Anda di halaman 1dari 91

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN


ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT,
KALIMANTAN SELATAN

RIO RAGIS MIRANDA


A34104047

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN

RIO RAGIS MIRANDA. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis


guineensis Jacq.) di PT. Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation,
Pulau Laut, Kalimantan Selatan. (Di Bawah Bimbingan Dr. Ir. HARIYADI,
MS.)
Kegiatan magang dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari hingga 17 juni
2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation,
Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Tujuan dari kegiatan magang ini adalah
membandingkan antara pengetahuan yang diterima selama perkuliahan dan
keadaan nyata di lapangan, memperoleh pengetahuan pengelolaan teknis dan
manajerial di lapangan pada berbagai level pekerjaan, menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas panen, menganalisis pengelolaan pemanenan dengan
harapan memberikan masukkan yang efektif dan efisien dalam kegiatan
pemanenan.
Selama melakukan kegiatan magang penulis melaksanakan seluruh jenis
pekerjaan di lapangan dan di kantor pada seluruh level manajerial yang diizinkan
manajemen kebun mulai dari pekerja harian lepas (PHL), pendamping mandor,
dan pendamping asisten dengan metode yang digunakan yaitu metode langsung
dan metode tidak langsung. Dalam pelaksanaan magang penulis melakukan
berbagai macam kegiatan yang meliputi kegiatan di pemupukan organik dan
anorganik, sensus pokok, perawatan jalan dan jembatan, pengendalian gulma
chemist dan manual, penunasan, sensus buah, dan panen.
Secara umum Kebun Gunung Kemasan Estate (GKE) memiliki tipe tanah
mineral dengan kategori kelas III. Sedangkan untuk tingkat kemiringan lahan
mencapai > 150. Curah hujan bulanan rata-rata sebesar 164.85 mm dan rata-rata
curah hujan tahunan sebesar 1 921.8 mm. Menurut Schmidt dan Ferguson, iklim
di Kebun GKE termasuk tipe iklim B (basah), dengan suhu tahunan berkisar rata-
rata 28ºC – 32ºC dan kelembaban udara 47 % per bulan.
Kehilangan produksi merupakan salah satu hal yang harus dihindarkan
dalam mencapai kuantitas produksi yang optimal. Produksi yang optimal hanya
dapat dicapai apabila losses (kehilangan) produksi minimal. Sumber losses
produksi di lapangan ialah : 1) Buah mentah yang terpanen sebanyak 5 janjang, 2)
Buah matang tidak terangkut ke TPH sebanyak 5 janjang, 3) Buah tinggal
sebanyak 17 janjang, 4) Brondolan di bunga matahari sebanyak 110 butir, 5)
Brondolan di piringan sebanyak 315 butir, 6) Brondolan di ketiak pelepah
sebanyak 192 butir, dan 7) Brondolan di potongan tangkai sebanyak 33 butir.
Oleh karena itu untuk mengatasi tingkat kehilangan produksi yang tinggi yaitu
dengan pemberlakuan sistem pengawasan yang ketat dan pemberian insentif yang
sesuai kepada pemanen sehingga kegiatan panen dapat berjalan dengan baik.
Antara rentang tahun 2004 ke tahun 2005 luas areal pertanaman di kebun
GKE mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya kerjasama antara
kebun GKE dengan kebun tetangga dengan adanya penambahan blok. Sehingga
produksi TBS ikut meningkat.
MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis . Jacq) di PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE,
MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT,
KALIMANTAN SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
RIO RAGIS MIRANDA
A 34104047

PROGRAM STUDI AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul : MANAJEMEN PANEN TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI
PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE,
MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT,
KALIMANTAN SELATAN
Nama : Rio Ragis Miranda
NRP : A34104047
Program Studi : Agronomi

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Hariyadi, MS


NIP : 19611008 198601 1 001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr


NIP : 19571222 198203 1 002

Tanggal Disetujui :
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lebak, Rangkasbitung, Banten pada tanggal 16 Mei


