Oleh:
Nama : T. M. Hilal Rizky
NPM : 2005102010056
Kelas : Rabu, 16.30 WIB
Nama Asisten : Anggi Aulia Nasution
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2021
BAB I. PENDAHULUAN
Neraca air lahan merupakan neraca air untuk penggunaan lahan pertanian secara
umum. Neraca ini bermanfaat dalam mempertimbangkan kesesuaian lahan
pertanian,mengatur jadwal tanam dan panen, dan mengatur pemberian air irigasi dalam
jumlah dan waktu yang tepat. Penentuan waktu tanam berdasarkan perhitungan neraca air
dimanfaatkan untuk mengetahui dampak perubahan iklim terhadap ketersediaan air pada
suatu wilayah (Rafi dkk., 2005; Bari dkk. 2006; Kumanbala dkk., 2010).
Air merupakan bahan alam yang secara mutlak diperlukan oleh tanaman dalam
jumlah cukup pada waktu yang tepat kelebihan dan kekurangan air tanah akan mudah
menimbulkan bencana tanaman yang mengalaminya akan bermasalah (Fegi dalam Mahda,
2018).
Lahan kering ditandai adanya sumber air untuk pertanian berasal dari curah hujan
saja, sedangkan iklim kering dibatasi adanya curah hujan per tahun kurang dari 2000 mm.
Sebaran dan tinggi hujan di lahan kering sangat menentukan periode pola tanam dalam
setahun. Karakteristik curah hujan di lahan kering bersifat cretik, yaitu deras, singkat dan
sulit diduga. Munculnya sumber air di musim kering dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
seperti jenis tanah, iklim dan pengelolaan tanah oleh manusia. Pengelolaan lahan oleh
manusia adalah salah satu model pola tanam (Sajiman dalam Phonna, 2018).
Perbedaan jenis tanah akan mempengaruhi kadar lengas tanah pada kapasitas lapang
dan titik layu permanen. Neraca air lahan dipengaruhi oleh kapasitas lapang dan titik layu
permenen (Brisson dkk., 1992). Tingkat ketersediaan lengas tanah diperoleh dengan
menganalisa data kandungan lengas tanah terhadap nilai suhu, dan ETP (Ayu dkk., 2013).
Perhitungan neraca air memungkinkan untuk mengevaluasi dinamika air tanah dan
penggunaan air oleh tanaman secara kuantitatif (Lascano, 2000), dan menghitung
ketersediaan air secara spasial pada suatu wilayah tertentu (Latha dkk, 2010). Neraca air
sangat berhubungan dengan curah hujan, suhu permukaan dan evapotranspirasi. Dalam
perhitungan neraca air lahan, curah hujan merupakan variabel yang selalu berubah (Chang,
1968). Suhu udara permukaan adalah suhu udara bebas pada ketinggian 1.25 sampai dengan
2.00 meter dari permukaan tanah (Soepangkat, 1992). Suhu mempengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas tanaman, bergantung pada jenisnya (tanaman musim panas atau musim dingin).
BAB III. METODE PRAKTIKUM
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Dapat di lihat dari data perhitungan pada unsur yang terdapat pada tabel di atas
bahwa, CH tertinggi adalah 418 mm pada bulan Januari, dan rata-rata CH di Kabupaten A
dalam setahun adalah 2296 mm. ETP tertinggi yang diperoleh adalah 98 pada bulan Januari.
Rata-rata ETP adalah 1071 dalam 1 tahun. Nilai tertinggi CH-ETP dalam setahun adalah 320
mm, dan terdapat 4 bulan dengan angka minus yaitu Juni sampai September. Nilai kolom
APWL juga terdapat pada bulan Juni sampai September sesuai dengan nilai negatif pada
kolom CH-ETP. Rata-rata nilai KAT dalam setahun adalah3336 mm, nilai KAT
mempengaruhi nilai dKAT, terdapat 4 bulan (Juni-September) nilai dKAT-nya negatif,
berarti pada bulan tersebut terjadi musim kering. Dan ada 2 bulan positif (Oktober dan
November) dimana terjadi periode musim hujan. Nilai ETA tertinggi terjadi pada bulan
Januari, yaitu 98 mm dengan rata-rata dalam setahun ialah 1054 mm. Nilai defisit pada bulan
Juli-September yang berarti terjadi periode musim kemarau. Defisit tertinggi yaitu 8 mm
pada bulan Agustus. Sedangkan surplus terjadi pada bulan November-Mei dimana
merupakan musim hujan. Nilai surplus tertinggi adalah 320 mm yaitu pada Januari. Pada
bulan Juni dan Oktober nilai defisit dan surplu sama dengan 0, artinya bulan tersebut
merupakan transisi pergantian musin (pancaroba).
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil perhitungan 9 unsur pada tabel 1 adalah pada
bulan Juni mengalami defisit dan surplus dengan nilai 0 yaitu cukup air. Pada bulan ini
mengalami musim kemarau dari bulan Januari. Tanaman yang ditanam pada musim kemarau
adalah palawija dengan satu kali tanam sedangkan musim hujan berlangsung dari November
sampai Mei.
450
400
350
300
CH
250
200 ETP
150 ETA
100 TLP
50 KL
0
Grafik 1. Grafik Neraca Air Lahan Kabupaten A: CH, ETP dan ETA
350
300
250
200
KAT
150
KL
100
TLP
50
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Curah hujan tertinggi pada bulan Januari yaitu 418 mm dan terendah Juli yaitu 37
mm.
2. Pada Kabupaten A, musim kemarau terjadi dari Juni-September. Sedangkan musim
hujan terjadi dari November-Mei.
5.2 Saran
Ayu. L.W., Sugeng, P. dan Soemarno. 2013. Evaluasi ketersediaan air tanah lahan kering di
Kecamatan Unter Iwes, Sumbawa Besar. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari 4: 1.
Bari, M.A, and K. R. J. Smettem. 2006. A conceptual model of daily water balance following
partial clearing from forest to pasture. Hydrol. Earth Syst. Sci. 10: 321–337 Binh,
N.D., V.V.N.
Brisson, N., Bernard, S. dan Patrick, B. 1992. Agrometeorological soil water balance for
crop simulation mo.
Chang, J. H. 1968. Climate and Agriculture. An Ecology Survey. Chicago : Aldine Publ. Co.
Kumambala, P.G and Ervine, A. 2010. Water Balance Model of Lake Malawi and Its
Sensitivity to Climate Change. The Open Hydrology Journal4: 152-162.
Lascano, R.J. 2000. A General System to Measure and Calculate Daily Crop Water Use. J.
Agron 92: 821-832.
Latha, J. , Saravanan and Palanichamy. 2010. A Semi – Distributed Water Balance Model for
Amaravathi River Basin using Remote Sensing and GIS. International Journal of
Geomatics and Geosciences 1:252-263.
Mahda, Faiza Aidina. 2018. Analisi Neraca Air Lahan. Laporan Praktikum Agroklimatologi
Semester Genap 2017-2018. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala.
Phonna, Sahara. 2018. Analisi Neraca Air Lahan. Laporan Praktikum Agroklimatologi
Semester Genap 2017-2018. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala.
Rafi, Z., and Ahmad, R. 2005. Wheat Crop Model Based on Water Balance for
Agrometeorological Crop Monitoring. Pakistan Journal of Meteorology 2:23-33.