Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Planet bumi sebagai tempat kehidupan manusia, binatang, hewan dan makhluk
lainnya mempunyai peranan yang strategis dalam menata kehidupan. Bumi dengan segala
perilakunya dapat memberikan pengaruh nyata terhadap pola kehidupan. Oleh karena itu
pemahaman tentang planet bumi mulai dari bagaimana teori pembentukannya, komposisi,
bahan penyusunnya serta peristiwa-peristiwa yang dapat terjadi di permukaan maupun
di dalam bumi sangat penting untuk diketahui agar manusia dalam memanfaatkan
potensi yang ada di dalam maupun di luar bumi sesuai dengan kaidah-kaidah pelestarian
alam.
Agrogeologi sebagai prinsip yang sederhana. Agrogeologi awalnya merupakan studi
tentang proses terjadinya pupuk alami dari proses pembusukan atau kerusakan dari batuan
karang vulkanis atau sejenis batu basal sebagai akibat tekanan iklim yang menghasilkan
unsur penting seperti karbon, hidrogen, oksigen, fosfor, kalium, kapur, belerang, besi, seng,
dan tembaga. Agrogeologi adalah kajian terhadap produk material mineral dari proses
alami yang bermanfaat dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas
pertanian, peternakan, dan perikanan.

Agrogeolgi merupakan ilmu hasil dari penerapan ilmu geologi pada ilmu tanah.
Geologi yang secara garis besar mempelajari tentang batuan dimulai dari unsur–unsur yang
terkandung didalam batuan, proses–proses pembentukannya hingga manfaat-manfaat dari
batuan tersebut yang dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, salah satunya adalah
bidang pertanian.

Batuan dan mineral dapat berperan cukup potensial di bidang pertanian, karena di
dalam beberapa mineral dan batuan terkandung nutrisi-nutrisi penting yang dapat
digunakan untuk mempertahankan dan menambah produktivitas lahan maupun hasil
pertanian, yang disebut sebagai agromineral. Tanaman memerlukan nutrien untuk tumbuh,
diantaranya nitrogen, fosfat, potassium, kalsium, magnesium, sulfur dan mikroelemen lain,
yang tidak dipunyai oleh tanah yang kurang subur.

Eksploitasi mineral telah dimulai ribuan tahun yang lalu, awalnya untuk zat
pewarna, dan batuan untuk penghalusan dan pemotong. Saat ini di banyak tempat tanah
mengalami pemiskinan unsur hara, sehingga menjadi tidak subur untuk tanaman. Sehingga
dibutuhkan suatu teknik untuk mengembalikan kesuburan tanah, seperti teknik pemineralan
kembali pada tanah (soil remineralization, SR). SR menciptakan tanah-tanah subur dengan
cara mengembalikan mineral-mineral ke dalam tanah secara alami.

Agromineral adalah mineral-mineral yang bermanfaat bagi perkembangbiakan


tumbuhan, seperti mineral-mineral yang mengandung nitrogen, karbon, fosfor, potasium,
belerang, kalsium, magnesium, boron, zeolit, dan perlit (Van Straaten, 1999).

Mineral merupakan komponen penyusun batuan, yang merupakan bahan induk dari
tanah. Dengan demikian, secara tidak langsung mineral merupakan komponen dari tanah.
Dalam pertanian, tanah merupakan bahan vital sebagai tempat berkembangbiak tanaman
atau tumbuhan.

Agrogeologi secara singkat berarti ilmu yang mempelajari batuan dan mineral
dibumi yang kaitannya dengan pembudidayan tanaman dalam pertanian. Pertanian
merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan upaya penangkapan energi matahari,
yang kemudian disimpan dalam karbohidrat sebagai fotosintesis dan proses-proses lainnya.
Secara alami budidaya pertanian merupakan suatu upaya yang tergantung kepada kondisi
dan keadaan spesifik dari bumi. Interaksi pertanian dengan bumi sejak lama telah di
mengerti orang, misalnya dalam bidang ekologi telah dipelajari interaksi antara mahluk
dengan alam sekitarnya, termasuk di dalamnya hubungan antara tanaman dengan
habitatnya.

Batuan adalah semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan suatu
agregat (kumpulan) mineral-mineral yang telah menglebur. Tanah dan bahan lepas lainnya
yang merupakan hasil pelapukan kimia maupun mekanis serta proses erosi tidak termasuk
batuan, tetapi disebut dengan “Aluvial deposit”. Secara umum batuan dibedakan menjadi 3
(tiga), yaitu :

1. Batuan Beku
Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas permukaan bumi. Bila
membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang dinamakan batuan beku
dalam atau disebut juga batuan beku intrusive (sering juga dikatakan sebagai batuan
beku plutonik). Sedangkan, bila magma dapat mencapai permukaan bumi kemudian
membeku, terbentuklah batuan beku luar atau batuan beku ekstrusif. Contoh-contoh
batuan beku, antara lain : granit, riolit, andesit, dan sebagainya.

2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari pecahan atau hasil abrasi dari
sedimen, batuan beku, metamorf yang tertransport dan terendapkan kemudian
terlithifikasi. Contoh-contoh batuan sedimen, antara lain : konglomerat, pasir, gypsum,
dan sebagainya.

