Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi menyediakan air, udara
dan unsure hara untuk pertumbuhan tanaman, namun demikian, kemampuan tanah
menyediakan unsur hara sangat terbatas. Hal ini terbukti pada tanah-tanah marginal
yang memiliki kandungan unsur hara yang sedikit tanpa ada penambatan unsure hara
akan mengakibatkan merosotnya produktifitas tanah, menurunkan hasil panen dan
rusaknya sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (kesuburan tanah).
Kesuburan tanah atau kandungan unsure hara pada lapisan permukaan tanah (top
soil) selain dapat terjamin karena pemupukan, juga karena dalam tanah berlangsung
proses-proses pembentukan tanah, dalam hal ini sangat berperan faktor-faktor iklim,
jasad hidup (hewani), bahan-bahan induk lainnya, sehingga segala unsur hara yang
terangkut bersama tumbuhan atau proses tercucinya unsur hara dapat segera diganti
atau dipenuhi oleh sejumlah pupuk yang diberikan dan zat-zat hasil pelapukan bahan
induk tanah.
Pertumbuhan dan produksi tanaman adalah merupakan fungsi dari semua faktor
tumbuh tanaman, diantaranya adalah faktor genetic, cahaya, air, udara, tunjangan
mekanik, dan unsure hara esensial. Pertumbuhan maksimum tanaman hanya mungkin
dicapai bila semua faktor-faktor tumbuh tersebut berada dalam keadaan optimum.
Apabila salah satu dari faktor tersebut berada dalam keadaan minimum sudah tentu
akan menurunkan keaktifan faktor-faktor tumbuh yang lain. Pertumbuhan tanaman
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tumbuh yang lingkungan yang berpengaruh
negative terhadap pertumbuhan tanaman. Berdasarkan uraian diatas maka dianggap
perlu melaksanakan praktikum kesuburan tanah dengan indicator tanaman kedelai
untuk melihat gejala yang muncul pada tanaman kedelai yang kekurangan salah satu
unsur hara.

1
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Kadar Air dan pH Tanah dalam Lapangan Percobaan.
2. Untuk mengetahui Pengaplikasian Pupuk Organik dan Anorganik.
3. Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Pupuk Dalam Meningkatkan
Kesuburan Tanah.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaplikasian pupuk


POC dan cara pembebuatannya.
2. Mahasiswa dapat melihat langsung bentuk pengaruh pupuk kandang dan POC
terhadap tanaman kacang kedelai
3. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang penanaman dan perawatan
yang harus dilakukan pada tanaman kacang kedelai.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tanaman Kedelai (Glycine max)


Pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam
istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai
berikut:
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill
Tanaman kedelai yang dibudidayakan merupakan tanaman tegak, bersemak dan
berdaun banyak. Apabila tanaman kedelai memiliki ruang tumbuh yang cukup,
tanaman akan membentuk cabang yang sedalam-dalamnya (Poehlman, 1959). Adie
dan Krisnawati (2007) menambahkan bahwa karakteristik kedelai yang
dibudidayakan (Glycine max L. Merill) di Indonesia merupakan tanaman semusim,
tanaman tegak dengan tinggi 40-90 cm, bercabang, memiliki daun tunggal dan daun
bertiga, bulu pada daun polong tidak terlalu padat dan umur tanaman antara 72-90
hari. Kedelai introduksi umumnya tidak memiliki atau memiliki sangat sedikit
percabangan dan sebagian bertrikoma padat baik pada daun maupun polong.
Biji berkembang dalam waktu yang lama beberapa hari setelah pembuahan.
Perpanjangan dimulai sekitar 5 hari dan panjang maksimum didapatkan setelah 15-20
hari. Pembelahan sel pada kotiledon yang cepat ditandai dengan akumulasi berat
protein dan lemak (Shibels at al., 1975). Biji merupakan komponen morfologi
kedelai yang bernilai ekonomis (Adie dan Krisnawati, 2007). Jumlah biji per polong
pada kedelai berkisar 1-5 biji, umumnya varietas kedelai yang dipasarkan memiliki 2
atau 3 per polong. Ukuran biji sangat bervariasi yang dapat diukur dari bobot 100
biji. Kisaran bobot 100 biji kedelai adalah 5-35 g (Poehlman, 1959).

