Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH DAN TANAMAN

“PENGARUH PERLAKUAN NPK MAJEMUK TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUNGA KOL (Brassica oleracea var.
botrytis) DI TANAH INCEPTISOL REULEUT”

RIZKY DIRYAN MARGOLANG


210310211
AET 4

KELOMPOK 17
Asisten Lapangan : MUHAMMAD RAIHAN RAMADHAN
Asisten Laboratorium : MAULANA MUHAMMAD SHANDY
SHIFA ULFIA

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat
serta karunia-Nya sehingga laporan praktikum dengan judul ‘“Pengaruh
Perlakuan NPK Majemuk Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bunga Kol
(Brassica oleracea var. botrytis) di Tanah Inceptisol Reuleut” dapat
terselesaikan.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas ahir
praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukankuliah. Selain itu, lapopran ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis, tentang
Pengaruh perlakuan npk majemuk terhadap pertumbuhan tanaman.
Dalam penulisan laporan ini saya menyadari masih terdapat kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi yang kurang lengkap, mengingat akan
kemampuan yang saya miliki. Saya mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semuanya, khususnya para pembaca makalah ini. Atas
perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Releut, November 2022


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah merupakan faktor terpenting tumbuhnya tanaman dalam suatu
proses pertanaman Pertumbuhan suatu jenis tanaman dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya ialah tersedianya unsur hara, baik unsur hara makro maupun
unsur hara mikro Tanah sebagai medium pertumbuhan tanaman berfungsi pula
sebagai pemasok unsur hara, dan tanah secara alami memiliki tingkat ketahanan
yang sangat beragam sebagai medium tumbuh tanaman Tanah merupakan sumber
daya alam terutama dalam bidang pertanian Sebagai tanah pertanian, tanah
memiliki fungsi sebagai sumber unsur hara pendukung tanaman yakni sebagai
tempat menyimpan air Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah
menyediakan unsur hara yangdibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung
pertumbuhan dan reproduksinya Unsur hara dalam bentuk nutrisi dapat diserap
oleh tanaman melalui akar Nutrisi dapat diartikan sebagai proses untuk
memperoleh nutrien, sedangkan nutrien dapat diartikan sebagai zat-zat yang
diperlukan untuk kelangsungan hidup tanaman berupa mineral maupun air untuk
kebutuhan tanaman (Hardjowigeno, S 2017).
Tanah yang diusahakan untuk bidang pertanian dan perkebuan memiliki
tingkat kesuburan yang berbeda-beda. Pengelolaan tanah secara tepat merupakan
faktor penting dalam menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman yang akan
diusahakan (Harahap et al., 2019). Menurunnya kesuburan tanah dapat menjadi
faktor utama yang mempengaruhi produktivitas tanah, sehingga penambahan
unsur hara dalam tanah melalui proses pemupukan sangat penting dilakukan agar
diperoleh produksi pertanian yang menguntungkan kesuburan tanah adalah proses
penilaian masalah-masalah keharaan dalam tanah dan pembuatan rekomendasi
pemupukan (Harahap et al., 2019
Bunga kol (Brassica oleracea var. Botrytis) merupakan sayuran yang
menjadi komoditas ekspor Indonesia dan termasuk sayuran yang paling banyak
dikonsumsi di dunia. Seiring peningkatan jumlah penduduk, konsumsi bunga kol
juga terus meningkat. Upaya peningkatan produksi bunga kol harus terus
ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pasar (Ahmad et al, 2018). Salah satu
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi bunga kol adalah
pemupukan dan kesuburan tanah. Menurut Chairudin C et al, (2015), penggunaan
pupuk anorganik sebagai bahan agrokimia banyak digunakan oleh pertanian
konvensional karena dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan pengaruhnya
dapat diketahui dengan cepat. Disisi lain penggunaan bahan kimia secara terus
menerus akan menurunkan kesuburan tanah.
Pertumbuhan dan hasil bunga kol dapat meningkat dengan pemeliharaan
lingkungan yang tepat. Salah satu penyebab rendahnya hasil bunga kol
dikarenakan menurunnya kesuburan tanah (Farahzety dan Aishah, 2013).
Dinariani et al. (2014) mengemukakan bahwa tanah yang subur dapat
mempermudah tanaman untuk berkembang terus-menerus secara ideal.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum dilapangan untuk Mengetahui pengaruh pemberian
pupuk anorganik npk majemuk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bunga
kol.
Tujuan praktikum dilaboratorium untuk menentukan banyaknya kadar
bahan organic suatu contoh tanah sebelum dan setelah diberi perlakuan dan
penanaman.

1.3. Manfaat Praktikum


Manfaat dari praktikum dilapangan yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kembang kol dengan diberikan
perlakuan pupuk NPK Majemuk yang di tanam pada tanah inseptisol reuleut.
Manfaat dari praktikum dilaboratorium adalah agar dapat mengetahui
kadar tanah, ph, dan bahan organic yang terdapat dalam tanah inseptisol releut.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanah Inceptisol


Inceptisol merupakan jenis tanah muda yang mulai mengalami
perkembangan, dimana profilnya memiliki horizon-horizon yang proses
pembentukannya agak lambat sebagai hasil alterasi bahan induk. Inceptisol adalah
jenis tanah yang berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen dan
metamorf. Inceptisol sebagai tanah yang baru berkembang umumnya mempunyai
tekstur yang beragam yaitu dari kasar hingga halus dan tergantung pada tingkat
pelapukan bahan induknya. Bentuk wilayahnya beragam yaitu mulai dari
berombak hingga berbukit (Arviandi dkk., 2015).
Inceptisol adalah jenis tanah yang memiliki solum tanah dengan tebal 1-2
meter. Warna tanah dari Inceptisol cenderung hitam atau kelabu sampai dengan
cokelat tua. Struktur tanahnya remah dengan konsistensi yang gembur. Tanah ini
memiliki kisaran pH dari 5,0 hingga 7,0. Kandungan unsur hara pada tanah
Inceptisol berkisar dari sedang hingga tinggi dengan produktivitas tanah sangat
potensial untuk ditingkatkan (Ketaren dkk., 2014). Pembentukan tanah Inceptisol
dapat berlangsung dengan cepat karena adanya proses pedogenesis yang meliputi
pemindahan, penghilangan karbonat, Digital Repository Universitas Jember 6
hidrolisis mineral primer menjadi formasi lempung, pelepasan sesquioksida,
akumulasi bahan organik, serta proses pelapukan sebagai proses yang paling
utama. Selain mempercepat pembentukan tanah Inceptisol, terdapat juga proses
pedogenesis yang dapat menghambat proses pembentukannya yaitu adanya
pelapukan batuan dasar menjadi bahan induk yang berlangsung sangat lama).
Inceptisol menjadi jenis tanah yang sangat penting dalam urutan umur tanah,
karena Inceptisol dapat dikategorikan tanah yang sudah cukup berumur dengan
adanya horizon kambik, tapi masih termasuk cukup muda jika dibandingkan
dengan tanah-tanah lain yang sudah mempunyai horizon argilik
Karakteristik tanah Inceptisol memiliki solum tanah agak tebal yaitu 1-2
meter, warna hitam atau kelabu sampai dengan cokelat tua, tekstur pasir, debu,
dan lempung, struktur tanah remah konsistensi gembur, pH 5,0 sampai 7,0, bahan
organik cukup tinggi (10% sampai 31%), kandungan unsur hara yang sedang
sampai tinggi, produktivitas tanahnya sedang sampai tinggi (Ketaren dkk, 2014).
Menurut Nelvia dkk. (2012), Inceptisol memiliki tingkat kesuburan yang
beragam tergantung dengan bahan induknya, sehingga ada yang memiliki
kesuburan rendah tetapi ada juga yang memiliki kesuburan tinggi. Kandungan
bahan organik dari Inceptisol tergolong sedang dan kandungan N, P, serta K
potensialnya tergolong rendah hingga sedang. Inceptisol juga memiliki nilai KTK
yang berkisar antara sedang hingga tinggi dan nilai kejenuhan basa yang tergolong
tinggi hingga sangat tinggi.
Inceptisol yang banyak dijumpai pada tanah sawah memerlukan masukan
yang tinggi baik untuk masukan anorganik (pemupukan berimbang N, P, dan K)
maupun masukan organik (pencampuran sisa panen kedalam tanah saat
pengolahan tanah, pemberian pupuk kandang atau pupuk hijau) terutama bila
tanah sawah dipersiapkan untuk tanaman palawija setelah padi. Kisaran kadar
COrganik dan kapasitas tukar kation (KTK) dalam inceptisol dapat terbentuk
hampir di semua tampat, kecuali daerah kering, mulai dari kutub sampai tropika
(Ketaren dkk., 2014)

