Koordinator Asisten
Moh. Syahrul T
NIM.101414001
Muh.Afdal Fadli
NIM. 13
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab Praktikum
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidup memerlukan air, dan semua yang hidup memerlukan air. Sekitar
80% berat tubuh organisme adalah air. Hampir semua reaksi kimia dalam tubuh
berlangsung dalam keadaan terlarut. Air merupakan komponen dan penunjang
utama kehidupan makhluk hidup terutama tumbuhan . Semua proses fisiologi di
dalam jaringan tumbuhan tidak akan terjadi tanpa adanya air yang berperan
penting dalam proses tersebut. Molekul air bermuatan, dengan atom oksigen
yang lebih negatif (-) dan atom hidrogen yang lebih positif (+). Akibat muatan
yang berlawanan tersebut, molekul air satu dengan lainnya terhubung melalui
ikatan hidrogen. Ikatan tersebut lemah dan sangat penting dalam biologi.
Tumbuhan
akan
mengalami
pertumbuhan
yang
subur
dan
perkembangan secara normal jika di dalam sel-selnya terdapat air. Air memiliki
peranan penting diantaranya berfungsi sebagai pelarut bahan-bahan organi, bahan
utama dalam proses fotosintesis dan lain-lain. Jika tumbuhan mengalami
kekurangan air maka proses pertumbuhan dan perkembangan tidak akan terjadi
secara normal. Air dapat masuk ke dalam tubuh tumbuhan melalui proses difusi.
Proses pemasukan air secara difusi ini dapat terjadi karena adanya perbedaan
konsentrasi yaitu konsentrasi di dalam sel tumbuhan lebih rendah dibandingkan
konsentrasi yang berada di luar sel tumbuhan. Pada dasarnya pengangkutan air
melalui membran sel dapat terjadi secarapasif maupun secara aktif.
Pengangkutan secara pasif terjadi jika mengikuti arah gradien konsentrasi,
artinya dari larutan yang memiliki konsentrasi tinggi menuju larutan yang
memilki konsentrasi rendah.
Di sekitar lingkungan kita, sejumlah besar air bergerak dengan cara
difusi yang tidak bisa kita lihat. Untuk menggambarkan aspek yang tidak begitu
dikenal dalam dunia nyata tersebut, dibutuhkan usaha, kita harus melihat
sejumlah molekul air, yang melayang-layang dan melenting beribu juta kali
setiap detiknya dalam bentuk uap, dalam bentuk cair, molekul tersebut saling
mengait dengan ikatan hidrogen.
Berdasarkan hal diataslah sehingga kami melakukan praktikum Fisiologi
Tumbuhan mengenai pengukuran potensial air jaringan tumbuhan untuk
mengetahui lebih lanjut tentang potensial air pada tumbuhan khususnya pada sel
kentang.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah mengukur nilai
potensial air pada sel kentang.
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat diperoleh dengan melakukan praktikum ini adalah
mahasiswa mengetahui cara pengukuran nilai potensial air pada sel kentang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Potensial kimia air atau potensial air (PA) merupakan konsep yang sangat
penting dalam fisiologi tumbuhan. Ralph O. Slatyer (Australia) dan Sterling A Taylor
(Utah State University) pada tahun 1960, mengusulkan bahwa potensial air digunakan
sebagai dasar untuk sifat air dalam sistem tumbuhan-tanah-udara. Potensial air
merupakan sesuatu yang sama dengan potensial kimia air dalam suatu sistem,
dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada tekanan atmosfir dan suhu yang
sama. Mereka menganggap bahwa PA air murni dinyatakan sebagai (0) nol
(merupakan konvensi) dengan satuan dapat berupa tekanan (atm, bar) atau satuan
energi (Ismail, 2006).
Dalam termodinamika, potensial kimia suatu bahan termasuk air, memiliki
satuan energi per satuan besaran. Satuan SI yang tepat adalah joule per kilogram (J
kg-1), atau joule per mol (J mol-1). Sebelumnya dipakai kalori per mol atau kalori per
kilogram. Pada tahun 1962, Taylor dan Slatyer menyarankan agar istilah energi untuk
potensial kimia dibagi dengan volume molar parsial dari air sehingga potensial air
mempunyai satuan tekanan. Tapi sebagian besar ahli fisiologi tumbuhan dan ahli
tanah kini menggunakan batasan potensial air seperti berikut: potensial air adalah
potensial kimia air dalam suatu sistem atau bagan sistem dinyatakan dalam suatu
tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni (Salisbury, 1992).