1986. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Ami
Herman dan Ibu Suminarsih.
Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan SD di SDN Aweh I
Rangkasbitung, Banten. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SLTP Negeri 4
Rangkasbitung, Banten. Penulis lulus dari SMU Negeri 1 Rangkasbitung, Banten
pada tahun 2004.
Tahun 2004 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur USMI pada Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya
Pertanian, Faklultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah
bergabung dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Karya ilmiah yang dihasilkan penulis untuk meraih gelar Sarjana Pertanian
diperoleh melalui pengalaman magang selama empat bulan di Kalimantan Selatan
yang berjudul “Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di PT. Gunung Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut,
Kalimantan Selatan” di bawah bimbingan Dr. Ir. Hariyadi, MS.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Manajemen
Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Gunung
Kemasan Estate, Minamas Plantation, Pulau Laut, Kalimantan Selatan ”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah turut membantu sehingga laporan tugas akhir ini dapat penulis
selesaikan, dan secara khusus penulis sampaikan kepada
 Ayahanda Ami Herman dan Ibunda Suminarsih tercinta, yang selalu ada
untuk menguatkan dan memberikan motivasi, serta kasih sayang yang tak
terbatas kepada penulis.
 Kakak dan adikku tercinta Sigit dan Nadine, beserta seluruh keluarga
besar yang selalu mendukung dan memberikan kebersamaan.
 Seluruh keluarga besar penulis di Rangkasbitung dan di Bekasi atas
seluruh bimbingan, saran, pelajaran, dan kebersamaan yang telah
diberikan selama ini kepada penulis.
 Dr. Ir. Hariyadi, MS. selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan saran, bimbingan, serta
pengarahan selama penulisan skripsi dan selama penulis menjalani masa
perkuliahan.
 Bapak Tatang selaku Estate Manager Mustika serta keluarga, yang telah
memberikan dukungan moral, nasihat, ilmu, serta fasilitas yang sangat
mencukupi selama penulis melakukan magang.
 Bapak Syafrizal Taher (Kepala Asisten Divisi), Bapak D. Tampubolon
(Asisten Divisi) dan Bapak Agus (Kepala Kantor) selaku Pembimbing
Lapangan penulis yang telah memberikan arahan dan masukan selama
pelaksanaan magang.
 Teman-teman magang : Agus, Ardi, Cindy, Camellia, Desri, Diles, dan
Sari. Serta seluruh mahasiswa yang mengikuti magang. Percayalah kita
hebat karena berani mengambil tantangan ini.
 Teman-teman satu perjuangan , Agronomer’s angkatan 41 yang selalu
terikat dengan kebersamaan kita selama perkuliahan, khususnya untuk
teman-teman yang telah menemani penulis selama empat tahun kuliah di
IPB (kamar 99 TPB, kostan arjuna, dan kostan galih).

Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sampaikan satu


persatu, yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan magang,
semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang
berharga bagi para pembaca dan semoga Allah SWT selalu memberikan
kekuatan dan kedamaian bagi kita semua.

Bogor, 2009

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .............................................................................. vii
PENDAHULUAN .................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................. 1
Tujuan ............................................................................................. 2
METODOLOGI ....................................................................................... 3
Waktu dan Tempat ........................................................................... 3
Metode Pelaksanaan......................................................................... 3
KONDISI UMUM KEBUN ...................................................................... 6
Letak Geografis dan Administratif ................................................... 6
Keadaan Iklim, Topografi, Tanah ..................................................... 6
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ..................................................... 7
Keadaan Tanaman dan Produksi ...................................................... 7
Organisasi dan Ketenagakerjaan ...................................................... 7
Pengelolaan Kebun Tingkat Staf ...................................................... 8
Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf............................................... 9
Pengelolaan Tenaga Kerja Harian .................................................... 10
PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG .................................................... 11
Aspek Teknis ................................................................................... 11
Tebas (Slash) ........................................................................... 11
Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan (TM) ...................... 12
Penunasan Progresif (Proressive Prunning) ............................. 19
Konsolidasi Sisip ..................................................................... 20
Pengendalian Gulma pada Tanaman Menghasilkan (TM) ........ 21
Penyisipan ............................................................................... 25
Sensus Pokok .......................................................................... 26
Sensus Buah ............................................................................ 26
Pelaksanaan Teknis Panen ............................................................... 28
Panen ...................................................................................... 28
Persiapan Panen ...................................................................... 29
Kriteria Matang Panen ............................................................. 29
Angka Kerapatan Panen .......................................................... 29
Sistem Panen dan Rotasi Panen ............................................... 30
Tenaga Pemanen ..................................................................... 30
Peralatan Panen ....................................................................... 31
Basis dan Premi Panen ............................................................ 32
Sistem Pengawasan ................................................................. 35
Pengangkutan Tandan Buah Segar ........................................... 36
Organisasi Panen ..................................................................... 39
Aspek Manajerial ............................................................................. 39
Pendamping Mandor ............................................................... 39
Krani Buah .............................................................................. 40
Krani Transportasi ................................................................... 40
Mandor Pupuk ......................................................................... 41
Mandor Penyemprotan ............................................................ 41
Mandor Panen ......................................................................... 42
Krani Divisi............................................................................. 43
Pendamping Asisten ................................................................ 43
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 44
Pencapaian Produksi ........................................................................ 44
Kriteria Matang Panen ..................................................................... 45
Block Harversting System (BHS) ..................................................... 49
Rotasi Panen .................................................................................... 53
Angka Kerapatan Panen (AKP) ........................................................ 54
Penetapan Luas Ancak Panen........................................................... 56
Kehilangan Produksi (Losses) ......................................................... 57
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 61
Kesimpulan...................................................................................... 61
Saran ....................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 63
LAMPIRAN ............................................................................................. 64
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
Teks
1. Jumlah Staf dan Non Staf di Kebun GKE ...................................... 10
2. Premi Siap Borong, Basis Borong, dan Lebih Borong Berdasarkan
Divisi, Tahun Tanam dan BJR di Gunung Kemasan Estate ............ 34
3. Output TBS Kebun GKE .......................................................................... 44
4. Tingkat Kematangan Buah pada Tanaman Kelapa Sawit Untuk
Kriteria Panen........................................................................................ 46
5. Hubungan Rendeman Minyak dan Kadar ALB Berdasarkan Fraksi .......... 47
6. Hasil Pengamatan Tingkat Kematangan Buah di Divisi I .......................... 48
7. Pengamatan Kerapatan Panen............................................................... 55
8. Luas Seksi Panen Divisi I......................................................................... 57
9. Losses Produksi Akibat Resiko Pemanenan di Divisi I, Gunung
Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti ......................................... 59