3
Penegelompokan ukuran biji kedelai berbeda antar Negara, di Indonesia kedelai
dikelompokan berukuran besar (bobot > 14 g/100 biji), sedang (10-14 g/100 biji), dan
kecil (< 10 g/100 biji). Biji sebagaian besar dilapisi oleh kuliti biji (testa). Antara
kulit biji dan kotiledon terdapat lapisan endosperm (Adie dan Krisnawati, 2007).
Sistem perakaran pada kedelai terdiri dari sebuah akar tunggang yang terbentuk
dari calon akar sekunder yang tersusun dalam empat barisan sepanjang akar
tunggang, cabang akr sekunder, dan cabang akar adventif yang tumbuh dari bagian
bawah hipokotil. Bintil akar pertama terlihat 10 hari setelah tanam. Umumnya system
perakaran terdiri dari akar lateral yang berkembang 10 15 cm diatas akar tunggang.
Dalam berbagai kondisi, sistem perakaran terletak 15 cm diatas akar tunggang, tetap
berfungsi mengabsorpsi dan mendukung kehidupan tanaman (Adie dan Krisnawati,
2007). Akar lateral kedelai muncul 3-7 hari setelah berkecambah. Sebulan kemudian
akar primer muncul sepanjang 45-60 cm (Shibels et al,. 1975).
Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji masak.
Hipokotil merupakan bagian terpenting pada poros embrio, yang berbatasan dengan
bagian ujung bawah permulaan akar yang menyusun bagian kecil dari poros bakal
akar hipokotil. Bagian atas poros embrio berakhir pada epikotil yang terdiri dari dua
daun sederhana, yaitu promodial daun bertiga pertama dan ujung batang. System
perakaran diatas hipokotil berasal dari epikotil dan tunas aksilar. Pola percabangan
akar dipengaruhi oleh varietas dan lingkungan, seperti panjang hari, jarak tanam, dan
kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).
Daun kedelai terbagi menjadi empat tipe, yaitu kotiledon atau daun biji, dua helai
daun primer sederhana, daun bertiga, profila. Bentuk daun kedelai adalah lancip,
bulat, dan lonjong, serta terdapat perpaduan bentuk daun misalnya antara lonjong dan
lancip. Sebagian besar bentuk daun kedelai yang ada di Indonesia adalah berbentuk
lonjong dan hanya terdapat satu varietas (ARgopuro) berdaun lancip (Adie dan
Krisnawati, 2007).
Kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri yang bersifat kleistogami. Polen
dari anter jatuh langsung pada stigma bunga yang sama. Bunga membuka pada pagi
hari tetapi terlambat membuka pada cuaca yang dingin (Poehlman and Sleper, 1995).

4
Periode berbunga dipengaruhi oleh waktu tanam, berlangsung 3-5 minggu. Berbagai
penelitian menyebutkan bahwa tidak semua kedelai berhasil membentuk polong,
dengan tingkat keguguran 20-80%. Umumnya varietas dengan banyak bunga per
buku memiliki persentase keguguran bunga yang leih tinggi daripada yang berbunga
sedikit (Adie dan Krisnawati, 2007).
Pertumbuhan tanaman dibagi dalam dua fase (stadia) yakni fase vegetative dan
generative (reproduktif). Fase vegetative dilambangkan dengan huruf V, sedangkan
fase generative atau reproduktif dengan huruf R.
Pertumbuhan tanaman kedelai selain dibagi atas dasar lamanya periode vegetative
dan generative, juga dapat dibedakan berdasarkan batang dan bunga. Maka dari itu,
tipe pertumbuhan kedelai terdiri dari tipe determinate, indeterminit dan
semideterminit. Pada tipe determinit, pertumbuhan vegetative berhenti setelah fase
berbunga, buku bagian atas mengeluarkan bunga pertama, batang tanaman teratas
cenderung berukuran sama dengan batang bagian tengah sehinga pada kondisi normal
batang tidak melilit. Tipe indeterminit, pertumbuhan vegetative berlanjut setelah fase
berbunga, buku bagian bawah mengeluarkan bunga pertama, batang tanman teratas
cenderung berukuran lebih kecil dengan batang bagian tengah sehingga pada kondisi
normal batang melilit. Varietas yang ada di Indonesia umumnya bertipe tumbuh
determinit (Adie dan Kristinawati, 2007).

2.2 Syarat Tumbuh Kedelai


Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh didaerah yang beriklim tropis dan
subtropics. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik didaerah yang meliki curah hujan
sekitar 100-400 mm/bulan. Untuk mendapat hasil optimal, tanaman kedelai
membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki
tanaman kedelai antar 21-34 C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan
tanaman kedelai 23-27 C. pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan
suhu yang cocok sekitar 30 C. Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam
dilahan dengan ketinggian 0.5 500 m dpl. Varietas kedelai berbiji besar cocok
ditanam dilahan dengan ketinggian 300 500 m dl. Kedelai biasanya akan tumbuh

5
baik pada ketinggian tidak lebih baik dari 500 m dpl (Prihatman, 2000).

