik, minyak dan lain-lain),
penggunaan auksin (2,4-D) sebagai herbisida lebih menguntungkan karena alasan-alasan
berikut:
1. Efek herbisida auksin bersifat selektif
2. Efek residunya cepat hilang (hanya dalam beberapa minggu)
3. Konsentrasi yang digunakan relatif rendah, dan
4. Pada konsentrasi yang digunakan, auksin (2,4-D) tidak toksik terhadap hewan dan
manusia.

Efektivitas auksin sebagai herbisida bergantung pada 3 proses, yaitu:


1. Masuknya herbisida 2,4-D ke dalam tanaman
2. Proses translokasi ke seluruh bagian tanaman
3. Sifat toksik ini bekerja pada tingkat metabolisme selular

Penyerapan terhadap penyemprotan larutan yang mengandung auksin ini


bergantung pada struktur daun (ada atau tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun),
suhu pada waktu perlakuan dan permeabilitas membran sel.

Tujuan :
Menentukan konsentrasi efektif 2,4-D sebagai herbisida dengan menggunakan
kurva respon tumbuh akar terhadap logaritma konsentrasi 2,4-D.

Bahan dan Alat:


Bahan tanaman : 105 biji mentimun (Cucumis sativus)

34
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

Bahan kimia : 10 ml larutan baku 2,4-D 100 ppm, 80 ml larutan penyangga fosfat
M/15 pada pH 5.6, dan 10 ml larutan 2,4-D dengan konsentrasi
tidak diketahui dalam larutan penyangga fosfat
Alat-alat : kertas merang/saring, 7 buah cawan petri.

Cara Kerja
1. Letakkan selembar kertas saring pada setiap cawan petri dari 7 cawan petri.
2. Dari larutan baku 2,4-D buat masing-masing larutan-larutan 2,4-D dengan
konsentrasi sebagai berikut: 0.0; 0.001; 0.01; 0.1; 1.0 dan 10.0 mg/l (dalam larutan
penyangga fosfat M/15 pada pH 5.6). Minta kepada asisten 10 ml larutan 2,4-D yang
tidak diketahui konsentrasinya.
3. Tandai setiap cawan petri dengan angka 1 sampai dengan 6. Tuangkan 10 ml larutan
2.4-D ke dalam masing-masing cawan. Catat konsentrasi 2,4-D yang ada pada
masing-masing cawan. Tuangkan larutan 2,4-D yang tidak diketahui ke dalam cawan
petri nomor 7.
4. Letakkan 15 biji mentimun dalam masing-masing cawan petri. Simpan di tempat
gelap selama 5 hari.
5. Pada akhir percobaan ukur panjang akar primer setiap kecambah. Hitung panjang
rata-rata pada masing-masing perlakuan. Hitung pula simpangan baku dan galat
bakunya.
6. Letakkan panjang rata-rata akar (sumbu y) dan logaritma konsentrasi 2,4-D (sumbu
x) pada kertas grafik dan tentukan konsentrasi larutan 2,4-D yang tidak diketahui
konsentrasinya.

Pertanyaan
1. Berikan gambaran secara umum tentang efektifnya auksin ditinjau dari
konsentrasinya yang anda peroleh dari percobaan ini!
2. Bagaimana peranan pH dalam percobaan ini?
3. Apakah panjang rata-rata akar pada perlakuan 2,4-D yang paling rendah berbeda
nyata dengan panjang rata-rata akar pada perlakuan larutan penyangga saja?

35
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

PERCOBAAN 13

PENGHAMBATAN TUMBUH TUNAS LATERAL


DAN DOMINASI TUNAS APIKAL

Auksin disintesis dalam jumlah besar dalam tunas apikal tumbuhan dan bergerak
secara basipetal (dari pucuk ke arah pangkal batang) ke sejumlah bagian tumbuhan. Aliran
auksin ini berpengaruh mendorong pemanjangan sel batang dan sekaligus menghambat
pertumbuhan tunas pada ketiak daun (tunas lateral). Hal ini mengakibatkan pertumbuhan
ke atas yang cepat. Keadaan ini disebut dominasi tunas apikal.
Bercabang tidaknya suatu tumbuhan biasanya bergantung pada banyaknya auksin
yang dihasilkan dalam tunas apikal. Perkembangan tunas lateral tidak saja dapat dirangsang
dengan menghilangkan tunas apikal, tetapi juga dengan memberikan senyawa-senyawa
kimia tertentu atau dengan memberikan lingkungan fisik tertentu yang dapat menurunkan
kandungan auksin tumbuhan. Pemangkasan pucuk untuk mengatasi dominasi apikal
diterapkan dalam praktek budidaya tanaman dengan tujuan membentuk tanaman atau
membuatnya tumbuh “menyemak”.
Pemberian auksin pada tumbuhan yang telah dipangkas dapat meughambat pula
perkembangan tunas lateral, suatu keadaan yang mirip dengan dominasi tunas apikal
Dengan demikian tunas lateral tetap dominan. Salah satu respon jaringan tumbuhan
terhadap perlakuan auksin adalah pembelahan sel secara acak, yang mengakibatkan
terjadinya perbanyakan sel. Kumpulan sel yang tidak atau sedikit terorganisasi semacam ini
disebut kalus. Batang yang terluka atau dipotong sering didapati membentuk kalus bila
diberi auksin.

