Anda di halaman 1dari 9

FISIOLOGI TUMBUHAN

(JCKK 141) Maret 2020

STATUS “WATER DEFICIT” PADA TANAMAN KECUKUPAN AIR DAN


KURANG AIR
NUR RIYANI

Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,


Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, 70714

ABSTRAK

Cekaman (stress) lingkungan adalah kondisi lingkungan yang memberikan


tekanan pada tanaman dan mengakibatkan respons tanaman terhadap faktor lingkungan
tertentu lebih rendah daripada respons optimumnya pada kondisi normal. Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui status “water deficit” tanaman cukup dan kurang
air. Metode yang digunakan adalah disiapkan semua sampel bahan dan alat, ditimbang
berat petridish dan dicatat hasilnya. Kemudian disiapkan daun setiap sampel, mencakup 2
jenis kelompok tanaman yaitu satu kelompok tanaman berkecukupan air dan satu
kelompok tanaman kurang air. Potong semua daun dengan ukuran diameter 2,5 cm, satu
persatu potongan daun diletakkan dipetridish, kemudian timbang di atas neraca analitik
untuk mendapatkan nilai Berat Total. Untuk mendapatkan nilai BS (Berat Segar), maka
BS = Berat total – Berat petridish, kemudian diletakkan pada petridish berisi air selama 3
jam, dikeringkan dengan tisu dan timbang untuk mendapatkan nilai BT (Berat Turgid).
Selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 70-80° C selama 24 jam dan ditimbang
untuk mendapatkan nilai BK (Berat Kering). Hasil dari praktikum ini adalah turgiditas
relatif yang paling tinggi terdapat pada tanaman segar yaitu tanaman cocor bebek sebesar
94 dan yang paling rendah terdapat pada tanaman segar yaitu tanaman C4 (daun jagung)
tumbuhan segar sebesar 59,30. Sedangkan untuk water defisit yang paling tinggi terdapat
pada tanaman segar yaitu pada tanaman C4 (daun jagung) tumbuhan segar sebesar 40,69,
dan yang paling rendah terdapat pada tanaman segar yaitu tanaman CAM (daun cocor
bebek) sebesar 6. Oleh karena itulah hasil dari water defisit yang paling tinggi didapatkan
pada tanaman yang segar.
Kata kunci: Air, Tanaman, Water deficit

PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan
bahan penyusun utama dari pada protoplasma sel. Air adalah komponen utama
dalam proses fotosintesis, pengangkutan assimilate hasil proses ini dimulai dari
bagian-bagian tanaman hanya memungkinkan melalui gerakan air dalam tanaman.
Peranan tersebut agar jumlah pemakaian air oleh tanaman akan berkorelasi
posistif dengan produksi biomase tanaman, hanya sebagian kecil dari air yang
diserap akan menguap melalui stomata atau melalui proses transpirasi. Air dalam
tanaman berkisar antara 80-90 persen dari berat kering tanaman. Persentase ini
akan menjadi lebih besar lagi pada bagian-bagian tanaman yang sedang aktif
tumbuh. Penyerapan air (water absorbtion) oleh akar ini sangat dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan yaitu air yang tersedia dalam tanah, temperature tanah, aerasi
tanah dan konsentrasi larutan tanah. Kekurangan air (water deficit) akan
mengganggu keseimbangan kimiawi dalam tanaman yang berakibat berkurangnya

1
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2020

hasil fotosintesis atau semua prosesproses fisiologis berjalan tidak normal.