2.2. Pupuk dan Pemupukan


Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih
unsur hara yang digunakan untuk menggantikan unsur hara yang habis diserap
oleh tanaman saat panen. Fungsi pupuk adalah sebagai salah satu sumber zat hara
buatan yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur
nitrogen, fosfor, dan kalium (Wibowo, 2017). Pupuk adalah suatu bahan yang
bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun
tanaman dapat menambah unsur hara serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah, atau kesuburan tanah.
Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang hilang dan menambah
persediaan unsur hara yang dibutuhkan tenaman untuk meningkatkan produksi
dan mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang
dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan
produksi tanaman (Dewanto et al., 2013). Usaha untuk dapat meningkatkan
produktifitas suatu tanaman diantaranya dapat dilakukan dengan pemberian
pupuk, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik (Dewanto et al., 2013).
Pemupukan adalah cara-cara atau metode pemberian pupuk atau bahan-bahan lain
seperti bahan kapur, bahan organik, pasir ataupun tanah liat ke dalam tanah.
Jadi pupuk adalah bahannya sedangkan pemupukan adalah cara
pemberiannya. Pupuk banyak macam dan jenis-jenisnya serta berbeda pula sifat-
sifatnya dan berbeda pula reaksi dan peranannya di dalam tanah dan tanaman.
Karena hal-hal tersebut di atas agar diperoleh hasil pemupukan yang efisien dan
tidak merusak akar tanaman maka perlulah diketahui sifat, macam dan jenis
pupuk dan cara pemberian pupuk yang tepat.

2.2.1. Pupuk Organik dan Anorganik


 Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui
proses rekayasa, dapat dibentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai
bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pemberian pupuk
organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikan bahan serap tanah terhadap
air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan
bagi tanaman (Dewanto et al., 2013).
Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 2/Pert./HK.060/2/2006, yang
dimaksud dengan pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman atau hewan
yang telah mengalami rekayasa berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk
memasok bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Nur,
2016). Menurut Rambe (2014), menyatakan pupuk organik dapat meningkatkan
kegemburan tanah, menambah unsur hara pada tanah dan juga merupakan sumber
bahan makanan bagi mikroorganisme tanah
 Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan
atau biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk (Dewanto
et al., 2013). Pemberian pupuk anorganik dapat merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan khususnya cabang, batang, daun, dan berperan penting dalam
pembentukan zat hijau daun (Dewanto et al., 2013). Pupuk anorganik lebih mudah
didapatkan namun harganya relatif mahal. Penggunaan pupuk anorganik selalu
diikuti dengan masalah lingkungan, baik terhadap kesuburan biologis maupun
kondisi fisik tanah serta dampak pada konsumen (Dewanto et al., 2013).
Menurut Prihmantoro dalam Khairunisa (2015), menjelaskan bahwa pupuk
anorganik memiliki beberapa keunggulan diantaranya yaitu: (1) 13 kandungan zat
hara yang terdapat pada pupuk dibuat secara tepat, (2) pemberiannya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, (3) mudah dijumpai karena tersedia
dalam jumlah banyak, (4) praktis dalam transportasi dan menghemat biaya angkut
dan (5) beberapa jenis pupuk anorganik dapat langsung diaplikasikan sehingga
menghemat waktu. Aplikasi pupuk anorganik secara terus menerus dengan dosis
yang meningkat setiap tahunnya dapat menyebabkan tanah menjadi keras dan
keseimbangan unsur hara dalam tanah terganggu (Zuhrufah, et al., 2015). Sifat
biologis tanah akan menurun serta aktivitas jasad renik dalam tanah terganggu
sehingga proses penguraian bahan organik tanah terhambat dan tingkat kesuburan
tanah juga berkurang (Zuhrufah et al., 2015). Menurut Zuhrufah et al. (2015),
menjelaskan pemakaian pupuk anorganik yang terus menerus menyebabkan
ekosistem biologi tanah menjadi tidak seimbang, sehingga tujuan pemupukan
untuk menyediakan unsur hara di dalam tanah tidak tercapai.

2.2.2. Pupuk NPK Majemuk


Pupuk NPK merupakan pupuk anorganik yang memiliki jenis pupuk
majemuk karena mengandung unsur hara berupa nitrogen (N), fosfor (P). dan
kalium (K). Kandungan unsur nitrogen dalam pupuk NPK adalah sebesar 15%.
Nilai nitrogen sudah mewakili kadar nitrogen yang terkandung dalam pupuk
sehingga angkanya tidak perlu dikonversi kembali (Wikipedia, 2018). N, P, dan K
merupakan faktor penting dan harus tersedia bagi tanaman karena berfungsi
sebagai proses metabolism dan biokimia sel tanaman. Nitrogen digunakan sebagai
pembangun asam nukleat, protein, bioenzim, dan klorofil. Fosfor digunakan
sebagai pembangun asam nukleat, fosforlipid, bioenzim, protein, senyawa
metabolic yang merupakan bagian dari ATP penting dalam transfer energy.
Kalium digunakan sebagai pengatur keseimbangan ion-ion sel yang berfungsi
dalam mengatur berbagai mekanisme metabolik seperti fotosintesis. Untuk itu,
dengan pemberian dosis pupuk N, P dan K akan memberikan pengaruh baik
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman (Firmansyah et al., 2017). Hara N, P,
dan K merupakan hara esensial untuk tanaman dan sebagai faktor batas bagi
pertumbuhan tanaman. Peningkatan dosis pemupukan N di dalam tanah secara
langsung dapat meningkatkan kadar protein (N) dan produksi tanaman, namun
pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan menyebabkan tanaman mudah rebah,
peka terhadap serangan hama penyakit dan menurunnya kualitas produksi
usahatani.