Salah satu ciri yang membedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan adalah
adanya dinding sel. Dinding sel terdiri atas dinsing primer dan dinding sekunder,
diantara dinding primer dari suatu sel dengan dinding primer dari sel tetangganya,
terdapat lamella tengah. Lamella tengah merupakan perekat yang mengikat sel-sel
secara bersama-sama untuk membentuk jaringan dan oleh sebab itu dijumpai diantara
sel-sel primer yang berdekatan (Campbell, 2004).
Molekul air dapat berdifusi secara bebas melintasi membran, dari larutan
dengan gradien konsentrasi larutan rendah ke larutan dengan gradien konsentrasi
larutan tinggi. Tumbuhan banyak mengandung air dalam sel-selnya. Hal ini
menyebabkan suhu tumbuhan relatif stabil walaupun menerima atau kehilangan
energi. Panas laten vaporisasi dan fusi yang tinggi. Panas laten vaporisasi molekul air
merupakan energi yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 gram air pada suhu 20 oC,
sedangkan panas laten fusi , merupakan energi yang dibutuhkan untuk mencairkan 1
gr es pada suhu 0oC. besarnya energi panas laten vaporisasi air adalah 586 cal dan
untuk panas laten fusi adalah 80 cal (Lakitan, 1993).
Potensial air memiliki dua komponen yaitu, potensial tekanan dan potensial
osmotik. Potensial tekanna timbul karena adanya tambahan tekanan dan sama dengan
tekanan nyata di bagian sistem tertentu. Potensial osmotik disebut juga potensial
linarut, yang terjadi karena adanya unsur terlarut. Karena potensial tekanan
merupakan tekanan nyata untuk mudahnya kita sebut tekanan. Membran sel
memungkinkan molekul air melintas lebih cepat daripada unsur terlarut. Dinding sel
primer biasanya sangat permiabel terhadap keduanya. Membran sel tumbuhan
memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yang
meninbulkan tekanan di dalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang terjadi saat
sel darah merah dimasukkan ke dalam air (Salisbury, 1992).
Osmosis merupakan proses gerak air pelarut melewati membran yang bersifat
permiabel selektif, bebrapa partikel yang terlarut (substansi dalam cairan tubuh dan
cairan sel) seperti protein tidak dapat melewati mebran. Pada keadaan tersebut,
supaya kedua sisi membran mempunyai tekana seimbang, air harus bergerak
melewati membran untuk memperbaiki perbedaan kadar yang disebabakan substansi
yang tidak dapat melewati membran. Sebagai contoh, bila sel mempunyai kadar
partikel yang lebih tinggi dari pada cairan intertisial di sekeliling sel, maka air dari
cairan intertisial akan bergerak masuk ke dalam sel sampai tercapai keseimbangan
tekanan di kedua sisi membran. Karena adanya gerak air, maka volume sel akan
meningkat, dengan demikian tekanannya meningkat (Frandson, 1996).
BAB III
METODE PRATIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Jumat/ 20 Mei 2016
Waktu
: 09.10 11.00 WITA
Tempat
: Laboratorium Biologi Lantai III Timur Jurusan
Biologi
FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Neraca Ohaus
b.