Komponen lingkungan yang menjadi penentu keberhasilan usaha produksi


kedelai adalah faktor iklim (suhu, sinar matahari, curah dan distribusi hujan), dan
kesuburan fisika-kimia tanah dan biologi tanah (solum, tekstur, pH, ketersediaan
hara, kelembaban tanah, ahan organic dalam tanah, drainase dan aerasi tanah, serta
mikroba tanah). Rhizobium sp. yang pada akar bersimbiosis dengan tanamn kedelai
sangat penting bagi pertumbuhan kedelai. Rhizobium sp. umumnya memiliki
persyaratan hidup yang sama dengan persyaratan tumbuh kedelai (Sumarno dan
Manshuri, 2007). Bakteri penambat nitrogen dalam tanah dipengaruhi oleh sifat fisik
tanah seperti tekstur tanah dan kelembaban tanah. Tanah yang tergenang
mengurangi bintil akar kedelai sekitar 15% (Norman et al., 1995).genotipe (varietas)
kedelai memiliki persyaratan adaptasi spesifik walaupun pada suatu lingkungan
ditentukan oleh interaksi antar genotype dengan lingkungan. Varietas kedelai dari
wilayah subtropik tidak tumbuh atau berproduksi optimal pada ingkugan tumbuh
terbaik di Indonesia. Lingkungan tumbuh yang sangat sesuai bukan jaminan mutlak
untuk keberhasilan usaha produksi kedelai. Mutu benih, waktu tanam, penegndalian
OPT, pengelolaan tanaman yang optimal merupakan hal yang sama penting dengan
lingkungan tumbuh yang sesuai (Sumarno dan Manshuri, 2007).

2.3 Reaksi Tanah (pH)


Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hydrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion
OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah
yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH- sedang pada tanah alkalis
kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH-
maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno, 2007).

6
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam kation yang komplit
antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin
kecil kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin
rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H+ beda walau
kejenuhan basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi
mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama (Pairunan,
dkk, 1985).

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen H+ di
dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin masam tanah
tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang
jumlahnya berbanding terbalik dengan oin H+. pada tanah-tanah yang masam ion
H+ lebih tinggi daripada OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih
tinggi daripada ion H+. bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bersifat
netral yaitu mempunyai nilai pH 7. Pada reaksi tanah yang netral, yaitu pH 6,5 - 7,5
maka unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup banyak (optimal). Pada pH tanah
kurang dari 6,0 maka kertersediaan unsur unsur fosfor, kalium, belerang, kalsium,
magnesium dan molibdium menurun dengan cepat. Sedangkan pH tanah lebih besar
dari 8,0 akan menyebabkan unsur unsur nitrogen, besi, mangan, borium tembaga
dan seng ketersediannya relatif jadi sedikit. Tekstur tanah berpengaruh terhadap
mudah tidaknya pH dapat diubah. Tanah liat lebih sukar dinetralkan dari pada tanah
pasir karena memiliki lebih banyak luas permukaan untuk diabsorbsi, memegang dan
mensuplai ion-ion Hidrogen di dalam tanah (Foth, 1994).

Menurut Buckman dan Brady (1960), kemasaman tanah merupakan hal biasa
pada semua daerah dengan curah hujan tinggi dimana jumlah pencucian basa-basa
yang dapat ditukar dari kompleks jerapan tanah cukup besar. Kejadian ini mencakup
daerah yang tersebar luas dan pengaruhnya terhadap tanaman sangat nyata sehingga
kemasaman merupakan sifat tanah yang paling banyak dibicarakan. Karena luas
tanah pertanian yang masam sangat luas maka persoalan kemaasaman tanah jauh

7
melebihi kealkalinan. Proses pencucian yang berjalan sangat lanjut akan
mengakibatkan tanah bereaksi masam dengan kejenuhan basa rendah sampai pada
lapisan bawah.

Selanjutnya dikemukakan oleh Buckman dan Brady (1960), bahwa dalam


kondisis sangat masam, Al sangat larut dan berada dalam bentuk Al3+ yang kemudian
ion tersebut oleh kaloid tanah dijerap sehingga mencapai keseimbangan dengan Al
yang berada dalam larutan tanah. Kemudian Al dalam larutan tanah terhidrolisis
menghasilkan H+ dan Al(OH)2+. Menurut Fox dan Kamprath (1970), keracunan
aluminium pada tanaman sangat berhubungan dengan ion Al terlarut. Kelarutan
aluminium dalam tanah tidak berhubungan langsung dengan Al-dd secara langsung,
akan tetapi kelarutan aluminium berhubungan erat dengan kejenuhan aluminium.
Apabila kejenuhan aluminium >60% maka aluminium dilarutan dapat diperkirakan >
2 ppm. Bila klarutan Al di larutan tanah > 2 ppm maka tanaman berpotensi keracunan
aluminium.