2.3. Karakteristik Tanaman Bunga kol


Tanaman kubis bunga termasuk dalam golongan tanaman sayuran
semusim atau umur pendek. Tanaman tersebut hanya dapat berproduksi satu kali
dan setelah itu akan mati. Pemanenan kubis bunga dapat dilakukan pada umur 60
– 70 hari setelah tanam, tergantung pada jenis dan varietasnya (Cahyono, 2015)
Berikut adalah klasifikasi dari tanaman kembang kol menurut Budi Samadi (2013)
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleraceae var. botrytis L.

2.3.1. Morfologi Tanaman Kembang Kol


Bunga kol mempunyai bagian bagian tanaman seperti akar, batang, daun,
bunga, buah dan biji.
 Akar
Sistem perakaran bunga kol menurut Cahyono (2015), memiliki akar tunggang
(Radix Primaria) dan akar serabut. Akar tunggang tumbuh ke pusat bumi (kearah
dalam), sedangkan akar serabut tumbuh ke arah samping (horizontal), menyebar,
dan dangkal (20 cm-30 cm). Dengan perakaran yang 7.7 dangkal tersebut,
tanaman akan dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam pada tanah yang gembur
dan porous.
 Batang
Batang tanaman bunga kol tumbuh tegak dan pendek (sekitar 30 cm). Batang
tersebut berwarna hijau, tebal, dan lunak namun cukup kuat dan batang tanaman
ini tidak bercabang.
 Daun
Daun bunga kol menurut Cahyono (2015) berbentuk bulat telur (oval) dengan
bagian tepi daun bergerigi, agak panjang seperti daun tembakau dan membentuk
celah-celah yang menyirip agak melengkung ke dalam daun bunga kol berwarna
hijau dan tumbuh berselang-seling pada batang tanaman. Daun memiliki tangkai
yang agak panjang dengan pangkal daun yang menebal dan lunak. Daun. daun
yang tumbuh pada pucuk batang sebelum massa bunga tersebut berukuran kecil
dan melengkung ke dalam melindungi bunga yang sedang atau mulai tumbuh.
 Bunga
Massa bunga (curd) terdiri dari bakal bunga yang belum mekar, tersusun atas
lebih dari 5.000 kuntum bunga dengan tangkai pendek. sehingga tampak
membulat padat dan tebal berwarna putih bersih atau putih kekuning kuningan.
Diameter massa bunga kol dapat mencapai lebih dari 20 cm dan memiliki berat
antara 0.5 kg-1,3 kg, tergantung varietas dan kecocokan tempat tanam (Pracaya,
2011).
 Buah dan Biji
Tanaman bunga kol dapat menghasilkan buah yang mengandung banyak biji.
Buah tersebut terbentuk dari hasil penyerbukan bunga yang terjadi karena
penyerbukan sendiri ataupun penyerbukan silang dengan bantuan serangga lebah
madu. Buah berbentuk polong. berukuran kecil dan ramping, dengan panjang
antara 3 cm-5 cm. Di dalam buah tersebut terdapat biji berbentuk bulat kecil,
berwama coklat kehitam hitaman. Biji-biji tersebut dapat dipergunakan sebagai
benih perbanyakan tanaman (Cahyono, 2015)

2.3.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kembang Kol


Syarat tumbuh tanaman bunga kol dalam budidaya tanaman bunga kol
adalah sebagai berikut :
 Iklim
Pada mulanya bunga kol dikenal sebagai tanaman sayuran daerah yang
beriklim dingin (sub tropis), sehingga di Indonesia cocok ditanam di daerah
dataran tinggi antara 1.000-2.000 meter dari atas permukaan laut (dpl) yang suhu
udaranya dingin dan lembab, Kisaran peratur optimum untuk pertumbuhan dan
produksi sayuran bunga kol antara 15°C 18°C, dan maksimum 24°C. Bunga kol
termasuk tanaman yang sangat peka terhadap temperatur terlalu rendah ataupun
terlalu tinggi, terutama pada periode pembentukan bunga. Bila temperatur terlalu
rendah, sering mengakibatkan terjadinya pembentukan bunga sebelum waktunya.
Sebaliknya pada temperatur yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan tumbuhnya
daun-daun kecil pada massa bunga (curd) (Pracaya, 2011).

 Tanah
Tanaman bunga kol cocok ditanam pada tanah lempung berpasir, tetapi toleran
terhadap tanah ringan seperti andosol. Namun syarat yang paling penting keadaan
tanahnya subur, gembur, kaya akan bahan organik, tidak mudah becek
(menggenang), kisaran pH antara 5,5-6,5 dan pengairannya cukup memadai
(Pracaya, 2011).
3. METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu Praktikum


Tempat praktikum kesuburan tanah dan pemupukan dilaksanakan dilahan
(kebun percobaan) dan di Laboratorium Ilmu tanah. Pada praktikum yang di lahan
dilaksanakan pada hari Minggu Tanggal 9 Oktober 2022 untuk pembersihan
lahan dan pembuatan bedengan (plot) dari jam 07.00 pagi sampai Selesai. Dan
untuk praktikum yang di laboratorium dilasanakan pada tanggal 14 Oktober 2022
dan 21 Oktober 2022.

3.2. Bahan dan Alat Praktikum


Bahan dan Alat yang digunakan untuk praktikum dilahan adalah;
Biji (bibit) kol bunga, Pupuk NPK. Dan alat yang digunakan adalah cangkol,
meteran, tali raffia, botol aqua bekas, tray semai,parang, plastic bening ukuran 2
kg dan pelepah pisang.
Bahan dan alat yang digunakan umtuk praktikum di Laboratorium adalah;
 PENETAPAN KADAR AIR
Bahan yang digunakan adalah:
1) Contoh (sampel) tanah
2) Contoh (sampel) amelioran
Alat yang digunakan adalah:
1) Timbang analitik
2) Botol timbang
3) Sendok
4) Oven
5) Eksikator

 PENETAPAN AIR KAPASITAS LAPANG


Bahan yang digunakan adalah:
1) Tanah kering udara
2) Amelioran (pupuk kandang) kering udara
3) Pasir kering
4) Air

Alat yang digunakan adalah


1) Timbang analitik
2) Gelas piala 1000 ml
3) Botol timbang
4) Oven
5) Eksikator
6) Pipet
7) Plastik bening
8) Karet gelang
9) Sendok
10) Cawan

 Penetapan reaksi (Ph) tanah


Bahan yang digunakan yaitu:
1) Sampel tanah
2) Aquades
3) KCl 1 N

Alat yang digunakan yaitu:


1) Botol kocok
2) pH meter
3) Gelas ukur

 Penetapan karbon organic tanah


Bahan yang digunakan yaitu:
1) K2Cr2O7 1N
2) H2SO4 pekat
3) H3PO7 85%
4) FeSO4 1N
5) Indikator Indifenil amin
6) Aquades

Alat yang digunakan yaitu:


1) Timbangan analitik
2) Gelas ukur
3) Pipet 10 cc
4) Biuret
5) Labu ukur
6) Pemanas air
7) Erlemeyer

3.3. Metode Praktikum


3.3.1. Praktikum Lapangan
Pada praktikum lapangan ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu
pengolahan tanah, persiapan tanah, pemeliharaan dan pemupukan.