Pipet tetes
d. Cutter
2. Bahan
a. Kentang
b. Label
c. Larutan sukrosa dengan konsentrasi berbeda
d. Methylene blue
C. Prosedur Kerja
1. Metode Chardacov
Memasukkan
Kentang kedalam
tabung reaksi yang
berisi larutan
sukrosa
Menungggu
selama 15
menit
Masukkan ke
tabung reaksi
yang berbeda
Menimbang Kentang
dengan bentuk dadu
seberat 0,75 gram
Menambahkan
Methilen blue
Diberi label
Memotong
Kentang
dengan
bentuk dadu
0,5 cm
Mengambil
methilen blue
Mencatat
hasil
Mengamati
pergerakan
methilen blue
Memasukkan
methilen blue
yang telah
diambil
kedalam larutan
sukraosa yang
lain
2. Metode Gravimetri
Memasukkan Kentang
kedalam tabung reaksi
yang berisi larutan
sukrosa
Masukkan
Ketabung
reaksi yang
berbeda
Menimbang Kentang
dengan bentuk dadu
seberat 0,75 gram
Diberi label
Memotong Kentang
dengan bentuk dadu
0,5 cm
Menungggu
selama 15
menit
Mengambil kentang
yang telah direndam
Menimbang kentang
yang telah direndam
dan mencatat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Metode Chardacov
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2. Metode Gravimetri
No
Konsentrasi Larutan
Sukrosa (M)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
0,10 M
0,15 M
0,20 M
0,25 M
0,30 M
0,40 M
0,50 M
Berat Awal
(gram)
1
1
1
1
1
1
1
Berak Akhir
(gram)
2,5
1,4
1,9
2,3
1,4
2,0
1,5
Persentase
perubahan berat
(%)
-150
-40
-90
-130
-40
-100
-50
B. Analisis Data
1. Metode gravimetri
a. Konsentrasi 0,10 M
% Perubahan berat =
=
1 2,5
100
1
= - 150%
b. Konsentrasi 0,15 M
% Perubahan berat =
=
1 1,4
100
1
= - 40%
c. Konsentrasi 0,20 M
% Perubahan berat =
=
= 90 %
d. Konsentrasi 0,25 M
% Perubahan berat =
=
= - 130 %
e. Konsentrasi 0,30 M
% Perubahan berat =
=
= -40 %
f. Konsentrasi 0,40 M
% Perubahan berat =
=
1 1,1
100
1
= -100 %
g. Konsentrasi 0,50 M
% Perubahan berat =
=
1 1, 5
100
1
= - 50 %
A. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur potensial air
dalam jaringan tumbuhan, yaitu pada umbi kentang (Solanum
tuberosum) dengan penarapan perinsip difusi dan osmosis.
Difusi ialah perpindahan molekul dari daerah berkonsentrasi
lebih tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah sedangkan Osmosis
ialah proses pergerakan molekul pelarut (contoh: air) dari satu larutan yang cair
(larutan hipotonik) ke satu larutan yang lebih pekat (larutan hipertonik) melalui
membran semipermiabel (Ismail,2014).
1. Metode chardacov
Pada larutan percobaan chardakov sukrosa 0,3M dan 0,4M
larutan
metilen
blue
mengapung,
hal
ini
menandakan
system). Hal ini menyatakan, bahwa adanya gerakan air ke dalam system dan
potensial air larutan lebih kecil daripada potensial air jaringan.
Percobaan ini melibatkan atau melihat apakah volume akan bertambah
pekat, encer atau berdifusi langsung setelah perendaman umbi yang
digunakan maka larutan uji pengetes yaitu metilen blue. Larutan yang lebih
pekat memiliki potensial air yang lebih rendah (lebih negatif). Jadi air akan
berdifusi ke daerahnya atau larutan lain sampai tekanannya naik ke atas suatu
titik yaitu sampai potensial air larutan yang kurang pekat. Larutannya pekat
maka potongan jaringan tenggelam dan akan melayang, jika potensial air
jaringan sama dengan potensial larutan. Sedangkan potongan jaringan akan
mengapung, jika potensial jaringan lebih besar atau encer dibandingkan
dengan potensial air larutan (Salisbury dan Ross,1995).
Dimana dikatakan bahwa potensial air negatif apabila potensial kimia
air dalam system lebih rendah daripada potensial kimia air murni acuan dan
acuan apabila potensial kimia dalam air tersebut lebih besar dari potensial air
murni acuan. Semakin besar konsentrasinya maka nilai osmotiknya semakin
kecil, begitupun sebaliknya (Salisbury dan Ross,1995).
2. Metode gravimetric
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan metode gravimetric ini,
dapat diketahui bahwa terjadi perubahan bobot kentang yang di rendam pada
larutan sukrosa. Untuk mengukur potensial pada umbi kentang,
digunakan larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi
karena konsentrasi larutan mempengaruhi nilai PO yang
menyebabkan perubahan nilai PA dari larutan. Konsentrasi
larutan sukrosa yang digunakan, yaitu: 0,1M, 0,15M, 0,20M,
0,25M, 0,3M, 0,4M, dan 0,5M. Umbi kentang terlebih dahulu di
buat persegi empat atau dadu dengan berat 1 gram
menggunakan cutter atau pisau. Setelah dimasukkan ke
dalam larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi selama
15 menit, kemudian umbi kentang ditimbang ulang untuk
mengetahui
perubahan
berat
umbi
kentang
setelah
terjadi
pertambahan
berat.