Lampiran
1. Jurnal Harian sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di Gunung
Kemasan Estate (GKE) ................................................................ 65
2. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Gunung Kemasan Estate
Tahun 2003 - 2008 ................................................................................. 73
3. Luas Areal dan Tata Guna Lahan GKE dan Kebun Sepupu ....................... 75
4. Pemberian Premi Kepada Mandor pada Sistem Organisasi
BHS Dol 2 .............................................................................................. 76
5. Denda yang Ditetapkan di Gunung Kemasan Estate ............................... 77

DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Penaburan Pupuk Urea pada Tanaman Menghasilkan ........................... 16
2. Penguntilan Pupuk RP di Gudang Penguntilan ....................................... 17
3. Pengendalian Gulma dengan MHS pada Tanaman Menghasilkan........... 22
4. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Kegiatan Pengangkutan
TBS .............................................................................................. 36
5. Krani Panen Melakukan Sortasi TBS ....................................................... 48
6. Pelepah Gondrong Meningkatkan Losses ............................................... 58

Lampiran
1. Struktur Organisasi Tingkat Divisi Kebun GKE ......................................... 78
2. Penempatan Pokok Sampel Angka Kerapatan Panen (AKP) .................... 79
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi
perkebunan yang sangat berperan dalam pembangunan nasional karena
merupakan komoditi ekspor sehingga menjadi salah satu sumber devisa bagi
negara. Menurut Pahan (2006) kelapa sawit merupakan tanaman yang paling
produktif dengan produksi minyak per ha yang paling tinggi dari seluruh tanaman
penghasil minyak nabati lainnya.
Tandan buah segar (TBS) diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil
minyak dan intinya. Minyak dan inti yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit
(PKS) merupakan produk setengah jadi. Minyak mentah atau crude palm oil
(CPO) dan minyak yang berasal dari inti sawit atau palm kernel oil (PKO) harus
diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi lainnya (Pahan, 2006).
Penggunaan minyak sawit untuk produk pangan bersaing dengan minyak
kedelai yang merupakan produk sampingan dari pembuatan tepung kedelai untuk
pakan ternak. Sementara, penggunaan untuk produk nonpangan, kelapa sawit juga
bersaing dengan asam lemak yang dihasilkan dari lemak sapi (tallow) yang
merupakan hasil sampingan dari produk daging. Berdasarkan data dari Oil World
(2005), persentase konsumsi minyak sawit dan minyak inti sawit dunia
mengalami peningkatan dari 19.13 % pada tahun 2000 menjadi 23.53 % pada
tahun 2005. Kondisi sebaliknya justru terjadi pada rata-rata konsumsi minyak dan
lemak hewani yang mengalami penurunan (Pahan, 2006).
Produksi minyak sawit (CPO) Indonesia tahun 2004 sebesar 12 juta ton
yaitu 39,1 % dari total produksi dunia, sedangkan ekspor CPO sebesar 35,1 %
dengan volume 8,6 juta ton. Begitu juga dengan luas areal pertanaman kelapa
sawit yang mengalami peningkatan selama periode 2000-2005. Pada tahun 2000
luas areal sebesar 4 158 077 ha meningkat menjadi 5 597 158 ha pada tahun 2005.
Tahun 2006 terjadi kenaikan yang signifikan pada peningkatan produksi minyak
sawit menjadi 17,75 juta ton, ekspor CPO sebesar 39,18 % dengan volume 12,1
juta ton, dan luas areal pertanaman kelapa sawit menjadi 6 074 926 ha (Direktorat
Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2007).
Pemanenan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan produksi
tanaman. Pelaksanaan kegiatan pemanenan berpengaruh langsung terhadap
kualitas minyak yang dihasilkan. Kualitas minyak yang dihasilkan tergantung dari
kriteria panen buah yang layak dipanen. Oleh karena itu, kegiatan panen harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya agar diperoleh target produksi dengan kualitas
yang memenuhi permintaan pasar. Keberhasilan panen sangat bergantung pada
sarana penunjang dalam pemanenan seperti peralatan yang digunakan untuk
panen, kelancaran transportasi dan penyediaan bahan tanaman yang tepat waktu
serta didukung oleh faktor pendukung lainnya yang meliputi organisasi panen
yang baik, keadaan areal dan insentif yang diberikan. Pelaksanaan pemanenan
yang tepat meliputi penentuan kriteria panen, penyebaran dan rotasi panen,
penyediaan tenaga kerja yang terampil, teknis panen, pengumpulan hasil dan
pengawasan serta pengangkutan panen.