3.3.1.1. Pengolahan Tanah dan Persiapan Tanam


Pertama-tama lahan percobaan dibersihkan dan diolah dua kali (2x)
dengan menggunakan cangkul. Setelah itu dibuat plot percobaan berukuran
panjang, lebar dan tinggi (1 m x 1 m x 0,30 m) dan jarak antar bedengan (plot) 30
cm. Pembuatan bedeng (plot) serapi mungkin dan sejajar dengan bedeng (plot)
teman yang lain (seperti seutas benang) atau bedeng (plot) sejajar timur- barat,
utara- selatan.
Setelah pembuatan bedeng (plot) selesai, kemudian ambil sampel tanah
awal masing-masing plot 200 g atau satu genggaman tangan yang diambil dari 5
titik, pengambilan sampel tanah dilakukan secara zig zag. Kemudian sampel tanah
dimasukkan kedalam kantong plastik volume 2 kg, dan dikering anginkan selama
7 hari. Kemudian pindahkan bibit bunga kol yang sudah disemai selama lebih
kurang 14 hari ke plot (bedeng) dan tutup dengan pelepah pisang agar tanaman
tidak rusak.
.
3.3.1.2. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah dilakukan penanaman, pupuk yang
diberikan adalah pupuk NPK Majemuk dengan dosis 60 gr. Pupuk NPK majemuk
di tabur di sekitar tanaman dan di tutup sedikit dengan tanah (tipis-tipis) agar
pupuk nya tidak menguap akibat terpapar sinar matahari.

3.3.1.3. Pemeliharaan (Penyiraman, Pembumbunan, Penyiangan Gulma

 Penyiraman
Tanaman bunga kol mempunyai sistem perakaran yang dangkal sehingga
perlu pengairan yang rutin, terutama di musim kemarau. Hal yang terpenting
adalah menjaga agar tanah tidak kering atau kekurangan air. Waktu pemberian air
yaitu pada pagi atau sore hari Pada musim kemarau, pengairan perlu dilakukan 1-
2 kali sehari, terutama pada fase awal pertumbuhan dan pembentukan bunga.

 Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan dengan cara menambahkan tanah pada pangkal,
yang berfungsi untuk memperkuat atau memperkokoh berdirinya batang dan
perakaran tanaman. Dan juga untuk menutup akar tanaman yang bermunculan
diatas permukaan tanah karena adanya areasi.

 Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang ada pada bedeng atau
di sekeliling tanaman kemudian dibuang dan dilakukan secara hati-hati agar tidak
merusak tanaman.

3.3.1.4. Pengamatan
Parameter pengamatan yang dilakukan pada pertumbuhan tanaman bunga
kol yang dilakukan setiap 10 hari sekali sebanyak 3 kali pengamatan adalah
sebagai berikut:
1) Tinggi Tanaman
Pengukur tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur dari pangkal batang
tanaman hingga ujung daun tertinggi dengan menggunakan penggaris dan meteran
yang dinyatakan dalam satuan cm.
Gambar Pengukuran Tinggi Tanaman

.
2) Jumlah Daun
Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun
pada setiap tanaman. Daun yang dihitung meliputi daun yang sudah terbuka dan
lengkap dengan bagian-bagiannya. Satuan jumlah daun adalah helai.
Gambar Pengamatan Perhitungan Jumlah Daun

3) Berat Berangkasan Basah


Pengamatan berat berangkasan basah dilakukan dengan cara menimbang
tanaman yang telah dibersihkan dan ditimbang dengan timbangan analitik.

Gambar Berat Brangkasan Basah Bunga Kol


4) Diameter bunga
Pengukuran diameter pada tanaman kol bunga dilakukan terhadap diameter
keliling dan diameter melintang. Pengukuran diameter dilakukan menggunakan
penggaris atau meteran. Diameter keliling dilakukan dari bagian bawah bunga hingga
mengelilingi bunga, sedangkan diameter melintang dilakukan dari bagian atas bunga.
Diukur menggunakan penggaris yang diletakkan secara melintang.
5) Berat Basah Tanaman Kol Bunga
Penimbangan berat tanaman kol bunga dilakukan pada ± 55-60 HST.
Tanaman dicabut secara hati hati hingga seluruh bagian tanaman masih utuh.
Tanah yang masih menempel kemudian dibersihkan selanjutnya tanaman
ditimbang.

3.3.2. Praktikum Laboratorium


Pada praktikum laboratorium parameter pengamatannya meliputi
penetapan reaksi tanah, penetapan kadar air tanah, dan penetapan bahan organik
tanah.

3.3.2.1. Penetapan Reaksi Tanah


Penetapan reaksi tanah dapat dilakukan dengan Langkah-langkah berikut:
 Timbang tanah kering angin sebanyak 10 g, masukkan ke dalam botol
kocok, tambahkan 25 ml aquadest
 Lalu kocokkan dengan menggunakan mesin pengocok selama 30 menit.
 Kemudian ukur pHnya dengan pH meter.
 Ulangi pekerjaan ini (no. 1-3) dengan cara yang sama, tetapi dengan
menggunakan KCl 1 N sebagai pengganti aquades. Catat hasilnya dan
bandingkan.

3.3.2.2. Penetapan Kadar Air Tanah


Penetapan kadar air tanah dapat dilakukan dengan Langkah-langkah
berikut:
 Timbang masing-masing 10 g contoh tanah dan amelioran (kering angin)
ke dalam botol timbang yang bersih, kering dan sudah diketahui beratnya.
 Kemudian keringkan contoh tanah/amelioran dalam oven (botol timbang
tetap terbuka) pada suhu 1050C sampai bobotnya tetap (± 24 jam).
 Dinginkan cawan alumunium/botol timbang selama 15 menit dalam
eksikator untuk mencapai suhu ruangan.
 Hitung kadar air tanah dan amelioran atas dasar bobot tanah kering oven
105 0C dengan menggunakan persamaan berikut.
Perhitungan :
Bobot air
% kadar air tanah = x 100%
Bobot tanah kering 105oC
Bobot air = (bobot cawan + tanah kering angin) - (bobot cawan + tanah
kering oven)
Bobot tanah kering oven = (bobot tanah kering oven – bobot cawan)

3.3.2.3. Penetapan Kapasitas Lapang


Penetapan kapasitas lapang dapat dilakukan dengan Langkah Langkah
berikut:
 Pasir dimasukkan ke dalam beker gelas ± ¼ dari tinggi gelas.
 Letakkan pipet (sedotan) di atas pasir, tepat ditengah-tengahnya, kemudian
tuangkan sampel tanah kering udara setinggi ± 2/3 beker gelas. Pipet ini
berguna untuk mengalirkan udara dari pasir, sedangkan pasir berfungsi
sebagai media peresap air gravitasi.
 Siramkan air dengan hati-hati ke permukaan tanah, jangan sampai
membasahi
 Tutup dengan plastik untuk mencegah peng uapan air dan letakkan di
tempat sejuk selama 24 jam.
 Setelah 24 jam ambil 10 g tanah di bagian tengan baker gelas cawan
timbang (cawan timabang telah diketahui beratnya).
 Masukkan kedalam oven dengan suhu 105ºC sampai berat konstan
(selama + 24 jam).
 Kemudian masukkan ke kksikator ± 10 menit, lalu timbang beratnya.
Sehingga diperoleh tanah kering oven.
 Hitung kadar air kapasitas lapang (KL) menggunakan rumus   menetapkan
kadar air

