PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Kadar Air dan pH Tanah dalam Lapangan Percobaan.
2. Untuk mengetahui Pengaplikasian Pupuk Organik dan Anorganik.
3. Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Pupuk Dalam Meningkatkan
Kesuburan Tanah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Penegelompokan ukuran biji kedelai berbeda antar Negara, di Indonesia kedelai
dikelompokan berukuran besar (bobot > 14 g/100 biji), sedang (10-14 g/100 biji), dan
kecil (< 10 g/100 biji). Biji sebagaian besar dilapisi oleh kuliti biji (testa). Antara
kulit biji dan kotiledon terdapat lapisan endosperm (Adie dan Krisnawati, 2007).
Sistem perakaran pada kedelai terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk
dari calon akar sekunder yang tersusun dalam empat barisan sepanjang akar
tunggang, cabang akr sekunder, dan cabang akar adventif yang tumbuh dari bagian
bawah hipokotil. Bintil akar pertama terlihat 10 hari setelah tanam. Umumnya system
perakaran terdiri dari akar lateral yang berkembang 10 15 cm diatas akar tunggang.
Dalam berbagai kondisi, sistem perakaran terletak 15 cm diatas akar tunggang, tetap
berfungsi mengabsorpsi dan mendukung kehidupan tanaman (Adie dan Krisnawati,
2007). Akar lateral kedelai muncul 3-7 hari setelah berkecambah. Sebulan kemudian
akar primer muncul sepanjang 45-60 cm (Shibels et al,. 1975).
Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji masak.
Hipokotil merupakan bagian terpenting pada poros embrio, yang berbatasan dengan
bagian ujung bawah permulaan akar yang menyusun bagian kecil dari poros bakal
akar hipokotil. Bagian atas poros embrio berakhir pada epikotil yang terdiri dari dua
daun sederhana, yaitu promodial daun bertiga pertama dan ujung batang. System
perakaran diatas hipokotil berasal dari epikotil dan tunas aksilar. Pola percabangan
akar dipengaruhi oleh varietas dan lingkungan, seperti panjang hari, jarak tanam, dan
kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).
Daun kedelai terbagi menjadi empat tipe, yaitu kotiledon atau daun biji, dua helai
daun primer sederhana, daun bertiga, profila. Bentuk daun kedelai adalah lancip,
bulat, dan lonjong, serta terdapat perpaduan bentuk daun misalnya antara lonjong dan
lancip. Sebagian besar bentuk daun kedelai yang ada di Indonesia adalah berbentuk
lonjong dan hanya terdapat satu varietas (ARgopuro) berdaun lancip (Adie dan
Krisnawati, 2007).
Kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri yang bersifat kleistogami. Polen
dari anter jatuh langsung pada stigma bunga yang sama. Bunga membuka pada pagi
hari tetapi terlambat membuka pada cuaca yang dingin (Poehlman and Sleper, 1995).
4
Periode berbunga dipengaruhi oleh waktu tanam, berlangsung 3-5 minggu. Berbagai
penelitian menyebutkan bahwa tidak semua kedelai berhasil membentuk polong,
dengan tingkat keguguran 20-80%. Umumnya varietas dengan banyak bunga per
buku memiliki persentase keguguran bunga yang leih tinggi daripada yang berbunga
sedikit (Adie dan Krisnawati, 2007).
Pertumbuhan tanaman dibagi dalam dua fase (stadia) yakni fase vegetative dan
generative (reproduktif). Fase vegetative dilambangkan dengan huruf V, sedangkan
fase generative atau reproduktif dengan huruf R.
Pertumbuhan tanaman kedelai selain dibagi atas dasar lamanya periode vegetative
dan generative, juga dapat dibedakan berdasarkan batang dan bunga. Maka dari itu,
tipe pertumbuhan kedelai terdiri dari tipe determinate, indeterminit dan
semideterminit. Pada tipe determinit, pertumbuhan vegetative berhenti setelah fase
berbunga, buku bagian atas mengeluarkan bunga pertama, batang tanaman teratas
cenderung berukuran sama dengan batang bagian tengah sehinga pada kondisi normal
batang tidak melilit. Tipe indeterminit, pertumbuhan vegetative berlanjut setelah fase
berbunga, buku bagian bawah mengeluarkan bunga pertama, batang tanman teratas
cenderung berukuran lebih kecil dengan batang bagian tengah sehingga pada kondisi
normal batang melilit. Varietas yang ada di Indonesia umumnya bertipe tumbuh
determinit (Adie dan Kristinawati, 2007).