Sehubungan dengan adanya sifat kemasaman tersebut, maka akan berpengaruh


terhadap pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor yang memungkinkan menjadi
penyebab dari kerusakan tanaman pada tanah masam adalah : (1) kerusakan langsung
ion H+, (2) kekurangan Ca dan Mg, (3) kekurangan P, (4) kelebihan Al dan Fe serta
Mn, serta (5) faktor-faktor biotis (Black, 1968).

2.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Reaksi Tanah


A. Bahan organik

Bahan organik tanah secara terus menerus terdekomposisi oleh mikroorganisme


kedalam bentuk asam asam organik, karbondioksida (CO2) dan air, senyawa
pembentuk asam karbonat. Selanjutnya, asam karbonat bereaksi dengan Ca dan Mg
karbonat di dalam tanah untuk membentuk bikarbonat yang lebih larut, yang bisa
tercuci keluar, yang akhirnya meninggalkan tanah lebih masam (Foth, 1994).

8
B. Bahan induk tanah

Bahan induk tanah berkembang dari bahan induk yang berupa batuan dan bahan
organik. Selanjutnya batuan di kelompokkan menjadi batuan beku, sedimen dan
metamorf. Batuan basa umumnya mempunyai pH tinggi dibandingkan dengan tanah
yang berkembang dari batuan masam (Buckman dan Brady, 1982).

C. Pengendapan

Jika air berasal dari air hujan melewati tanah, kation kation basa seperti Ca dan
Mg akan tercuci. Kation kation basa yang hilang tersebut kedudukannya di tapak
jerapan tanah akan di ganti oleh kation kation masam seperti Al, H, dan Mn
(Buckman dan Brady, 1982).

D. Vegetasi Alami

Vegetasi alami tanah akan mempengaruhi reaksi tanah. Tanah yang berada di
bawah kondisi vegetasi hutan akan cenderung lebih masam di bandingkan dengan
yang berkembang di bawah padang rumput. Hutan tanaman dengan daun kecil
(konifer) dapat menyebabkan lebih masam dibandingkan dengan hutan tanaman
berdaun lebar (Foth, 1994)

E. Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi reaksi tanah karena tanah sering


menjadi masam jika di tanami atau untuk aktifitas pertanian, sebab basa basa akan
hilang (ikut terpanen) (Hardjowigeno, 2003).

F. Kedalaman Tanah

Pada kedalaman tanah, lahan dengan curah hujan tinggi umumnya kemasaman
meningkat sesuai dengan kedalaman lapisan tanah, sehingga kehilangan topsoil oleh

9
erosi dapat menyebabkan lapisan olah tanah menjadi lebih masam (Pairunan dkk,
1997).

G. Pupuk Nitrogen

Nitrogen tanah dapat berasal dari pupuk, bahan organic, sisa hewani, fiksasi
leguminose dapat menyebabkan tanah lebih masam (Pairunan dkk, 1997).

H. Curah Hujan

Curah hujan akan berpengaruh pada pH tanah karena pada saat tanah terkena
hujan artinya tanah akan mengalami pencucian dimana pencucian tanah secara terus-
menerus akan menurunkan nilai pH tanah. Artinya, semakin tinggi curah hujan maka
pH tanah akan menurun atau hilangnya basa dari tanah (Hardjowigeno, 2003).

I. Sulfur

Faktor-faktor lain yang kadangkala mempengaruhi pH tanah terutama didaerah


industri, antara lain adalah sulfur yang merupakan hasil sampingan dari industri gas,
yang jika bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfur, dan asam nitrit yang
secara alami merupakan komponen renik dari air hujan (Buckman dan Brady, 1982).

2.4 Kadar Air

Kadar air tanah merupakan petunjuk bagi banyaknya air yang terkandung di
dalam tanah. Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam beberapa cara di antaranya
melalui perbandingan relative terhadap masa padatan tanah, volume padatan tanah
dan terhadap pori tanah. Wesley (1973) menyatakan bahwa kadar air tanah
merupakan perbandingan berat air dengan berat butir tanah.

Kadar air tanah merupakan nisbah antara berat air dengan berat tanah kering
(basis kering) atau nisbah antara berat air dengan berat tanah basah (basis basah)
atau nisbah antara volume air dengan volume tanah utuh (basis volume) (Hillel,
1980). Hakim et al., (1986) menyatakan penetapan kadar air dapat dibedakan atas

10
empat cara, yaitu dengan cara gravimetric, tegangan dan hisapan, hambatan listrik
(blok thanan) dan cara pembauran neutron (neutron scatrtering).