Tujuan
Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk membandingkan antara
pengetahuan yang diterima selama perkuliahan dan keadaan nyata di lapangan,
memperoleh pengetahuan pengelolaan teknis dan manajerial di lapangan pada
berbagai level pekerjaan. Sementara tujuan khusus dari kegiatan magang ini
adalah menganalisis pengelolaan pemanenan dengan harapan memberikan
masukkan yang efektif dan efisien dalam kegiatan pemanenan, menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas panen, dan meningkatkan keterampilan
di bidang pemanenan dan melatih mengembangkan kemampuan dalam
melaksanakan tanggung jawab.
METODOLOGI

Waktu dan Tempat


Kegiatan magang ini dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2008 sampai
dengan 17 Juni 2008, di Perkebunan Kelapa Sawit Gunung Kemasan Estate
(GKE), PT. Bersama Sejahtera Sakti, Minamas Plantation, Desa Sejakah,
Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kota Baru, Provinsi Kalimantan
Selatan.

Metode Pelaksanaan
Pada saat melakukan magang metode yang dilakukan adalah metode kerja
praktek langsung di kebun. Kegiatan tersebut melakukan seluruh jenis pekerjaan
di lapangan dan di kantor pada seluruh level manajerial yang diizinkan mulai dari
pekerja harian lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten.
Pengumpulan data dan informasi dengan mengumpulkan data primer dan
data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan letak
geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi
pertanaman dan produksi, norma kerja di lapangan serta struktur organisasi dan
manajemen.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung di
lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Data
pengamatan lapangan dipusatkan pada kegiatan panen yaitu kriteria panen, angka
kerapatan panen, sistem dan rotasi panen, tenaga kerja panen, peralatan panen,
basis dan premi panen, sistem pengawasan, ancak panen, sensus produksi,
pelaksanaan panen, mutu buah, buah matang tertinggal, brondolan tertinggal tidak
dikutip, kondisi pokok, dan transportasi panen.
Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung
dan tidak langsung. Metode langsung yang dilakukan adalah praktek kerja
langsung di lapangan dengan turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan kebun,
wawancara, dan diskusi dengan mandor maupun dengan para staf. Kegiatan di
lapangan meliputi pencatatan prestasi kerja, alat dan bahan yang terkait dalam
kegiatan yang dilakukan setiap hari. Kegiatan yang dilakukan penulis selama
pelaksanaan magang baik sebagai PHL maupun sebagai pendamping mandor dan
pendamping asisten dilampirkan pada jurnal harian terlampir dalam Tabel
lampiran 1. Pendekatan tidak langsung dilakukan melalui studi dokumentasi
kebun (arsip kebun, laporan bulanan, dan laporan tahunan).
Pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan yaitu kriteria matang
panen berdasarkan fraksi panen; angka kerapatan panen; dan kehilangan produksi
(losses) dengan rincian sebagai berikut :
 Kriteria matang panen (berdasarkan fraksi panen)
Pengambilan sampel buah
 Tempat : Divisi I (Blok T3, T2, T1, T0, S0, S1, S2, S3)
 Jumlah kemandoran : 1 orang mandor panen
 Jumlah tim pemanen : 7 tim pemanen
 Jumlah 1 tim : 2 orang pemanen
 1 tim pemanen : Diambil 4 TPH
 Total TPH : 28 TPH
 No. Pemanen : No. 12, 13, 14, 15, 17, 18, 20
Cara pelaksanaan pengamatan kriteria matang panen :
Pencatatan kriteria tandan matang panen dilakukan dengan menghitung
semua TBS setelah selesai dipanen dan dikumpulkan di TPH
 Perhitungan Angka Kerapatan Panen (AKP)
Pengambilan sampel buah
 Tempat : Divisi I Blok (T0, T1, T2, T3, T4, T5, T6)
 Tahun tanam : 1989, 1990, 1991
 Total pokok produktif : (2533 Blok T0); (2089 Blok T1); (3174 Blok
T2); (3776 Blok T3); (3743 Blok T4); (3823
Blok T5); (3118 Blok T6)
 Pokok sampel dipanen : (53 Blok T0); (43 Blok T1); (73 Blok T2); (56
Blok T3); (46 Blok T4); (61 Blok T5); (57
Blok T6)
 Pokok sampel : (127 Blok T0); (105 Blok T1); (159 Blok T2);
(189 Blok T3); (187 Blok T4); (191 Blok T5);
(156 Blok T6)
Cara pelaksanaan pengamatan AKP:
Mengambil pokok sampel sebanyak 120 – 200 pokok (5 % dari total
pokok produktif). Dalam penempatan pokok sampel yaitu sebanyak 5 pokok
secara horizontal dan 5 pokok secara vertikal, sehingga akan membentuk suatu
rangkaian zig-zag dan dapat mewakili semua pokok dalam satu blok. Penempatan
pokok sampel dapat dilihat pada gambar lampiran 1.
 Kehilangan Produksi (losses)
Pengambilan sampel buah
 Tempat : Divisi I Blok (R2, R1, R0, Q0, Q1, Q2, Q3)
 Luas areal sampel : 15 ha
 Tahun tanam : 1989, 1990, 1991
 Jumlah pemanen : 3 orang pemanen
 Jumlah kemandoran : 1 orang mandor panen
 Jumlah pengulangan : 3 kali ulangan
 Sumber losses : Buah mentah, buah panen tertinggal di lapangan,
buah tertinggal di pokok, brondolan di bunga
matahari, brondolan di piringan, brondolan di
ketiak pelepah, brondolan di potongan tangkai
Cara pelaksanaan pengamatan kehilangan produksi :
Mengamati semua tempat yang menjadi sumber kehilangan produksi
(losses) dari masing-masing pemanen, menghitung semua janjang yang dipanen
setiap pemanen dan mengkonversikan jumlah brondolan yang diperoleh tiap
pengutip brondolan
KONDISI UMUM PERKEBUNAN

Letak Geografis dan Administratif


Kebun kelapa sawit Gunung Kemasan Estate (GKE), PT Bersama
Sejahtera Sakti, Minamas Plantation secara administratif terletak di Desa Sejakah,
Kecamatan Pulau Laut Timur, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Lokasi kebun berjarak sekitar 50 km dari Ibukota Kabupaten Kotabaru
atau 1,5 jam jika ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan
dari Ibukota Provinsi Kalimantan Selatan lokasi kebun dapat ditempuh
menggunakan kendaraaan bermotor selama sembilan jam dengan 8,5 jam
perjalanan darat dan 0,5 jam perjalanan laut (ferry).
Secara geografis, lokasi kebun berbatasan dengan pemukiman dan hutan
lindung PT Perhutani. Kebun Gunung Kemasan Estate (GKE) sebelah selatan
berbatasan dengan Kebun Laut Timur Estate, sebelah utara dengan Kebun
Gunung Aru Estate (GAE), sebelah timur dengan Desa Sejakah, dan sebelah barat
berbatasan dengan Desa Bekambit.

Keadaan Iklim, Topografi, Tanah


Secara umum Kebun GKE memiliki tipe tanah mineral dengan kategori
kelas III dan sebagian lagi merupakan areal yang berada di daerah rendahan.
Disamping itu Kebun GKE terdapat dua sungai besar yaitu Sungai Bekambit dan
Sungai Sejakah yang memberi pengaruh ketinggian air pada daerah rendahan
ketika curah hujan tinggi. Sedangkan untuk tingkat kemiringan lahan, sebagian
besar areal merupakan daerah yang bergelombang dengan tingkat kemiringan
mencapai > 150.
Berdasarkan data curah hujan tahun 2003 - 2008 (Tabel lampiran 2),
menurut Schmidt dan Ferguson menunjukan bahwa Kebun GKE memiliki bulan
kering (curah hujan < 60 mm) sebanyak 3 bulan yang umumnya terjadi pada
bulan Agustus - Oktober. Sedangkan bulan basah (curah hujan > 100 mm)
umumnya terjadi pada bulan November – Juli, dengan rata-rata curah hujan
bulanan sebesar 164.85 mm dan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 1 921.8
mm. Curah hujan pada tahun 2008 sampai dengan bulan Mei adalah 126.2
mm/bulan dengan jumlah hari hujan perbulan adalah 10 hari. Menurut Schmidt
dan Ferguson, iklim di Perkebunan GKE termasuk tipe iklim B (basah), dengan
suhu tahunan berkisar rata-rata 28ºC – 32ºC dan kelembaban udara 47 % per
bulan.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan


Kebun Gunung Kemasan Estate mempunyai luas lahan HGU (Hak Guna
Usaha) 3 726 ha. Kebun ini merupakan kebun terluas dibandingkan kebun-kebun
sepupu yang tergabung dalam PT Bersama Sejahtera Sakti. Dari luasan tersebut, 3
394 ha merupakan areal yang sudah ditanami dan terdiri dari 3 286 ha areal TM
(Tanaman Menghasilkan) dan 108 ha tanaman TBM (Tanaman Belum
Menghasilkan). Luas areal dan tata guna lahan Kebun Gunung Kemasan Estate
dan kebun-kebun sepupu lainnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3.

Keadaan Tanaman dan Produksi


Penanaman kelapa sawit di Kebun GKE pertama kali dilakukan pada
tahun 1989 dan penanaman terakhir dilakukan pada tahun 2008. Areal penanaman
berdasarkan tahun tanam dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3. Bibit tanaman jenis
tenera didatangkan dari Kebun Pembibitan Mustika Estate, PT Sajang Heulang,
Sebamban IV, Kecamatan Kali Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan
Selatan. Benih yang digunakan merupakan benih berkecambah yang dikeluarkan
oleh produsen benih Guthrie Grup, Malaysia. Jarak tanam yang digunakan adalah
9.2 m x 9.2 m x 9.2 m sehingga populasinya adalah 136 pokok/ha. Sumber bibit
dan teknik penanaman dapat mempengaruhi produksi dan produktivitas tanaman.

Organisasi dan Ketenagakerjaan


Gunung Kemasan Estate (GKE) dipimpin oleh seorang manajer yang
membawahi seorang asisten kepala, dua orang asisten, seorang pjs asisten, dan
seorang kepala seksi. Asisten kepala memimpin sebuah divisi, bagian traksi, dan
gudang, sementara asisten memimpin divisinya, sedangkan kepala seksi
memimpin kegiatan administrasi di kantor besar.
Ketenagakerjaan di GKE, PT Minamas Plantation terdiri atas karyawan
staf dan non staf. Perbedaan ini berdasarkan jenis pekerjaan dan sistem
pengupahan. Karyawan staf terdiri atas estate manager, asisten kepala, asisten
divisi, dan kepala seksi. Pemberian gaji berdasarkan golongan dan kebijakan yang
dibuat oleh perusahaan. Karyawan non staf terdiri dari syarat kerja umum (SKU)
yang terbagi menjadi SKU bulanan dan SKU harian seperti mandor, SKU
kontrak, dan buruh harian lepas (BHL).

Pengelolaan Kebun Tingkat Staf


Pengelolaan kebun dilakukan oleh estate manager di bantu oleh asisten
kepala, asisten divisi, dan kepala seksi. Estate manager mengelola kebun mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan
manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan kebun.
Asisten kepala mempunyai tugas untuk menggantikan tugas manajer bila
tidak berada di unit usaha, serta memimpin sebuah divisi, bagian traksi, klinik,
gudang, dan keamanan. Asisten kepala langsung bertanggung jawab kepada estate
manager. Asisten kepala bertugas untuk memimpin, mengarahkan, dan menegur
para asisten dalam melaksanakan kegiatan di lapangan.
Asisten divisi mempunyai tugas untuk membuat program kerja divisi,
mengkoordinasikan pekerjaan mandor dalam menjalankan peraturan perusahaan,
mengevaluasi hasil kerja mandor I, mandor perawatan tanaman, mandor panen,
mandor perawatan jalan, krani panen serta membantu estate manager dalam
pengawasan dan pelaksanaan teknis di lapangan. Dalam kegiatan lapangan asisten
dibantu oleh seorang mandor I. Pelaksanaan administrasi asisten dibantu oleh
krani divisi yang di bawahinya.
Kepala seksi bertugas memimpin kegiatan yang dilaksanakan di kantor
besar. Di kantor besar, kepala seksi menyusun dan melaporkan secara tertulis
kegiatan administrasi yang bersifat umum, teknis budidaya, produksi, tenaga
kerja, maupun hal-hal pendukung yang berasal dari luar kebun.
Pengelolaan Kebun Tingkat Non Staf
Karyawan kebun tingkat non staf adalah kepala gudang, mandor I, mandor
transport, krani divisi, mandor panen dan krani panen. Kepala gudang bertugas
untuk mengatur keluar masuk barang, bahan, dan alat yang dibutuhkan kebun
serta mencatat jumlah barang yang tersedia. Kepala gudang dalam melakukan
aktivitasnya dibantu oleh seorang krani gudang.
Mandor I bertugas membantu asisten divisi dalam mengawasi kegiatan
sehari-hari di lapangan. Setiap divisi mempunyai seorang mandor I yang
membawahi beberapa mandor seperti : mandor perawatan tanaman, mandor
pupuk, mandor panen, dan mandor perawatan jalan. Kegiatan yang dilakukan oleh
mandor I adalah mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh mandor dan karyawan
agar rencana yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Selain mengawasi,
mandor I juga dapat menegur dan memberikan sangsi kepada mandor dan
karyawan yang tidak melaksanakan pekerjaan yang tidak sesuai rencana.
Krani transport bertugas mengatur karyawan dan transportasi yang
dibutuhkan untuk keperluan angkut karyawan, angkut batu, angkut kayu, angkut
aplikasi janjang kosong, dan angkut pupuk. Selain itu krani transport juga
mengatur kegiatan pengoprasian alat-alat berat yang digunakan kebun seperti
dozer, grader excavator, dan TLB.
Krani divisi bertugas melakukan kegiatan administrasi seperti laporan
produksi, laporan penggunaan harian kerja (HK), laporan penggunaan bahan, dan
laporan-laporan lainnya. Krani divisi dalam melakukan tugasnya berkoordinasi
dengan mandor dan krani panen. Krani divisi juga membantu asisten untuk
membagikan gaji dan jatah beras kepada karyawan.
Mandor lapangan bertugas untuk mengabsensi karyawan, memberikan
instruksi pekerjaan, mengatur ancak karyawan, mengawasi pekerjaan,
memberikan petunjuk teknis, dan melaporkan hasilnya dalam buku kerja mandor
(BKM). Seorang mandor harus dapat meningkatkan hasil kerja karyawan agar
dapat mencapai target yang diinginkan.
Krani panen bertugas dalam mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan
yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari
panennya. Laporan dimasukkan dalam buku laporan penerimaan buah setiap
divisi yang selanjutnya dilaporkan ke krani divisi. Struktur organisasi tingkat
divisi dapat di lihat pada Gambar Lampiran 2.
Sistem pengupahan staf dan karyawan berdasarkan ketentuan perusahaan,
sedangkan BHL ditentukan berdasarkan upah minimum regional (UMR) yang
berlaku di daerah tersebut. Pemberian gaji untuk karyawan staf maupun non staf
dihitung untuk 7 jam kerja, kecuali hari Jumat yaitu hanya 5 jam kerja. Jumlah
karyawan staf dan non staf di Kebun GKE dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Jumlah Staf dan Non Staf di Kebun GKE
Karyawan Staff Jumlah
1. Estate Manager 1
2. Senior Asisten 1
3. Asisten 1
4. Kasie 1
Total 4

Karyawan Non Staff Jumlah


1. SKU-B Kantor 23
2. SKU-B Traksi 23
3. SKU-B Divisi 25
4. SKU Harian 351
Total 422
Sumber : Kantor Besar GKE (2008)
Kebun GKE menyediakan beberapa sarana dan prasarana untuk memenuhi
kebutuhan para karyawan kebun. Sarana dan prasarana yang tersedia bagi
karyawan antara lain perumahan, listrik, air bersih, jatah beras per kepala
keluarga, pelayanan kesehatan, koperasi , mesjid, sekolah, mess, tempat penitipan
anak, lapangan olah raga, dan balai posyandu.