3.3.2.3. Penetapan Bahan Organik Tanah


Penetapan bahan organic dapat dilakukan dengan Langkah-langkah
berikut:
 0,5 tanah masukkan kedalam erlemeyer 250 ml, lalu tambahkan 5 ml
K2Cr2O7 1N, kemudian tambahkan 10 ml H2SO4 Pekat.
 Dinginkan selama 15 menit sambil diguncang.
 Tambahkan 100 ml aquadest.
 Tambahkan 0,5 ml H3PO7, kemudian tambahkan indikator BO, difenilamin
1,5 cc. Kemudian titrasi dengan FeSO4 1N sampai terjadi perubahan warna
menjadi hijau jernih.
 Lakukanlah juga untuk penetapan blanko (tanpa tanah) dengan cara dan
bahan yang sama.

Perhitungan :
(ml blanko  ml sample) x 3
ml blanko x FM
% Organik = W

Keterangan:
ml blanko = Hasil titrasi untuk blanko
ml sample = Hasil titrasi untuk sample
W = Berat contoh tanah yang dianalisa (1g)
100
FM = Faktor koreksi yang didapat dari 100  KA
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Tinggi Tanaman
Tabel 1 Tinggi Tanaman
Parameter 1 2 3
Pengamatan
Tanaman 1 9.6 cm 11.5 cm 15 cm
Tanaman 2 11 cm 13 cm 18 cm
Tanaman 3 8 cm 13 cm 16.2 cm
Tanaman 4 10.5 cm 14 cm 20.5 cm
Tanaman 5 12 cm 17.5 cm 22 cm
Tanaman 6 9 cm 14 cm 21 cm
Tanaman 7 11 cm 13 cm 21 cm
Tanaman 8 15 cm 18 cm 25.5 cm
Tanaman 9 12 cm 15.5 cm 17 cm
Rata-Rata 10.9 cm 14.39 cm 19.58 cm
Keterangan : Pengamatan tinggi tanaman bunga kol pada tanaman 1, 2, 3, 4, 5,
6,7, 8, dan 9 yang diamati selama 3 kali pengamatan.

4.1.2. Jumlah Daun


Tabel 2 Pengamatan Jumlah Daun
Parameter 1 2 3
Tanaman
Tanaman 1 6 7 8
Tanaman 2 6 7 10
Tanaman 3 5 8 10
Tanaman 4 7 8 11
Tanaman 5 6 8 8
Tanaman 6 5 6 10
Tanaman 7 7 8 12
Tanaman 8 7 8 10
Tanaman 9 6 7 10
Rata-Rata 6.11 7.44 9.9
Keterangan: Pengamatan jumlah daun bunga kol pada tanaman 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, dan 9 yang diamati selama 3 kali pengamatan

4.1.3. Diameter Bunga


Tabel 3 Diameter Pengamatan Pada Tanaman Bunga Kol
Parameter 1 2 3
Pengamatan
Tanaman 7 0 0 10
Tanaman 8 0 0 12
Tanaman 9 0 0 8
Rata-Rata 0 0 10
Keterangan: Pengamatan diameter bunga kol pada tanaman 7, 8, dan 9 yang
diamati pada pengamatan ke 3

4.1.4. Berat Brangkasan Basah

Tabel 3 Berat Berangkasan basah Pada Tanaman Bunga Kol


Parameter 1 2 3
Pengamatan
Tanaman 1 0 0 39.5
Tanaman 2 0 0 139.6
Tanaman 3 0 0 256.6
Tanaman 4 0 0 86.4
Tanaman 5 0 0 97.6
Tanaman 6 0 0 123.7
Tanaman 7 0 0 309.2
Tanaman 8 0 0 243.5
Tanaman 9 0 0 193.4
Rata-Rata 0 0 165.5
Keterangan : pengamatan berangkasan basah bunga kol pada tanaman 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, dan 9 pada pengamatan ke 3

4.1.5. Berat Bunga Kol


Tabel 4. Berat Bunga Kol
Parameter 1 2 3
Pengamatan
Tanaman 7 0 0 90.6
Tanaman 8 0 0 82.4
Tanaman 9 0 0 63.3
Rata-Rata 0 0 78.76
Keterangan: Pengamatan berat bunga kol pada 3 tanaman sampel 7, 8, dan 9 pada
pengamatan ke 3

4.1.6 . Analisis Tanah Awal dan Akhir di Laboratorium

Kadar Air Tanah Awal


Dik :
Berat cawan = 2,0 gr
Tanah Kering Angin = 10 gr
Tanah Kering Oven = 9,5 gr
Penyelesaian :

% Kadar air tanah 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟


x 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 105 ℃

Bobot air = (Bobot cawan + tanah kering angin) - (Bobot cawan + tanah kering
oven)
= (2,0 gr + 10 gr) – (2,0 gr + 9,5 gr)
= 12 – 11,5
= 0,5
Bobot tanah kering oven = (Bobot tanah kering oven – bobot cawan)
= (11,5 – 2,0)
= 9,5

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟
% Kadar air tanah =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 105 ℃ x 100%

= 0,5 x 100%
9,5 105 c
= 5,2
Bahan Organik Tanah Analisis Awal
Dik :
ml blanko = 85 ml

ml sampel = 75 ml

w = 0,5 gr
FM = 1,54
Dit % c organic tanah?
Penyelesaian :
(𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑚𝑙
∙ % Organik = 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒)×3

𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜

×𝐹𝑀
𝑊

(85−75)× 1,54
Maka % C - organik =
5
×1,07 = 2,18
1

%BO = 1,724 x % c Organik Tanah

= 1.724 X 1,078%

= 1,85%

Berdasarkan kriteria kandungan bahan organik dalam tanah, maka kandungan bahan
organik pada tanah inceptisol reuleut pada analisis awal di dapatkan hasil seperti di atas
dan termasuk dalam kategori rend