5
baik pada ketinggian tidak lebih baik dari 500 m dpl (Prihatman, 2000).
6
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam kation yang komplit
antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin
kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin
rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H+ beda walau
kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi
mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama (Pairunan,
dkk, 1985).
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen H+ di
dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin masam tanah
tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang
jumlahnya berbanding terbalik dengan oin H+. pada tanah-tanah yang masam ion
H+ lebih tinggi daripada OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih
tinggi daripada ion H+. bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bersifat
netral yaitu mempunyai nilai pH 7. Pada reaksi tanah yang netral, yaitu pH 6,5 - 7,5
maka unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup banyak (optimal). Pada pH tanah
kurang dari 6,0 maka kertersediaan unsur unsur fosfor, kalium, belerang, kalsium,
magnesium dan molibdium menurun dengan cepat. Sedangkan pH tanah lebih besar
dari 8,0 akan menyebabkan unsur unsur nitrogen, besi, mangan, borium tembaga
dan seng ketersediannya relatif jadi sedikit. Tekstur tanah berpengaruh terhadap
mudah tidaknya pH dapat diubah. Tanah liat lebih sukar dinetralkan dari pada tanah
pasir karena memiliki lebih banyak luas permukaan untuk diabsorbsi, memegang dan
mensuplai ion-ion Hidrogen di dalam tanah (Foth, 1994).
Menurut Buckman dan Brady (1960), kemasaman tanah merupakan hal biasa
pada semua daerah dengan curah hujan tinggi dimana jumlah pencucian basa-basa
yang dapat ditukar dari kompleks jerapan tanah cukup besar. Kejadian ini mencakup
daerah yang tersebar luas dan pengaruhnya terhadap tanaman sangat nyata sehingga
kemasaman merupakan sifat tanah yang paling banyak dibicarakan. Karena luas
tanah pertanian yang masam sangat luas maka persoalan kemaasaman tanah jauh
7
melebihi kealkalinan. Proses pencucian yang berjalan sangat lanjut akan
mengakibatkan tanah bereaksi masam dengan kejenuhan basa rendah sampai pada
lapisan bawah.
8
B. Bahan induk tanah
Bahan induk tanah berkembang dari bahan induk yang berupa batuan dan bahan
organik. Selanjutnya batuan di kelompokkan menjadi batuan beku, sedimen dan
metamorf. Batuan basa umumnya mempunyai pH tinggi dibandingkan dengan tanah
yang berkembang dari batuan masam (Buckman dan Brady, 1982).
C. Pengendapan
Jika air berasal dari air hujan melewati tanah, kation kation basa seperti Ca dan
Mg akan tercuci. Kation kation basa yang hilang tersebut kedudukannya di tapak
jerapan tanah akan di ganti oleh kation kation masam seperti Al, H, dan Mn
(Buckman dan Brady, 1982).
D. Vegetasi Alami
Vegetasi alami tanah akan mempengaruhi reaksi tanah. Tanah yang berada di
bawah kondisi vegetasi hutan akan cenderung lebih masam di bandingkan dengan
yang berkembang di bawah padang rumput. Hutan tanaman dengan daun kecil
(konifer) dapat menyebabkan lebih masam dibandingkan dengan hutan tanaman
berdaun lebar (Foth, 1994)
E. Pertumbuhan Tanaman
F. Kedalaman Tanah
Pada kedalaman tanah, lahan dengan curah hujan tinggi umumnya kemasaman
meningkat sesuai dengan kedalaman lapisan tanah, sehingga kehilangan topsoil oleh
9
erosi dapat menyebabkan lapisan olah tanah menjadi lebih masam (Pairunan dkk,
1997).
G. Pupuk Nitrogen
Nitrogen tanah dapat berasal dari pupuk, bahan organic, sisa hewani, fiksasi
leguminose dapat menyebabkan tanah lebih masam (Pairunan dkk, 1997).
H. Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh pada pH tanah karena pada saat tanah terkena
hujan artinya tanah akan mengalami pencucian dimana pencucian tanah secara terus-
menerus akan menurunkan nilai pH tanah. Artinya, semakin tinggi curah hujan maka
pH tanah akan menurun atau hilangnya basa dari tanah (Hardjowigeno, 2003).
I. Sulfur
Kadar air tanah merupakan petunjuk bagi banyaknya air yang terkandung di
dalam tanah. Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam beberapa cara di antaranya
melalui perbandingan relative terhadap masa padatan tanah, volume padatan tanah
dan terhadap pori tanah. Wesley (1973) menyatakan bahwa kadar air tanah
merupakan perbandingan berat air dengan berat butir tanah.
Kadar air tanah merupakan nisbah antara berat air dengan berat tanah kering
(basis kering) atau nisbah antara berat air dengan berat tanah basah (basis basah)
atau nisbah antara volume air dengan volume tanah utuh (basis volume) (Hillel,
1980). Hakim et al., (1986) menyatakan penetapan kadar air dapat dibedakan atas
10
empat cara, yaitu dengan cara gravimetric, tegangan dan hisapan, hambatan listrik
(blok thanan) dan cara pembauran neutron (neutron scatrtering).
11
BAB III
METODOLOGI
A. Praktikum di Lapangan
1. Cangkul
2. Skop
3. Bor tanah
4. pH tancap
5. buku Munsell Color Chart
6. kantung plastik
12
B. Praktikum di Laboratorium
A. Praktikum dilapangan
Cara pengambilan contoh sampel tanah ini dilaksanakan dengan system zig-
zag, yaitu berselang-seling. Prosedur pengambilan contoh tanah ini adalah sebagai
berikut:
13
2. Persyaratan dan cara pengambilan contoh tanah sama seperti diagonal, hanya
saja berbeda dalam cara penentuan tempat pengambilan contoh.
3. Biasanya pengambilan conoh tanah dengan system zig-zag ini cocok
digunakan manakala keadaan tanah relative datar dalam hamparan yang
relative luas.
4. Tiap titik pengambilan contoh dianggap paling mewakili contoh individual.
Contoh-contoh tanah individual tersebut diambil dari setiap titik tempat
pengambilan sebanyak 200 g dengan cangkul atau bor tanah pada lapisan olah
(lapisan perakaran) atau tiap kedalaman tertentu yang direncanakan. Kemudan
contoh tanah dari lapisan yang sama dicampur sampai benar-benar merata
lalu diambil 1 kg dan dimasukkan kedalam kantung plastic dan diberi label
lengkap.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini adalah pembahasan dari hasil yang telah diperoleh dengan beberapa
parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman, dan jumlah daun yang terdapat pada
tanaman kacang kedelai selama praktikum berlangsung.
30
25
20 Tinggi Tanaman minggu
15 pertama
10
Tinggi Tanaman minggu
5 kedua
0
Tinggi Tanaman minggu
ketiga
15
Keterangan: Diagram perbandingan tinggi tanaman kacang kedelai pada perlakuan
Sabut Kelapa, Nenas, Bonggol Pisang, Tanpa perlakuan
Salah satu parameter pengamatan dalam praktikum ini adalah tinggi tanaman
pada kacang kedelai, hasil yang didapatkan pada minggu ke-1 sampai minggu ke-3
pada perlakuan sabut kelapa berturut-turut adalah 8.83, 15.67, 19.67, pada perlakuan
nenas yaitu 8.23, 16.16, 22.83, dan pada perlakuan bonggol pisang yaitu 11, 15.83,
24.83, serta pada tanpa perlakuan yaitu 9.5, 16.33, 26.83.
Kecepatan tertinggi untuk tumbuh pada perlakuan nenas terdapat pada minggu
ke-3 yaitu sebesar 19.67, untuk perlakuan nenas pertumbuhan tercepat terdapat pada
minggu ke-3 yaitu sebesar 22.83, dan untuk perlakuan bonggol pisang kecepatan
tumbuh tinggi terdapat pada minggu ke -3 sebesar 22.83, serta untuk tanpa perlakuan
terdapat pada minggu ke-3 yaitu sebesar 26.83.