Kadar air tanah ditentukan dengan menimbang contoh tanah kemudian


dikeringkan dalam oven bertemperatur 105-110 C dan ditimbang kembali.
Pengeringan harus dilakukan sampai tercapai selilih antara dua penimbangan
berturut-turut tidak lebih dari 0,1% masa mula-mula dengan oven penimbangan 4
jam. Umumnya tanah cukup dikeringkan dalam oven selama 24 jam (Craig, 1991).

11
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan tempat

Praktikum kesuburan dan pemupukan berlangsung pada tanggal 29 Oktober


Desember, pukul 08:15 sampai selesai. Yang dilakukan didua tempat, yaitu lapangan
kebun percobaan pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh sebagai
kebun percobaan di lapangan. Dan yang kedua bertempat di ruangan Laboratorium
Pertanian Universitas Malikussaleh sebagai tempat pengamatan analisis sampel tanah
seperti Kadar air tanah dan pH tanah.

3.2 Alat dan Bahan

A. Praktikum di Lapangan

Alat yang digunakan dalam praktikum kesuburan tanaman di lapangan


percobaan adalah sebagai berikut:

1. Cangkul
2. Skop
3. Bor tanah
4. pH tancap
5. buku Munsell Color Chart
6. kantung plastik

Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. pupuk organik sapi, kambing, sapi, dan ayam


2. pupuk anorganik Urea, Sp-18, dan KCl
3. pupuk cair Gandasil B
4. Benih Kacang Kedelai

12
B. Praktikum di Laboratorium

1. Kadar Air Tanah


Alat yang digunakan:
- Cawan aluminium
- Timbangan analitik
- Oven
- Eksikator
Bahan yang digunakan:
- Contoh tanah sampel
- Aquades
2. pH tanah
Alat yang digunakan:
- Botol kocok
- pH meter
- Gelas ukur
Bahan yang digunakan:
- Aquades
- KCl 1 N
- Sampel tanah kering

3.3 Langkah kerja

A. Praktikum dilapangan

Cara pengambilan contoh sampel tanah ini dilaksanakan dengan system zig-
zag, yaitu berselang-seling. Prosedur pengambilan contoh tanah ini adalah sebagai
berikut:

1. Menentukan titik-titik yang akan digunakan sebagai tempat pengambilan


contoh tanah zig-zag.

13
2. Persyaratan dan cara pengambilan contoh tanah sama seperti diagonal, hanya
saja berbeda dalam cara penentuan tempat pengambilan contoh.
3. Biasanya pengambilan conoh tanah dengan system zig-zag ini cocok
digunakan manakala keadaan tanah relative datar dalam hamparan yang
relative luas.
4. Tiap titik pengambilan contoh dianggap paling mewakili contoh individual.
Contoh-contoh tanah individual tersebut diambil dari setiap titik tempat
pengambilan sebanyak 200 g dengan cangkul atau bor tanah pada lapisan olah
(lapisan perakaran) atau tiap kedalaman tertentu yang direncanakan. Kemudan
contoh tanah dari lapisan yang sama dicampur sampai benar-benar merata
lalu diambil 1 kg dan dimasukkan kedalam kantung plastic dan diberi label
lengkap.

B. Langkah kerja di Laboratorium

1) Langkah kerja Kadar Air Tanah


1. Timbangan 10 g contoh tanah sampel kemudian masukan kedalam cawan
aluminium yang bersih, kering dan sudah diketahui beratnya.
2. Keringkan contoh tanah tersebut dalam oven (botol timbang tepat
terbuka) pada suhu 105C (sampai bobotnya tetap (24 jam))
3. Dinginkan cawan aluminium selama 15 menit dalam eksikator untuk
mencapai suhu ruangan.
4. Hitung kadar air tanah atas dasar bobot tanah kering oven 105C dengan
menggunakan persamaan berikut.
2) Langkah Kerja pH Tanah
1. Timbang tanah kering angin sebanya 10 g kemudian masukkan kedalam
botol kocok dan tambahkan 2 ml aquades.
2. Lalu kocok dengan menggunakan mesin pengocok selama 30 menit.
3. Kemudian ukur dengan menggunakan pH meter.
4. Ulangi langkah kerja yang sama dari no.1-3 dengan menggantikan larutan
aquadest menjadi KCl 1 N. catat hasilnya dan bandingkan.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Kacang Kedelai

Berdasarkan praktikum kesuburan tanah dan tanaman di lapangan yang telah


dilakukan , yaitu dengan menggunakan pupuk Cair Organik dengan beberapa
perlakuan, yaitu Sabut kelapa, nenas, bonggol pisang, tanpa perlakuan yang masing-
masing berbeda pada setiap bedeng tanaman kacang kedelai. Pada perlakuan Sabut
kelapa, nenas, bonggol pisang dan tanpa perlakuan didapatkan hasil yang berbeda.