Tujuan :
Meneliti pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral.

Bahan dan Alat


Bahan tanaman : Kecambah kacang jogo (Phaseolus vulgaris) umur 2 minggu dalam pot
individu
Bahan kimia : pasta lanolin, pasta IAA 400 ppm.
Alat-alat : pisau silet/ cutter, sudip, kertas atau plastik hitam, tali, gelas preparat
dan penutupnya, mikroskop.

Cara Kerja :
1. Sediakan 6 kecambah kacang jogo dalam pot individu yang berumur 2 minggu.
2. Dua kecambah dipotong pucuknya tepat di bawah pasangan daun pertama dengan
pisau silet/cutter dan ujung sisa batangnya diberi pasta lanolin. Dua kecambah
lainnya dipotong dan ujung sisa batangnya diberi pasta IAA. Sisa kecambah
dibiarkan sebagai kontrol. Setiap kecambah diberi label sesuai dengan perlakuan

36
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

yang diberikan. Pucuk yang telah dipotong dan diberi perlakuan disungkup dengan
kertas atau plastik hitam dan diikat (auksin rusak karena cahaya). Pot disimpan di
rumah kaca. Setiap hari tanaman dicek, lakukan penyiraman teratur agar tanah
tidak kering atau terlalu becek.
3. Setelah 7 hari pasta lanolin dan pasta IAA dibersihkan dan diganti dengan yang
baru. Sungkup kembali dengan kertas atau plastik hitam.
4. Setelah 14 hari adakan pengamatan sebagai berikut.:
a. ukur panjang tunas lateral (kalau ada)
b. ukur garis tengah ujung batang yang diberi pasta dan bandingkan dengan
garis tengah tanaman kontrol
c. amati di bawah mikroskop penampang melintang batang kontrol dan ujung
batang yang mendapat perlakuan.

Pertanyaan
1. Sebutkan dua macam pengaruh auksin terhadap bentuk tumbuhan seperti terlihat
dalam percobaan ini!
2. Apakah pengaruh auksin yang diberikan terhadap pertumbuhan tunas lateral sama
dengan pengaruh auksin yang dibentuk oleh tumbuhan itu sendiri? Jelaskan!
3. Kegunaan praktis apakah dari pengaruh auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral
yang dapat anda manfaatkan pada pemerliharaan tanaman tahunan?
4. Apakah pengaruh pemangkasan pucuk terhadap tumbuhan dan mengapa tindakan
itu dilakukan pada beberapa tanaman hortikultura?