4.2. Pembahasan
4.2.1. Tinggi Tanaman
Parameter pertumbuhan vegetatif yang diamati ialah tinggi tanaman
dihitung dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi dengan menggunakan
penggaris dan meteran yang dinyatakan dalam satuan cm. Tinggi tanaman
merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan
maupun sebagai parameter untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan
yang diterapkan karena tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang
paling mudah diamati.
Dari tabel 1 di atas menunjukkan bahwa pada pengamatan tinggi tanaman
bunga kol mengalami peningkatan setap dilakukan pengamatan. Hal ini
disebabkan karena pada tumbuhan terdapat kambium, floem, xylem yang
menyebabkan tumbuhan bisa tumbuh tinggi dan besar.
Widiyawati (2016), menyatakan bahwa tinggi rendahnya hasil dari suatu
tanaman tergantung dari varietas yang digunakan, teknik bercocok tanam, dan
kondisi lingkungan yang ada di sekitar areal penanaman. Hasil produksi suatu
tanaman baik dari segi kualitas maupun kuantitas dipengaruhi oleh fase vegetatif
dan generatif yang saling berkaitan. Menurut Nuryadin dkk. (2016), mengenai
penelitiannya tentang bunga kol, terhambatnya proses fase vegetatif tanaman juga
akan mempengaruhi fase generatif pada tanaman bunga kol. Hal ini dikarenakan
peralihan fase vegetatif menuju fase generatif salah satunya dipengaruhi oleh
unsur hara. Menurut Apriliani dkk. (2016), menyatakan bahwa apabila suatu
tanaman tercukupi kebutuhan lingkungannya khususnya dari segi unsur hara maka
tanaman tersebut akan dapat terekspresikan faktor genetiknya secara lengkap
karena dapat menyelesaikan siklus hidupnya secara utuh sehingga mampu
menampilkan potensi hasilnya secara baik. Pupuk majemuk NPK yang digunakan
adalah pupuk yang memiliki merek dagang Phonska. Phonska merupakan pupuk
majemuk NPK yang mengandung unsur hara makro primer N (15%), P (15%),
dan K (15%). Pupuk Phonska mampu memacu pertumbuhan akar, pembentukan
bunga, meningkatkan toleran terhadap hama, penyakit dan kekeringan. Serta
memiliki sifat mudah larut dalam air sehingga mudah diserap oleh akar tanaman
(Petrokimia Gresik, 2016). Unsur nitrogen, fosfor, dan kalium memiliki peran
penting masing-masing yang saling berhubungan dalam memacu pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Nitrogen berperan penting dalam menunjang
pertumbuhan vegetatif, pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan
senyawa lainnya, fosfor berperan penting dalam proses pendewasaan tanaman,
merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar serta memacu proses
pembungaan, sedangkan kalium berperan penting dalam membangun dinding sel,
memperkuat jaringan tanaman, mengatur membuka-menutupnya guard cell pada
stomata daun, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit serta
meningkatkan kekuatan tangkai serta batang tanaman (Firmansyah dkk., 2017).
Meningkatnya proses metabolisme tanaman akan menyebabkan tanaman lebih
banyak membutuhkan unsur hara dan meningkatkan penyerapan air yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berat segar yang
dihasilkan dari suatu tanaman dipengaruhi oleh hasil fotosintesis yang terkandung
dalam tanaman tersebut. Selain itu, unsur hara fosfor yang terkandung dalam
pupuk NPK juga memiliki peranan penting dalam proses pembungaan tanaman
bunga kol. Kelebihan kandungan unsur P (fosfor) dapat mengakibatkan krop
menjadi lunak, sedangkan kekurangan unsur P dapat mengakibatkan pertumbuhan
krop terhambat sehingga krop menjadi kecil (Gomies dkk., 2012).

4.2.2. Jumlah Daun


Tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan unsur hara untuk
pembentukan organ-organ tanaman salah satunya pembentukan daun. Dalam
pertumbuhannya tanaman akan menyerap unsur hara yang tersedia dalam tanah
atau media tanam yang akan dibawa ke daun untuk dilakukan fotosistesis yang
kemudian hasil dari fotosintesis tersebut akan digunakan untuk pertumbuhan
tanaman. Tanaman akan menyerap unsur hara sesuai dengan kebutuhan tanaman
sehingga pertumbuhan tanaman akan bergantung dengan ketersediaan unsur hara
dalam tanah atau media tanamnya. Apabila unsur hara yang terkandung pada
media tanam sedikit maka tanaman akan kekurangan unsur hara dan pertumbuhan
akan terhambat, namun apabila unsur hara yang tersedia dalam media tanam
tinggi melebihi kebutuhan tanaman maka tanaman hanya menyerap unsur hara
yang dibutuhkan saja.
Berdasarkan tabel 2. hasil pengamatan yang dilakukan selama 10 hari
sekali selama 3 kali pengamatan dapat dijelaskan bahwa Jumlah daun bunga kol
selalu meningkat seiring bertambahnya umur tanaman. Kerusakan daun terjadi
pada fase pengamatan ke 3 dimana banyak nya ulat dan telur nya di daun bunga
kol tersebut sehingga menghambat proses tumbuh dan berkembang nya daun.
Apalagi masa masa tersebut merupakan masa fase menuju generative. Andoko
(2012) menyatakan bahwa kebutuhan hara makro dan mikro dalam jumlah
optimal akan mendorong pertumbuhan dan hasil tanaman menjadi lebih baik.
Pengaruh lingkungan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kol bunga
serangan hama dan penyakit. Faktor serangan hama seperti ulat perusak daun
merupakan salah satu kendala dalam pertumbuhan dan hasil kol bunga. Selama
pertumbuhan generatif ulat perusak daun banyak menyerang tanaman kol bunga.
Ulat yang berwarna hijau ini memakan permukaan daun bagian bawah dengan
meninggalkan tulang-tulang daun sehingga daun berlubang. Kondisi ini akan
mengganggu proses fotosintesis kol bunga karena penangkapan energi cahaya
untuk fotosintesis tidak efesien, akibatnya fotosintat yang dihasilkan juga akan
berkurang.
Menurut Yulisma (2011), menyatakan bahwa kemampuan tanaman untuk
dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor lingkungan saja, melainkan juga dipengaruhi oleh sifat genetik dari
masingmasing varietas tanaman. Sifat genetik juga akan mempengaruhi
kemampuan tanaman dalam proses metabolismenya. Daun merupakan organ
tanaman tempat terjadinya proses fotosintesis. Luas daun yang lebih sempit akan
mempengaruhi kemampuan tanaman dalam menangkap cahaya matahari yang
dibutuhkan dalam fotosintesis. Rendahnya kemampuan daya tangkap cahaya
matahari akan berdampak terhadap asimilat yang dihasilkan. Rendahnya asimilat
yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman seperti proses
pembelahan, perluasan maupun perpanjangan sel yang akhirnya berdampak pada
perluasan organ tanaman (Apriliani dkk., 2016).

4.1.3. Diameter Bunga


Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan dapat dijelaksan
bahwa hanya 3 tanaman yang berbunga, dan yang berbunga tersebut adalah
tanaman sampel. Dengan pemberian pupuk NPK Majemuk dapat membantu
pertumbuhan serta pembungaan tanaman bunga kol. unsur hara fosfor yang
terkandung dalam pupuk NPK juga memiliki peranan penting dalam proses
pembungaan tanaman bunga kol. Kelebihan kandungan unsur P (fosfor) dapat
mengakibatkan krop menjadi lunak, sedangkan kekurangan unsur P dapat
mengakibatkan pertumbuhan krop terhambat sehingga krop menjadi kecil
(Gomies dkk., 2012).
Bunga kol sendiri adalah hasil produksi dari tanaman kol yang ditanam
pada praktikum ini. Bunga pada tanaman kol muncul ketika masa pertumbuhan
vegetatif pada tanaman bunga kol sudah sempurna, seperti daun sudah tumbuh
sempurna karena pertumbuhan daun juga mempengaruhi produksi bunga pada
tanaman bunga kol. Pengamatan ini dilakukan 10 hari sekali selama 3 kali
pengamatan.
Tanaman yang lain tidak berbunga disebabkan karena factor lingkungan
sehingga menghambat pertumbuhan bunga. Hayati dkk. (2012), yang mengatakan
bahwa perbedaan hasil dari suatu varietas tanaman dikarenakan varietas tersebut
dapat dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan sehingga meskipun varietas
lain memiliki potensi produksi yang baik secara genetik potensi hasilnya dapat
berbeda tidak sesuai dengan yang seharusnya karena kemampuan adapatasi
varietas tersebut terhadap lingkungannya.