Peningkatan
bobot
ini
disebabkan oleh masuknya air di dalam larutan sukrosa ke dalam sel kentang
dengan cara osmosis. Proses osmosis akan berhenti ketika telah terjadi
kesetimbangan antara potensial air sel tumbuhan dengan potensial air larutan.
Dalam hal ini menunjukkan bahwa air pada larutan sukrosa
mengalir masuk ke dalam jaringan, yang menandakan bahwa
potensial air pada larutan sukrosa lebih tinggi atau bersifat
hipotonik dibandingkan dengan potensial air pada kentang
atau hepertonik. Untuk potensial air sel kentang sendiri, dengan semakin
meningkatnya molaritas larutan sukrosa maka semakin negatif pula nilai
potensial air sel kentang tersebut.
Peningkatan bobot kentang terjadi disebabkan oleh masuknya air di
dalam larutan sukrosa ke dalam sel kentang dengan cara osmosis. Namun,
perendaman kentang dengan larutan sukrosa tidak selalu meningkatkan
bobotnya. Bobot kentang yang telah mengalami perendaman dapat menjadi
lebih kecil daripada bobot kentang semula. Hal ini juga disebabkan oleh
keluarnya air dari sel kentang secara osmosis pula. Keluarnya air ini
disebabkan oleh larutan sukrosa tersebut memiliki potensial air yang lebih
negatif daripada potensial air sel, sehingga air akan berpindah dari dalam sel
ke larutan sukrosa. Air meninggalkan sel, dan volume sel mengecil. Potensial
air sel akan terus menurun sehingga mencapai kesetimbangan dengan
potensial air larutan sukrosa.
Kentang bersifat hipotonik dan gula bersifat hipertonik maka air yang
berada pada kentang bergerak keluar sehingga kadar air pada kentang berkurang
dan semakin besar zat terlarut yang diserap oleh umbi kentang, makin besar air
yang keluar dari umbi kentang tersebut. Dan jika hal tersebut terjadi pada
tanaman yang masih aktif bertumbuh, maka tanaman bisa mengalami cekaman
akibat terganggunya proses absorbsi air. Ini terjadi karena banyaknya zat terlarut
di dalam sel atau jaringan tumbuhan akan meningkatkan nilai potensial osmotik
dari tumbuhan itu sendiri dan menurunkan nilai potensial airnya. Terdapat
beberapa faktor yang dapat menyebabkan bobot kentang setelah perendaman
menjadi berkurang, selain perbedaan potensial air yang telah dijelaskan di atas.
Apabila hasil percobaan Chardakov dihubungkan dengan
hasil percobaan teknik grafimetrik maka terjadi kesalahan pada
percobaan Chardakov dimana seharusnya hasil dari percobaan
ini
yaitu
tenggelam,
tenggelam,
tenggelam,
tengelam,
menghomogenkan
larutan
sukrosa
terlebih
dahulu
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan, kami dapat meyimpulkan bahwa pada sel
kentang dan larutan sukrosa telah terjadi peristiwa osmosis yaitu difusi air akan
terjadi apabila adanya perbedaan potensial air antara di dalam sel dan di luar sel.
Dari praktikum terbukti dari jaringan umbi kentang (Solanum tuberosum) beratnya
ada yang bertambah dan ada pula yang berkurang hal ini disebabkan karena
adanya perpindahan pelarut yang disebabkan adanya perbedaan potensial air
antara sel kentang dengan lingkunganya tergantung dari konsentrasinya. Pada
metode
Chardacov
pergerakan
methilen
blue
berbeda-beda
ada
yang
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A; Mitschell, Laurence G dan Reece, Jane B. 2004. Biologi Edisi
Kelima Jidil 3. Jakarta: Erlangga
Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-Dasar Biologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo
Persada: Jakarta
Ismail dan Hartono. 2014. Fisiologi Hewan Bagian I. Makassar. Jurusan Biologi
FMIPA UNM.
Salisbury, F.B. & C.W. Ross. 1991. Fisiologi Tumbuhan. ITB: Bandung