37
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

PERCOBAAN 14

INISIASI AKAR

IAA adalah hormon tumbuhan yang pertama kali ditemukan dan yang menyebar
merata di dalam tumbuhan. Selain berperan dalam pembesaran sel, auksin IAA juga
diketahui menstimulasi pembelahan sel dalam inisiasi pembentukan akar adventif
Pembelahan sel pada kambium dipengaruhi pula oleh auksin dari daun.
Pada konsentrasi tertentu, auksin dapat mendorong fase perkembangan tetapi akan
menghambat bila konsentrasinya dinaikkan dari suatu konsentrasi yang mendorong
pembesaran sel pada pucuk mungkin akan menghambat pembesaran sel pada akar dan
tumbuhan yang sama. Sifat kerja auksin men-”dua” ini bergantung pada kepekaan jaringan,
kosentrasi auksin endogen di dalam jaringan atau keadaan fisiologis lain dari jaringan.
Senyawa-senyawa lain yang memiliki hubungan kimiawi yang dekat dengan IAA
diketahui aktif pula sebagai hormon tumbuh di dalam jaringan tumbuhan tingkat tinggi.
Dalam penerapan praktis, auksin sintetik lebih banyak digunakan daripada IAA. Pemilihan
zat pengatur tumbuh dalam praktek budidaya tanaman berdasarkan pada efektifitas,
stabilitas, kelarutan, kecepatan penetrasi ke dalam jaringan tanaman, pengaruh khusus,
harga, toksisitasnya terhadap hewan dan manusia. Penggunaan zat pengatur tumbuh
dalam praktek budidaya tanaman ini dikenal dengan revolusi kimia.
Salah satu respon morfologis yang paling umum dari perlakuan auksin adalah inisiasi
akar pada batang, daun, dan bagian-bagian lain dan tumbuhan. Efektifitas auksin dalam
inisiasi akar memperluas penggunaannya dalam perbanyakan tanaman berkayu dan
tanaman herba. Dalam proses inisiasi akar struktur yang dapat dikenali adalah primordia
akar yang terbentuk di dalam jaringan batang. Sesudah inisiasi, sel-sel akar tumbuh
memanjang dan akar menembus jaringan batang sehingga terbentuk struktur akar normal.
Walaupun inisasi akar dirangsang oleh auksin, tetapi perpanjangan akar dibambat. Oleh
karena itu, auksin perlu dihilangkan agar akar tumbuh secara optimal.
Selain auksin, faktor lain yang sering kali ikut serta berperan dalam inisiasi akar
adalah fakton-faktor nutrisi. Dalam jaringan batang, faktor tambahan yang utama adalah
karbohidrat dan nitrogen. Dengan demikian stek batang yang diberi perlakuan auksin akan
lebih mudah berakar apabila dibiarkan tetap berdaun karena daun merupakan sumber
nutrisi dan juga auksin.
Pada umumnya, jumlah akar yang diinisiasi oleh perlakuan auksin sebanding dengan
konsentrasi auksin yang diberikan sampai pada suatu tingkat optimum. Kenaikan
konsentrasi selanjutnya akan menghambat. Dalam percobaan ini kita akan mempelajari
pengaruh perlakuan auksin pada pembentukan akar.
Auksin yang sering digunakan secara komersial adalah asam indol butirat (IBA) dan
asam -naftalen asetat (NAA). Auksin komersial ini bisa digunakan dengan cara:
1. mengoleskan bubuk talk yang mengandung auksin pada pangkal stek
2. mencelupkan bagian pangkal batang dalam larutan auksin pekat selama beberapa menit.

38
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

3. merendam bagian pangkal dalam larutan auksin encer selama 1-2 hari. Kemudian stek
batang ditanam pada media pasir, vermikulit atau lainnya.

Tujuan
Merangsang pembentukan akar pada stek batang kacang panjang dengan auksin

Bahan dan alat :


Bahan Tanaman : 30 biji kacang panjang (Vigna sinensis)
Bahan Kimia : IAA, larutan Hoagland (Tabel 1).
Alat-alat : Botol berwarna gelap, polibag, karet, pisau silet/cutter,
styrofoam, penggaris, pot berisi pasir dan gelas piala.

Cara Kerja :
1. Rendam 30 biji kacang panjang selama 1 jam dalam air. Tanam biji padi pada pot berisi
pasir dengan kedalaman lubang ± 1.5 cm. Siram dan kecambahkan pada tempat gelap
dengan suhu 25°C selama 5 hari sampai hipokotil keluar. Pindahkan pot ke rumah kaca
sampai tanaman membentuk sepasang daun tunggal.

2. Siapkan 4 buah botol dengan tutup yang berlubang 3 buah. Bungkus bagian luar dengan
polibag, ikat dengan karet. Isilah tiap botol dengan 200 ml larutan berikut (salah satu):
a. air destilata
b. larutan Hoagland diencerkan 4 kali dan ditambah hara mikro
c. larutan pada butir b. ditambah 0.1 mg IAA/1.
d. larutan pada butir b. ditambah 1.0 mg IAA/1.

3. Dengan pisau yang tajam, potong tanaman tepat diatas pemukaan. Hilangkan kotiledon
dan potong hipokotil pada 5 cm dari bekas tempat menempelnya kotiledon. Dengan
cepat masukkan hipokotil tersebut ke dalam lubang pada tutup botol sehingga
pasangan daun berada di luar botol (lihat Gambar 8). Letakkan semua botol pada meja
laboratorium, jangan ditumbuhkan dirumah kaca untuk rnenghindari penguapan air
yang tinggi.

4. Seminggu kemudian lakukan pengamatan terhadap:


a. jumlah baris akar lateral
b. jumlah akar lateral (dengan panjang lebih dan 1 mm)
c. jumlah primordia akar lateral (panjang kurang dan 1 mm) dalam tiap baris.
d. panjang akar lateral (dalam mm).

39
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Dasar

Gambar 8. Potongan tegak botol berisi larutan hoagland dengan tanaman yang diuji untuk
inisiasi akar

Pertanyaan
1. Bagaimana pengaruh hormon auksin pada percobaan ini?
2. Bila auksin dibutuhkan untuk inisiasi akar, bagaimana dapat membedakan
pengamatan akar lateral pada perlakuan 1 dan 2
3. Konsentrasi auksin yang manakah yang efektif untuk inisiasi akar? Mengapa?
4. Apa kegunaan praktis (aplikasi) dari hormon auksin ini?

40

Anda mungkin juga menyukai