BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahan gambut merupakan lahan hasil akumulasi timbunan bahan organik yang
berasal dari pelapukan vegetasi yang tumbuh disekitarnya dan terbentuk secara alami
dalam jangka waktu yang lama. Menurut Wahyunto dan Subiksa (2011) Indonesia
merupakan negara yang memiliki areal gambut terluas di zona tropis, yakni
mencapai 70%. Luas gambut Indonesia mencapai 21 juta ha, yang tersebar di pulau
Sumatera (35%), Kalimantan (32%), Papua (30%) dan pulau lainnya (3%). Provinsi
Riau memiliki lahan gambut terluas di Sumatera, yakni mencapai 56,1% (Wahyunto
Menurut Utama & Handoko (2007) pemanfaatan lahan gambut sebagai lahan
pertanian yang tepat. Pemanfaataan sumberdaya alam berupa lahan rawa gambut
secara bijaksana perlu perencanaan yang teliti, penerapan teknologi yang sesuai dan
pengelolaan yang tepat (Wahyunto dan Heryanto, 2005). Hal ini karena lahan rawa
gambut merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai fungsi hidrologi
dan fungsi lingkungan lain yang penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup.
Menurut Agus dan Subiksa (2008) pada kondisi alami lahan gambut menjadi habitat
bagi beberapa jenis flora dan fauna. Namun demikian, seiring dengan perkembangan
waktu lahan gambut telah banyak yang beralih fungsi menjadi lahan pertanian.
2
Alih fungsi hutan rawa gambut menjadi lahan pertanian mencakup kegiatan:
(1) pembuatan drainase untuk mengurangi kejenuhan air dan pengendalian muka air
tanah (water table); (2) pembukaan lahan (land clearing) berupa penebangan hutan
dan penebasan semak, pembakaran untuk menghilangkan vegetasi yang ditebang dan
menghasilkan abu yang dapat memperbaiki kesuburan tanah dan penyiapan lahan
Lahan gambut memiliki sifat kimia dan fisika yang cukup berbeda dengan
tergantung pada jenis mineral pada subtrum, ketebalan dan jenis vegetasi yang
sifat kimia gambut dalam menilai tingkat kematangan menunjukkan keragaman yang
sangat tinggi, hal ini dipengaruhi oleh proses transformasi bahan kimia yang ada
dalam gambut. Sifat kimia tanah gambut dapat meningkat seiring terjadinya
dekstrosa, sukrosa, dan enzim bromelain. Bromelain berkhasiat sebagai anti radang,
Kandungan seratnya dapat mempermudah buang air besar pada penderita sembelit.
Tanaman nenas termasuk salah satu jenis tanaman yang sangat toleran terhadap tingkat
keasaman yang tinggi yaitu pH antara 3 4. Gambut merupakan tanah yang terbentuk dari
bahan organic pada fisiografi cekungan atau rawa, akumulasi bahan organic pada kondisi
jenuh air, anaerob, menyebabkan proses perombakan bahan organic berjalan sangat lambat,
3
sehingga terjadi akumulasi bahan organic yang membentuk tanah gambut. Di Kalimantan
Proses pembentukan gambut terjadi baik pada daerah pantai maupun di daerah pedalaman
dengan fisiografi yang memungkinkan terbentuknya gambut, oleh sebab itu kesuburan
gambut sangat bervariasi, gambut pantai yang tipis umumnya cukup subur, sedang gambut
pedalaman seperti di Bereng Bengkel Kalimantan Tengah kurang subur (Tim Fakultas
B. Rumusan Masalah
a. Lahan gambut.?
b. Mengapa lahan gambut digolongkan sebagai salah satu jenis lahan marginal
e. Cara mengelola lahan gambut yang baik dan berkelanjutan untuk usaha
pengembangan pertanian.?