4.1.4. Berat Brangkasan Basah


Berat basah tanaman merupakan berat tanaman yang masih segar dan
diperoleh dengan cara menimbang tanaman setelah panen dan ditimbang sebelum
tanaman layu, karna ketika tanaman layu maka akan kehilangan kadar air yang
banyak. Dari pengamatan berat brangkas basah tanaman bunga kol (Brassica
oleracea var.botrytis) yang ditanam dalam bedengan (plot) yaitu dengan rata –
rata 165,5 gram. Pengukuran berat basah dilakukan lama agar tanaman kehilangan
banyak air. Pada hasil data menunjukkan berat basah tanaman signifikan. Hal ini
karena dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam menyerap air secara optimal
maka pertambahan berat basah pada tanaman akan menghilang. Pertambahan
berat basah merupakan total berat tanaman, yang merupakan hasil aktifitas
metabolik tanaman. Berat basah tanaman terdiri dari daun, tangkai daun, dan
batang. (Roidi, 2016).
Menurut Firmansyah,dkk (2017), Unsur N memacu pembentukan klorofil
dan 24 pertumbuhan vegetatif tanaman,seperti daun, cabang dan batang yang
dapat berperngaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas daun. Unsur P
memacu pendewasaan tanaman, pembungaan,serta pertumbuhan dan
perkembangan akar yang berpengaruh terhadap berat bunga kol, dan diameter
bunga.

4.2.5 Berat Bunga


Parameter tanaman selanjutnya adalah pengukuran berat bunga, yang
mana bunga kol dipisahkan atau di potong terlebih dahulu dari batang nya.
Kemudian di timbang dengan menggunakan timbangan analitik. Pada pengamatan
berat bunga hanya terdapat 3 bunga saja yaitu pada tanaman sampel dengan nilai
rata-rata nya adalah 78,76. Bunga yang merupakan organ generatif pada tanaman
yang berfungsi untuk perkembangbiakan tanaman. Organ generatif yaitu organ
yang berfungsi untuk perkembangbiakan pada tanaman. Berat masing-masing
bunga kol berbeda-beda hal itu disebabkan karena keterlambatan pertumbuhan
yang terjadi atau pertumbuhan nya tidak serentak sehingga menyebabkan ukuran,
bentuk serta berat nya berbeda.

4.2.5. pH Tanah
pH adalah derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan, menyatakan
logaritma negative konsentrasi ion H dengan bilangan pokok 10. Larutan netral
mempunyai PH 7, asam < dari 7, basa > dari 7.Bunga kol termasuk tanaman yang
sangat peka terhadap temperatur terlalu rendah ataupun terlalu tinggi, terutama
pada periode pembentukan bunga.Bila temperatur terlalu rendah, sering
mengakibatkan terjadinya pembentukan bunga sebelum waktunya. Sebaliknya
pada temperatur yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan tumbuhnya daun - daun
kecil pada massa bunga (curd). Tanah Tanaman bunga kol cocok ditanam pada
tanah lempung berpasir,tetapi toleran terhadap tanah ringan seperti
andosol.Namun syarat yang paling penting keadaan tanahnya subur, gembur, kaya
akan bahan organik, tidak mudah becek (menggenang), kisaran pH antara 5,5 –
6,5 dan pengairannya cukup memadai.
Jadi setelah dilakukan analisis pada tanah awal dan ahir yang di ambil pada
bedengan tanah menunjukkan bahwa pH nya 6,6 yanga rtinya netral dan pada
analisis ahir yaitu ph nya adalah
Tingkat keasaman dan kebasaan merupakan pH ideal kandungan senyawa
organik, mokroorganisme, unsur hara dan mineral dalam kondisi yang optimal.
Reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman (Balittanah,
2012).

4.2.9. Kadar Air Tanah


Parameter pengamatan selanjutnya adalah kadar air tanah. kadar air
dipengaruhi oleh besar kecilnya pemberian air pada permukaan tanah. Kebutuhan
air setiap tumbuhan berbeda. Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak
diabandingkan dengan tumbuhan lainnya. Kadar air dalam tanah tergantung pada
banyaknya curah hujan, kemampuan tanah menahan air, besarnya
evapotranspirasi, kandungan bahan organic. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan bahwa kadar air

Kadar air tanah adalah konsetrasi air dalam tanah yang biasanya
dinyatakan dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air
yang ada dalam tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan
nyata, biasanya pesentase berat. Air merupakan salah satu komponen penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air yang diserap tanaman adalah air
yang berada pada pori-pori tanah. Setiap jenis tanah memiliki distribusi dan
ukuran pori yang berbeda-beda, yang akan mempengaruhi ketersediaan air dalam
tanah (Haridjaja dkk, 2013)

4.2.10. Kapasitas Lapang


 Kapasitas lapang adalah kondisi Ketika komposisi air dan udara di dalam
tanah berimbang. Kondisi ini dapat kita lihat seperti contoh pot yang telah disiram
air sehingga jenuh yang mengentaskan semua air hingga taka da lagi air yang
keluar dari lubang yang terdapat pada bagian bawah pot. Hampis semua tanaman
menyukai tanah pada kondisi kapasitas lapang (Adriyansyah, 2013).
Bila kelembaban tanah turun sampai di bawah kapasitas lapang maka air
menjadi tidak mobile. Akar-akar akan membentuk cabang-cabang lebih banyak,
pemanjangan lebih cepat untuk mendapatkan suatu air bagi konsumsinya.Oleh
karena itu akar-akar tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang kandungan air
di bawah kapasitas lapang akan selalu becabang-cabang dengan hebat sekali.
Kapasitas lapang sangat penting pula artinya karena dapat menunjukkan
kandungan maksimum dari tanah dan dapat menentukan jumlah air pengairan
yang diperlukan untuk membasahi tanah sampai lapisan di bawahnya. Tergantung
dari textur lapisan tanahnya maka untuk menaikkan kelembaban 1 feet tanah
kering sampai kapasitas lapang diperlukan air pengairan sebesar 0,5 – 3 inches.

