PENDAHULUAN
Agrogeolgi merupakan ilmu hasil dari penerapan ilmu geologi pada ilmu tanah.
Geologi yang secara garis besar mempelajari tentang batuan dimulai dari unsur–unsur yang
terkandung didalam batuan, proses–proses pembentukannya hingga manfaat-manfaat dari
batuan tersebut yang dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, salah satunya adalah
bidang pertanian.
Batuan dan mineral dapat berperan cukup potensial di bidang pertanian, karena di
dalam beberapa mineral dan batuan terkandung nutrisi-nutrisi penting yang dapat
digunakan untuk mempertahankan dan menambah produktivitas lahan maupun hasil
pertanian, yang disebut sebagai agromineral. Tanaman memerlukan nutrien untuk tumbuh,
diantaranya nitrogen, fosfat, potassium, kalsium, magnesium, sulfur dan mikroelemen lain,
yang tidak dipunyai oleh tanah yang kurang subur.
Eksploitasi mineral telah dimulai ribuan tahun yang lalu, awalnya untuk zat
pewarna, dan batuan untuk penghalusan dan pemotong. Saat ini di banyak tempat tanah
mengalami pemiskinan unsur hara, sehingga menjadi tidak subur untuk tanaman. Sehingga
dibutuhkan suatu teknik untuk mengembalikan kesuburan tanah, seperti teknik pemineralan
kembali pada tanah (soil remineralization, SR). SR menciptakan tanah-tanah subur dengan
cara mengembalikan mineral-mineral ke dalam tanah secara alami.
Mineral merupakan komponen penyusun batuan, yang merupakan bahan induk dari
tanah. Dengan demikian, secara tidak langsung mineral merupakan komponen dari tanah.
Dalam pertanian, tanah merupakan bahan vital sebagai tempat berkembangbiak tanaman
atau tumbuhan.
Agrogeologi secara singkat berarti ilmu yang mempelajari batuan dan mineral
dibumi yang kaitannya dengan pembudidayan tanaman dalam pertanian. Pertanian
merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan upaya penangkapan energi matahari,
yang kemudian disimpan dalam karbohidrat sebagai fotosintesis dan proses-proses lainnya.
Secara alami budidaya pertanian merupakan suatu upaya yang tergantung kepada kondisi
dan keadaan spesifik dari bumi. Interaksi pertanian dengan bumi sejak lama telah di
mengerti orang, misalnya dalam bidang ekologi telah dipelajari interaksi antara mahluk
dengan alam sekitarnya, termasuk di dalamnya hubungan antara tanaman dengan
habitatnya.
Batuan adalah semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan suatu
agregat (kumpulan) mineral-mineral yang telah menglebur. Tanah dan bahan lepas lainnya
yang merupakan hasil pelapukan kimia maupun mekanis serta proses erosi tidak termasuk
batuan, tetapi disebut dengan “Aluvial deposit”. Secara umum batuan dibedakan menjadi 3
(tiga), yaitu :
1. Batuan Beku
Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas permukaan bumi. Bila
membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang dinamakan batuan beku
dalam atau disebut juga batuan beku intrusive (sering juga dikatakan sebagai batuan
beku plutonik). Sedangkan, bila magma dapat mencapai permukaan bumi kemudian
membeku, terbentuklah batuan beku luar atau batuan beku ekstrusif. Contoh-contoh
batuan beku, antara lain : granit, riolit, andesit, dan sebagainya.
2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari pecahan atau hasil abrasi dari
sedimen, batuan beku, metamorf yang tertransport dan terendapkan kemudian
terlithifikasi. Contoh-contoh batuan sedimen, antara lain : konglomerat, pasir, gypsum,
dan sebagainya.
3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah jenis batuan yang secara genetis terebntuk oleh perubahan
secara fisik dari komposisi mineralnya serta perubahan tekstru dan strukturnya akibat
pengaruh tekanan (P) dan temperature (T) yang cukup tinggi. Contoh-contoh batuan
metamorf, antara lain : marmer, kuarsa, dan sebagainya.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperkenalkan contoh-contoh dari
masing-masing jenis batuan dan mengetahui cara-cara mengklasifikasi/mengidentifikasi
jenis-jenis batuan.
II. BAHAN DAN METODE
Tabel 1. Hasil Pengamatan susunan kimia dan tekstur jenis batuan beku.
1 Filit Foliated
2 Gneiss Foliated
3 Kuarsit Non-Foliated
4 Marmer Non-Foliated
5 Sekis Mika Foliated
6 Serpentinit Non-Foliated
III.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa, pada tabel 1, jenis batuan
andesit, basalt, dan gabro memiliki susunan kimia kimia mafik dan tekstur
faneritik ini terlihat karena wujud batuan tersebut nampak gelap atau kelam dan
individu-individu Kristal yang cukup besar untuk dilihat dengan mata telanjang,
sedangkan jenis batuan dasit, diabas, dan granit memiliki susunan kimia felsik
dan tekstur afanitik, hal ini dapat diketahui karena batuan tersebut Nampak
berwarna pucat atau cerah dan individu-individu Kristal kecil, sehingga tidak
dapat dideteksi tanpa mikroskop atau batuan terlihat massif.
Pada tabel 2, diketahui bahwa jenis batuan batu pasir, kalkarenit, dan
konglomerat memiliki tekstur klastik, sedangkan jenis batuan gamping merah,
gamping numulites, dan rijang memiliki tekstur non-klastik ini terlihat dari
kenampakannya yang terdapat fosil.
Sedangkan, berdasarkan pada tabel 3, diketahui bahwa jenis batuan filit,
gneiss, dan sekis mika mempunyai tekstur foliated ini diketahui karena mineral
butirnya ada yang berselang-seling maupun tidak, sedangkan jenis batuan
kuarsit, marmer, dan serpentit memiliki tekstur non-foliated ini terlihat karena
butiran ada yang halus sampai kasar.
IV. PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Batuan adalah semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan
suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang telah menglebur. Tanah dan bahan
lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia maupun mekanis serta proses
erosi tidak termasuk batuan, tetapi disebut dengan “Aluvial deposit”. Secara umum
batuan dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu : batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorfik.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa, jenis batuan andesit, basalt,
dan gabro memiliki susunan kimia kimia mafik dan tekstur faneritik, sedangkan
jenis batuan dasit, diabas, dan granit memiliki susunan kimia felsik dan tekstur
afanitik, untuk jenis batuan batu pasir, kalkarenit, dan konglomerat memiliki
tekstur klastik, sedangkan jenis batuan gamping merah, gamping numulites, dan
rijang memiliki tekstur non-klastik, serta diketahui bahwa jenis batuan filit, gneiss,
dan sekis mika mempunyai tekstur foliated, sedangkan jenis batuan kuarsit,
marmer, dan serpentit memiliki tekstur non-foliated.
IV.2. Saran
Agar pada praktek kedepannya bisa dilakukan di lapangan supaya dapat
mengetahui bagaimana kondisi jenis batuan yang seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, C. 2007. Mineralogi untuk Ilmu Pertanian. Fakultas Kehutanan UGM:Yogyakarta.