C. Tujuan Penulisan
pertanian
f. Untuk mengetahui cara mengelola lahan gambut yang baik dan berkelanjutan
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang bisa di dapatkan dari penulisan ini adalah di harapkan kepada
pembaca atau para petani nenas bisa mengembangkan tanaman nenas di lahan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Lahan Gambut
sebagai lahan marginal dan mudah mengalami kerusakan (fragile) yang memiliki
tingkat produktivitas yang rendah. Lebih lanjut dikatakan bahwa lahan gambut
merupakan lahan yang tersusun atas tanah yang jenuh air dan bahan organik, yaitu
sisa-sisa tanaman dan jaringan tanaman yang melapuk dengan ketebalan lebih dari
50 cm. Wetlands (2007) menerangkan bahwa dalam taksonomi tanah atau sistem
klasifikasi baru lahan gambut disebut sebagai lahan yang tersusun atas tanah
Lahan gambut dalam sistem klasifikasi tanah nasional merupakan lahan yang
tersusun atas tanah Organosol yaitu tanah yang tersusun dari bahan organik(Dudal
lahan gambut sebagai lahan yang tersusun atas tanah yang terbentuk dari timbunan
sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah mengalami pelapukan maupun
yang belum mengalami dekomposisi. Timbunan ini terus bertambah karena proses
Hal ini dikarenakan mutunya yang rendah sebagai akibatadanya faktor pembatas jika
produktifitasnya. Tanpa masukan yang berarti maka budidaya pertanian di lahan ini
a) Sifat fisika
pertanian meliputi kadar air, berat isi (bulk density, BD), daya menahan beban
coklat tua (gelap) tergantung dari tahapan dekomposisinya. Kandungan air yang
tinggi dan kapasitas memegang air 15-30 kali dari berat kering, rendahnya bulk
akan diusahakan (Ambak dan Melling, 2000).Tiga komoditas utama yaitu kelapa
ambruk sebagai akibat akar tidak mempunyai tumpuan tanah yang kuat (Singh et
al, 1986).
yang berlebihan sehingga koloid gambut menjadi rusak. Terjadi gejala kering tak
balik (irreversible drying) dan gambut berubah sifat seperti arang sehingga tidak
mampu lagi menyerap hara dan menahan air (Subagyo et al., 1996). Gambut akan
7
kehilangan air tersedia setelah 4-5 minggu pengeringan dan ini mengakibatkan
b) Sifat kimia
Ketebalan horison organik, sifat subsoil dan frekuensi luapan air sungai
sangat mempengaruhi komposisi kimia gambut. Pada lahan gambut yang sering
mendapat luapan sungai memiliki kandungan mineral tanah yang semakin tinggi
sehingga lahan ini relatif lebih subur.Lahan gambut tropis mempunyai kandungan
mineral tanah yang rendah dengan kandungan bahan organik lebih dari 90%.
5,1dangambut dalam memiliki pH 3,1 sampai 3,9. Kandungan N total pada lahan
gambut ini tergolong tinggi, namun tidak tersedia bagi tanaman karena rasio C/N
yang tinggi. Kandungan unsur mikro pada lahan gambut khususnya Cu, B dan Zn
3 sampai 4. Umumnya mempunyai kation basa seperti Ca, Mg, K, dan Nasangat
rendah, pH tanah sangat masam, kandungan asam organik tinggi yang sebagian
bersifat racun, KTK tinggi yang sebagian besar dibentuk oleh muatan tergantung
pH, kejenuhan basa sangat rendah, mampu membentuk ikatan kompleks dengan
kation polivalen, kadar hara makro dan mikro sangat rendah yang sangat
8
ditentukan oleh kandungan mineral, serta penyimpan karbon yang sangat besar.
limpasan air pasang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk tanaman padi,
semakin tebal gambut lebih dari 80 cm maka semakin rendah hasil padi yang
dicapai.
Pertanian
berbagai kendala baik fisik, kimia maupun biologis. Secara teoritis permasalahan
kemasaman gambut tinggi, tingkat kesuburan dan kerapatan lindak gambut yang
rendah. Kemasaman gambut yang tinggi dan ketersediaan hara serta kejenuhan basa
Oleh karena itu, lahan gambut merupakan lahan yang sangat fragile dan
tingkat produktivitasnya sangat rendah. Kendala sifat fisik gambut yang paling
utama adalah sifat kering tidak balik (irriversible drying), sehingga gambut tidak
dapat berfungsi lagi sebagai koloid organik. Produktivitas lahan gambut yang rendah
karena rendahnya kandungan unsur hara makro maupun mikro yang tersedia untuk
marginalitas dan fragilitas lahan gambut sangat ditentukan oleh sifat-sifat gambut
mengurangi faktor penghambat dari lahan gambut baik faktor fisik maupun kimia
tanah sehingga lahan tersebut mampu menyediakan kondisi yang optimal bagi
pertanian pada lahan gambutditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor kesuburan
alami gambut dan tingkat manajemen usaha tani yang akan diterapkan. Pengelolaan
lahan gambut pada tingkat petani, dengan pengelolaan usaha tani termasuk tingkat
rendah (low inputs) sampai sedang (medium inputs), akan berbeda dengan
produktivitas lahan dengan tingkat manajemen tinggi yang dikerjakan oleh swasta
tanah dengan penggunaan input yang terjangkau oleh petani seperti pengolahan
tanah, tata air mikro, pemupukan, pengapuran dan pemberantasan hama dan
1. Pengelolaan air
tersebut bukanlah suatu yang mudah untuk dilakukan mengingat sifat dari
gambut yang bisa mengalami penyusutan dan kering tidak balik akibat
10
Drainase yang baik untuk pertanian gambut adalah drainase yang tetap
mempertahankan batas air kritis gambut akan tetapi tetap tidak mengakibatkan
kerugian pada tanaman yang akan berakibat pada hasil. Intensitas drainase
bervariasi tergantung kondisi alami tanah dan curah hujan. Curah hujan yang
tinggi yaitu antara 4000 sampai 5000 mm per tahun membutuhkan sistem
apabila bahan mineral di bawah lapis gambut terdiri dari lempeng pirit atau
(bearing capacity) tanah gambut juga rendah, sehingga pengolahan tanah sulit
rendah juga juga merupakan masalah bagi untuk tanaman pohon-pohonan atau
1990).