10
8
jumlah daun minggu
6 pertama
jumlah daun minggu kedua
4
0
Sabut Nenas Bonggol Tanpa
Kelapa Pisang Perlakuan
Keterangan: Jumlah daun tiap minggu berdasarkan perlakuan sabut kelapa, nenas,
bonggol pisang, tanpa perlakuan.
16
Hasil dari pengamatan jumlah daun yang telah dirata-ratakan pada setiap
perlakuan dari minggu ke-1 sampai minggu ke-3 yaitu pada perlakuan sabut kelapa
berturut-turut adalah 4 helai, 6 helai, 7 helai. Untuk perlakuan nenas berturut-turut
adalah 3 helai, 6 helai, 10 helai. Untuk perlakuan bonggol pisang berturut-turut
adalah 4 helai, 6 helai, 10 helai. Dan untuk tanpa perlakuan berturut-turut adalah 4
helai, 7 helai, 8 helaian daun.
Dalam pengamatan ini kami menggunakan larutan air bebas (aquades), kami
juga menggunakan indicator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah yang telah
kami campur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah yang kami gunakan 10
g : 25 ml aquadest. Kami mengaduk larutan hingga menjadi homogeny dan
didiamkan selama 30 menit. Setelah itu, baru dicelupkan pH meter dengan aturan
jangan sampai terkena endapan tanahnya (Laporan Dasar-Dasar Ilmu Tanah, 2015).
Hasil analisis praktikan yang menggunakan pH H2O (pH meter) terhadap tanah
kering angin yang di ambil sebelum pengolahan lahan diperoleh sekitar 6.68. Hal ini
menunjukkan bahwa pH tanah masih bersifat netral.
Dari hasil analisis pH H2O (pH meter) tanah pada bedeng pertama yang telah
diberikan pupuk kandang dan pupuk POC (sabut kelapa) diperoleh 6.72. Hal ini
menunjukan bahwa pupuk kandang dan pupuk POC memberikan pengaruh yang
positif dan akan berdampak baik bagi tanah, karena pada pupuk POC (sabut kelapa)
mengandung kalium yang dapat memperbaiki unsure hara tanah, serta unsure-unsur
17
hara yang terkandung didalam pupuk kandang . Nilai pH yang terbilang netral ini
diduga disebabkan dari proses dekomposisi bahan organic yang tinggi dapat
menyumbangkan asam-asam organic yang lebih tinggi.
Dan hasil analisis pH H2O pada bedeng kedua yang telah diberi perlakuan
pupuk kandang and pupuk POC (nenas) terdapat pH netral (6.71). Hal ini disebabkan
oleh pupuk POC dan pupuk kandang yang dapat memperbaiki unsur hara tanaman
dan peningkatan pH tanah, karena pupuk POC (nenas) yang mengandung unsure
posfat yang baik buat tanaman budidaya.
Sedangkan hasil analisis pH H2O pada bedeng ketiga yang telah diberi pupuk
kandang dan POC dari bahan bonggol pisang diperoleh 6.30, yang mana pada
pemberian pupuk kandang dan POC juga sangat berdampak baik bagi tanah, karena
pada pupuk POC terkandung unsur Nitrogen yang dapat memperbaiki unsur hara
tanah.
Dan yang terakhir hasil analisis pH H2O pada bedeng ke empat perlakuan yang
diberikan hanya perlakuan pemberian pupuk kandang, pupuk kandang diberikan saat
pengolahan lahan, pupuk kandang dicampur dengan lapisan olah tanah pada seluruh
bagian bedeng hingga merata diperoleh pH tanah netral (6.17). dan hal ini
menunjukkan bahwa pupuk kandang sapi memberikan pengaruh yang baik pula bagi
tanah, sehingga dapat meningkatkan pH tanah. Pupuk Kandang sapi banyak
mengandung unsure nitrogen (N), posfat, kalium, calcium, magnesium, Fe, Mn, Cu,
dan Zn. Dan pada tanah yang menggunakan perlakuan pupuk kandang ini memiliki
sifat basa, dan tanah tersebut termasuk tanah yang kriterianya tanah basa.