3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah jenis batuan yang secara genetis terebntuk oleh perubahan
secara fisik dari komposisi mineralnya serta perubahan tekstru dan strukturnya akibat
pengaruh tekanan (P) dan temperature (T) yang cukup tinggi. Contoh-contoh batuan
metamorf, antara lain : marmer, kuarsa, dan sebagainya.

1.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperkenalkan contoh-contoh dari
masing-masing jenis batuan dan mengetahui cara-cara mengklasifikasi/mengidentifikasi
jenis-jenis batuan.
II. BAHAN DAN METODE

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Agrogeologi ini dilaksanakan pada hari jum’at, tanggal 03 Desember


2010, pukul 07.00-08.40 WIB. Di ruangan Ibu Gusti Irya Ichriani, Sp.,Mp, Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.

2.2 Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan adalah contoh jenis-jenis batuan (beku, sedimen,
dan metamorf), serta alat-alat tulis.

2.3 Cara Kerja


Mengamati bahan yang telah disediakan (contoh batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorf), pengamatan dilakukan dengan cara perasaan dengan mengikuti
kriteria-kriteria yang terdapat dalam lampiran langkah-langkah mengidentifikasinya.
Setelah mengikuti petunjuk dalam langkah-langkah cara mengidentifikasi jenis batuan,
maka selanjutnya mencatat hasil yang didapat.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan susunan kimia dan tekstur jenis batuan beku.

No JENIS BATUAN BEKU SUSUNAN TESTUR


. KIMIA

1 Andesit Mafik Afanitik


2 Basalt Mafik Afanitik
3 Dasit Felsik Faneritik
4 Diabas Felsik Afanitik
5 Gabro Mafik Faneritik
6 Granit Felsik Faneritik

Tabel 2. Hasil Pengamatan tekstur jenis batuan sedimen.

No. JENIS BATUAN SEDIMEN TEKSTUR

1 Batu Pasir Klastik


2 Gamping Merah Nonklastik (Anorganik)
3 Gamping Numulites Nonklastik (Organik)
4 Kalkarenit Klastik
5 Konglomerat Klastik
6 Rijang Nonklastik (Organik)

Tabel 3. Hasil Pengamatan tekstur jenis batuan metamorfik.


No. JENIS BATUAN METAMORF TEKSTUR

1 Filit Foliated
2 Gneiss Foliated
3 Kuarsit Non-Foliated
4 Marmer Non-Foliated
5 Sekis Mika Foliated
6 Serpentinit Non-Foliated

III.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa, pada tabel 1, jenis batuan
andesit, basalt, dan gabro memiliki susunan kimia kimia mafik dan tekstur
faneritik ini terlihat karena wujud batuan tersebut nampak gelap atau kelam dan
individu-individu Kristal yang cukup besar untuk dilihat dengan mata telanjang,
sedangkan jenis batuan dasit, diabas, dan granit memiliki susunan kimia felsik
dan tekstur afanitik, hal ini dapat diketahui karena batuan tersebut Nampak
berwarna pucat atau cerah dan individu-individu Kristal kecil, sehingga tidak
dapat dideteksi tanpa mikroskop atau batuan terlihat massif.
Pada tabel 2, diketahui bahwa jenis batuan batu pasir, kalkarenit, dan
konglomerat memiliki tekstur klastik, sedangkan jenis batuan gamping merah,
gamping numulites, dan rijang memiliki tekstur non-klastik ini terlihat dari
kenampakannya yang terdapat fosil.
Sedangkan, berdasarkan pada tabel 3, diketahui bahwa jenis batuan filit,
gneiss, dan sekis mika mempunyai tekstur foliated ini diketahui karena mineral
butirnya ada yang berselang-seling maupun tidak, sedangkan jenis batuan
kuarsit, marmer, dan serpentit memiliki tekstur non-foliated ini terlihat karena
butiran ada yang halus sampai kasar.

IV. PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Batuan adalah semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan
suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang telah menglebur. Tanah dan bahan
lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia maupun mekanis serta proses
erosi tidak termasuk batuan, tetapi disebut dengan “Aluvial deposit”. Secara umum
batuan dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu : batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorfik.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa, jenis batuan andesit, basalt,
dan gabro memiliki susunan kimia kimia mafik dan tekstur faneritik, sedangkan
jenis batuan dasit, diabas, dan granit memiliki susunan kimia felsik dan tekstur
afanitik, untuk jenis batuan batu pasir, kalkarenit, dan konglomerat memiliki
tekstur klastik, sedangkan jenis batuan gamping merah, gamping numulites, dan
rijang memiliki tekstur non-klastik, serta diketahui bahwa jenis batuan filit, gneiss,
dan sekis mika mempunyai tekstur foliated, sedangkan jenis batuan kuarsit,
marmer, dan serpentit memiliki tekstur non-foliated.

IV.2. Saran
Agar pada praktek kedepannya bisa dilakukan di lapangan supaya dapat
mengetahui bagaimana kondisi jenis batuan yang seutuhnya.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, C. 2007. Mineralogi untuk Ilmu Pertanian. Fakultas Kehutanan UGM:Yogyakarta.

Anonim. 1995. Badan pengembangan exspor nasional. Prosiding Temu Tugas

Lawani, M. 1995. Panili dan Pengembangan Pasca Panen. Kanisius:Yogyakarta.

Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah.Bandung:Angkasa.

T.H.Fairhurst, at all. 2007. Panduan Praktis Pengelolaan Hara. Bandung:Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai