Anda di halaman 1dari 75

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENGELOLAAN AIR PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O.

Kuntze) DI PERKEBUNAN Camellia PT. PAGILARAN BATANG, JAWA TENGAH

Oleh Hendro Prawiro A34104038

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

RINGKASAN
HENDRO PRAWIRO. Pengaruh Curah Hujan terhadap Produktivitas dan Pengelolaan Air pada Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan PT. Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh EKO SULISTYONO). Kegiatan magang dilakasanakan di Perkebunan PT Pagilaran Batang, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 12 Februari 2008 sampai 4 Juni 2008. Tujuan dari kegiatan magang ini adalah meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata, mengetahui fakor produksi yang berpengaruh terhadap produktivitas teh, memberikan pengalaman manajerial pada berbagai tingkat pengelolaan dan menganalisis permasalahan yang ada di lapang, mengetahui korelasi antara curah hujan dengan produktivitas dan mempelajari pengelolaan air di perkebunan teh. Kegiatan magang di Perkebunan PT Pagilaran meliputi kegiatan pengumpulan data primer dan sekunder yang dilakukan secara metode langsung dan tidak langsung. Data primer diambil dengan metode langsung, penulis bekerja langsung di lapangan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling. Penulis berstatus sebagai KHL selama dua bulan dengan melakukan kegiatan teknis budidaya yang ada di lapangan. Satu bulan selanjutnya mahasiswa berstatus sebagai pendamping mandor dan satu bulan berikutnya mahasiswa berstatus sebagai pendamping asisten afdeling. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di lapangan antara lain pembibitan, pengukuran curah hujan, pemetikan, penyiangan, pemupukan, pemangkasan, kubur ranggas, kerik lumut, penggarpuan dan pengolahan. Curah hujan PT Pagilaran tergolong tinggi yaitu 3527 6595 mm/tahun. Oleh karena itu dilakukan konservasi air dengan membuat rorak, got panjang dan saluran irigasi. Korelasi curah hujan terhadap produktivitas tertinggi terjadi pada 5 bulan kemudian dengan nilai r = 0,14067 dan peluang 0,1337. Sedangkan korelasi hari hujan tertinggi terjadi pada 2 bulan kemudian dengan nilai r = 0,12714 dan peluang 0,1757. Dengan demikian faktor produksi curah hujan tidak menjadi faktor pembatas di Perkebunan PT Pagilaran. Rata-rata produktivitas teh basah PT Pagilaran yaitu 8876,667 kg/ha. Hasil ini lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata produktivitas nasional yaitu 7310 kg/ha.

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENGELOLAAN AIR PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN Camellia PT. PAGILARAN BATANG, JAWA TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh Hendro Prawiro A34104038

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Judul

:PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENGELOLAAN AIR PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PEKEBUNAN PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH

Nama NRP

: HENDRO PRAWIRO : A34104038

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Eko Sulistyono, MS NIP. 131 667 779 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 9 November 1986 di Batang, Jawa Tengah. Penulis merupakan putra keempat dari empat bersaudara dari Bapak Achmad Nadjib dan Ibu Urip Liestari. Penulis masuk pendidikan Taman Kanak-kanak TK Al Fallah pada tahun 1990. Kemudian penulis melanjutkan ke pendidikan dasar pada tahun 1992 di SDN Proyonanggan XI Batang, Jawa Tengah dan lulus tahun 1998. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SMPN 3 Batang. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Batang, Jawa Tengah tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Penulis aktif mengikuti beberapa organisasi kemahasiswaan IPB. Pada tahun 2004 penulis menjadi Kadep PSDM DKM AL Fallah. Pada tahun 20052006 penulis menjadi Ketua Biro Kemahasiswaan BEM Fakultas Pertanian. Pada tahun 2006-2008 penulis aktif dalam kelembagaan legislatif Keluarga Mahasiswa IPB. Penulis menjadi Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 penulis menjadi Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa KM IPB. Penulis juga berkesempatan menjadi asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada tahun 2006-2007 dan tahun 2007-2008. Pada tahun ajaran 2008-2009 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah pengendalian gulma. Selain itu penulis juga mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XX pada tahun 2007 dan menjadi juara II.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik dan lancar yang berjudul Pengaruh Curah Hujan Terhadap Produktivitas dan Pengelolaan Air pada Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) Di Perkebunan PT. Pagilaran Batang Jawa Tengah. Skripsi merupakan tugas dalam menyelesaikan studi di Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Eko Sulistyono, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis. 3. Bapak, ibu serta keluarga penulis yang telah memberikan kasih sayang, doa dan motivasinya. 4. Bapak Dr. Dwi Guntoro SP, Msi dan Bapak Dr. Ir. Ahmad Juneidi Msi selaku dosen penguji. 5. Direksi PT. PAGILARAN yang telah berkenan memberikan ijin magang kepada penulis di PT. PAGILARAN, Unit Produksi Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. 6. Ir. H. Tentrem Raharjo, selaku Pimpinan Kebun PT. Pagilaran beserta para Kepala Bagian Unit Produksi PT. Pagilaran, Batang, Jawa Tengah. 7. Keluarga Pak Subito, Pak Nurhan, Pak Sungkowo, Pak Girman, Pak Siwit, Pak Santo, Mak surip dan seluruh karyawan serta warga Pagilaran atas keramahan dan kebaikannya selama penulis tinggal di Pagilaran. 8. Saras dan Restu (Agronomi 41) teman seperjuangan penulis selama melakukan magang dalam suka maupun duka. 9. Didik, Rangga, Ihsan, Helmi, Fajri, (Al Ihsaners), Novita, Venty, Tri Utami, Depu, (CAS) yang telah memberikan warna, ukhuwah, pengingatan dan motivasinya kepada penulis.

10. Giono, Mercy, Triwidiyati, Gita, TIRAN 41 dan rekan-rekan agronomi yang telah banyak memberikan bantuan, kebersamaan serta semangatnya. 11. Saudara-saudariku yang tergabung dalam FPMB dan KurMA atas doa dan motivasinya. 12. Semua pihak yang telah memberikan saran dan kritiknya kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

Bogor, Januari 2009

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... PENDAHULUAN .......................................................................................... Latar Belakang ..................................................................................... Tujuan ................................................................................................. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ Botani Tanaman Teh ........................................................................... Budidaya Tanaman Teh ...................................................................... Syarat Tumbuh .................................................................................... Pengelolaan Air ................................................................................... Fisiologi teh ......................................................................................... METODOLOGI ............................................................................................ Waktu dan Tempat .............................................................................. Metode Pelaksanaan ............................................................................ KEADAAN UMUM ...................................................................................... Sejarah PT Pagilaran...............................................................................

ix x 1 1 2 3 3 4 5 6 6 7 7 7 9 9

Wilayah Administrasi, Tanah dan Iklim ................................................. 10 Luas Areal dan Tata Guna Lahan ........................................................... 11 PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN TEH .... 13 Pembibitan ............................................................................................. 13 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) ........................... 16 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) ......................................... 18 Pemetikan .............................................................................................. 23 Pengolahan ............................................................................................. 25 PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEBUN ............................................ 33 Karyawan Tingkat Staf .......................................................................... 33 Karyawan Non Staf................................................................................. 35

PEMBAHASAN ............................................................................................. 37 Pengelolaan Air pada Pembibitan, TBM dan TM ................................. 37 Produktivitas .......................................................................................... 38 Hubungan Curah Hujan dengan Produktivitas ...................................... 39 Hubungan Evapotranspirasi dengan Produktivitas ................................ 43 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 45 Kesimpulan ............................................................................................ 45 Saran ...................................................................................................... 45 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 46 LAMPIRAN .................................................................................................... 48

DAFTAR TABEL
Nomor Teks 1. Pembagian Areal Perkebunan PT Pagilaran dan Pemanfaatannya ...... 12 2. Spesifikasi Produk Teh Hitam PT Pagilaran ....................................... 29 3. Berat jenis Teh Hitam PT Pagilaran .................................................... 29 4. Produktivitas Teh Selama 10 Tahun ................................................... 39 5. Hasil Korelasi Curah Hujan, Hari Hujan dengan Produktivitas Teh ... 43 6. Hubungan Produktivitas Dengan Evapotranspirasi, Curah Hujan Selama 5 Tahun .................................................................................... 44 Halaman

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang di PT Pagilaran ................................ 49 2. Keadaaan Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Pagilaran ....................................................................... 53 3. Keadaaan Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Kayulandak .................................................................. 56 4. Keadaaan Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Andongsili .................................................................... 57 5. Curah Hujan di Kebun Pagilaran dari Tahun 1998 - 2007 ................. 58 6. Produktivitas Pagilaran Selama 10 Tahun (kg/ha) ............................... 59 7. Nilai Evapotranspirasi (mm) Selama 10 Tahun ................................... 60

DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks 1. Areal Pembibitan ................................................................................ 15 2. Tanaman Teh di Blok yang Telah Dipangkas .................................... 19 3. Penggarpuan ....................................................................................... 21 4. Pemetikan .......................................................................................... 23 5. Pembuatan Got Panjang .................................................................... 37 6. Saluran Irigasi ................................................................................... 38 7. Ombrometer ....................................................................................... 40 8. Grafik Curah Hujan Tahunan Kebun Pagilaran ................................. 40 9. Grafik Pola Curah Hujan Kebun Pagilaran ........................................ 41 10. Kurva Pergerakan Produktivitas dan Curah Hujan ............................ 42 Halaman

Lampiran 1. Struktur Organisasi Unit Produksi Pagilaran ..................................... 61 2. Peta PT. Pagilaran, Unit Produksi Pagilaran ...................................... 62

PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) sebagai salah satu komoditi perkebunan memiliki arti penting dalam perekonomian Indonesia. Teh merupakan sumber kehidupan bagi banyak orang dan pemerintah. Pada tahun 1826 kebiasaan minum teh dikenal di seluruh dunia dan merupakan komoditi perdagangan yang memberikan keuntungan besar. Oleh karena itu, pemerintah Belanda mencoba menanam teh di Indonesia tepatnya pada tahun 1826. Biji teh didatangkan dari Jepang dan ditanam di Kebun Raya Bogor serta tahun 1827 ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut (Setyamidjaja, 2000). Dalam hal ini teh merupakan minuman penyegar yang memiliki banyak manfaat karena mengandung vitamin (B1, B2, B6, C, K, Asam folat, Karoten), mineral (Mn, K, Zn, F) serta polifenol (zat antioksidan). Penelitian pada orang dewasa menunjukkan bahwa minum 3-4 cangkir teh sehari dalam jangka panjang dapat menurunkan resiko terhadap penyakit jantung koroner. Selain itu penelitian di Taiwan memperlihatkan bahwa kelompok yang biasa minum 120-600 ml teh/hari lebih rendah resiko terserang hipertensi dibandingkan dengan kelompok yang tidak biasa minum teh. Oleh karena itu dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan manfaat minum teh, diperkirakan konsumsi teh dunia khusunya di Indonesi akan meningkat dari 288g/kapita/tahun menjadi sekitar 600 g/kapita/tahun. Luas perkebunan teh di Indonesia berdasarkan Pusat Data dan Informasi Pertanian yang berasal dari Departemen Pertanian pada tahun 2005 adalah 140 538 Ha, untuk produksi teh pada tahun 2005 yaitu 167 276 Ton sehingga produktivas teh pada tahun 2005 adalah 1,5 Ton/Ha. Ekspor teh Indonesia mencapai 102 272 Ton pada tahun 2005 sedangkan untuk impor teh pada tahun yang sama mencapai 5 967 Ton. (Statistik Perkebunan Indonesia Teh, 2006). Pertumbuhan dan produksi teh dipengaruhi oleh tiga faktor utama, antara lain : (1) tanaman (populasi, umur tanaman, jenis tanaman, umer pangkas dan potensi genetik); (2) lingkungan tempat tumbuh (iklim, yang terdiri atas curah hujan dan hari hujan, suhu udara, kelembaban udara, serta panjang penyinaran

matahari); (3) tanah, yang meliputi jenis, topografi, elevasi, fisik, kimia dan biologi tanah (PPTPK Gambung, 2005). Faktor-faktor tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya dan interaksi antar faktor sangat berpengaruh terhadap produktivitas teh. Di Indonesia terdapat beberapa daerah yang memiliki potensi cukup besar untuk pengembangan komoditi teh. Daerah tersebut memiliki syarat-syarat bagi tanaman teh untuk tumbuh dengan baik terpenuhi. Tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan, oleh karena itu dibutuhkan daerah yang mempunyai curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun. Tanaman teh dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 16 300 C dengan curah hujan 1200 mm/tahun. Ketahanan tanaman teh muda terhadap kekeringan sangat rendah. Presentase kematian tanaman teh yang berumur 2 tahun lebih besar, dibandingkan dengan tanaman yang berumur 4 tahun. Hal tersebut karena perakarannya masih kurang dari 20% terhadap berat total tanaman, sehingga tanaman mengalami kekeringan (Sukasman, 1990) Pengelolaan air merupakan salah satu bentuk usaha untuk menjaga ketersediaan air pada tanaman. Oleh karena itu hal ini menjadi penting untuk diperhatikan dan dikelola secara baik.

Tujuan Tujuan dari magang ini adalah : 1. Meningkatkan ketrampilan mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata 2. Mengetahui fakor produksi yang berpengaruh terhadap produktivitas teh 3. Memberikan pengalaman manajerial pada berbagai tingkat pengelolaan dan menganalisis permasalahan yang ada di lapang. 4. Mengetahui korelasi antara curah hujan dengan produktivitas. 5. Mempelajari pengelolaan air yang ada di perkebunan teh.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Teh Menurut PT Perkebunan Nusantara XI (1993), tanaman teh termasuk family Theaceae dan genus Camellia yang memiliki sekitar 82 species, terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara. Tanaman yang berbentuk pohon ini tingginya bisa mencapai belasan meter. Namun, tanaman teh di perkebunan selalu dipangkas untuk memudahkan pemetikan, sehingga tingginya 90-120 m. Secara umum tanaman teh mempunyai perakaran yang dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah dan hanya sedikit mempunyai kemampuan menembus tanah yang keras. Akar teh berupa akar tunggang dan mempunyai banyak akar cabang. Batang teh bercabang-cabang dengan diameter batang mencapai 40 cm, dan tinggi batang mencapai 8-10 m dari permukaan tanah. Pertumbuhan daun pada semaian (seedling) atau setek (cutting) dimulai dari poros utama dan duduk secara filotaksis berselang-seling. Ranting dan daun baru, tumbuh dari tunas ketiak daun tua. Daun selalu berwarna hijau, berbentuk lonjong, ujungnya runcing, dan tepinya bergerigi. Bunga teh sebagian besar self steril, dan biji yang berasal dari bunga yang menyerbuk sendiri menghasilkan tanaman yang tumbuh merana. Bunga sempurna mempunyai putik (calyx) dengan 5-7 mahkota (sepal). Daun bunga (petal) berjumlah sama dengan mahkota, bewarna putih halus berlilin. Daun bunga berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari panjang dengan benang sari (anthera) kuning bersel kembar, menonjol 2 mm - 3 mm ke atas. Putik berambut 3-5 helai. Hanya sekitar 2% dari keseluruhan bunga pada sebuah pohon, berhasil membentuk biji. Buah yang masih muda berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal. Mula-mula berkilat, tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Bijinya berwarna coklat beruang tiga, berkulit tipis, berbentuk bundar di satu sisi dan datar disisi yang lain. Biji berbelah dua dengan kotiledond besar, yang jika dibelah akan secara jelas memperlihatkan embrio akar dan tunas. Biji mengandung minyak dengan kadar yang tinggi (20% berat biji). (Setyamidjaja, 2000).