Apabila keadaan ini berjalan terus, maka akibat yang terlihat, misalnya tanaman
kerdil, layu, produksi rendah, kualitas turun dan sebagainya (Harwati, 2010). Air
adalah salah satu komponen utama penyusun tubuh tanaman. Air memiliki fungsi-
fungsi pokok antara lain sebagai bahan baku dalam penyusun protoplasma yang
sekaligus memelihara turgor sel, sebagai media dalam proses transpirasi, sebagai
pelarut unsur hara, serta sebagai media translokasi unsur hara, baik di dalam tanah
maupun di dalam jaringan tubuh tanaman. Tanaman memiliki kebutuhan air yang
berbeda pada setiap fase pertumbuhan. Fase pertumbuhan vegetatif, air digunakan
oleh tanaman untuk melangsungkan proses pembelahan dan pembesaran sel yang
ter-lihat dari pertambahan tinggi tanaman, perbanyakan jumlah daun, dan
pertumbuhan akar (Marsha dkk., 2014).
Kekurangan air (water deficit) akan mengganggu keseimbangan kimiawi
dalam tanaman yang berakibat berkurangnya hasil fotosintesis atau semua proses-
proses fisiologis berjalan tidak normal. Apabila keadaan ini berjalan terus, maka
akibat yang terlihat, misalnya tanaman kerdil, layu, produksi rendah, kualitas
turun dan sebagainya berjalan terus, maka akibat yang terlihat, misalnya tanaman
kerdil, layu, produksi rendah, kualitas turun dan sebagainya (Bayer, 2010).
Sebagai salah satu organ tanaman, akar berperan penting pada saat tanaman
merespons kekurangan air dengan cara mengurangi laju transpirasi untuk
menghemat air. Umumnya tanah mengering dari permukaan tanah hingga ke
lapisan tanah bawah selama musim kemarau. Keadaan ini menghambat
pertumbuhan akar di lapisan tanah yang dangkal, karena sel-selnya tidak dapat
mempertahankan turgor yang diperlukan untuk pemanjangan. Akar yang terdapat
di lapisan tanah lebih dalam masih dikelilingi oleh tanah yang lembab, sehingga
akar tersebut akan terus tumbuh. Dengan demikian sistem akar akan
memperbanyak diri dengan cara memaksimumkan pemaparan air tanah (Ai &
Patricia, 2013).
Abiotik seperti suhu ekstrim, ketersediaan air rendah, banjir dan kadar
garam yang tinggi merupakan faktor pembatas utama bagi pertumbuhan tanaman
dan produktivitas. Tren terbaru dalam perubahan iklim global dan meningkatkan
pola cuaca cenderung memperburuk. Kekeringan adalah salah satu cekaman
abiotik yang paling penting membatasi produksi tanaman global. Rangka
memerangi efek sampingnya adalah penting untuk mengembangkan stres air
defisit genotipe toleran. Untuk mencapai itu, berdiri di bawah yang lebih baik dari
respon stres diinduksi dan terhubung disifat fisiologis dan biokimia dalam
kekeringan tanaman toleran seperti millet mutiara dapat membuktikan menjadi
sangat berguna (Vijayalakshmi dkk., 2012).
Jumlah air yang berada dalam tanaman berfariasi, tergantung pada jaringan
yang ada pada tanaman tersebut, kadar air ini berkisar 3% sampai 95% dari berat
total jaringan tersebut. Air dapat mempertahankan turgor yang sangat perlu dalam
kerumitan transpirasi dan pertumbuhan tanaman. Selaian itu, juga air diperlukan

2
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2020

sebagai unsur hara untuk membentuk senyawa baru. Kebutuhan air bagi tanaman
dinyatakan sebagai jumlah satuan air yang diserap per satuan berat kering yang
dibentuk. Nilai ini bervariasi dari 50-2500 dan yang umum adalah 300-1000.
Berdasarkan kebutuhan air, tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan atas hidrofit,
mesifit dan xerifit (Noggle & Fritz, 2010). Peranan air di dalam tumbuhan adalah
merupakan senyawa utama protoplasma, merupakan pelarut yang membawa
nutrisi mineral dari tanah ke dalam tumbuhan, merupakan medium bagi reaksi-
reaksi metabolisme, merupakan peraksi penting dalam fotosintesis dan proses-
proses hidrolitik dan air penting untuk turgiditas, pertumbuhan sel,
mempertahankan bentuk daun, operasi stomata dan pergerakkan struktur
tumbuhan (Kimball, 2011).
Kekurangan air merupakan salah satu faktor pembatas utama di bidang
pertanian yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan serta
hasil produksi tanaman. Ketersediaan air tanah yang semakin menurun serta
adanya perubahan iklim yang tidak menentu menyebabkan kemarau yang
berkepanjangan dan selanjutnya mengakibatkan kekurangan air pada tanaman di
samping itu kekurangan air pada tanaman dapat terjadi karena laju hilangnya air
akibat transpirasi terjadi lebih cepat dibandingkan dengan laju pengambilan air
dari tanah (Ai & Patricia, 2012).

METODE
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah daun
tanaman segar dan tanaman layu dari daun kacang kedelai (Glycine max), daun
jagung (Zea mays), daun cocor bebek (Bryophyllum pinnatum), dan aquades.
Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah petridish, neraca
analitik, pinset, cutter, penggaris dan oven.