Berikut ini adalah pembahasan dari hasil yang telah diperoleh dengan beberapa
parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman, dan jumlah daun yang terdapat pada
tanaman kacang kedelai selama praktikum berlangsung.

4.1.1 Tinggi Tanaman

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil pengukuran


tinggi tanaman kacang kedelai (Glycine max) selama bulan oktober sampai desember
adalah sebagai berikut:

Grafik 1. Pengukuran Tinggi Tanaman Kacang Kedelai Setiap Minggu

30
25
20 Tinggi Tanaman minggu
15 pertama
10
Tinggi Tanaman minggu
5 kedua
0
Tinggi Tanaman minggu
ketiga

15
Keterangan: Diagram perbandingan tinggi tanaman kacang kedelai pada perlakuan
Sabut Kelapa, Nenas, Bonggol Pisang, Tanpa perlakuan

Salah satu parameter pengamatan dalam praktikum ini adalah tinggi tanaman
pada kacang kedelai, hasil yang didapatkan pada minggu ke-1 sampai minggu ke-3
pada perlakuan sabut kelapa berturut-turut adalah 8.83, 15.67, 19.67, pada perlakuan
nenas yaitu 8.23, 16.16, 22.83, dan pada perlakuan bonggol pisang yaitu 11, 15.83,
24.83, serta pada tanpa perlakuan yaitu 9.5, 16.33, 26.83.

Kecepatan tertinggi untuk tumbuh pada perlakuan nenas terdapat pada minggu
ke-3 yaitu sebesar 19.67, untuk perlakuan nenas pertumbuhan tercepat terdapat pada
minggu ke-3 yaitu sebesar 22.83, dan untuk perlakuan bonggol pisang kecepatan
tumbuh tinggi terdapat pada minggu ke -3 sebesar 22.83, serta untuk tanpa perlakuan
terdapat pada minggu ke-3 yaitu sebesar 26.83.

4.1.2 Jumlah Daun

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil pengukuran jumlah


daun tanaman kacang kedelai (Glycine max) selama bulan Oktober sampai Desember
adalah sebagai berikut:

Grafik 2. Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Kacang Kedelai Setiap Minggu

10

8
jumlah daun minggu
6 pertama
jumlah daun minggu kedua
4

2 jumlah daun minggu ketiga

0
Sabut Nenas Bonggol Tanpa
Kelapa Pisang Perlakuan

Keterangan: Jumlah daun tiap minggu berdasarkan perlakuan sabut kelapa, nenas,
bonggol pisang, tanpa perlakuan.

16
Hasil dari pengamatan jumlah daun yang telah dirata-ratakan pada setiap
perlakuan dari minggu ke-1 sampai minggu ke-3 yaitu pada perlakuan sabut kelapa
berturut-turut adalah 4 helai, 6 helai, 7 helai. Untuk perlakuan nenas berturut-turut
adalah 3 helai, 6 helai, 10 helai. Untuk perlakuan bonggol pisang berturut-turut
adalah 4 helai, 6 helai, 10 helai. Dan untuk tanpa perlakuan berturut-turut adalah 4
helai, 7 helai, 8 helaian daun.

4.2 Analisis pH tanah

Dalam pengamatan ini kami menggunakan larutan air bebas (aquades), kami
juga menggunakan indicator pH meter yang dicelupkan pada larutan tanah yang telah
kami campur dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah yang kami gunakan 10
g : 25 ml aquadest. Kami mengaduk larutan hingga menjadi homogeny dan
didiamkan selama 30 menit. Setelah itu, baru dicelupkan pH meter dengan aturan
jangan sampai terkena endapan tanahnya (Laporan Dasar-Dasar Ilmu Tanah, 2015).

Hasil analisis pH tanah dengan menggunakan pH tancap pada saat di lokasi


kebun percobaan adalah 4.5. Nilai pH tersebut menunjukkan tingkat kemasaman
yang tinggi. Media tumbuh dengan tingkat kemasaman demikian menjadi kendala
pengembangan tanaman kacang kedelai karena terbatasnya daya penyediaan hara
pada tanah.

Hasil analisis praktikan yang menggunakan pH H2O (pH meter) terhadap tanah
kering angin yang di ambil sebelum pengolahan lahan diperoleh sekitar 6.68. Hal ini
menunjukkan bahwa pH tanah masih bersifat netral.