Budidaya Tanaman Teh Menurut Syamsulbahri (1996), budidaya tanaman teh memerlukan perhatian yang intensif untuk dapat menghasilkan produksi yang ingin dicapai. Kenyataan yang sering dijumpai pada tanaman teh, khususnya teh rakyat pemeliharaannya sangat tergantung pada nilai ekonomi dari pucuk teh yang dihasilkan. Pada saat harga teh meningkat pemeliharaan cukup intensif, tetapi bila harga turun hampir dipastikan banyak pertanaman teh yang tidak terawat. Padahal harga disamping ditentukan oleh pasar ekspor yang menuntut kualitas yang diinginkan konsumen. Pendapatan petani juga dapat ditingkatkan apabila produksi yang dihasilkan persatuan luas dapat meningkat. Lahan yang sering digunakan untuk pertanaman teh seringkali beragam antara lain bukaan baru, lahan bukaan ulangan, dan lahan konversi. Lahan bukaan baru pada umumnya keadaan tanah relative subur, dibandingkan dengan jenis lahan lainnya. Nazaruddin (1993), kunci keberhasilan pada semua usaha pertanaman adalah perawatan yang baik dan teratur. Dengan perawatan ini, tanaman akan tumbuh sehat, segar dan produksi daun tinggi. Sebaliknya tanpa perawatan, tanaman teh akan tumbuh merana, diserang hama penyakit, tumbuh gulma dan lahan kotor. Akibatnya, produksi daun teh sedikit dan tanaman bisa mati. Menurut Ghani (2002) dalam sistem budidaya teh, pengelolaan pembibitan merupakan titik kritis yang menentukan proses selanjutnya. Sekali salah dalam menentukan jenis atau klon yang ditanam maka perlu waktu puluhan tahun untuk menggantinya karena umumnya tanaman teh diremajakan setelah berumur 50 tahun. Tanaman teh memerlukan air selama pertumbuhannya. Air dalam tubuh tanaman dipengaruhi oleh proses transpirasi. Upaya mengendalikan hilangnya air akibat transpirasi pada pembibitan tanaman teh perlu dilakukan dengan jalan pengurangan luas daun, sehingga luas permukaan daun berkurang dan laju transpirasi akan menurun (Bahrum, 2004) Penyediaan bahan tanaman (pembibitan) pada budidaya teh dapat dilaksanakan dari biji dan stek. Pembibitan asal stek telah demikian populer, karena merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bahan tanam (bibit) dalam jumlah banyak. Bibit dapat dipindahkan kelapangan setelah

berumur 2 tahun yang mempunyai ukuran batang lebih besar dari pensil (PPTK, 1997). Pada saat di pembibitan dilakukan pemeliharaan intensif seperti pemupukan pemberantasan hama penyakit, penyiraman dan penyiangan. Langkah-langkah perawatan tanaman teh yang harus dilikukan sejak tanaman maasih kecil, semenjak di pembibitan. Perawatan tersebut meliputi pemupukan, pemangkasan, pengendalian gulma, peremajaan, dan pengendalian hama dan penyakit.

Syarat Tumbuh Menurut Setyamidjaja (2000), Secara umum lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah keadaan iklim dan tanah. Adapun faktor iklim yang paling berpengaruh yaitu curah hujan, suhu udara, tinggi tempat, sinar matahari dan angin. Curah hujan tahunan yang diperlukan adalah 2000 mm 2500 mm, dengan jumlah hujan musim kemarau rata-rata tidak kurang dari 100 mm. Curah hujan yang kurang dari batas minimum akan mengakibatkan penurunan produksi terutama di daerah pertanaman yang relatif rendah letaknya. Sebagai tanaman yang yang berasal dari daerah subtropis, tanaman teh menghendaki udara sejuk yang suhunya berkisar antara 130C 250 C dengan kelembaban relative pada siang hari tidak kurang dari 70%. Pertanaman teh di Indonesia dilakukan pada ketinggian antara 400 m 1200 m dari permukaan laut. Dalam hal ini semakin rendah elevasi maka suhu udara makin tinggi dan jika ketinggian di atas 1500 m dpl tanaman teh akan mengalami kerusakan berupa embun beku (night frost). Sinar matahari juga mempengaruhi suhu udara, makin banyak sinar matahari, suhu udara makin tinggi dan apabila suhu mencapai 300 C pertumbuhan tanaman teh akan terhambat. Adapun angin yang bertiup kencang dapat menurunkan kelembaban nisbi samapi 30% selain itu angin juga dapat menjadi penyebaran hama dan penyakit. Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan kandungan bahan organik cukup, tidak bercadas serta mempunyai derajat keasaman (pH) antara 4,5 6,0. Sifat fisik tanah yang cocok untuk tanaman teh adalah solum cukup dalam, tekstur lempung ringan atau sedang, atau debu, keadaan gembur sedalam mungkin (deep friable), mampu

menahan air dan memiliki kandungan hara yang cukup. Di Indonesia tanah untuk tanaman teh dapat dibedakan menjadi dua jenis utama yaitu tanah andosol (di pulau jawa pada ketinggian di atas 800 m dpl) dan tanah podsolik (di Sumatra). Adapun di beberapa tempat lain tanaman teh ditanam pada jenis tanah latosol yang memiliki ketinggian di bawah 800 m dpl.

Pengelolaan air Menurut Sulistyono (2006), pengelolaan air dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana memelihara ketersediaan air berdasarkan keseimbangan dalam neraca air dari siklus hidrologi untuk kelangsungan kehidupan. Pengembangan sumber daya air adalah usaha menjadikan sumber air yang belum dapat dimanfaatkan secara langsung menjadi dimanfaatkan, serta menambah nilai guna air. Pengembangan sumber daya air meliputi pengembangan sumber daya air hujan, air tanah, air bumi dan air permukaan. Rorak merupakan lubang yang digali untuk menangkap air dan tanah tererosi sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan mengurangi erosi. Rorak dibuat dengan ukuran kedalaman 60 cm, lebar 40 cm dan panjang 200 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng (Arsyad, 1989).

Fisiologi Teh Laju pertumbuhan pucuk teh terdiri dari beberapa fase yaitu: 1. Fase inisiasi : fase ini dimulai dari tunas dorman saat pucuk dipetik sampai perpanjangan sel dan membutuhkan waktu selama 14-16 hari. 2. Fase peralihan antara membuka dua helai daun perisai sampai daun kepel membentang dan lamanya 11 hari. 3. Fase terakhir melaju secara linier yaitu daun-daun normal yang masingmasing setiap helai 8-9 hari. Umur pucuk masak petik pada suhu normal (fase pertumbuhan cepat) di beberapa tempat yaitu Malawi (42-45 hari musim penghujan dan 84 hari musim kering), Jepang (33 hari untuk periode panen I, 19 hari periode panen II dan 18 hari periode panen III) dan Pagilaran (52-69 hari) (Direktorat Budidaya Tanaman Rempah dan Penyegar, 2008).

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai tanggal 12 Februari sampai 11 Juni 2008. Pelaksanaan kegiatan magang berlokasi di Perkebunan PT Pagilaran, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah.

Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam kegiatan magang adalah dengan bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama 2 bulan, pendamping mandor selama 1 bulan dan pendamping asisten kepala bagian atau pengawas selama 1 bulan. Adapun data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil adalah survei pengembangan sumber daya air yang dilakukan melalui pengamatan dan bekerja secara langsung di lapangan, wawancara dan diskusi dengan staf, karyawan dan pekerja kebun. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan menelaah pustaka dan arsip kebun yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan seperti data curah hujan, data produksi, pemupukan dan topografi lahan. Penulis berstatus KHL selama dua bulan dengan melakukan seluruh kegiatan budidiaya tanaman teh di lapang. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah membuat bekong, mengayak tanah, pemangkasan, kerik lumut, penyiangan, penggarpuan, kubur ranggas, pemupukan, pemetikan dan pekerjaan lain yang ditugaskan oleh pihak perkebunan. Selain itu selama menjadi KHL penulis juga melaksanakan hal-hal sebagai berikut : menghitung prestasi kerja, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan bahan, serta target luasan yang akan dikerjakan oleh pekerja. Pekerjaan yang dilakukan oleh penulis pada saat berstatus sebagai pendamping mandor selama 1 bulan adalah melakukan kegiatan pengelolaan pekerjaan yang meliputi pengawasan, menghitung prestasi kerja, tenaga kerja yang dibutuhkan, mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan, dan pembuatan laporan harian, mingguan, bulanan.

Pada saat menjadi pendamping asisten afdeling bertugas dan bertanggung jawab membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja tingkat afdeling, membuat laporan asisten afdeling, membantu pembuatan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), mempelajari manajerial tingkat kebun dan membuat jurnal harian. Adapun jurnal dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3. Selain menjadi KHL, pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling, penulis juga melakukan pengamatan pengelolaan air di PT Pagilaran. Uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara curah hujan dengan produktivitas tanaman dengan evapotranspirasi. Curah hujan bulanan selama 10 tahun, produktivitas (ton/ha/bulan) selama 10 tahun serta suhu rata-rata bulanan selama 10 tahun.

KEADAAN UMUM
Sejarah Seorang warga Belanda bernama E. Blink merintis pembukaan hutan di daerah pagilaran pada tahun 1840 yang digunakan untuk budidaya kopi dan kina. Ternyata daerah ini tidak cocok untuk tanaman kopi dan kina menyebabkan kedua tanaman tersebut mulai diganti dengan tanaman teh pada tahun 1880. Keadaan iklim dan lingkungan yang cocok menyebabkan teh dapat tumbuh subur dan menghasilkan produksi yang lebih baik daripada kopi dan kina. Perkembangan perkebunan ini dikelola oleh sebuah maskapai Belanda yang berkedudukan di Semarang. Perusahaan ini mulai berkembang sangat pesat dan perluasan arealpun terus dilakukan. Tahun 1920 terjadi kebakaran besar yang menghancurkn pabrik sehingga Belanda mengalami bangkrut. Tahun 1922 perkebunan ini dibeli dan dibangun kembali oleh pemerintahan Inggris di bawah perusahaan yang bernama P & T Land's (Pamanukan and Tjiasements Lands). Sejak saat itu mulai digunakan sarana kabel untuk mempermudah pengangkutan pucuk teh dari kebun produksi ke pabrik. Saat Jepang menguasai Indonesia, pabrik dan sebagian besar perkebunan teh di Pagilaran dirusak kemudian ditanami dengan tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan tentara Jepang saat perang Asia Timur Raya. Tahun 1945 Indonesia dapat menguasai perkebunan teh tersebut, tetapi pengelolaan pabriknya masih dilakukan oleh pemerintahan Inggris sampai berakhirnya Hak Guna Usaha pada tahun 1964 dan kembali diambil alih oleh pemerintahan Indonesia. Tanggal 23 Mei 1964 oleh pemerintahan Indonesia diserahkan kepada Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dengan tujuan ikut melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian) dan statusnya diubah menjadi PN Pagilaran oleh Surat Keputusan Menteri Pertanian dan Agraria dengan No. SK/II/6/Ka-64 tanggal 8 Februari 1964. Tanggal 1 Januari 1973 PN Pagilaran diubah statusnya menjadi PT Pagilaran Perusahaan Perkebunan, Perindustrian dan Perdagangan Pagilaran dengan seluruh sahamnya dimilki oleh Yayasan Pembina Fakultas Pertanian

UGM Yogyakarta. Tanggal 5 Mei 1977 mendapat tambahan areal Segayung Utara dengan SK. No. 14/HGU/DA/77. PT. Pagilaran sebagai perusahaan swasta yang bergerak dibidang perkebunan menjadi tempat penelitian ilmiah bagi mahasiswa dan dosen serta pengemban misi melaksanakan pembangunan subsektor perkebunan yang ditetapkan pada tanggal 28 Juni 1983 dengan SK No. 15/HGU/DA/83, selanjutnya Menteri Pertanian dengan surat No.

KB.340/97/Mentan/1985, menugaskan kepada PT Pagilaran untuk menjadi Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Lokal Teh Jawa Tengah pada tanggal 21 Januari 1985.

Wilayah Administrasi, Tanah dan Iklim PT Pagilaran berlokasi di lereng pegunungan Kemulan, yaitu di sebelah utara pengunungan Dieng, 36 km tenggara kota Batang, tepatnya di Desa Keteleng, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Propinsi Jawa Tengah. Perkebunan ini terletak pada ketinggian 700-1.600 meter dpl, dengan topografi berbukit-bukit sehingga untuk meminimalkan terjadinya erosi yang berakibat terkikisnya lapisan top soil maka di perkebunan ini perlu dilakukan terasering. PT Pagilaran terletak di Dukuh Pagilaran ini berjarak + 1,5 km dari Desa Keteleng dan + 10 km dari Kecamatan Blado dan jarak dengan kota Kabupaten + 40 km serta jarak dengan Ibukota Propinsi Jawa Tengah (Semarang) + 100 km. Perkebunan ini termasuk dalam wilayah Kelurahan Ketelen, Kecamatan Blado, Kawedanan Bandar, Kabupaten Batang, Karesidenan Pekalongan. Batas-batas wilayah PT Pagilaran, yaitu: Sebelah utara adalah Desa Kalisari, Dukuh Njono, Dukuh Prejengan. Sebelah timur yaitu Desa Ngadirejo, Dukuh Pringombo, Dukuh Wonokerto dan Desa Plecet. Sedangkan sebelah selatan adalah Desa Sijeruk, Dukuh Kayulandak. Dan sebelah Barat adalah Dukuh Andongsili, Desa Kembang Langit. Jenis tanah di kebun pada ketinggian 1000 meter dpl ke atas didomonasi tanah Andosol, sedangkan pada ketinggian kurang dari 1000 meter dpl didominasi tanah latosol. Tanah Andosol berwarna kekuning-kuningan, dengan tekstur geluh dan berstruktur lemah, lunak atau sangat halus sehingga mempunyai daya

mengikat air yang tinggi, tanah gembur dan ketahanan struktur tinggi, mudah diolah permeabilitas (peresapan air) tinggi dan pH tanah rendah (4,5 6) PT Pagilaran mempunyai 3 pos pengamatan curah hujan. Namun demikian yang berfungsi dengan baik hanya satu yaitu di afdeling Pagilaran. Dulu PT pagilaran juga memiliki stasiun pengamatan suhu dan kelembaban, tetapi stastiun ini dicuri. Data curah hujan selama 10 tahun terakhir (1997-2007) dapat dilihan pada lampiran. Curah hujan 4 000-6 000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan sebanyak 280-300 hari/tahun. Suhu udara di sekitar perkebunan berkisar antara 15-28oC, dengan kelembaban udara yang cukup tinggi yaitu 7098%.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas areal perkebunan unit produksi Pagilaran secara keseluruhan adalah 1 113,838 ha dengan 3 afdeling : Kebun Pagilaran, Kebun Kayulandak dan Kebun Andongsili. Pemanfaatan lahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Kebun pagilaran merupakan kebun paling luas diantara 3 kebun yaitu 470,849 Ha. Areal konsesi dibagi menjadi 2 yaitu yang pertama adalah areal tanaman teh yang terdiri dari tanaman menghasilkan (TM) dan kebun induk poliklonal. Kedua adalah areal aneka tanaman yang terdiri dari kopi, cengkeh, kina dan kebun penelitian. Pemanfaan areal PT Pagilaran dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pembagian Areal Perkebunan PT Pagilaran dan Pemanfaatannya. Afdeling / Bagian (ha) Pagilaran A. Tanaman Teh 1. 2. Tanaman Menghasilkan Kebun Induk Poliklonal Jumlah B. 1. 2. 3. 4. Aneka Tanaman Kopi Cengkeh Kina Kebun Penelitian Jumlah C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Lain-lain Implasement Jalan Makam Lapangan Olah raga Bak Air Hutan Lindung (belukar) Jumlah Jumlah Total 25,070 7,720 5,250 2,990 0,100 15,849 56,979 613,838 3,330 8,750 0,100 1,540 6,720 252,533 2,844 2,400 2,000 0,186 6,290 13,720 323,814 31,244 10,12 16,00 3,176 0,200 23,679 77,419 1 113,838 15,230 58,060 10,550 2,170 86,010 7,250 10,550 17,800 22,480 58,060 21,100 2,170 103,81 468,349 2,500 470,849 228,013 228,013 310,094 310,094 1 006,456 2,500 1008,956 Kayulandak Andongsili Jumlah

Sumber : Bagian Penelitian dan Pengembangan PT Pagilaran, 2008

PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN TEH

Pembibitan Pembibitan teh PT pagilaran terdapat di kebun afdeling pagilaran. Adapun pada afdeling kayulandak dan andongsili tidak disediakan areal pembibitan. Oleh karena itu untuk mensuplai bibit teh secara keseluruhan di PT Pagilaran, diambil terpusat dari afdeling pagilaran. Luas areal pembibitan yaitu 1000 m2. Selain lahan pembibitan, terdapat kebun poliklonal yang luasnya 2,5 Ha. Kebun ini ditanami tujuh jenis klon teh unggulan, diantaranya Malabar 2, SA 40, PS 1 (tahan cacar daun dan peko berbulu), TRI 2025, Cinuruan 143, SKM 118, dan Kiara 8. Diantara 7 klon tersebut TRI 2025 merupakan klon paling unggul karena produksinya paling tinggi yaitu 3 ton teh kering atau sekitar 15 ton teh basah, agak tahan terhadap cacar dibandingkan TRI 2024, dan mudah tumbuh. Jarak tanam di kebun polilonal adalah 6 m X 6 m dengan bentuk segitiga ganda (overlapping). Kegiatan pertama yang dilakukan pada pembibitan adalah persiapan lokasi pembibitan. Lokasi pembibitan harus dibersihkan dari gulma yaitu dengan mencangkul rumput dan dibenam kedalam tanah 20 30 cm dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah. Selain itu lokasi pembibitan harus dekat dengan sumber air agar dalam penyiraman dapat dilakukan dengan cepat dan dekat dengan kebun induk agar pengangkutan bahan tanam dapat lebih mudah. Kemiringan lahan juga perlu diperhatikan agar jumlah cahaya yang dibutuhkan dapat masuk terpenuhi. Setelah lokasi bersih dan ditata untuk pembibitan dilakukan pembuatan naungan kolektif. Bangunan naungan kolektif ini dibuat dengan ukuran tinggi 180 cm di atas permukaan tanah. Naungan dibuat dari anyaman bambu yang menggunakan bahan atap paku andam (Gliechenia linearis). Gulma tersebut digunakan karena mempunyai kemampuan daya tahan angin dan hujan yang baik serta waktu rontok yan seiring dengan jumlah cahaya yang dibutuhkan. Intensitas cahaya yang masuk sekitar 25% - 30%.

Kondisi tanaman kebun induk akan sangat mempengaruhi kualitas bahan tanam. Oleh karena itu dibutuhkan beberapa perlakuan sebelum diambil sebagai bahan stek. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pemangkasan dan hasil pangkasnya dibenamkan kedalam tanah. Setelah itu dilakukan kerik lumut dengan menggunakan waring / jaring / bambu. Selanjutnya di sekitar perdu / bokoran dibersihkan dari berbagai gulma dengan diameter 20 cm dan selanjutnya dilakukan penggemburan tanah yaitu dengan digarpu. Setelah 4-5 bulan stek dapat diambil dari pohon tersebut. Selama 4 5 bulan dilakukan persipan media tanam. Media tanam terdiri dari top soil, sub soil, tawas (KAl(SO4)2.12H2O), KCl, TSP, Dithane 45. Dengan komposisi untuk campuran top soil adalah tawas 600 g/m, KCl 500 g/m, TSP 500 g/m, dan dithane 45 400 g/ m. Sedangkan campuran sub soil adalah tawas 800 1200 g/m dan dithane 45 300 g/m. Sebelumnya top soil dan sub soil diayak dengan menggunakan ayakan ukuran 1 cm. Setelah campuran selesai dimasukkan kedalam polibag ukuran 12 15 cm, dengan takaran top soil 2/3 dibawah, dan sub soil 1/3 diatas. Polibag yang berisi komposisi ini dinamakan bekong. Bekong disusun di bedengan dengan ukuran 90 cm 100 cm x 12 m. Jarak antar bedengan 60 cm dan dibuat parit sedalam 5 10 cm untuk saluran air dan drainase. Tunas tunas yang muncul di kebun induk setelah 4 5 bulan telah siap dimbil sebagai bahan stek. Namun untuk memperkuat batang dan helaian daun dilakukan pembuangan pucuk. Pengambilan bahan stek dilakukan secara selektif yaitu dengan memilih ranting yang tumbuh segar, tegar, daun mengarah ke atas dan pangkal batang berwarna coklat. Pada saat pembuatan stek dipersiapkan terlebih dahulu air bersih untuk menampung stek sehingga kelembaban tetap terjaga. Pembuatan stek dilakukan dengan memotong batang 0.5 cm di atas ketiak daun dan 3 4 cm di bawah ketiak daun dengan sudut potong 45 dan meninggalkan satu helai daun. Hal ini dilakukan untuk memperluas bidang penyerapan air stek dan bidang akar. Penanaman stek dilakukan dengan menancapkan tangkai kedalam tanah di polybag dengan daun menghadap ke tangan, arah daun condong ke atas dan disusun searah agar tidak saling menutupi satu sama lain. Apabila daun stek

terlalu lebar dilakukan kuper atau 1/3 bagian daun dipotong agar tidak terjadi over lapping (saling menutupi) pada daun stek. Pada saat stek ditanam bagian bawah agak ditekan agar tangkai stek tidak goyah. Kemudian dilakukan penyiraman dengan air yang bersih. Setelah itu bedengan ditutup dengan sungkup plastik dengan ketebalan 0,004 mm selama 4 bulan tanpa perlakuan kecuali jika terdapat kekeringan ataupun kematian yang cukup banyak sehingga dilakukan

penyulaman. Namun demikian pembukaan sungkup dilakukan sesingkat mungkin dan segera ditutup kembali agar kelembaban dalam sungkup sekitar 80%.

Gambar 1. Areal Pembibitan

Setelah stek berumur 4 bulan maka dilakukan adaptasi bibit teh dengan melakukan pembukaan sungkup secara bertahap yaitu tiap 2 minggu dengan penambahan pembukaan sungkup selama 2 jam. Misalnya 2 minggu pertama sungkup dibuka selama 2 jam pada pukul 07.00 09.00, 2 minggu berikutnya dibuka selama 4 jam dan seterusnya. Setelah sungkup dan naungan dibuka semua maka dilakukan seleksi bibit yang dibedakan menjadi 3 kelas yaitu kelas A, B dan C. Kriteria yang digunakan di PT Pagilaran yaitu sebagai berikut : Kelas A : Tinggi bibit lebih dari 25 cm dengan jumlah daun 6 helai dan perakaran normal, kelas ini adalah mutu terbaik. Kelas B : Tinggi bibit 16 25 cm dengan perakaran normal dan jumlah daun lengkap Kelas C : Tinggi bibit kurang dari 16 cm atau bahkan belum tumbuh.

Setelah bibit dibedakan, kelas A dan B segera dipindahkan keluar naungan untuk diadaptasikan kembali kurang lebih selama satu bulan. Adapun untuk kelas C diberi pupuk NPK dan disungkup kembali selama satu bulan.

Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan(TBM) Tanaman belum menghasilkan di PT Pagilaran terdapat di tiap bagian kebun yaitu kebun bagian pagilaran, kebun bagian Andongsili dan kebun bagian kayulandak. Namun demikian, luas TBM di kebun bagian pagilaran tidak terlalu luas jika dibandingkan dengan TBM di kebun Andongsili yang luasnya mencapai 6,25 Ha dengan umur 3 tahun dan kebun TBM kayulandak yang berkisar 8,75 Ha dengan umur 4 tahun. Tanaman belum menghasilkan (TBM) di Kebun pagilaran merupakan konversi lahan dari kopi menjadi teh. Lahan TBM dibuat berteras untuk mengurangi erosi dan dilakukan pemberian pupuk kompos limbah olahan teh. Selain itu dibuat got buntu yang berfungsi sebagai saluran drainase dan untuk menampung air. Jenis klon yang ditanam adalah Pagilaran 4 (PGl 4) dan Pagilaran 11 (PGl 11). Pada TBM yang berumur 3 bulan dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk tablet. Pupuk ini merupakan campuran pupuk Urea, SP-36, dan KCl. Dosis pupuk tiap tanaman adalah 6 gram atau enam tablet karena satu tablet pupuk beratnya berkisar 1 g. Pupuk diberikan dengan cara membuat lubang dengan tugal disamping kiri dan kanan tanaman kemudian ditutup kembali dengan tanah. Standart pekerja satu orang adalah 1000 m. Adapun Jenis klon yang ditanam di kebun TBM Andongsili adalah TRI 2025. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah pemupukan 3 bulan setelah penanaman dengan menggunakan pupuk NPK (5 : 1 : 3) dengan dosis 20 g/pohon. Selain itu dilakukan pengendalian gulma secara intensif, dan penggemburan tanah. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimiawi. Penyiangan secara manual dilakukan dengan menggunakan sabit. Hasil gulma yang telah disiangi, dikumpulkan di tempat yang terbuka. Untuk pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida dilakukan apabila tidak hujan, untuk saat ini tidak dilakukan karena musim hujan. Herbisida yang digunakan adalah Round up dan Master yang dapat aktif berfungsi jika selama 2 jam tidak terkena air.

Pada saat tanaman mulai berumur 4 - 6 bulan dilakukan pembentukan bidang petik dengan centering maupun bending. Centering dilakukan dengan cara memotong batang utama setinggi 15 - 20 cm. Dengan cara ini didapatkan batang samping yang kuat, tahan lama dan tidak mudah busuk akan tetapi pertumbuhan muncul tunasnya lambat. Adapun budding dilakukan dengan melengkungkan batang samping dan ditahan dengan kayu kurang lebih selama 2 bulan kemudian dilepas atau lepas dengan sendirinya. Cara ini menjadikan tunas cepat tumbuh akan tetapi batang samping tidak terlalu kuat sehingga tanamannya tidak tahan lama. Oleh karena itu di kebun TBM andongsili lebih banyak menggunakan cara centering. Pemeliharaan kebun TBM yang lain adalah penanaman pohon

pelindung sementara yaitu pohon puhli (Theprosia sp.) yang umurnya 1 tahun. Tanaman Belum Menghasilkan di kebun Kayulandak merupakan hasil peremajaan dari tanaman yang dinilai sudah tidak produktif lagi. Klon yang ditanam dalam blok TBM ini bermacam-macam diantaranya klon gambung 7, Gambung 9, MPS dan lain-lain. Namun demikian klon yang lebih banyak digunakan adalah klon Gambung 7. Pemeliharaan di TBM Kayulandak meliputi penggemburan, penyiangan, pembentukan bidang petik, pemupukan, pembuatan rorak, pembuatan got panjang, penanaman pohon pelindung sementara dan penyulaman. Penggemburan tanah dilakukan 1 tahun 3 kali. Adapun kegiatan penyiangan dilakukan secara manual jarang menggunakan herbisida. Penyiangan dilakukan 4 kali dalam setahun. Pembentukan bidang petik dilakukan dengan cara centering. Perlakuan ini dimulai pada saat tanaman teh berumur tiga bulan setelah tanam. Batang utama tanaman dipotong setinggi maksimal 20 cm dari tanah, semakin rendah tanaman yang dihasilkan semakin kuat . Selanjutnya dilakukan selama enam kali hingga teh berumur 18 bulan. Apabila sudah tumbuh tunas dipotong pada batas tunas yang memiliki arah keluar minimal dua arah telah terisi. Pemupukan dilakukan setahun empat kali dengan menggunakan pupuk NPK. Dosis yang digunakan adalah 8 g/perdu, dengan perbandingan NPK yaitu 2 : 2 : 1. Cara aplikasinya dengan cara membuat bokoran berdiameter 20 cm dari perdu disekitar tanaman dengan cangkul.

Pembuatan rorak dilakukan pada umur 3 bulan dan dibuat satu tahun sekali. Rorak ini bertujuan untuk membuang sarasah hasil penyiangan. Serasah tersebut dimasukan dalam rorak, agar menjadi kompos sehingga menyuburkan tanah. Rorak ini dibuat dengan ukuran panjang 200 cm, lebar 40 cm, dalam 60 cm. jarak antar rorak 4 m. selain untuk menyuburkan tanah rorak juga berfungsi untuk menyimpan air dengan mengendapkan air. Pembuatan got panjang juga dilakukan dengan tujuan untuk pembuangan air agar tidak terjadi erosi dan agar tidak terjadi pencucian hara. Ukuran got panjang yaitu lebar 60 cm dengan kedalaman 60 cm dan panjang sesuai dengan panjangnya teras. Setiap patok dibuat 2 got panjang. Pembuatan ini dipilih pada teras yang cukup untuk lebar got panjang. Pohon naungan sementara yang digunakan di kebun bagian Kayulandak sama dengan bagian kebun andongsili yaitu Tephrosia sp. Tanaman ini juga dapat meningkatakan kesuburan tanah dengan mengikat nitrogen bebas, karena mengandung bintil akar yang bersimbiosis dengan Rhizobium.

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk tanaman menghasilkan yaitu pemangkasan, kubur ranggas, kerik lumut, penggarpuan, pengendalian gulma (penyiangan) dan pemupukan.

Pemangkasan Pemangkasan merupakan kegiatan memangkas tanaman teh yang bertujuan untuk menurunkan bidang petik, mempermudah dalam pemetikan, memperluas bidang petik, merangsang pertumbuhan tunas baru sehingga mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah yang besar, dan mempertahankan fase vegetatif tanaman. Alat yang digunakan adalah sabit yang tajam. Standar gilir pangkas yang dilakukan 4 tahun sekali. Di kebun pagilaran pemangkasan dilakukan tiap tahun dengan luas 100 ha. Hal ini dilakukan berdasarkan pada luas kebun pagilaran yang memiliki luas lahan 400 ha dengan gilir pangkas 4 tahun sekali. Target 100 ha per tahun dikerjakan 60% pada semester pertama yang biasanya dimulai pada bulan maret atau april.

Pada bulan-bulan tersebut sedang terjadi pembentukan pati di akar yang tinggi. Adapun 40% selanjutnya dikerjakan pada semester kedua. Tinggi pangkasan dari tanah bertahap dari 40 cm hingga 70 cm. Jika pada tahun pertama pangkasan 40 cm maka pangkasan pada tahun berikutnya 45 cm, setiap gilir pangkas ketinggian naik 5 cm. Apabila tinggi pangkasan mencapai 70 cm maka pangkasan selanjutnya kembali diturunkan menjadi 45 cm dan seterusnya. Hal ini disesuaikan dengan kebijakan pimpinan kebun. Kemiringan luka pangkas yaitu 45 dengan bidang pangkas mengikuti kemiringan lahan. Pelaksanaan pemangkasan dimulai dengan pembuatan contoh pangkasan yang selanjutnya diperlihatkan kepada pekerja untuk dikerjakan. Dalam satu blok biasanya dikerjakan 16 pekerja, yang setiap pekerja diberikan satu patokan dengan luas kira-kira 400 m.

Gambar 2. Blok Yang Telah dipangkas

Adapun pelaksanaan pangkasan di kebun kayulandak pada dasarnya hampir sama dengan pelaksanaan di kebun pagilaran. Namun ada blok di kayulandak yang menggunakan sistem pangkasan jenis jambul. Pangkasan ini menyisakan beberapa cabang yang tidak dipangkas dengan jumlah daun kurang lebih 100 lembar. Pangkas jambul dilakukan untuk merangsang pertumbuhan pucuk agar lebih cepat, sistem ini dipilih karena klon tersebut rentan kekeringan yaitu klon PS. Setelah memasuki masa jendangan sisa jambul dipotong. Pelaksanaan pangkasan dilakukan searah jarum jam, dengan kemiringan luka 45 dan menghadap kedalam. Setelah pangkasan selesai dibuat got panjang dengan ukuran lebar 60 cm, tinggi 60 cm dan panjang menyesuaikan panjang lahan teras.

Pembuatan got panjang ini bertujuan untuk menyimpan air dan mengalirkan air yang berlebih.

Kubur ranggas Pelaksanaan kubur ranggas merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pemangkasan. Yang dimaksud dengan ranggas adalah ranting-ranting hasil pangkasan. Ranggas dikubur atau dibenamkan kedalam tanah kurang lebih 60 cm. Ranggas yang dikubur ialah ranggas yang telah kering. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penguapan di dalam tanah karena daun yang masih hijau jika dikubur di dalam tanah masih mengeluarkan uap. Namun demikian hal ini tidak dapat dilakukan sepenuhnya di kebun pagilaran, karena jika menunggu daun rontok dan kering membutuhkan waktu yang terlalu lama dan akan banyak tenaga kerja yang menganggur. Ranggas ini diharapkan dapat menjadi tambahan bahan organik tanah. Adapun kegiatan kubur ranggas di Andongsili dilakukan setelah kerik lumut. Hal ini terjadi karena terbatasnya tenaga kerja. Jika menunggu kubur ranggas terlebih dahulu maka akan memakan waktu yang lama sehingga tunas segera muncul dan ketika tunas muncul belum dilakukan kerik lumut maka pertumbuhan tunas akan terhambat sehingga kerik lumut dilakukan terlebih dahulu.

Kerik Lumut Setelah dilakukan kubur ranggas dilakukan kerik lumut untuk

membersihkan batang dan cabang perdu teh dari lumut dan jenis tanaman pakupakuan yang menempel. Hal ini dilakukan agar tunas-tunas tidak terhambat pertumbuhannya. Kerik lumut dilakukan dengan cara menggosok-gosokkan waring bekas atau karung bekas ataupun benda lain yang mempunyai permukaan kasar sehingga lumut yang menempel dapat terbuang. Kegiatan penggosokan dilakukan dari bawah kemudian ke atas dan kecabang-cabangnya. Selain itu disekitar bokoran gulma-gulma dibersihkan Di kebun Andongsili kegiatan kerik lumut yang dilakukan setelah pangkasan menjadikan proses kerik lumut agak lama. Hal ini dikarenakan harus

menyingkirkan ranting-ranting hasil pangkasan di atas perdu terlebih dahulu, kemudian kerik lumut dilakukan dan setelah itu mengembalikan ranting-ranting itu kembali di atas perdu.

Penggarpuan Penggarpuan merupakan kegiatan menggemburkan tanah dengan cara menggarpu tanah disekeliling tanaman. Kegiatan ini bertujuan untuk memberi pori-pori pada tanah agar oksigen dapat masuk ke dalam tanah sehingga respirasi tanaman teh dapat berjalan dengan baik atau memperbaiki aerasi tanah. Alat yang digunakan adalah garpu yang berbentuk seperti sendok porok yang dapat membalik tanah sehingga tanah menjadi gembur. Kegiatan penggarpuan terdapat 2 macam yaitu : 1. Garpu biasa yaitu penggarpuan yang dilakukan setelah penyiangan dan pemangkasan. 2. Garpu ekstra yaitu pemangkasan. penggarpuan yang dilakukan 2 tahun setelah

Gambar 3. Penggarpuan

Penggarpuan di kebun Andongsili lebih sulit dilakukan karena kondisi lahan yang terjal, gulma tumbuh subur, dan tidak terdapat terasiring. Selain itu barisan juga tidak teratur. Penggarpuan di kebun ini sering terlambat hal ini dikarenakan gulma yang terlalu banyak dan kurangnya pekerja.

Pengendalian Gulma Jenis gulma dominan yang tumbuh di kebun pagilaran ialah babadotan (Ageratum conyzoides), harendong (Clidemia hirta), kakawatan (Cynodon dactylon), Paspalum conjugatum, Centrosema pubescens, Comellina difusa, Oplisminus compesitus. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan secara kimia dan mekanis. Pengendalian gulma secara kimiawi hanya dilakukan pada tanaman umur pangkas 1 tahun. Jenis herbisida yang dipakai ialah Round up dengan dosis 3,5 L/ha. Alat yang digunakan dalam aplikasi adalah knapsack sprayer. Kegiatan pengendalian gulma secara mekanis sering disebut dengan istilah penyiangan/babat. Alat yang digunakan adalah sabit atau arit. Jadwal penyiangan disesuaikan dengan umur pangkas. Pada umur 1 tahun pangkas, penyiangan dilakukan dengan frekuensi empat kali, sedangkan pada umur 2 tahun pangkas penyiangan dilkaukan 3 kali setahun. Begitu halnya dengan tanaman teh yang umur pangkasnya 3 tahun maka penyiangan dilakukan 2-3 kali setahun. Sedangkan untuk tanaman berumur empat tahun setelah pangkas penyiangan dilakukan 2 kali setahun. Standar prestasi kerja babat di kebun pagilaran yaitu 2 patok per hari atau sekitar 800 m2 .

Pemupukan Pemupukan kebun teh di PT Pagilaran menggunakan pupuk tablet dan pupuk daun. Kegiatan pemupukan dilaksanakan menjelang musim penghujan dan akhir musim penghujan. Jenis pupuk tablet yang digunakan adalah Pupuk Majemuk Lepas Terkendali (PMLT) yang mengandung N, P dan K dengan berat setiap butirya 1 g dan diaplikasikan ke tiap perdu 45 g. Aplikasi pemupukan dilakukan dengan membuat lubang disekitar perdu kemudian pupuk dimasukkan dan ditutup kembali. Namun demikian pada pelaksanaan teknis di lapangan terdapat pupuk yang tidak ditutup kembali sehingga mengakibatkan pupuk lebih cepat menguap. Kebutuhan pupuk normal dalam 1 Ha adalah 360 kg. Selain pupuk tablet dilakukan juga pupuk daun. Adapun bahan yang digunakan adalah Supermax yaitu pupuk cair organik dengan dosis 3 cc per liter.

Selain itu ditambahkan 3 cc urea per liter atau 1 liter urea untuk 1 hektar lahan yang berfungsi sebagai perekat pada daun dan menambah zat hara atau unsur N. Alat yang digunakan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 liter yang digunakan untuk 1,5-2 patok. Standar pemupukan oleh para pekerja adalah 1 orang 0.5 hektar, dalam satu hari kerja.

Pemetikan Pemetikan merupakan tindakan pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat pengolahan. Pemetikan juga berfungsi sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara

berkesinambungan. Pemetikan yang baik akan mempengaruhi peningkatan produksi maupun mutu. Jenis pemetikan yang dilakukan di kebun pagilaran meliputi pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gandesan. Pemetikan jendangan dilakukan 3 bulan setelah pangkasan sebanyak 6-10 kali dengan 60 % dari areal lahan yang telah memenuhi syarat untuk dijendang yaitu tinggi bidang petik 15-20 cm dari bidang pangkas Jenis pemetikan ini berfungsi membentuk bidang petik. Gilir petik yang dipakai adalah 10 hari. Rumus petik daun yang ditinggal adalah K+0. akan tetapi untuk meratakan bidang petik adakalanya menggunakan rumus petik K+1. Selain itu digunakan juga alat berupa kayu yang berbentuk palang dengan panjang 30 cm untuk membantu mengukur ketinggian dan kerataan bidang petik.

Gambar 4. Pemetikan

Pemetikan produksi di kebun pagilaran merupakan petik medium dengan rumus petik peko dan dua daun muda (p+2), peko dan tiga daun muda (p+3), pucuk burung dan satu daun muda (b+1m), serta burung dan dua daun muda (b+2m). Pemetikan produksi dilakukan secara terus menerus dengan gilir petik 10 hari. Pemetikan biasanya dilakukan dengan bantuan pames. Hal ini dilakukan agar lebih mudah dan cepat dalam memetik meskipun menjadikan luka petik tegang. Dalam pemetikan diusahakan semua burung terpetik agar dapat tumbuh peko. Hanca petik tiap pekerja antar blok tidak sama. Hal ini biasanya ditentukan oleh mandornya dengan memperhatikan luasan yang dikelola dan gilir petik. Rata-rata tiap pekerja mendapatkan hanca petik 2 - 2.5 ha. Harga pucuk teh yang diberikan untuk pemetik adalah Rp 390/kg. Kapasitas pemetik tiap pemetik di kebun pagilaran dipengaruhi oleh kondisi iklim, keadaan tanaman dan keterampilan pemetik, serta topografi dari areal yang akan dipetik. Pada kondisi iklim yang baik (musim plus) setiap pemetik rata-rata mendapatkan 30-45 kg setiap kali timbangan, kondisi ini biasanya terjadi setelah musim penghujan antara bulan April-September. Pada kondisi iklim yang kurang baik (musim min) tiap pemetik biasanya mendapatkan pucuk sekitar 15-25 kg setip kali timbangan dan kondisi ini biasanya terjadi pada bulan Oktober-Maret. Pemetikan gendesan dilakukan pada tanaman teh yang akan di pangkas yaitu dengan cara memetik habis semua pucuk yang memenuhi syarat pengolahan, tanpa memperhatikan bagian pucuk yang ditinggalkan pada perdu. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kehilangan produksi pada saat pemangkasan. Pada ketiga afdeling di kebun pagilaran untuk gilir petik yang telah ditetapkan adalah 10 hari. Namun demikian dikarenakan kondisi lahan di kebun andongsisli lebih terjal, sebagian besar tanamannya berasal dari biji dan pertumbuhan pucuk lebih lambat maka gilir petik yang dilakukan kadangkala sampai 12 hari. Pada pelaksanaan pemetikan di kebun pagilaran penulis mendapatkan 3 kg sedangkan pada pemetikan di afdeling kayulandak penulis mendapatkan 4,5 kg.

Pengolahan Pengolahan teh hitam di PT Pagilaran menggunakan sistem Orthodox Rotorvane. Proses pengolahan sistem ini terdiri dari beberapa tahap antara lain: pelayuan, penggulungan, penggilingan dan sortasi basah, fermentasi, pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan. Sebelum dilakukan pengolahan teh hitam, terlebih dahulu dilakukan analisis pucuk. Analisis pucuk adalah pemisahan pucuk teh berdasarkan tingkat mudanya pucuk atau halus kasarnya pucuk dan untuk mengetahui tingkat kerusakan pucuk. Analisis pucuk dilakukan untuk menjaga mutu produksi pucuk sebelum masuk ke proses selanjutnya. Cara-cara analisis pucuk adalah sebagai berikut: a. Diambil sampel secara acak dari pucuk hasil pemetikan setiap truk pengangkut pucuk atau setiap mandor sebanyak 100 gram. b. Dipisahkan antara petikan p+2m, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m, lembaran muda, b+2t, b+3t, b+4t, dan lembaran tua. c. Ditimbang masing-masing petikan d. Dipisahkan berdasarkan tingkat kerusakan yaitu tidak rusak, rusak ringan atau rusak berat kemudian ditimbang. Rusak ringan terjadi bila pucuk terlipat, memar, sedikit sobek, sedangkan rusak berat terjadi bila pucuk sobek, hancur dan berlubang.

Pelayuan Pelayuan merupakan tahap pertama dari proses pengolahan teh hitam. Tujuan dilakukannya pelayuan terhadap pucuk segar adalah mengurangi kadar air dalam pucuk segar sehingga menjadi lemas dan mudah digulung dalam proses penggulungan, memberi kesempatan agar terjadi perubahan senyawa-senyawa yang terdapat dalam daun teh, mengendalikan zat-zat yang terkandung dalam daun teh. Pelayuan dilakukan di dalam Witehring Trough (WT) segera setelah pucuk tiba di pabrik. Ketebalan hamparan sekitar 30-40 cm dengan kapasitas 1500-2000 kg pucuk teh. Suhu maksimum dalam pelayuan adalah 28oC. Setelah itu dilakukan balik wiwir setiap 3-4 jam sekali tergantung kondisi pucuk. Balik

wiwir menggunakan alat bantu papan kayu. Sebelum pembalikan wiwir dilakukan, kipas dimatikan terlebih dahulu agar pucuk tidak berhamburan. Ciri-ciri pucuk sudah layu dan siap giling antara lain: 1. Pucuk menjadi lentur, apabila digenggam membentuk gumpalan dan apabila dilepas akan mengembang kembali secara perlahan. 2. Pucuk berwarna hijau kecoklatan. 3. Tangkai pucuk lentur dan tidak patah bila dibengkokkan. 4. Mempunyai aroma yang khas. 5. Tercapai persentase layu antara 50-55 %.

Penggulungan, Penggilingan dan Sortasi Basah Proses penggulungan, penggilingan dan sortasi basah merupakan tahapan yang akan membentuk mutu teh secara fisik dan kimia. Penggulungan dan penggilingan membentuk mutu teh secara kimia. Tujuan penggulungan, penggilingan dan sortasi basah yaitu : mengecilkan pucuk teh layu menjadi partikel teh yang menggulung dengan ukuran tertentu. memeras cairan sel yang terdapat pada daun teh agar terjadi kontak dengan udara dan enzim sehingga terjadi reaksi oksidasi enzimatis, memisahkan bubuk teh berdasarkan ukuran partikel sehingga diperoleh bubuk teh. Pelaksanaan proses penggulungan, penggilingan dan sortasi basah yaitu: a. Pucuk layu yang telah ditimbang dan siap digiling dimasukkan ke dalam OTR (Open Top Roller). Penggulungan dengan OTR berlangsung 40-45 menit dengan kapasitas OTR 300-350 kg pucuk layu. b. Pucuk layu yang telah selesai digiling dikeluarkan dari OTR kemudian diayak menggunakan RRB (Rotary Roll Breaker) dengan conveyor sebagai perantara. c. Bubuk yang dihasilkan dari ayakan merupakan bubuk I, sedangkan yang tidak lolos ayakan (masih kasar) akan masuk ke Rotor Vane (RV) yang berfungsi sebagai pemotong sehingga akan mempunyai ukuran yang lebih kecil. d. Bubuk hasil dari potongan RV kemudian diayak dengan RRB yang kedua sehingga dihasilkan bubuk II.

e. Bubuk yang tidak lolos ayakan RRB kedua akan dibawa ke RV kedua kemudian diayak dengan RRB ketiga untuk memperoleh bubuk III. Bubuk yang tidak lolos RRB ketiga akan dibawa ke RV ketiga kemudian diayak dengan RRB keempat untuk menghasilkan bubuk IV. Bubuk yang tidak lolos ayakan terakhir dinamakan badag. Badag adalah bubuk teh kasar yang sudah tidak bisa melewati ayakan lagi. Badag terdiri dari tangkai-tangkai pucuk yang tidak lolos ayakan karena partikelnya yang terlalu besar.

Oksidasi Enzimatis (Fermentasi) Oksidasi enzimatis (fermentasi) merupakan bagian yang khas dari sistem pengolahan teh hitam yaitu menimbulkan sifat-sifat khas teh hitam (inner quality) seperti rasa, aroma dan warna air seduhan teh hitam yang timbul. Tujuan fermentasi yaitu memberikan kondisi yang optimum terhadap suhu, kelembaban sehigga akan terjadi reaksi fermentasi yang memberikan sifat-sifat yang khas pada teh hitam dan mengkatalis reaksi oksidasi senyawa-senyawa polifenol oksidase pada pucuk teh. Pelaksanaan proses fermentasi yaitu bubuk teh yang telah digiling dan diayak pada sortasi basah dipindahkan atau dihamparkan dalam baki-baki fermentasi dengan ketebalan bubuk rata-rata 5-6 cm untuk bubuk I-IV dan biasanya untuk bubuk badag dengan ketebalan 9-10 cm dengan lama fermentasi 22,5 jam terhitung saat bubuk keluar dari OTR.

Pengeringan Pengeringan merupakan cara pengolahan teh hitam yang dilakukan setelah tahap oksidasi enzimatis (fermentasi) pada suhu dan waktu tertentu sehingga dihasilkan bubuk teh kering dengan kadar air yang rendah. Tujuan dari pengeringan adalah menghentikan aktivitas enzim yang berperan dalam proses oksidasi enzimatis, mempertahankan sifat-sifat spesifik teh saat teh mencapai kualitas optimal, menurunkan kadar air bubuk teh, mempermudah pengangkutan dan penyimpanan. Alat yang digunakan untuk mengeringkan bubuk teh adalah mesin pengering dengan sumber panas dari pembakaran kayu bakar/solar. Suhu udara masuk (inlet) sekitar 98-100oC dan suhu udara keluar (outlet) sekitar 5055oC. Suhu udara keluar terlalu tinggi akan menyebabkan teh mengalami case

hardening yaitu suatu keadaan dimana partikel luar teh telah kering tetapi bagian dalam masih basah. Suhu inlet (suhu udara masuk) yang terlalu rendah menyebabkan bubuk teh yang dihasilkan belum kering. Waktu pengeringan dikendalikan dengan pengatur kecepatan trays. Waktu pengeringan ditentukan berdasarkan kadar air bubuk teh basah, suhu, udara, ketebalan hamparan, volume udara panas dan kecepatan aliran udara. Waktu pengeringan berlangsung selama 25-27 menit. Ketebalan hamparan bubuk teh dalam pengering sekitar 2-3 cm. Hamparan yang terlalu tebal menyebabkan penguapannya terhambat dan pengeringannya tidak merata.

Sortasi Kering Sortasi kering merupakan tahap akhir dari proses pengolahan teh sebelum dilakukan pengemasan atau pengepakan dan merupakan tahap pemisahan partikel dengan seratnya, ukuran dan berat jenisnya sehingga diperoleh produk teh kering yang homogen dan teh yang berkualitas baik. Tujuan dari sortasi kering adalah memisahkan teh kering menjadi beberapa grade berdasarkan ukuran,

membersihkan teh dari serat, tangkai, debu dan kotoran, mengecilkan ukuran bagian teh yang terlalu besar untuk jenis yang dikehendaki. PT Pagilaran menghasilkan beberapa jenis teh hitam sesuai dengan gradenya. Adapun spesifikasi produk akhir teh hitam yang dihasilkan PT Pagilaran dilihat dari gradenya, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2. Spesifikasi Produk Teh Hitam PT Pagilaran


Mutu BOP BOPF PF DUST FI BT BP BOP II F II BT II DUST II BOHEA Bentuk Keriting Keriting Butiran Butiran Butiran Flaky Choppy Warna Kehitaman Kehitaman Kehitaman Kehitaman Kehitaman Kehitaman Hitam kecoklatan Keriting Butiran Flaky Butiran Serat Panjang Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan Kecoklatan Merah Tip Tidak ada Ada sedikit Jarang ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Jarang ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tekstur Tidak rapuh Tidak rapuh Padat berisi Padat berisi Padat ringan Ringan Berat keras Tidak rapuh Padat ringan Ringan Ringan Ringan Bau Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Serat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sedikit Tidak ada Sedikit Jarang ada Ada sedikit Ada sedikit Banyak Benda asing Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Sumber : Bagian Sortasi Kering Pabrik Teh PT Pagilaran, 2008

Berat jenis teh hitam yang dihasilkan oleh pabrik PT Pagilaran Batang, berbeda-beda sesuai dengan gradenya. Grade yang memiliki berat jenis terbesar adalah BOP sedangkan berat jenis (densitas) paling kecil adalah dust. Berat jenis masing-masing teh hitam secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 3. Berat Jenis Teh Hitam PT Pagilaran


Mutu BOP BOPF PF DUST BT Densitas/100 gram 340-350 330-335 290-295 250-255 410-420

BP BOP II PF II BT II DUST II BP II

245-250 340-350 280-290 340-350 240-245 250-260

Sumber : Bagian Sortasi Kering Pabrik Teh PT Pagilaran, 2008 Pengemasan Proses pengemasan dilakukan dengan menggunakan tea packer yang memudahkan pekerja dalam mengemas teh untuk mendapatkan hasil teh yang mendekati dengan timbangan. Pengemasan dilakukan untuk menjaga bubuk teh yang telah melewati proses sortasi kering agar dapat terjaga kualitasnya. Tujuan dari pengemasan yaitu: 1. Melindungi teh kering dari faktor-faktor luar yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas teh kering. 2. Mencegah terjadinya kenaikan kadar air. 3. Mempermudah transportasi atau pengangkutan. 4. Mempermudah penyimpanan di gudang. 5. Menjaga aroma dan mutu teh hitam. Adapun jenis bahan pengemas yang digunakan di PT Pagilaran yaitu paper zack (kantong kertas), karung plastik dan kardus atau karton

Analisis Kadar Air Pengujian kadar air dilakukan sebelum bubuk teh dikemas dengan menggunakan alat infrared moisture balanced. Analisis kadar air dilakukan oleh pengawas atau pekerja dengan mengambil sampel teh kering secara acak kemudian diuji kadar airnya. Teh yang bermutu tinggi akan memiliki kadar air tidak lebih dari 3,5% untuk bubuk teh yang baru keluar dari mesin pengering dan 6-7% untuk bubuk teh hasil sortasi kering sebelum dikemas.

Uji Densitas

Uji densitas bertujuan untuk mengetahui ukuran partikel teh kering sebelum pengemasan. PT Pagilaran telah menetapkan standar densitas tiap jenis teh, sehingga ketika terjadi penyimpangan yang jauh dari standar maka ada tahapan dalam proses sortasi kering yang harus diulang, misalnya partikel teh harus dikecilkan lagi. Nilai densitas bubuk teh merupakan salah satu penentu mutu yang menentukan tingkat acceptability konsumen. Uji densitas dilakukan dengan cara mengambil sampel 100 gram bubuk teh yang kemudian dimasukkan dalam gelas ukur tanpa ketukan. Hasil yang terbaca pada gelas ukur merupakan volume dari bubuk teh, sehingga dari massa bubuk teh dan volume bubuk teh tersebut dapat diketahui nilai densitas bubuk teh. Nilai densitas yaitu massa bubuk teh dibanding dengan volume bubuk teh.

Uji Organoleptik Pengujian organoleptik bertujuan untuk mengetahui tingkat rasa, warna, aroma air seduhan dan kenampakan ampas dari teh. Pengujian organoleptik teh di PT Pagilaran dilakukan oleh kepala bagian pabrik dibantu oleh mandor besar pabrik. Pelaksanaan pengujian organoleptik di PT Pagilaran Batang adalah sebagai berikut: 1. Disiapkan sample bubuk teh kering sebanyak 5,6 gram dan peralatanperalatannya berupa cangkir porselen beserta tutupnya, sendok, timer dan mangkok porselin. 2. Didihkan air dan diambil sebanyak 280 ml. Pilih air yang bersih dan tidak berbau. 3. Dituang air dalam cangkir berisi bubuk teh kering dan diseduh selama 6 menit. 4. Air seduhan dipisahkan dari ampasnya dan dimasukkan dalam cawan porselin. Ampas seduhan dipisahkan dalam kaca bening. 5. Diamati warna, rasa dan aroma dari air seduhan teh. Sifat-sifat air seduhan yang dimiliki oleh teh antara lain: a. Bright, yaitu air seduhan yang segar dan terang, yang diperoleh bila proses pengolahan berjalan dengan baik dan fermentasi optimal. Kebalikannya adalah

dull yaitu air berwarna keruh yang disebabkan oleh infeksi bakteri serta over fermented. b. Thin, yaitu air seduhan berwarna tipis (encer), disebabkan daun terlalu layu, penggilingan kurang lama dan waktu fermentasi terlalu lama. c. Strength, yaitu air seduhan berwarna pekat dan beraroma kuat. d. Brisk, yaitu seduhan segar karena fermentasi dan pengeringan berjalan baik dan tepat waktu, kebalikannya adalah soft. e. Pungency, yaitu air seduhan memiliki rasa sepat dan tidak terlalu pahit. Rasa ini adalah rasa yang paling diinginkan oleh konsumen. f. Flavoury, yaitu teh dengan aroma kuat. Rasa ini biasanya didapat pada saat musim kering. g. Cream, yaitu endapan atau lapisan tipis berwarna keputihan yang timbul bila air seduhan pekat didinginkan. Tipe ini sebagai salah satu indikasi bahwa proses berjalan dengan baik. h. Brassy, yaitu air seduhan berasa pahit (bitter) dan getir. i. Mature, yaitu air seduhan mempunyai rasa yang enak. Terdapat pada saat teh mengalami fermentasi lanjutan dalam penyimpanan (2-3 minggu setelah penyimpanan). j. Coloury, yaitu air seduhan berwarna baik. Warna air seduhan akan menjadi lebih tua bila pelayuan terlalu panjang serta oksidasi enzimatis terlalu lama. k. Plain, yaitu air seduhan dengan kualitas kurang, flavour atau brisk, bahkan terkadang masih strength. Disebabkan karena perubahan musim, pertumbuhan yang cepat dan pengolahan yang kurang baik. l. Stewed, yaitu air seduhan dengan aroma kurang dan wangi teh tidak ada. Hal ini disebabkan terjadi fermentasi lanjutan karena pada saat pengeringan suhunya rendah.

PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEBUN

Dalam pengelolaan suatu perkebunan dibutuhkan struktur organisasi yang rapi yang dapat memberikan kejelasan tugas dan wewenang masing-masing pihak. Oleh karena itu diharapkan tercipta kinerja yang efisiensi dan efektifitas sehingga tujuan dari perusahaan tersebut dapat tercapai. Struktur organisasi yang digunakan PT Pagilaran adalah struktur garis yang merupakan struktur organisasi sederhana dan memberikan kejelasan siapa yang berhak memiliki tugas dan wewenang untuk bertanggung jawab. Badan organisasi tertinggi di PT Pagilaran adalah Dewan Komisaris yaitu Yayasan Pembina Fakultas Pertanian UGM yang dipilih oleh pemegang saham. Dewan guru menunjuk Direktur Utama untuk memilih Direktur Umum dan Komersial, Direktur Produksi dan Kepala Unit Produksi (Pimpinan Kebun). Pimpinan tertinggi di perkebunan berada di tangan seorang Kepala Unit Pagilaran (Pimpinan Kebun) yang bertanggungjawab secara langsung kepada Direksi yang berada di Yogyakarta. Kepala Unit Pagilaran dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh beberapa kepala bagian yaitu bagian agrowisata, bagian penelitian dan pengembangan, bagian kebun pagilaran, bagian kebun andongsili, bagian kebun kayulandak, bagian pabrik, bagian tehnik dan bagian kantor induk. Status tenaga kerja di PT Pagilaran terbagi menjadi karyawan tingkat staf dan karyawan non staf . Karyawan staf adalah karyawan yang pengangkatan dan penempatannya diatur langsung oleh direksi. Karyawan yang tergolong staf adalah: Pimpinan Kebun, Kepala Bagian Kebun, Kepala Bagian Teknik, Kepala Bagian Pabrik, Kepala BAgian Kantor Induk, Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan dan Kepala Bagian Agrowisata. Adapun karyawan non staf adalah pengawas, mandor besar, mandor pemeliharaan dan karyawan.

Karyawan Tingkat Staf Pimpinan kebun bertugas untuk mengelola dan bertanggung jawab dalam segala hal yang berhubungan dengan PT Pagilaran. Diantaranya membuat kebijakan, memberikan motivasi, membuat perencanaan, melakukan evaluasi, membuat laporan pertanggung jawaban dan lain-lain.

Adapun tugas kepala bagian kebun adalah melakukan perencanaan, dan bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan di bidang tanaman mulai dari pengolahan tanah hingga panen, yang hasilnya diantar ke pabrik serta melakukan monitoring. Selain itu juga menyampaikan dan mengajukan pendapat dan masukan kepada kepala unit produksi mengenai peningkatan, perbaikan, dan penyempurnaan pengelolaan bagian kebun. Wewenang yang dimiliki Kepala Bagian kebun adalah mengatur pelaksanaan tugas pekerjaannya secara efektif dan efisien, termasuk melakukan koordinasi dengan bagian lain. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Bagian Kebun bertanggungjawab kepada Kepala Unit Produksi. Kepala bagian penelitian dan pengembangan bertugas mengadakan penelitian untuk meningkatkan produksi dan percobaan jenis tanaman baru, mengadakan kegiatan pencegahan terhadap hama dan penyakit, melakukan pengamatan terhadap iklim. Selain itu dalam melaksanakan tugasnya kepala bagian penelitian dan pengenbangan bertanggung jawab kepada kepala unit produksi atau pimpinan kebun. Kepala Bagian Agrowisata bertanggungjawab terhadap pengelolaan obyek dan paket wisata yang meliputi pemandangan dan pesona hamparan kebun teh pada ketinggian 1.000-1600 meter dpl, melihat proses pembuatan teh, paket kesenian daerah, fasilitas penginapan dan transportasi keliling kebun. Selain itu bertanggungjawab terhadap pengelolaan akomodasi dan konsumsi, dan

bertanggungjawab kepada kepala unit produksi. Kepala bagian kantor induk bertugas mengurus tata usaha umum, administrasi, produksi dan keuangan, melayani keperluan dengan instansi luar yang terkait serta membawahi Balai Pengobatan dan gudang persediaan bahan bakar. Kepala bagian pabrik bertanggungjawab terhadap kelancaran pengolahan dan pengiriman produksi dan bertanggungjawab kepada Kepala Unit Produksi. Kepala Bagian Teknik bertanggungjawab terhadap transportasi, instalasi listrik dan mesin-mesin pengolahan dan bertanggungjawab kepada Kepala Unit Produksi.

Karyawan Non Staf Pengawas merupakan karyawan tingkat non staf yang langsung berada di bawah kepala bagian. Beberapa tugas pengawas adalah membuat perencanaan, mengkoordinir, dan bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola bagian tugas kewajibannya. Selain itu diminta maupun tidak diminta menyampaikan masukan, pendapat dan saran kepada kelapa bagian mengenai upaya peningkatan, perbaikan atau penyempurnaan pengelolaan bagian. Mandor besar Mandor besar kebun biasanya dibedakan menjadi dua yaitu mandor besar pemeliharaan dan mandor besar pemetikan. Selain itu dibeberapa bagian yang berada di bawah kepala bagian secara langsung adalah mandor besar. Hal ini dilakukan sebagai efisiensi kerja. Adapun tugas mandor besar pemeliharaan adalah merencanakan pemeliharaan kebun, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan pemeliharaan. Sedangkan tugas mandor besar pemetikan adalah membuat rencana pemetikan, mengkoordinasikan dengan mandor-mandor dan mengawasi kegiatan pemetikan itu sendiri. Pertanggung jawaban mandor besar adalah langsung kepada kepala bagian. Mandor Mandor bertugas mengawasi secara langsung kegiatan karyawan dan bertanggungjawab kepada mandor besar. Sama halnya dengan mandor besar, mandor kebun juga dibedakan menjadi mandor pemeliharaan dan mandor pemetikan. Mandor pemeliharaan biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki, sedangkan mandor pemetikan ada yang perempuan dan ada yang laki-laki. Selain itu mandor juga bertugas membagikan upah kepada pekerja yaitu Rp 13.500,untuk pekerja dengan 5 jam hari kerja dan Rp 18.000,- untuk 7 jam kerja. Dalam pelaksanaannya kadang-kadang diantara mandor dilakukan rotasi tempat khususnya untuk mandor pemetikan. Hal ini dilakukan sebagai upaya penyegaran dan pengujian prestasi mandor. Namun demikian untuk mandor pengkasan merupakan mandor khusus yang tidak pernah dirotasikan. Hal ini dilakukan karena mandor pemangkasan merupakan tenaga ahli khusus pangkasan termasuk juga para pekerja pangkasan merupakan pekerja khusus. Kegiatan

pangkasan memerlukan keahlian khusus dan tidak semua pekerja dapat melakukannya. Karyawan yang bekerja di PT pagilaran terdapat dua status yaitu karyawan harian tetap dan karyawan harian kontan (lepas). Keduanya terdapat beberapa macam perbedaan. Diantaranya jika harian tetap mendapat gaji walaupun tidak masuk atau hari libur, sedangkan harian kontan apabila tidak masuk dan hari libur tidak mendapat upah. Selain itu harian tetap mendapat jaminan sosial sedangkan harian kontan tidak. Apabila telah pensiun karyawan harian tetap mendapat uang pensiun yang merupakan gaji selama sembilan bulan yang masing-masing bulan mendapat Rp 400.000,00 sehingga mendapat Rp 3.600.000,00 . Sedangkan untuk karyawan harian kontan mendapat empat bulan sehingga mendapat Rp 1.600.000,00. Data karyawan per tanggal 31 Januari 2008 yaitu meliputi: jumlah Kepala Bagian 8 orang, jumlah pegawai 102 orang, jumlah karyawan harian tetap 215 orang dan jumlah karyawan harian kontan 1570 orang, sehingga total tenaga kerja di PT Pagilaran kebun inti Pagilaran Batang berjumlah 1896 orang. Adapun ratio tenaga kerja kebun pagilaran adalah 1.50, kebun andongsili 1,44 dan kebun kayulandak ialah 1,49.

PEMBAHASAN
Pengelolaan Air pada Pembibitan, TBM dan TM Tersedianya kebutuhan air dalam pertumbuhan tanaman merupakan salah satu faktor produksi yang penting. Oleh karena itu untuk memperoleh produksi teh yang maksimal perlu dilakukan pengelolaan air pada Pembibitan, Tanaman Belum Menghasilkan dan Tanaman Menghasilkan. Sumber air yang dapat dimanfaatkan dalam perkebunan teh adalah air hujan dan aliran air permukaan. Kebutuhan air yang harus dipenuhi pada saat pembibitan salah satunya adalah pada saat penyiraman polybag sebelum dilakukan penanaman stek. Menurut Setyamidjaja (2000) kebutuhan per 30 kantong plastik adalah 7 liter 10 liter. Adapun untuk penyiraman selanjutnya, kebutuhan air untuk menyiram adalah 5 10 liter tiap 100 200 polybag. Penyiraman ini dilakukan 2 3 bulan setelah penanaman. Dalam hal ini di perkebunan teh PT Pagilaran melakukan penyiraman dengan menggunakan selang yang aliran airnya berada di dekat lokasi pembibitan. Debit air yang keluar dari selang tersebut adalah 5.7 ml/s. Selain itu diperlukan adanya pembuatan dan perawatan drainase sehingga air dapat mengalir dengan lancar. Lebar saluran drainase yang dibuat adalah 60 cm dan tinggi 5 10 cm. Pengelolaan air pada TBM dan TM di lahan adalah dengan melakukan pembuatan rorak dan got panjang sebagai saluran drainase. Panjang rorak yang dibuat adalah 2 m dengan lebar 40 cm dan kedalaman 60 cm. Jarak antar rorak 4 m sehingga dalam 1 patok terdapat 16 rorak. Pembuatan got panjang dilakukan dengan lebar 60 cm dan kedalaman 60 cm. Adapun panjang got panjang disesuaikan dengan panjang teras.

Gambar 5. Pembuatan Got Panjang

Got panjang dan rorak tersebut berfungsi sebagai penampung air hujan sehingga diharapkan dapat menyimpan cadangan air hujan. Selain itu, juga dapat menjadi sarana konservasi air yang dapat meningkatkan volume air tanah dan efisiensi penggunaannya. Bentuk usaha pengelolaan air yang lain juga dilakukan untuk menjaga kebutuhan air pada beberapa klo-klon teh yang rawan kekeringan. Pembuatan saluran irigasi dengan lebar 30 40 cm dan kedalaman 10 20 cm dilakukan pada Blok Pulosari II, III, Kebun jati I, II dan Pagilaran II. Saluran irigasi ini dibuat dengan mengalirkan air pada blok-blok tersebut dari mata air yang ada di beberapa tempat di Pagilaran. Hal ini dilakukan karena beberapa blok tersebut merupakan areal perkebunan yang ketinggiannya di bawah 800 m dpl dan ditanami klon Kiara yang cukup rentan terhadap kekeringan.

Gambar 6. Saluran Irigasi

Produktivitas Produktivitas merupakan banyaknya produksi teh (kg) yang dihasilkan dalam satu satuan luas (ha). Kemampuan perkebunan dalam menghasilkan produktivitas yang tinggi akan menjadi salah satu indikasi bahwa perkebunan tersebut dapat dikatakan baik atau tidak. Dalam hal ini produktivitas teh perkebunan pagilaran pada tahun 1998 2007 dapat dilihat dari tabel berikut

Tabel 4. Produktivitas Teh Selama 10 Tahun No Tahun Produktivitas kg/ha Afdeling pagilaran 9777,92 7735,67 7955,48 8970,29 9503,21 8019,02 9596,66 9736,59 7279,99 10191,85

1 1998 2 1999 3 2000 4 2001 5 2002 6 2003 7 2004 8 2005 9 2006 10 2007 Sumber : Perkebunan PT Pagilaran

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam 10 tahun terakhir produktivitas teh perkebunan pagilaran berkisar dari 7735,67 kg/ha hingga 10191,85 kg/ha. Dalam analisis uji-t dengan taraf 5%, produktivitas teh selama 10 tahun terakhir di perkebunan PT Pagilaran menunjukkan adanya hasil yang berbeda nyata dengan produktivitas nasional kecuali pada tahun 1999 dan 2006. Rata-rata produktivitas teh yang mampu dihasilkan ialah 8876,67 kg/ha. Hasil ini lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata produktivitas nasional yaitu 7310 kg/ha. Hal ini dimungkinkan faktor-faktor produksi yang ada sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas komoditas teh adalah curah hujan, ketinggian tempat, umur pangkas, tanah dan kesehatan tanaman (Perangin-angin, 2000)

Hubungan Curah Hujan dengan Produktivitas Curah hujan tahunan merupakan salah satu faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas teh. Curah hujan rata-rata 2500 3500 mm per tahun merupakan curah hujan yang baik untuk tanaman teh (Nazaruddin dan Paimin, 1993). Pada pekebunan PT Pagilaran pengukuran curah hujan dilakukan setiap hari pukul 06.00 07.00. Alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan ialah ombrometer.

Gambar 7. Ombrometer

Curah hujan perkebunan PT pagilaran berkisar antara 3527 6595 mm per pagilaran tahun. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan di perkebunan PT Pagilaran sangat tinggi. Data curah hujan PT Pagilaran selama 10 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut
7000 6000 Curah Hujan (mm) 5000 4000 3000 2000 1000 0 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun

Gambar 8. Grafik Curah Hujan Tahunan Kebun Pagilaran

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa terjadi fluktuasi curah hujan yang cukup tinggi. Curah hujan pada tahun 1998 ialah 6413 mm yang kemudian pada dua tahun berikutnya curah hujan mengalami penurunan dan kembali naik pada tahun 2001 hingga 6595 mm. Namun demikian jumlah curah hujan pada tahun 2002 2007 di perkebunan PT Pagilaran kembali mengalami penurunan hingga 3527 mm.

Pola curah hujan pada bulan Januari Desember selama 10 tahun terakhir di perkebunan PT Pagilaran dapat dilihat pada grafik berikut
800 700 Curah Hujan (mm) 600 500 400 300 200 100 0

Gambar 9. Grafik Pola Curah Hujan Kebun Pagilaran

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa pada bulan Juli, Agustus dan September merupakan masa curah hujan yang rendah. Oleh karena itu pada bulan tersebut akan sangat baik jika dilakukan untuk pemupukan. Waktu pemupukan yang baik adalah ketika curah hujan berkisar antara 60 mm 200 mm/bulan (PPTK, 1997). Menurut Lubnan (2008) Curah hujan minimal bulanan yang baik untuk teh adalah 114 mm/bulan. Curah hujan merupakan salah satu faktor produksi yang merupakan pensuplai kebutuhan air pada perkebunan teh. Untuk melihat hubungan curah hujan dan produktivitas, dibawah ini disajikan grafik pergerakan curah hujan dan produktivitas selama 10 tahun terakhir

Kurva pergerakan produktivitas dan Curah Hujan


1000,00 800,00 600,00 400,00 200,00 0,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Produktivitas (kg/Ha) Curah Hujan(mm)

Gambar 10. Kurva Pergerakan Produktivitas dan Curah Hujan

Crabe dan Paul B (1996) menjelaskan pada saat musim kemarau pucuk mengalami masa dorman kemudian dipecahkan oleh butiran air yang datang pada musim hujan. Sehingga pucuk dapat tumbuh aktif pada saat pergantian musim kemarau menjadi musim hujan. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan produktivitas dari bulan September - Oktober. Dari kurva di atas dapat dilihat bahwa penurunan curah hujan dari bulan Januari sampai bulan Agustus tidak selalu diikuti penurunan produktivitas pucuk teh. Hal ini dapat dilihat pada pergerakan kurva bulan Februari Juni dan Juli Agustus yang produktivitasnya meningkat. Namun demikian pada bulan Juni-Juli, Agustus-September, dan Oktober - November terjadi penurunan produktivitas. Curah hujan paling rendah terjadi pada bulan agustus yaitu 85,8 mm dengan hari hujan 7 hari, menghasilkan produktivitas 788,41 kg/ha. Peningkatan curah hujan pada bulan agustus Desember tidak selalu diikuti kenaikan produktivitas tanaman teh. Hal ini dapat dilihat pada kurva pergerakan produktivitas pada bulan Agustus - September dan Oktober- November mengalami penurunan.

Tabel 5. Hasil Korelasi Curah Hujan, Hari Hujan dengan Produktivitas Teh Produktivitas x bulan kemudian 0 Curah Hujan -0,07867 (0,4033) 1 0,01090 (0,9080) 2 0,10893 (0,2465) 3 0,04839 (0,6075) 4 0,11713 (0,2125) 5 0,14067 (0,1337)

Hari Hujan

0,01106 (0,9066)

0,04794 (0,6109)

0,12714 (0,1757)

0,10388 (0,2692)

0,10251 (0,2756)

0,07781 (0,4085)

Berdasarkan tabel korelasi di atas dapat dilihat bahwa korelasi Curah Hujan tertinggi terjadi pada 5 bulan kemudian dengan nilai r = 0,14067 dan peluang 0,1337. Sedangkan korelasi Hari Hujan tertinggi terjadi pada 2 bulan kemudian dengan nilai r = 0,12714 dan peluang 0,1757. Hal ini menunjukkan bahwa Curah hujan dan Hari hujan tidak menjadi faktor pembatas produktivitas teh di perkebunan pagilaran.

Hubungan Evapotranspirasi dengan produktivitas Evapotranspirasi merupakan besarnya penguapan air dari dalam tanah ke udara, baik secara langsung maupun melalui tubuh tanaman. Data

evapotranspirasi yang digunakan adalah data evapotranspirasi potensial yang dihitung menggunakan rumus Thornwaite dan Mathes. Etd ETd T I = 1.6 {(10T)/I}a = Evapotranspirasi harian ( mm/hari) = suhu rata-rata bulanan (oC ) = Indeks panas tahunan
12 i=1

= { (Ti) / 5 )}1.514 ETo = ETd x f = evapotranspirasi standard (mm/hari) = faktor koreksi panjang hari berdasar letak lintang

ETo f

Tabel 6. Hubungan Produktivitas Teh dengan Evapotranspirasi, Curah Hujan Selama 5 Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Produktivitas Teh Basah (kg/ha) 1031,464 880,958 987,088 1076,197 1190,637 1204,546 1077,577 1081,742 870,496 1097,063 1016,663 1291,043 Produktivitas Teh Kering (kg/ha) 209,106 198,316 210,072 233,726 254,852 264,493 226,538 229,278 206,922 246,088 252,895 263,689 Curah Evapotranspirasi Hujan (mm) Potensial (mm) 606,40 84,12 689,60 62,48 552,60 81,89 539,20 79,80 429,60 85,37 219,20 77,22 110,30 78,42 40,10 79,19 131,90 80,40 186,10 90,49 444,10 86,06 685,25 84,12

Berdasarkan tabel di atas evapotranspirasi tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 90,49 dan produktivitas teh basah yang dihasilkan ialah 1097,063 kg/ha sedangkan produktivitas teh kering adalah 246,088. Pada bulan tersebut perbandingan antara teh kering dengan teh basah adalah 1 : 1,46. Evapotranspirasi terendah terjadi pada bulan Februari yaitu 62,48 dengan produktivitas teh basah 880,958 kg/ha dan produktivitas teh kering 198,316. Perbandingan teh kering dengan teh basah pada bulan Februari yaitu 1 : 1,44. Nilai evapotranspirasi dipengaruhi oleh keadaan suhu setempat . Rata-rata suhu pada bulan Februari ialah 20,770 C sedangkan pada bulan desember adalah 21,400 C. Besarnya nilai evapotranspirasi akan mengurangi jumlah ketersediaan air pada tanaman. Namun demikian dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketersediaan air masih cukup banyak sehingga besarnya evapotranspirasi tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas. Semakin besar nilai evapotranspirasi menunjukkan semakin tinggi suhu yang ada sehingga proses fotosintesis akan berjalan semakin cepat.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan Pelaksanaan kegiatan magang di Perkebunan PT Pagilaran telah memberikan banyak pemahaman kepada penulis terhadap proses kerja nyata, berlatih dalam meningkatkan keterampilan teknis dan kemampuan manajerial dalam beberapa tingkat karyawan. Selain itu memberi pelajaran kepada penulis untuk bisa bersosialisasi dengan orang banyak dengan baik. Produktivitas perkebunan teh PT Pagilaran tergolong cukup baik yaitu 8876,667 kg/ha diatas rata-rata produktivitas nasional yaitu 7310 kg/ha. Nilai korelasi curah hujan tertinggi terhadap produktivitas yaitu r = 0,14067 dan peluang 0,1337. Sedangkan korelasi Hari Hujan tertinggi terjadi pada 2 bulan kemudian dengan nilai r = 0,12714 dan peluang 0,1757. Dengan demikian faktor curah hujan dan hari hujan tidak menjadi faktor pembatas produksi di Perkebunan teh PT Pagilaran. Pengelolaan air di perkebunan PT Pagilaran tergolong cukup baik karena adanya saluran irigasi yang telah dibuat di beberapa blok sebagai salah satu sarana konservasi air.

Saran Perawatan saluran irigasi dan got panjang perlu lebih diperhatikan agar air yang tersedia dari curah hujan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dan menjadi sarana konservasi air. Selain itu diperlukan penambahan saluran drainase karena curah hujan di PT Pagilaran tergolong tinggi. Pengelolaan manajemen pekerja lebih ditingkatkan karena meskipun produktivitas teh tinggi namun jumlah tenaga kerja yang ada masih terlalu banyak. Selain itu perlu dilakukan pelatihan-pelatihan mandor untuk mengurangi kesalahan teknis yang terjadi di lapang.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. 290 hal. Bahrum A., D. Indradewa dan S. Waluyo. 2004. Pengaruh pemotongan akar dan Daun Bibit Teh Terhadap Ketahanan Kekeringan. Agrosains Vol 18(4) : 409. Crabe, J. and B. Paul. 1996. A New Conceptual Approach to Bud Dormancy in Woody Plants in Plant Dormancy Physiology Biochemistry and Molecular Biologi. Editor G. A. Lang. Cab International. Uk. Hal 83-106.

Direktorat Budidaya Tanaman Rempah dan Penyegar. 2008. Teknologi Menjaga Sustainabel Teh. http://www.ditjenbun,deptan.go.id/rempahbun/rempah//index.php. Desember 2008]. Dirjenbun. 2006. Statistik Perkebunan Indonesia 2003-2005 Teh. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta. 24 hal. Ghani, M. A. 2002. Buku Pintar Mandor : Dasar-Dasar Budidaya Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. 134 hal. Lubnan, S. D. 2008. Hubungan Iklim Dengan Tanaman. [15

http://www.ritc.or.id/~iklim/Pelatihan_pemanfaatan_informasi_iklim/12_1 3Maret2008/Iklim%20dan%20Tanaman.pdf . [10 November 2008] Nazaruddin, 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. 198 hal. Perangin-angin, M. D. 2000. Pengelolaan Pemetikan Pucuk Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di PTP Nusantara VIII, Kebun Ciater, Subang, Jawa Barat. Skripsi. Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.73 hal. PPTK. 1997. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. PPTK Gambung. Bandung.151 hal.

PPTK Gambung. 2005. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Teh Tahun 2005. PPTK Gambung. Bandung. 54 hal. PT Perkebunan Nusantara XI, 1993. Vademecum Budidaya Teh. PT Perkebunan XI. Jakarta. 140 hal. Setyamidjaja, D. 2000. Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen Tanaman Teh. Kanisius. Yogyakarta. 154 hal. Sukasman. 1990. Pengaruh Kemarau Panjang Terhadap Kekeringan Tanaman Teh. Simposium Teh V, Pusat Penelitian Gambung, Bandung : 1-9. Sulistyono, E. 2006. Pengelolaan Air Untuk Tanaman. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Perkebunan Tahunan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 318 hal.

LAMPIRAN

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang di PT Pagilaran

No

Status

Tanggal 12-Feb-08 13-Feb-08 14-Feb-08 15-Feb-08 16-Feb-08

Uraian kegiatan Orientasi pembibitan Orientasi kantor induk Pengukuran Curah hujan dan Orientasi Pabrik Orientasi teknik Orientasi kebun pagilaran Pembibitan membuat bekong membuat bekong mengayak tanah melubangi polibag mencampur tanah dengan pupuk dan dithane M-45 mengayak sub soil mengangkut dan memasukkan top soil menyiapkan polibag memasukkan top soil ke polibag mengangkut dan memasukkan sub soil ke polibag memasukkan sub soil menyeleksi bibit praktek pemangkasan awal praktek pemangkasan kerik lumut penggarpuan dan penyiangan kubur ranggas Pemangkasan Pengenalan pemetikan

Lokasi Pembibitan kantor induk Kebun dan Pabrik Bag Teknik Kantor Kebun Kebun bibit Kebun bibit Kebun bibit Kebun bibit

Prestasi HOK) Standar 50 Bekong

Kerja

(satuan/

Penulis 10 Bekong

Umum

KHL

18-Feb-08 19-Feb-08 20-Feb-08 21-Feb-08

5 jam kerja -

5 jam kerja

22-Feb-08

Kebun bibit

23-Feb-08 25-Feb-08 26-Feb-08 27-Feb-08 28-Feb-08 29-Feb-08 01-Mar08 03-Mar08 04-Mar08 05-Mar08 06-Mar08 07-Mar08 10-Mar08 11-Mar08

Kebun bibit Kebun bibit Kebun bibit Kebun bibit Kebun bibit Kebun bibit Kebun bibit Kebun Pagilaran Blok Kebun Jati Blok Beji II Blok Beji II Blok Beji II Blok Kebun jati Blok Garjito II

0.5 m 500 500 500 5 jam kerja 5 jam kerja 5 jam kerja 400 m 400 m 400 m 400 m 400 m -

0.125 m 168 70 205 5 jam kerja 5 jam kerja 5 jam kerja 18 pohon 6 m -

Tabel Lampiran 1. (Lanjutan)

No

Status

Tanggal 12-Mar08 13-Mar08 14-Mar08 15-Mar08 16-Mar08 17-Mar08 18-Mar08 19-Mar08 20-Mar08 24-Mar08 25-Mar08 26-Mar08 27-Mar08 29-Mar08 30-Mar08 31-Mar08 01-Apr-08 02-Apr-08 03-Apr-08 04-Apr-08 05-Apr-08 07-Apr-08 08-Apr-08 09-Apr-08 10-Apr-08 11-Apr-08 12-Apr-08 14-Apr-08

Uraian kegiatan Pemetikan Pemetikan pemupukan TBM Pemetikan penyiangan gulma Penggarpuan dan pemetikan Penyiangan dan TBM kerik lumut Pemetikan pemeliharaan TBM pemeliharaan TBM Pemetikan Pemetikan Pemupukan TM Pemupukan TM Pemupukan daun Analisa pucuk Analisa pucuk Supervisi Pelayuan pelayuan (pengamatan) Pembibitan. penanaman stek Penggilingan dan sortasi basah Penggilingan dan sortasi basah Pengeringan Pengeringan sortasi kering sortasi kering

Lokasi Blok Garjito II Blok Garjito II Pagilaran Blok Garjito II Blok Garjito II Blok Gondang Blok karang sari I Blok karang sari I Blok gondang IA Blok Jrakah II Blok Jrakah II Blok Kayulandak II Blok kemulan Blok Sirebut II Blok Sirebut II Blok Sirebut II Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Kebun bibit Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik Pabrik

Prestasi HOK) Standar 35-40 kg 40 kg 1 ha 35-40 kg 5 jam kerja 5 jam kerja 5 jam kerja -

Kerja

(satuan/

Penulis 1.8 kg 3 kg

3 kg 5 jam kerja 5 jam kerja 5 jam kerja -

Tabel Lampiran 1. (Lanjutan)

No

Status

Tanggal 15-Apr-08 16-Apr-08 17-Apr-08

Uraian kegiatan sortasi kering Pengepakan uji organoleptik the Pembibitan pengamatan HPG pengamatan HPG Pengamatan Pucuk Klon pengukuran ketinggian Pemetikan Pemupukan Pengukuran Ketinggian pengukuran ketinggian Prosedur Gudang Pemetikan Pemupukan pengukuran ketinggian pengukuran ketinggian Penggarpuan dan Babat pengukuran ketinggian pengukuran ketinggian Pemetikan Jendangan Pemetikan Pemeliharaan Pembukaan Lahan Pembibitan Kontrol Kebun Proses RKT kepala bagian

Lokasi Pabrik Pabrik Pabrik Kebun bibit Kebun Pagilaran Kebun Pagilaran Blok Sanderan II Kebun Pagilaran blok pagilaran II Blok Beji II Kebun Pagilaran Kebun Pagilaran Kantor Gudang Gondang III Blok Pekandangan IB Kebun Andongsili Kebun Andongsili Blok Dawuhan II Kebun Kayulandak Kebun Kayulandak Blok Sirebut IA Blok Pagergunung IA Blok Kayulandak Blok Kayulandak Penelitian dan Pengembangan Kebun Pagilaran Kebun Pagilaran

Prestasi HOK) Standar -

Kerja

(satuan/

Penulis -

Pendamping Mandor

23-Apr-08 24-Apr-08 25-Apr-08 26-Apr-08 28-Apr-08 29-Apr-08 30-Apr-08 01-Mei08 02-Mei08 05-Mei08 06-Mei08 07-Mei08 08-Mei08 09-Mei08 10-Mei08 12-Mei08 13-Mei08 14-Mei08 15-Mei08 16-Mei08 17-Mei08 19-Mei08 20-Mei08 21-Mei08

Pendamping Kepala Afdeling

Tabel Lampiran 1. (Lanjutan)


No

Status

Tanggal 22-Mei08 26-Mei08 27-Mei08 28-Mei08 29-Mei08 30-Mei08 31-Mei08 1-10 Juni 08

Uraian kegiatan Pengumpulan data Tugas Kepala Bagian Pengambilan Contoh Tanah dan daun Pengambilan Contoh Tanah dan daun Pengambilan Contoh Tanah dan daun Penanaman perdana Prosedur Tugas Pengawas Pembuatan Laporan Sementara

Lokasi Kantor Pagilaran Kebun Andongsili Kebun Andongsili Kebun Andongsili Kebun Kayulandak Kebun Kayulandak Kebun Kayulandak Bagian Penelitian

Prestasi HOK) Standar -

Kerja

(satuan/

Penulis -

Tabel Lampiran 2. Keadaaan Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Pagilaran I. Kebun Produksi
No

Blok Kebun

Luas (ha) 18,790 3,180 7,270 10,280 Patok 469,75 79,75 181,75 257,00

Tahun Tanam 1978/ 1998 1987 1976 1976

Populasi/ Ha 9 908 9 900 7 922 7 422

Bahan Tanam Campur (biji. Kiara 8, TRI, PSI) TRI Biji Campur (biji. Kiara 8, TRI, PSI) Biji/Kloon Biji Biji Campur (Biji. TRI, Kiara 8, PSI) TRI Campur (Biji. TRI, Kiara 8, PSI) Campur (Biji. TRI, Kiara 8, PSI) Biji Biji, Klon Campuran TRI, PSI, Biji Tanaman lama 1 ha Campur (Biji. TRI2024, 2025, PSI.Kiara) Biji, Kiara Biji Biji

Ketinggian m dpl 850 875 880 860

1 2 3 4

Garito II Garito IIIB Gamblok I Gamblok II Pecundukan IIIA Pecundukan IV Kebunjati I Pulosari III

5 6 7 8

5,320 10,660 9,860 18,526

133,00 266,50 246,50 463,25

1972 1973/ 1990 1974 1973/ 1990 1987/ 1999 1976/ 1977

10 000 6 858 8 717 9 257

820 820 780 730

Pulosari I

5,170

129,25

9 697

780

10

Gamblok III

11,630

290,75

8 324

880

11

Sijanggel Karangdadi I / II Karangdadi III

8,500

212,50

1977 1962/ 1977 1975/ 1976/ 1998 1987

9 800

875

12 13

9,093 7,500

254,75 187,50

8 325 8 772

890 880

14

Pecundukan I

12,400

310,00

7 375

860

15

Kebunjati II

12,300

307,50

1974

8 739

730

16 17 18

Pulosari II Pecundukan II Pecundukan IIIB

7,833 11,420 4,630

196,00 285,50 115,75

1974/ 1975 1925 1972

8 550 7 000 10 000

700 840 840

Tabel Lampiran 2. (Lanjutan)


No

Blok Kebun Drejeg Sanderan IV

Luas (ha) 6,210 12,190 Patok 155,25 304,75

Tahun Tanam 1980/ 1990 1961/ 1985/ 1988 1989/ 1999

Populasi/ Ha 10 045 8 767

Bahan Tanam TRI TRI Campur (biji 0.43ha. TRI 3.23 ha) Gambung 7. 8 GPPS 1 Biji Biji TRI Biji, TRI 2 ha TRI Biji. TRI 2 ha Campur (biji. Kiara 8, TRI, PSI) Campur (TRI,PSI, Kiara 8) TRI, SKM Kiara 8, PSI, Kiara TRI TRI TRI TRI TRI, Biji Biji, SKM TRI, Biji TRI Biji Biji, MPS 7, GPPS, PS

Ketinggian m dpl 860 900

19 20

21

Garjito I

4,520

113,00

8 836

860

22 23 24 25 27 28 29

Sanderan II Beji I Beji II Kejawen IA Keteleng Sanderan III Sukowero

3,360 4,142 15,205 11,870 13,151 7,000 8,010

84,00 116,00 425,75 296,75 368,25 175,00 200,25

1999 1899/ 1912 1899/ 1912 1992 1925 1984 1977/ 1978 1978

1 1008 7 322 5 884 8 316 5 476 10 005 9 887

870 1 055 1 045 1 000 1 050 920 955

30

Kwarasan I

13,000

325,00

9 477

955

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43

Kwarasan II Jemanen II Garjito IIIA Pagilaran III Depok IA Sanderan IA Depok IIA Karangnongko Kejawen II Giyanti IA Sirebut IIIA Pagilaran I Pagilaran II Jumlah

15,666 15,314 4,070 4,440 11,580 6,250 11,070 13,182 10,000 9,000 14,268 12,690 11,812 428,072

391,75 383,00 101,75 111,00 289,50 156,25 276,75 329,75 250,00 225,00 356,75 355,50 330,75 10901,50

1979 1979 1980 1988 1991 1992 1993 1980/ 1998 1979/ 1980 1979/ 1980 1980 1899/ 1953 1899/ 1953/1 999

12 000 13 300 9 392 9 418 11 500 11 500 12 525 8 995 13 600 13 600 9 300 7 400 11 015

955 990 860 900 1 050 920 1 100 985 1 000 1 030 1 075 940 915

Tabel Lampiran 2. (Lanjutan) II.


No

Kebun Penelitian
Blok Kebun Pecundukan II Sanderan II Jumlah Jumlah Total Luas Ha 1,170 1,000 2,170 430,242 Patok 29,25 25,00 54,25 10 955,75 Tahun Tanam 1925 1999 Populasi/ Ha 7.00 11.08 Bahan Tanam Aneka Kloon Gambung 7, 8, GGPS I Ketinggian m dpl 840 885

1 2

Sumber : Bagian Kebun Pagilaran, 2008

Tabel Lampiran 3. Keadaaan Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Kayulandak I. Kebun Dewasa
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Blok Kebun Pagergunung IA Pagergunung IB Pager pelah IA Pager pelah II Pager pelah IB Kemulan IA Kemulan IB Jrakah I Jrakah III Jrakah II Kayulandak I Kayulandak II Sirebut IA Depok IIB Keteleng II Depok IB Plantongan IA/I Plantongan IB Plantongan IA Sirebut III Sirebut II Sirebut IB Giyanti II JUMLAH Luas (ha) 15,715 16,143 7,000 9,143 13,000 15,179 12,750 14,392 3,538 3,678 4,893 14,500 12,766 8,786 6,000 3,250 7,950 11,822 9,000 13,287 2,750 11,250 2,470 219,263 Tahun Tanam 1905/1923 1905/1923 1894/1914 1894/1914 1894/1915 1903/1991 1903/1991 1903/1914 1990 1990 1904/1915 1904/1915 1901/1912 1900/1909 1925 1900/1909 1991 1906/1910 1906/1909 1981 1901/1912 1901/1912 1991 Populasi/ ha 8 630 8 586 9 240 9 144 9 240 8 059 10 064 7 457 11 281 11 231 10 013 8 960 7 730 8 195 8 160 7 180 10 429 7 978 7.180 12 427 4 404 9 720 11 189 Bahan Tanam Biji Biji/PS Biji Biji Biji/PS Biji/PS Biji/PS Biji/PS Klon Klon/PS Biji Biji/RB Biji Biji Biji Biji TRI Biji Biji TRI Biji Biji/PS TRI Ketinggian m dpl 1 240 1 240 1 205 1 260 1 270 1 470 1 390 1 460 1 340 1 285 1 270 1 260 1 160 1 190 1 170 1 200 1 140 1 170 1 170 1 200 1 205 1 185 1 090

II.
No 1

Kebun Belum Menghasilkan


Blok Kebun Jrakah II Jumlah total Luas (ha) 8,75 228.013 Tahun Tanam 2003/2004 Populasi /ha 13 059 Bahan Tanam Gambung 7, 9, 11 Ketinggian m dpl 1 290

Sumber : Bagian Kebun Kayulandak, 2008

Tabel Lampiran 4. Keadaaan Tanaman Menghasilkan (TM) dan Ketinggian Tiap Blok Bagian Kebun Andongsili Tahun No Blok Kebun Luas(ha) Populasi/ha Ketinggian m dpl Tanam 1 Dawuhan IA 8,50 5 568 1925 1 060 2 Dawuhan IB 12,00 5 620 1925 1 050 3 Dawuhan II A 7,00 5 560 1925 1 070 4 Dawuhan II B 12,00 5 986 1925 1 125 5 Andong Silih 12,25 7 340 1915 1 160 6 Karang Sari I 14,50 6 564 1915 1 070 7 Karang Sari IIA 10,25 6 000 1915 1 020 8 Karang Sari II B 11,00 5 320 1915 1 010 9 Cikalong 15,25 5 612 1905 1 300 10 Gondang Ia 8,50 5 912 1926 1 120 11 Gondang Ib 8,00 6 592 1926 1 030 12 Gondang IIA 9,50 5 560 1926 1 080 7,834 5 560 1926 1 040 13 Gondang IIB 14 Gondang III 4,76 4 772 1926 1 020 15 Gondang IV 7,25 5 864 1926 1 050 16 Tenggung 14,00 7 200 1900 1 105 17 Karangmego IA 10,75 6 380 1905 1 220 18 Karangmego IB 6,75 6 432 1905 1 210 19 Karangmego II 15,00 7 436 1905 1 290 20 Pekandangan IA 16,50 8 700 1899 1 280 Pekandangan 21 IA/1 11,50 9 560 1899 1 300 22 Pekandangan IB 8,00 8 850 1899 1 215 Pekandangan 23 IB/1 13,00 9 196 1899 1 195 24 Pekandangan II 8,50 5 200 1899 1 115 25 Sitogog 6,00 7 800 1900 1 250 26 Bismo IA 6,25 7 040 1910 1 145 27 Bismo II 8,25 4 940 1910 1 020 28 Karangsari III 11,75 11 500 1915 1 000 29 Bismo III 11,25 11 500 1900 930 30 Bismo IB 11,75 11 500 1990 1 135 Jumlah 303,594 Kebun Belum Menghasilkan No Blok Kebun Luas Tahun Populasi/ha (ha) Tanam 1 Gondang III 6,25 11 500 2004 Jumlah total 310,094 Sumber : Bagian Kebun Andongsili. 2008 Ketinggian m dpl 1 020

Tabel Lampiran 5. Curah Hujan di Kebun Pagilaran dari Tahun 1998 - 2007
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah BB BK BL 1998 CH 681 538 655 576 613 453 504 260 399 524 640 570 6413 12 0 0 HH 28 27 29 25 17 19 25 17 13 25 26 24 275 1999 CH 794 843 492 472 386 340 211 119 90 569 856 579 5751 11 0 1 HH 30 26 23 25 14 17 14 10 5 24 30 28 246 2000 CH 1146 227 475 703 496 230 224 157 218 598 976 210 5660 12 0 0 HH 29 17 25 27 21 9 11 8 18 27 29 10 231 2001 CH 741 688 637 667 545 298 357 72 323 916 831 520 6595 11 0 1 HH 27 28 22 24 12 19 14 5 14 27 28 26 246 2002 CH 1018 1419 1004 1068 261 117 118.5 50 50 50 454 938 6546 9 3 0 HH 27 26 28 23 16 7 12 5 4 5 26 26 205 2003 CH 407 1167 840 260 348 266 19 92 179 231 837 752 5396 10 1 1 HH 17 24 27 20 16 9 2 5 14 9 25 30 198 2004 CH 536 736 480 699 685 107 305 0 105 159 326 626 4764 11 1 0 HH 25 25 22 23 24 10 17 0 16 15 22 29 228 2005 CH 385 465 586 699 332 292 193 54 352 378 393 540 4669 11 1 0 HH 21 26 24 23 16 23 14 11 19 23 24 31 255 2006 CH 1208 556 225 490 413 108 8 2 3 43 252 823 4131 8 4 0 HH 28 26 20 26 21 9 3 2 2 12 20 20 189 2007 CH 496 524 632 548 370 323 27 0 53 21 120 413 3527 8 4 0 HH 18 26 26 21 26 12 4 0 6 3 14 25 181 Rata-rata CH 741 716 603 618 445 253 197 86 174 359 598 597 5345 10,3 1,4 0,3 HH 25 25 25 24 18 13 12 7 11 18 26 25 225

Sumber : Bagian Penelitian dan Pengembangan PT Pagilaran. Februari 2008 Keterangan : BB BK BL : Bulan Basah ( 100 mm) : Bulan Kering ( 60 mm) : Bulan Lembab (60 100 mm) Q : Rata-rata Bulan Kering 100 % Rata-rata Bulan Basah : (1,4/10,3) 100% :13.6 % (termasuk iklim sangat basah tipe A menurut Schmidth-Fergusson) 58

Tabel Lampiran 6. Produktivitas Teh Basah Pagilaran Selama 10 Tahun (kg/ha) Tahun Bulan 1998 615,3957 Januari 1109,155 Februari 618,6665 Maret 1032,735 April 806,5805 Mei 921,6799 Juni 731,6115 Juli 790,5829 Agustus September 858,6407 947,5079 Oktober 697,021 Nopember Desember 648,3463 9777,923 Total Rata-rata 814,8269 Keterangan : Td : Tidak diketahui 59

1999 550,16767 574,318986 627,362304 689,480454 623,581699 754,830263 597,039368 749,862189 726,985622 810,4805 701,931646 329,624696 7735,6654 644,638783

2000 475,2285 447,0233 829,3077 589,6642 803,6106 710,4782 644,081 683,5523 729,2917 868,8571 633,2284 541,1617 7955,485 662,9571

2001 958,0918 293,3185 820,9955 588,3091 803,7255 710,5701 646,5157 886,9746 783,8394 892,8821 845,6659 739,4001 8970,288 747,524

2002 842,4273 530,463 709,424 733,4581 964,0475 831,8205 769,4267 701,9615 788,2976 846,2194 829,1102 956,5529 9503,209 791,9341

2003 890,9435 677,6173 723,3474 918,5631 940,8149 929,9095 932,6933 910,7998 td td td 1094,331 8019,02 668,2517

2004 519,9113 753,358 608,2595 831,4139 840,5738 878,157 747,0417 784,8018 792,069 833,8578 958,3582 1048,858 9596,66 799,7217

2005 755,1174 734,161 713,3952 790,3647 884,8592 902,368 708,3077 891,9519 364,6906 1317,727 667,7592 1005,885 9736,586 811,3822

2006 425,4674 557,0192 862,0492 729,8452 708,6178 807,9609 587,891 553,0249 420,3707 336,6967 528,1065 762,9358 7279,985 606,6654

2007 842,425 642,9877 523,3336 759,277 878,6715 952,77 847,3357 930,5687 860,2692 983,7269 1043,002 927,484 10191,85 849,3209

Tabel Lampiran 7. Nilai Evapotranspirasi (mm) Selama 10 Tahun Tahun Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Total 1998 88,72 69,16 87,05 81,00 85,37 80,19 82,21 86,21 81,00 87,89 80,34 107,26 1016,40 1999 88,72 69,16 90,27 87,00 91,70 83,16 82,21 83,02 87,00 63,40 89,55 88,72 1003,91 2000 88,72 71,82 87,05 90,00 94,86 80,19 85,37 86,21 87,00 100,91 89,61 101,87 1063,61 2001 85,44 69,16 87,05 84,00 91,70 80,19 82,21 83,02 87,00 94,40 86,52 95,29 1025,97 2002 88,72 62,38 93,50 96,00 94,86 89,10 91,70 95,79 93,00 107,42 98,88 98,58 1109,93 2003 85,44 58,52 77,38 78,00 82,21 77,22 75,89 73,44 75,00 87,89 80,34 78,86 930,18 2004 88,72 62,38 87,05 87,00 91,70 80,19 82,21 86,21 87,00 94,40 92,70 88,72 1028,28 2005 92,01 71,82 87,05 87,00 91,70 83,16 85,37 89,40 90,00 94,40 92,70 88,72 1053,33 2006 78,86 66,50 87,05 81,00 88,54 80,19 79,05 76,63 81,00 97,65 92,70 95,29 1004,46 2007 Rata-rata 75,58 86,09 53,20 65,41 70,93 85,44 66,00 83,70 72,73 88,54 65,34 79,89 69,56 81,58 70,25 83,02 69,00 83,70 78,12 90,64 71,88 87,52 69,01 91,23 831,59

60

Mandor Besar Pengolahan

Kepala Bagian Pabrik

Pengawas

Kepala TU Mandor Besar Sortasi dan Mandor Besar Mesin + Kendaraan Pengepakan Kepala TU

Kepala Bagian Teknik

Pengawas Mandor Besar Kontruksi & Listrik Mandor Besar Penelitian

Kepala Bagian Penelitian dan Antan

Pengawas

Kepala TU Mandor Besar Antan

Korkam Pengawas

Kepala Unit Pagilaran (Pimpinan Kebun)

Kepala Bagian Kantor Induk


Sie Kesehatan

Mandor Besar Pemeliharaan

Kepala Bagian Kebun Kayulandak

Pengawas

Kepala TU Mandor Besar Petik Mandor Besar Pemeliharaan

Kepala Bagian Kebun Pagilaran

Pengawas

Kepala TU Mandor Besar Petik

Mandor Besar Pemeliharaan

Kepala Bagian Andongsili

Pengawas

Kepala TU Mandor Besar Petik

Kepala Bagian Agrowisata

Gambar Lampiran 1. Struktur Organisasi Unit Produksi Pagilaran

Gambar Lampiran 2. Peta PT. Pagilaran, Unit Produksi Pagilar . Pagilaran

Anda mungkin juga menyukai