Status “Water Deficit” pada Tanaman Kecukupan Air dan Kurang Air
Percobaan ini menggunakan tumbuhan daun kacang kedelai (Glycine
max), daun jagung (Zea mays), daun cocor bebek (Bryophyllum pinnatum),
sebagai objek pengamatan. Prosedur kerja pada percobaan water defisit ini yang
pertama adalah disiapkan semua sampel bahan dan alat, ditimbang berat petridish
dan dicatat hasilnya. Kemudian disiapkan daun setiap sampel, mencakup 2 jenis
kelompok tanaman yaitu satu kelompok tanaman berkecukupan air dan satu
kelompok tanaman kurang air. Potong semua daun dengan ukuran diameter 2,5
cm, satu persatu potongan daun diletakkan dipetridish, kemudian timbang di atas
neraca analitik untuk mendapatkan nilai Berat Total. Untuk mendapatkan nilai BS
(Berat Segar), maka BS = Berat total – Berat petridish, BS-1 (Tanaman cukup air)
dan BS-2 (Tanaman kurang air), kemudian diletakkan pada petridish berisi air
selama 3 jam, dikeringkan dengan tisu dan timbang untuk mendapatkan nilai BT
(Berat Turgid), BT-1 (Tanaman cukup air) dan BT-2 (Tanaman kurang air).
Selanjutnya dikeringkan dalam oven dengan suhu 70-80° C selama 24 jam dan

3
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2020

ditimbang untuk mendapatkan nilai BK (Berat Kering), BK-1 (Tanaman cukup


air) dan BK-2 (Tanaman cukup air).
HASIL
Tabel 1. Status air jaringan daun tumbuhan segar dan tumbuhan
kekurangan air
Tumbuhan Segar Tumbuhan Kering
No. Sampel
BS -1 BT-1 BK-1 BT-2 BK-2
BS-2(gr)
(gr) (gr) (gr) (gr) (gr)
1. C3 0,12 0,143 0,030 0,09 0,112 0,025

2. C4 0,06 0,095 0,009 0,11 0,122 0,021

3. CAM 0,495 0, 522 0,072 0,401 0,435 0,031


Keterangan:
 Tanaman C3 (daun kacang kedelai)
 Tanaman C4 (daun jagung)
 Tanaman CAM (daun cocor bebek)
1. Rumus mengukur besar turgiditas relatif (TR) daun:

2. Rumus untuk mengukur water deficit (WD) jaringan tumbuhan:

1. C3 (Tumbuhan segar) 1. C3 (Tumbuhan Kering)

= 79, 64% = 74,71%

= 25,28%
= 20,35%
2. C4 (Tumbuhan Segar) 2. C4 (Tumbuhan Kering)

= 59,30% 88,11%

40,69% = 11,88%
3. CAM (Tumbuhan Segar) 3. CAM (Tumbuhan Kering)

4
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2020

= 94%
91,58 %

=6%
= 8,41 %

PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui status “water deficit” tanaman
cukup dan kurang air. Selama siklus hidupnya tanaman memperoleh air dengan
cara menyerap air dari lingkungannya yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan
dan faktor tanaman. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah kandungan air
tanah, kelembaban udara dan suhu tanah. Faktor tanaman yang berpengaruh
adalah efisiensi perakaran, perbedaan tekanan difusi air tanah ke akar, dan
keadaan protoplasma tanaman (Ai & Patricia., 2013). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekeringan air pada tumbuhan adalah pH yang sangat rendah, suhu
yang sangat tinggi dan kurangnya persediaan air dalam tanah. Penurunan
kandungan air di dalam sel tumbuhan diikuti dengan kehilangan turgor dan
terjadinya layu, penutupan stomata, dan proses metabolisme akan terganggu,
demikian juga dapat mengganggu proses reproduksi dan fotosintesis serta
respirasi. Penyerapan air berkaitan dengan metabolisme dan faktor lain yang
berpengaruh pada metabolisme sebagai pengaruh tidak langsung. Rendahnya
suhu, kurangnya oksigen dan senyawa toksik akan menekan penyerapan air,
karena akan mengganggu metabolisme. Demikian halnya aliran air antara vakuola
dan sitoplasma dikendalikan oleh perbedaan potensi air (Devlin, 2010).
Salah satu organ tanaman yaitu akar, berperan penting saat tanaman
merespons kekurangan air dengan cara mengurangi laju transpirasi untuk
menghemat air. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat
berdasarkan aspek fisiologi, morfologi, tingkat pertumbuhan dan produktivitas.
Kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel, sintesis protein, dan sintesis
dinding sel. Tanaman yang mengalami kekurangan air umumnya memiliki ukuran
yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Kekurangan
air dapat menurunkan hasil produksi tanaman yang sangat signifikan dan bahkan
bisa menjadi penyebab kematian pada tanaman. Berkurangnya produktivitas
(biomassa) tanaman pada saat kekurangan air disebabkan oleh penurunan aktivitas
metabolisme primer termasuk fotosintesis dan penyusutan luas daun. Penurunan
akumulasi biomassa akibat kekurangan air untuk setiap jenis tanaman bervariasi
tergantung pada respons masing-masing jenis tanaman terhadap kekurangan air.
Respons tanaman terhadap kekurangan air (resistensi terhadap kekeringan) dapat
dilakukan dengan beberapa mekanisme yaitu drought escape (tahan kekeringan),
dehydration avoidance (menghindar dari kekeringan) dan drought tolerance
(toleransi terhadap kekeringan) (Ai & Patricia., 2013).
Mekanisme morfofisiologis tanaman untuk menghindar dari kekurangan air
adalah kemampuan tanaman untuk mencari sumber air jauh dari permukaan tanah