pembuatan kanal primer, kanal sekunder dan kanal tersier. Hasil penelitian
umur 4 tahun (4-5 tahun setelah tanam adalah 1,5 ton kopra/ha). Angka ini
sementara 5 kali lebih besar dari hasil yang dicapai di negara asalnya Afrika
11
dimana PB 121 pada umur 4 tahun menghasilkan 0,26 ton kopral/ha (Thampan,
b. Pengaturan Irigasi
Ketika batas kritis air dapat dikontrol pada level optimum untuk
pada tahap awal pertumbuhan tanaman. Jika batas kritis air tidak dapat
terkontrol dan lebih rendah dari kebutuhan air semestinya, irigasi perlu
dilakukan terutama bagi tanaman tertentu. Hal ini penting untuk memasok
kebutuhan air tanaman dan menghindari sifat kering tidak balik. Sayuran
berdaun banyak, menunjukkan layu pada keadaan udara panas. Kondisi ini
mungkin merupakan pengaruh dari dangkalnya profil tanah yang dapat dicapai
oleh akar tanaman dan kehilangan air akibat transpirasi yang lebih cepat
stress air dan penggunaan air yang optimum. Untuk penanaman tanaman
tanaman dan disesuaikan dengan ketersediaan air tanah diatas water table,
air (cm)
c. Penggenangan
2. Pengelolaan Tanah
tanaman bila ditinjau dari jumlah pori-pori yang berkaitan dengan pertukaran
oksigen untuk pertumbuhan akar tanaman. Kapasitas memegang air yang tinggi
daripada tanah mineral menyebabkan tanaman bisa berkembang lebih cepat. Akan
tetapi dengan keberadaan sifat inheren yang lain seperti kemasaman yang tinggi,
kejenuhan basa yang rendah dan miskin unsur hara baik mikro maupun makro
2000). Untuk itulah perlunya usaha untuk mengelola tanah tersebut dengan
semestinya.
a. Pembakaran
tepat dapat mengatasi masalah keharaan dan kemasaman tanah gambut. Unsur
Ca, Mg serta sejumlah unsur hara mikro terutama Cu, Zn dan Mo. Pemberian
14
Cu diduga lebih efektif melalui daun (foliar spray) karena sifat sematannya
yang sangat kuat pada gambut, kurang mobil dalam tanaman dan kelarutan
pembentukan lapis olah yang lebih baik sifat fisikanya (Radjagukguk, 1990).
defositnya cukup besar dan kandungan Mg yang tinggi (27,21 32,07% MgO)
al, 2001).
ternak yang lainnya mengandung beberapa unsur hara makro dan mikro
tertentu dalam jumlah yang banyak. Kejenuhan basanya tinggi, tetapi kapasitas
memungkinkan untuk memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah gambut. Pada
jagung manis, pemberian kotoran ayam sampai 14 ton/ha pada tanah gambut
hingga dataran tinggi 1.200 mdpl. Tanaman ini tidak tahan terhadap salju, tetapitahan
sekali terhadap kekeringan. Namun, tanaman nanas lebih senang terhadap tanah
15
subur, daerah beriklim basah dengan curah hujan 1.000-2.500 mm per tahun.
Tanaman nanas tahan terhadap tanah asam yang mempunyai pH 3-5, tetapi
paling baik adalah pH tanah antara 5-6,5. Oleh karena itu, tanaman nanas bagus pula
tetapi dapat pula tumbuh subur di tempat yang ternaungi pohon besar. Namun, di
tempat terbuka yang mendapat sinar matahari terik, buahnya sering hangus.
Tanaman masih mampu berbuah di daerah beriklim kering (4-6 bulan kering),
asalkan kedalaman air tanah antara 50-150cm. Hal ini disebabkan akarnya yang
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam budidaya nanas.