4.3.1 Hasil Kadar Air Pada Sampel Tanah Sebelum Pengolahan Lahan
18
Berat Tanah Kering Angin = 10 gram
Jawab :
a. Bobot air = (berat cawan + berat tanah kering angin)-(berat cawan + bobot
tanah kering oven 1050C)
Bobot air = (3,12+10)-(13,12=12,81)
= (13,2)-(25,93)
= 12,73
b. Bobot Tanah Kering Oven 1050C = (berat cawan + bobot tanah kering oven
1050C)-berat cawan
=(13,12+12,81)-3,12
=15,93-3,12
=12,81
= 12,73 x 100%
12,81
Diketahui :
19
Berat cawan = 3,12 gram
Ditanya :
a.Bobot air?
c.Kadar air?
Jawab:
A. Bobot air
= (3,12+10 gram)-(3,12+12,45)
= -2,45
B, Bobot tanah kering oven = (berat cawan+tanah kering oven 105 derajat celcius)-
berat cawan)
= (3,12+12,45)-3,12
=12,45
= - 2,45 x 100%
20
12,45
= - 19,6
Diketahui:
Ditanya:
a.Bobot air?
c.Kadar air?
Jawab:
a. Bobot air
= (3,13+10 gram)-(3,13+12,69)
= -2,69
b. Bobot tanah kering oven = (berat cawan+tanah kering oven 105 derajat celcius)-
berat cawan)
= (3,13+12,69)-3,13
21
=12,69
= - 2,69 x 100%
12,69
=-21,19
c. Kadar Air ?
Jawab.
a. Bobot Air
= ( berat cawan + tanah kering angin) ( berat cawan+ tanah kering)
= ( 3,09+ 10) ( 3,09+ 12,64)
= (13,09) (15,72)
= -2,63
22
b. Bobot Tanah Kering Oven
= (berat cawan + tanah kering oven 1050 c)
= (3,09 + 12,64) 3,09
=15,73 3,09
=12,64
12,64
= - 0, 20 x 100 %
= -20,8
c. Kadar Air ?
Jawab.
a. Bobot Air
= ( berat cawan + tanah kering angin) ( berat cawan+ tanah kering)
= ( 3,09+ 10) ( 3,09+ 12,64)
23
= (13,09) (15,72)
= -2,63
12,64
= - 0, 20 x 100 %
= -20,8
Setelah kami amati dengan mengeringkan tanah untuk mendapat kadar air
tanah dengan cara mengatur kehilangan bobotnya, maka hasil yang kami dapatkan
untuk tanah sebelum pengolahan tanah yaitu sebesar -99.3%, untuk tanah dengan
POC( sabut kelapa) sebesar -19.6%, untuk tanah dengan perlakuan POC (nenas)
sebesar -21.19%, dan untuk perlakuan POC (bonggol pisang) adalah sebesar -20.8%
serta tanpa perlakuan adalah sebesar -20.8%. jadi, itulah kapasitas kadar air tanah
yang terdapat dalam tanah setelah dikeringkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah yaitu sifat kimia tanah.
Dimana reaksi kimia dalam tanah hanya berlangsung apabila terdapat air yang
terangkat ketempatnya.
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan dapat pula saya simpulkan bahwa
pada syarat tumbuh tanaman kedelai akan baik tumbuh didaerah yang beriklim
tropis dan subtropics. Dan pada daerah dataran tinggi sangat cocok untuk
pertumbuhan tanaman kedelai, karena dapat memperpanjang umur tanaman kedelai,
dengan suhu 23-27 C, kelembaban 80 %, curah hujan 100-500 mm/bulan, dan pH
6-7 serta ketersediaan air dalam tanah selama proses pertumbuhan tanaman kedelai
itu berlangsung akan sangat menentukan hasil produksi tanaman kedelai.
Dan dari perlakuan yang berbeda untuk setiap bedeng menentukan hasil yang
berbeda-beda pula. Dengan pemberian pupuk kandang dan pupuk POC sangat
menentukan dampak yang baik terhadap tanah tanaman budidaya, seperti
meningkatnya pH tanah yang optimum, dan perbaikan unsure hara tanaman yang
diukur dari pertumbuhan tanaman ( tinggi tanaman, dan jumlah daun). Hal ini
disebabkan oleh unsure hara yang terkandung didalam pupuk kandang, yaitu N, P,
Ca, K, dan Mg dan unsure hara yang terdapat pada pupuk POC.
5.2 Saran
25