5
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2020

pada saat terjadi kekurangan air di daerah dekat permukaan tanah. Kemampuan
tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakter morfologi akar. Karakter morfologi
akar akan mempengaruhi satu atau lebih komponen hasil produksi, karena hal ini
berkaitan erat dengan jumlah air yang dikumpulkan oleh akar, efisiensi air yang
dikumpulkan (proses asimilasi pada akar yang mempengaruhi jumlah produksi
biomasa untuk tiap satuan jumlah air yang ditranspirasi), indeks pemanenan, serta
besarnya kebutuhan air pada tanaman. Beberapa karakter morfologi akar yang
berkaitan dengan respons tanaman terhadap kekeringan di antaranya panjang akar,
perluasan dan kedalaman sistem perakaran, distribusi akar, berat kering akar,
volume akar, berat jenis akar dan resistensi longitudinal pada akar utama, daya
tembus akar, rasio akar dan tajuk serta rasio panjang akar dan tinggi tanaman (Ai
& Patricia., 2013).
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh tanaman untuk merespons
kekurangan air, antara lain:
1. Menutup stomata dan memperlambat perluasan permukaan daun untuk
mengurangi laju transpirasi.
2. Menurunkan pemanjangan akar, kedalaman penetrasi dan diameter akar
bagi tanaman yang tidak toleran terhadap kekurangan air, sedangkan yang
toleran mempunyai perakaran yang lebih banyak, volume akar yang lebih
besar, dan rasio akar dan tajuk yang besar.
3. Akumulasi senyawa biokimia yang berperan dalam penyesuaian osmotik
seperti prolin, asam absisat, protein dehidrin, total gula, pati, sorbitol,
vitamin C, asam organik, aspargin, glisin-betain, serta superoksida
dismutase dan K+ yang bertujuan untuk menurunkan potensial osmotik sel
tanpa membatasi fungsi enzim) (Ai & Banyo., 2011).
Ada 4 macam reaksi fiksasi CO2, yaitu:
1) Daur C3 (daur Calvin)
Daur reaksi ini disebut daur C3 karena senyawa yang pertama kali
dihasilkan adalah senyawa dengan 3 atom karbon yaitu asam fosfogliserat
dari CO2; ribulosa-1,5-bifosfat dan H2O. Tumbuhan yang melaksanakan
daur tersebut disebut tumbuhan C3. Dalam daur ini satu molekul
fosfogliseraldehida (PGAL) dibentuk dari fiksasi 3 molekul CO2. Reaksi
keseluruhan adalah sebagai berikut:
3 CO2 + 9 ATP + 6 NADPH2 → PGAL + 9 ADP + 8 iP + 6 NADP
Selanjutnya PGAL akan diubah menjadi glukosa. Daur ini terjadi pada
gandum, padi dan bambu.
2) Daur C4 (daur Hatch dan Slack)
Daur reaksi ini disebut daur C4 karena sebagian besar senyawa yang
pertama kali dihasilkan adalah senyawa dengan 4 atom karbon yaitu asam
malat dan asam aspartat dan tumbuhan yang melaksanakan daur tersebut
disebut tumbuhan C4. Yang termasuk tumbuhan C4 adalah beberapa
spesies Gramineae di daerah tropis termasuk jagung, tebu, sorghum.
Anatomi daun tumbuhan C4 unik yang dikenal dengan anatomi Kranz,
yaitu terdapat sel-sel seludang parenkim yang mengelilingi ikatan
pembuluh dan memisahkannya dengan sel-sel mesofil. Pada tumbuhan C4
terdapat pembagian kerja antara sel-sel mesofil dan sel-sel seludang
parenkim, yaitu pembentukan asam malat dan aspartat dari CO2 terjadi di