Dari hasil analisis pH H2O (pH meter) tanah pada bedeng pertama yang telah
diberikan pupuk kandang dan pupuk POC (sabut kelapa) diperoleh 6.72. Hal ini
menunjukan bahwa pupuk kandang dan pupuk POC memberikan pengaruh yang
positif dan akan berdampak baik bagi tanah, karena pada pupuk POC (sabut kelapa)
mengandung kalium yang dapat memperbaiki unsure hara tanah, serta unsure-unsur

17
hara yang terkandung didalam pupuk kandang . Nilai pH yang terbilang netral ini
diduga disebabkan dari proses dekomposisi bahan organic yang tinggi dapat
menyumbangkan asam-asam organic yang lebih tinggi.

Dan hasil analisis pH H2O pada bedeng kedua yang telah diberi perlakuan
pupuk kandang and pupuk POC (nenas) terdapat pH netral (6.71). Hal ini disebabkan
oleh pupuk POC dan pupuk kandang yang dapat memperbaiki unsur hara tanaman
dan peningkatan pH tanah, karena pupuk POC (nenas) yang mengandung unsure
posfat yang baik buat tanaman budidaya.

Sedangkan hasil analisis pH H2O pada bedeng ketiga yang telah diberi pupuk
kandang dan POC dari bahan bonggol pisang diperoleh 6.30, yang mana pada
pemberian pupuk kandang dan POC juga sangat berdampak baik bagi tanah, karena
pada pupuk POC terkandung unsur Nitrogen yang dapat memperbaiki unsur hara
tanah.

Dan yang terakhir hasil analisis pH H2O pada bedeng ke empat perlakuan yang
diberikan hanya perlakuan pemberian pupuk kandang, pupuk kandang diberikan saat
pengolahan lahan, pupuk kandang dicampur dengan lapisan olah tanah pada seluruh
bagian bedeng hingga merata diperoleh pH tanah netral (6.17). dan hal ini
menunjukkan bahwa pupuk kandang sapi memberikan pengaruh yang baik pula bagi
tanah, sehingga dapat meningkatkan pH tanah. Pupuk Kandang sapi banyak
mengandung unsure nitrogen (N), posfat, kalium, calcium, magnesium, Fe, Mn, Cu,
dan Zn. Dan pada tanah yang menggunakan perlakuan pupuk kandang ini memiliki
sifat basa, dan tanah tersebut termasuk tanah yang kriterianya tanah basa.

4.3 Analisis Kadar Air (KA)

4.3.1 Hasil Kadar Air Pada Sampel Tanah Sebelum Pengolahan Lahan

Diketahui: Cawan = 3,12 gram

18
Berat Tanah Kering Angin = 10 gram

Bobot tanah kering Oven 1050C = 12,81 gram

Ditanya : a.Bobot Air ?

b. Bobot Tanah Kering Oven 1050C ?

c. % Kadar Air (KA) ?

Jawab :

a. Bobot air = (berat cawan + berat tanah kering angin)-(berat cawan + bobot
tanah kering oven 1050C)
Bobot air = (3,12+10)-(13,12=12,81)
= (13,2)-(25,93)
= 12,73
b. Bobot Tanah Kering Oven 1050C = (berat cawan + bobot tanah kering oven
1050C)-berat cawan
=(13,12+12,81)-3,12
=15,93-3,12
=12,81

c. % Kadar Air (KA) = bobot air x 100%


Bobot tanah kering oven 1050C

= 12,73 x 100%

12,81

= -0,993 x 100% = -99,3

4.3.2 Bedeng 1 perlakuan POC (sabut kelapa)

Diketahui :

19
Berat cawan = 3,12 gram

Tanah kering angin = 10 gram

Tanah kering oven = 12,45 gram

Ditanya :

a.Bobot air?

b.Bobot tanah kering oven 1050C?

c.Kadar air?

Jawab:

A. Bobot air

Bobot air = (berat cawan+tanah kering angin)-(berat cawan+tanah kering


oven 105 derajat celcius)

= (3,12+10 gram)-(3,12+12,45)

= -2,45

B, Bobot tanah kering oven = (berat cawan+tanah kering oven 105 derajat celcius)-
berat cawan)

= (3,12+12,45)-3,12

=12,45

C. KA = Bobot air x100%

Berat tanah krting oven

= - 2,45 x 100%

20
12,45

= - 19,6

4.3.3 Bedeng kedua perlakuan POC (nenas)

Diketahui:

Berat cawan = 3,13 gram

Tanah kering angin = 10 gram

Tanah kering oven = 12,69 gram

Ditanya:

a.Bobot air?

b.Bobot tanah kering oven?

c.Kadar air?