Laju pertumbuhan dan perkembangan berhubun gan positif dengan kenaikan suhu
sampai 29 oC, pada suhu yang tinggi ukuran tanaman dan daun lebih besar, dan lebih
lentur, teksturnya halus dan warnanya gelap, ukuran buah lebih besar dan kandungan
asamnya lebih rendah. Pada suhu yang rendah dan daerah dataran tinggi tanaman
nanas mempunyai ukuran yang lebih pendek, daunnya sempit dengan tekstur yang
cukup keras, ukuran buah kecil (kurangdari 1.8 kg), warna daging buah kuning
pucat, kandungan asam cukup tinggi ( 1 %),kandungan gula rendah, tangkai buah
lebih panjang dari pada ukuran tanaman,mata buah lebih menonjol. Pada suhu yang
sedang tanaman lebih besar dan datar, daging buah lebih kuning, kandungan gula
lebih tinggi, kandungan asam lebih rendah dari pada buah dataran tinggi. Suhu yang
optimim untuk pertumbuhan akar yaitu 29 oC, pertumbuhan daun 32 oCdan untuk
a) Pembukaan lahan
gambut bisa menggunakan mesin gergaji. Ataupun juga bisa membuka lahan
cm dan jarak antar benih sekitar 5 hingga 10 cm. Agar kelembaban terjaga
dengan mulsa plastik bening. Setelah 1 minggu tunas dan akar pada stek
c) Persemaiaan Bibit
Setelah stek batang sudah tumbuh akar dan tunas selanjutnya lakukan
penyemaian. Siapkan dahulu media tanam berupa campuran dari tanah halus,
pupuk kandang yang telah matang dan pasir dengan perbandingan 1:1:1.
Setelah media semai siap selanjutnya pindahkan stek batang nanas. Lakukan
penyiraman secara rutin pada pagi hari dan sore hari secara berkala agar stek
hingga 5 bulan atau telah memiliki tinggi sekitar 25cm-30cm, bibit stek
nanas dalam lubang tanam yang telah dibuat kemudian timbun kembali
cukup sekitar 3-5 cm pangkal bibit stek yang tertimbun)lalu padatkan agar
Penyulaman
penyulaman yaitu mengganti tanaman nans yang mati atau tidak tumbuh
Penyiangan
Pembubunan
Pemupukan
Penyiraman
f ) Pemanenan
tergantung varietas jenis nanas yang ditanam. Ciri nanas yang sudah dapat
dipanen, seperti berikut: Mahkota buah telah terbuka , tangkai buah telah
menguning, serta mata buah sudah bulat, besar dan lebih mendatar.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lahan gambut merupakan lahan marginal yang memiliki potensi besar untuk
pada kendala drainase yang jelek, kemasaman gambut tinggi, tingkat kesuburan dan
kerapatan lindak gambut yang rendah serta ketersediaan hara dan kejenuhan basa
B. Saran
Untuk kedapanya lahan gambut yang ada di riau bisa di manfaatkan untuk
budidaya tanaman nenas varietas madu ataupun varietas yang lainya. Sehingga bisa
menaikkan ekonomi di daerah riau yang daerahnya terdapat banyak lahan gambut.
Dalam praktikum kali ini lahan gambut yang berada di daerah Rimbo panjang ,
DAFTAR PUSTAKA
Ambak, K., dan Melling, L., 2000. Management Practices for Sustainable
Cultivation of Crop Plants on Tropical Peatlands. Proc. Of The International
Symposium on Tropical Peatlands 22-23 November 1999. Bogor-Indonesia,
hal 119.
Andriesse, 1988. Nature and Management of Tropical Peat Soils. FAO Soils Bulletin
59. Food and Agriculture Organisation of The United Nations. Rome.
Lucas, R.E., 1982. Organic Soils (Histosols): Formation, distribution, physical and
Chemical properties and management for crop production. Research Report
435 Far Science. Michigan University, East Lansing.
Mawardi, E., Azwar dan Tambidjo, A., 2001. Potensi dan Peluang Pemanfaatan
Harzeburgite sebagai Amelioran Lahan Gambut. Prosiding Seminar Nasional
Memantapkan Rekayasa Paket Teknologi Pertanian dan Ketahanan Pangan
dalam Era Otonomi Daerah, 31 Oktober 1 November 2001. Bengkulu.
Subagyo, Marsoedi dan Karama, S., 1996. Prospek Pengembangan Lahan Gambut
untuk Pertanian dalam Seminar Pengembangan Teknologi Berwawasan
Lingkungan untuk Pertanian pada Lahan Gambut, 26 September 1996. Bogor.
21
DOKUMENTASI
Gambar .1 Gambar 2.
Gamabr 3. Gambar 4.
Keterangan :
gambut