6
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2020

sel-sel mesofil, sedangkan daur Calvin berlangsung di sel-sel seludang


parenkim.
3) Daur CAM (Crassulacean Acid Metabolism)
Daur CAM merupakan fiksasi CO2 pada spesies sukulen anggota famili
Crassulaceae (misalnya kaktus, nenas) yang hidup di daerah kering,
mempunyai daun tebal dengan rasio permukaan terhadap volume rendah,
laju transpirasi rendah, sel-sel daun mempunyai vakuola relatif besar dan
lapisan sitoplasma yang tipis. Fiksasi yang menghasilkan asam malat
terjadi pada malam hari pada saat stomata terbuka dan daur Calvin yang
menghasilkan glukosa terjadi pada siang hari pada saat stomata tertutup.
Jadi fiksasi CO2 pada tumbuhan CAM mirip dengan tumbuhan C4,
perbedaannya pada tumbuhan C4 terjadi pemisahan tempat sedangkan
pada tumbuhan CAM terjadi pemisahan waktu (Ai, 2012).
Dari percobaan ini menggunakan tanaman C3 (daun kacang kedelai), C4
(daun jagung), dan CAM (daun cocor bebek) dapat menunjukkan bahwa jaringan
tanaman yang memiliki potensial air yang lebih tinggi adalah tanaman dikotil
CAM (daun cocor bebek) segar yang dimana terdapat nilai BS pada tumbuhan ini
memiliki nilai sebesar 0,495 yang berarti kandungan air didalam selnya lebih
banyak dibandingkan nilai BS tumbuhan C4 (daun jagung) tumbuhan kering
sebesar 0,11. Setelah daun ini direndam didalam akuades, nilai yang terdapat yaitu
Besar Turgiditas (BT) dimana keseluruhan jaringan dapat mengalami kenaikan,
yang berarti memiliki nilai potensial air didalam jaringan tumbuhan tersebut juga
meningkat. Hal ini disebabkan karena ada tekanan turgor yang terdapat pada
jaringan dan mampu untuk menyerap akuades sehingga meyebabkan volume daun
tersebut dapat meningkat pesat karena adanya akuades yang masuk ke dalam sel-
sel daunnya.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil turgiditas relatif yang
paling tinggi terdapat pada tanaman segar yaitu tanaman cocor bebek sebesar 94
dan yang paling rendah terdapat pada tanaman segar yaitu tanaman C4 (daun
jagung) tumbuhan segar sebesar 59,30. Sedangkan untuk water defisit yang paling
tinggi terdapat pada tanaman segar yaitu pada tanaman C4 (daun jagung)
tumbuhan segar sebesar 40,69, dan yang paling rendah terdapat pada tanaman
segar yaitu tanaman CAM (daun cocor bebek) sebesar 6. Tanaman yang segar
memiliki turgiditas relatif yang lebih tinggi karena pada saat dilakukan percobaan
sel-sel daunnya ada dalam keadaan turgor penuh dan nilai tekanan turgor tidak
dalam keadaan 0, sehingga hasil percobaan yang didapatkan daun segar memiliki
turgiditas relatif yang lebih tinggi. Tanaman yang kekurangan air memiliki tanah
yang relatif kering, pada keadaan yang demikian tanaman akan mampu menyerap
air lebih luas dan dalam. Sehingga mampu menyediakan air lebih banyak untuk
mendukung daun-daun dibagian bawah agar tidak cepat kering. Oleh karena itulah
hasil dari water defisit yang paling tinggi didapatkan pada tanaman yang segar.
Perendaman dengan aquades mampu memulihkan kondisi jaringan dari water
defisit. Tanda pertamanya yaitu daun-daun yang mulai layu. Kelayuan ini