Jawab:

a. Bobot air

Bobot air = (berat cawan+tanah kering angin)-(berat cawan+tanah kering oven


1050C)

= (3,13+10 gram)-(3,13+12,69)

= -2,69

b. Bobot tanah kering oven = (berat cawan+tanah kering oven 105 derajat celcius)-
berat cawan)

= (3,13+12,69)-3,13

21
=12,69

c. KA = Bobot air x 100%

Berat tanah krting oven

= - 2,69 x 100%

12,69

=-21,19

4.3.4 Hasil Kadar Air Pada Bedeng ke 3. Perlakuan Batang Pisang

Dik : Cawan = 3,09 gram

Berat tanah kering angin = 10 gram

Berat kering oven 1050 C = 12,64 gram

Dit : a. Bobot air ?

b. Berat tanah kering oven ?

c. Kadar Air ?

Jawab.

a. Bobot Air
= ( berat cawan + tanah kering angin) ( berat cawan+ tanah kering)
= ( 3,09+ 10) ( 3,09+ 12,64)
= (13,09) (15,72)
= -2,63

22
b. Bobot Tanah Kering Oven
= (berat cawan + tanah kering oven 1050 c)
= (3,09 + 12,64) 3,09
=15,73 3,09
=12,64

c. % Kadar Air = Bobot air x 100 %


Bobot tanah kering oven 105 0 C
= - 2,63 x 100 %

12,64

= - 0, 20 x 100 %

= -20,8

4.3.5 Hasil Kadar Air Pada Bedeng ke 4. Tanpa Perlakuan

Dik : Cawan = 3,09 gram

Berat tanah kering angin = 10 gram

Berat kering oven 1050 C = 12,64 gram

Dit : a. Bobot air ?

b. Berat tanah kering oven ?

c. Kadar Air ?

Jawab.

a. Bobot Air
= ( berat cawan + tanah kering angin) ( berat cawan+ tanah kering)
= ( 3,09+ 10) ( 3,09+ 12,64)

23
= (13,09) (15,72)
= -2,63

b. Bobot Tanah Kering Oven


= (berat cawan + tanah kering oven 1050 c)
= (3,09 + 12,64) 3,09
=15,73 3,09
=12,64

c. % Kadar Air = Bobot air x 100 %


Bobot tanah kering oven 105 0 C
= - 2,63 x 100 %

12,64

= - 0, 20 x 100 %

= -20,8

Setelah kami amati dengan mengeringkan tanah untuk mendapat kadar air
tanah dengan cara mengatur kehilangan bobotnya, maka hasil yang kami dapatkan
untuk tanah sebelum pengolahan tanah yaitu sebesar -99.3%, untuk tanah dengan
POC( sabut kelapa) sebesar -19.6%, untuk tanah dengan perlakuan POC (nenas)
sebesar -21.19%, dan untuk perlakuan POC (bonggol pisang) adalah sebesar -20.8%
serta tanpa perlakuan adalah sebesar -20.8%. jadi, itulah kapasitas kadar air tanah
yang terdapat dalam tanah setelah dikeringkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah yaitu sifat kimia tanah.
Dimana reaksi kimia dalam tanah hanya berlangsung apabila terdapat air yang
terangkat ketempatnya.

24
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang kami lakukan dapat pula saya simpulkan bahwa
pada syarat tumbuh tanaman kedelai akan baik tumbuh didaerah yang beriklim
tropis dan subtropics. Dan pada daerah dataran tinggi sangat cocok untuk
pertumbuhan tanaman kedelai, karena dapat memperpanjang umur tanaman kedelai,
dengan suhu 23-27 C, kelembaban 80 %, curah hujan 100-500 mm/bulan, dan pH
6-7 serta ketersediaan air dalam tanah selama proses pertumbuhan tanaman kedelai
itu berlangsung akan sangat menentukan hasil produksi tanaman kedelai.

Dan dari perlakuan yang berbeda untuk setiap bedeng menentukan hasil yang
berbeda-beda pula. Dengan pemberian pupuk kandang dan pupuk POC sangat
menentukan dampak yang baik terhadap tanah tanaman budidaya, seperti
meningkatnya pH tanah yang optimum, dan perbaikan unsure hara tanaman yang
diukur dari pertumbuhan tanaman ( tinggi tanaman, dan jumlah daun). Hal ini
disebabkan oleh unsure hara yang terkandung didalam pupuk kandang, yaitu N, P,
Ca, K, dan Mg dan unsure hara yang terdapat pada pupuk POC.

5.2 Saran

Sebaiknya untuk praktikum kesuburan tanah dan pemupukan kedepannya agar


lebih disiplin, serta kedisiplinan waktu yang telah ditetapkan, agar praktikum dapat
berjalan dengan lancar hingga selesai tepat pada waktunya.

25

Anda mungkin juga menyukai