4.2.11. Bahan Organik Tanah


Bahan organic adalah penimbunan dari sisa – sisa tanaman dan binatang
yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Sumber
dari bahan organic adalah jaringan tanaman berupa daun, batang, ranting, buah,
dan jasad binatang.
Bahan organic terdiri dari senyawa kandungan karbon yang kompleks.
Atom-atom karbon, tidak seperti unsur lainnya, secara alami dapat membentuk
rangkaian panjang. Rangkaian yang panjang ini memberi kerangka yang diikuti
unsur lainnya seperti hydrogen, oksigen, nitrogen, dan belerang untuk membuat
susunan yang kompleks. Dari susunan yang kompleks dari atom karbon ternyata
merupakan senyawa organic yang penting untuk kehidupan (Afandi, 2015 ). Bahan
organik memiliki peran penting untuk mendukung tanaman. Sehingga jika kadar
bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah mendukung produktivitas
tanaman juga menurun. Ketidak seimbangan bahan organic dengan kehilangan
yang terjadi melalui dekomposisi yang berdampak pada penurunan kadar bahan
organic dalam tanah. Bahan organic berperan dalam memperbaiki sifat fisik dan
kimia tanah. Salah satu peranan penting bahan organik yaitu memperbaiki struktur
tanah, penurunan bobot isi, dan peningkatan ruang pori (Sofyan, 2011).
Utami dan Handayani (2013) menjelaskan dengan pemberian bahan
organik dapat meningkatkan kandungan C-organik tanah dan juga dengan
peningkatan C- organik tanah dapat mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik
secara fisik, kimia dan biologis.
5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dilapangan dapat di tarik
kesimpulan bahwa pemberian Pupuk NPK Majemuk pada tanaman bunga kol
khususnya di tanah inceptisol memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi
tanaman,jumlah daun,diameter bunga dan juga berat bunga.. Pupuk NPK
Majemuk yang mengandung 3 unsur yaitu N P dan K yang membantu proses
pertumbuhan vegetatife tanaman bunga kol..Tidak hanya akibat pemberian pupuk
NPK Majemuk, perawatan yang baik juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman
bunga kol. Seperti dengan memberikan air yang sesuai dengan kapasitas lapang ,
tidak berlebihan dan melakukan pembumbunan dan penyiangan gulma juga perlu
dilakukan agar tanaman budidaya tidak terserang hama sehingga
perkembangannya tidak terganggu.
pH tanah, kadar air tanah serta bahan organic pada tanah juga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman bunga kol. pH tanah
yang sesuai dan netral akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, semakin baik pH pada tanah semakin optimal pertumbuhan tanaman
tersebut.

5.2. Saran
Sebelum melakukan penanaman di area tanah inceptisol sebaiknya terlebih
dahulu diberikan pupuk dasar agar kebutuhan unsur haranya tercukupi serta tanah
menjadi subur dan tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan
DAFTAR PUSTAKA

Adriansyah.2013. Kapasitas Lapang Pada Tanah. Detik ani 10 Juni 2013 Bang
Hong, H.H. Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu tanah. Badan Kerjasama

Ahmad, I. H., Arifin, A. Z., & Pratiwi, S. H. 2018. Uji Adaptasi Pertumbuhan
Tanaman Kubis Bunga (Brassica olaraceae var. Botrytis ) Dataran Tinggi Yang
Ditanam di Dataran Rendah Pada Bebagai Kerapatan Tanam dan Naungan. Jurnal
Agroteknologi Merdeka Pasuruan, 1 (2), 11-17
Apriliani, I. N., S. Heddy dan N. E. Suminarti. 2016. Pengaruh Kalium pada
Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tanaman Ubi Jalar (Ipomea batatas (L.)
Lamb). Produksi Tanaman, 4(4): 264 – 270

Arviandi, R., A. Rauf, dan G. Sitanggang. 2015. Evaluasi Sifat Kimia Tanah
Inceptisol pada Kebun Inti Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb.) di
Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat. JOA, 3(4): 1329-1334.

Balittanah. 2012. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, Dan
Pupuk. Balai Penelitian Tanah.

Chairudin, C., Setyowati, M., & Hussaleh, T. 2016. Pengaruh Sistem Tanam
Legowo dan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi
Lokal Aceh Aksesi Sigupai. Jurnal Agrotek Lestari, 2 (2). 55-62.
Dinariani, D., Heddy, Y. B., & Guritno, B. 2014. Kajian Penambahan Pupuk
Kotoran Kambing dan Kerapatan Tanaman Yang Berbeda Pada Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt). Jurnal Produksi
Tanaman, 2 (2). 128-136

Farahzety, A. M., & Aishah, H. S. 2013. Effects of organic fertilizers on


performance of cauliflower (Brassica oleracea var. botrytis) grown under
protected structure. J. Trop. Agric. and Fd. Sc. 41 (1), 15-25.

Firmansyah, I., M. Syakir dan L. Lukman. 2017. Pengaruh Kombinasi Dosis


Pupuk N, P, dan K Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung (Solanum
melonngena L.). Hortikultura, 27(1): 69-78
Gomies, L., H. Rehatta dan J. Nandissa. 2012. Pengaruh Pupuk Organik Cair RI1
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kubis Bunga (Brassica oleracea
var. botrytis L.). Agrologia, 1(1): 13-30
Harahap, F.S., Sitompul, R., Rauf, A., Harahap, D.E. and Walida, H., 2019, May.
Land suitability evaluation for oil palm plantations (Elaeis guenensisjacq) on
Sitellu Tali Urang Julu, Pakpak Bharat District. In IOP Conference Series: Earth
and Environmental Science (Vol. 260, No. 1, p. 012116). IOP Publishing
Hayati, M., A. Marliah dan H. Fajri. 2012. Pengaruh Varietas dan Dosis Pupuk
SP-36 Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis
hipogea L.). Agrista, 16(1): 7-13
Ketaren, S.E., P. Marbun, dan P. Marpaung. 2014. Klasifikasi Inceptisol pada
Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nibuta Kabupaten
Hasundutan. JOA, 2(4): 1451-1458.
Nelvia, A. Sutikno, dan R.S. Haryanti. 2012. Sifat Kimia Tanah Inceptisol dan
Respon Selada terhadap Aplikasi Pupuk Kandang dan Trichoderma.
J.Teknobiologi, 3(2): 139-143.
Nuryadin, I., D. R. Nugraha dan Y. Sumekar. 2016. Pertumbuhan dan Hasil Kubis
Bunga (Brassica oleracea var. botrytis L.) Kultivar Bareta 50 Terhadap Kombinasi
Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik. Ilmu Pertanian dan Peternakan, 4(2): 259-
268.
Petrokimia Gresik. 2016. Info Produk Pupuk Phonska (online)
http://www.petrokimiagresik.com/Pupuk/Phonska.NPK diakses pada tanggal 10
Oktober 2017
Utami, S.N dan Handayani, S. 2013. Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian
Organik. Ilmu Pertanian. 10(2) : 63-69.
Widiyawati, L., T. Harjoso dan T. T. Taufik. 2016. Aplikasi Pupuk Organik
Terhadap Hasil Kacang Hijau (Vigua radiate L.) di Ultisol. Kultivasi, 15(3): 159-
163

Yulisma. 2011. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung pada Berbagai
Jarak Tanam. Pertanian Tanaman Pangan, 30(3): 196-203.
DAFTAR LAMPIRAN

Penanaman bibit bunga kol pada tray semai

Anda mungkin juga menyukai