7
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2020

disebabkan karena penyerapan air tidak dapat mengimbangi kecepatan penguapan


air dari tanaman. Jika proses tranpirasi ini cukup besar dan penyerapan air tidak
dapat mengimbanginya, maka tanaman tersebut akan mengalami kelayuan
sementara (transcient wilting), sedang tanaman akan mengalami kelayuan tetap,
apabila keadaan air dalam tanah telah mencapai permanent wilting percentage.
Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk disembuhkan karena sebagaian
besar. sel-selnya telah mengalami plasmolisis.
Cekaman (stress) lingkungan adalah kondisi lingkungan yang memberikan
tekanan pada tanaman dan mengakibatkan respons tanaman terhadap faktor
lingkungan tertentu lebih rendah daripada respons optimumnya pada kondisi
normal. Kondisi lingkungan yang memungkinkan tanaman untuk memberikan
respons maksimum terhadap suatu faktor lingkungan bukan merupakan cekaman
bagi tanaman. Cekaman lingkungan dapat berupa faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan yang tidak mendukung
pertumbuhan dan perkembangan bagian tanaman seperti kekurangan dan
kelebihan unsur hara, kekurangan dan kelebihan air, suhu yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi. Sedangkan faktor internal adalah gen individu tersebut (Purwadi,
2011). Cekaman lingkungan dapat berupa faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor
abiotik dapat berupa cahaya, air, suhu, dan zat hara dalam tanah, sedangkan yang
termasuk faktor biotik ialah herbivora, parasit atau patogen, dan predator (Ai &
Banyo., 2011).

KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah hasil turgiditas relatif yang paling
tinggi terdapat pada tanaman segar yaitu tanaman cocor bebek sebesar 94 dan
yang paling rendah terdapat pada tanaman segar yaitu tanaman C4 (daun jagung)
tumbuhan segar sebesar 59,30. Sedangkan untuk water defisit yang paling tinggi
terdapat pada tanaman segar yaitu pada tanaman C4 (daun jagung) tumbuhan
segar sebesar 40,69, dan yang paling rendah terdapat pada tanaman segar yaitu
tanaman CAM (daun cocor bebek) sebesar 6. Tanaman yang segar memiliki
turgiditas relatif yang lebih tinggi karena pada saat dilakukan percobaan sel-sel
daunnya ada dalam keadaan turgor penuh dan nilai tekanan turgor tidak dalam
keadaan 0, sehingga hasil percobaan yang didapatkan daun segar memiliki
turgiditas relatif yang lebih tinggi. Tanaman yang kekurangan air memiliki tanah
yang relatif kering, pada keadaan yang demikian tanaman akan mampu menyerap
air lebih luas dan dalam. Sehingga mampu menyediakan air lebih banyak untuk
mendukung daun-daun dibagian bawah agar tidak cepat kering. Oleh karena itulah
hasil dari water defisit yang paling tinggi didapatkan pada tanaman yang segar.
Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan yang memungkinkan tanaman
untuk memberikan respons maksimum terhadap suatu faktor lingkungan bukan
merupakan cekaman bagi tanaman. Cekaman lingkungan dapat berupa faktor
eksternal, faktor internal, faktor biotik, dan faktor abiotik.

8
FISIOLOGI TUMBUHAN
(JCKK 141) Maret 2020

DAFTAR PUSTAKA
Ai, N. S. 2012. Evolusi Fotosintesis pada Tumbuhan. Jurnal Ilmiah Sains. 12(1):
1-7.
Ai, N. S. & Patricia T. 2013. Karakter morfologi akar sebagai indikator
kekurangan air pada tanaman. Jurnal Bioslogos. 3(1): 31-39.
Ai, N. S. & Yunia B. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator
Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains. 11(2): 166-173.
Bayer. J, S. 2010. Water Deficits And Photosisnthesis In Water. Academicpress.
4(1): 153-190.
Devlin, Robert M. 2010. Plant Physiology Third Edition. D. Van Nostrand. New
York.
Harwati. C. T. 2010. Pengaruh Kekurangan Air (Water Deficit) Terhadap
Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Tembakau. Jurnal Inovasi
Pertanian. 6(1): 44 – 51.
Kimball, J. W. 2011. Biologi Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.
Marsha, N. D., N. Aini & T. Sumarni. 2014. Pengaruh Frekuensi dan Volume
Pemberian Air pada Pertumbuhan Tanaman Crotalaria Mucronata Desv.
Jurnal Produksi Tanaman. 2(8): 673-678.
Noggle, R. R & F. J. George. 2011. Introductor Plant Physiology. Mall of India
Private Ilmited, New Delhi.
Vijayalakshmi, T., Y. Varalaxmi, S. Jainender, S. K. Yadav, M. Vanaja, N.
Jyothilakshmi, M. Maheswari. 2012. Physiological and Biochemical Basis
of Water-Deficit Stress Tolerance in Pearl Millet Hybrid and Parents.
American Journal of Plant Sciences. 2(3): 1730-1740.

Anda mungkin juga menyukai