Pengelolaan Tenaga Kerja Harian


Kegiatan harian di lapangan dimulai pukul 05.30 WITA yang diawali
dengan lingkaran pagi pada setiap divisi dan dipimpin oleh asisten. Sementara
seluruh kegiatan di lapangan dimulai pukul 06.30 WITA dan berakhir pukul 13.30
WITA, terkecuali hari Jumat kegiatan hanya diakhiri pukul 12.00 WITA.
PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG

Aspek Teknis
Kegiatan teknis selama magang yang dilakukan di kebun mulai dari buruh
harian lepas (BHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten yang dimulai
pukul 05.30 WITA untuk mengikuti apel pagi. Pekerjaan di lapangan dimulai
pukul 06.30 WITA sampai dengan 13.30 WITA. Waktu istirahat pada pukul 10.30
WITA sampai dengan pukul 11.00 WITA namun sebagian besar pekerjaan di
lapangan dilakukan dengan sistem borongan sehingga tidak menutup
kemungkinan ada beberapa pekerjaan yang selesai dari waktu yang ditentukan.
Pengelolaan tanaman kelapa sawit memiliki dua hal penting yang harus
diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi yaitu pemeliharaan dan
pemungutan hasil (panen). Kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk
mengkoordinasikan areal pertanaman kelapa sawit secara optimal agar didapat
pertumbuhan dan perkembangan tanaman terbaik. Kegiatan pemeliharaan yang
baik juga memudahkan kegiatan pemanenan. Kegiatan panen tanaman kelapa
sawit bertujuan untuk menjaga kelestarian pertanaman dengan memungut hasil
berupa tandan buah segar (TBS) dan brondolan yang bernilai ekonomi tinggi.
Pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis
di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan selama
penulis melakukan magang antara lain pengendalian gulma manual yakni slashing
(tebas), pengendalian gulma chemist yang dikenal dengan block spraying system
(BSS), penunasan progresif (pruning), konsolidasi sisip, penyisipan, sensus
pokok, dan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM). Sementara kegiatan
yang berkaitan dengan produksi yaitu panen (potong buah), transportasi panen,
peralatan panen, angka kerapatan panen, dan sensus buah.

Tebas (Slashing)
Tebas gawangan (Slashing) adalah kegiatan menanggulangi pertumbuhan
gulma di gawangan kelapa sawit dengan cara membabat. Jenis gulma yang
tumbuh dominan di gawangan mati dan pasar rintis di Kebun GKE antara lain:
Nephrolepis biserata (paku harupat), Cromolaena odorata (putihan), Melastroma
malabatricum (senduduk), Lantara camara (tembelekan) dan Kentosan.
Kegiatan Slashing bertujuan untuk mengendalikan gulma-gulma di
gawangan mati yang dapat menghalangi kelancaran kegiatan pemeliharaan
tanaman dan pemanenan. Selain itu juga bertujuan untuk memudahkan
pengawasan pemanenan dan mengurangi persaingan hara. Alat yang digunakan
adalah parang babat. Teknis pelaksanaan pembabatan dilakukan sampai setinggi
20 cm dari permukaan tanah. Gulma-gulma yang menempel pada batang kelapa
sawit seperti kentosan dan jenis gulma berkayu juga harus dibabat. Pembabatan
dilakukan oleh 1 orang setiap gawangan dengan sistem ancak giring yaitu, apabila
seorang pembabat telah selesai mengerjakan satu gawangan, maka pembabat
tersebut pindah ke gawangan berikutnya yang belum dikerjakan oleh pembabat
lainnya. Tenaga kerja yang digunakan sebagian besar adalah perempuan dan
berstatus karyawan tetap (SKU). Rotasi babat adalah 2 kali dalam setahun dengan
norma kerja 0.3 ha/HK. Prestasi kerja mahasiswa untuk kegiatan ini adalah 0.3
ha/HK.

Pemupukan pada Tanaman Menghasilkan (TM)


Kegiatan pemupukan dimulai dari penguntilan pupuk kemudian dari
gudang sampai diecer di depan pasar rintis sebanyak 3-4 karung until di setiap
gawangan hidup, untuk kebutuhan sampai pasar tengah, setengah pasar berikutnya
dilakukan dari jalan koleksi pada blok sebelahnya. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pengontrolan oleh mandor, mempercepat dan memudahkan
pekerjaan pemupukan.
Kegiatan pemupukan kelapa sawit pada tanaman menghasilkan (TM) di
PT Bersama Sejahtera Sakti dikenal dengan istilah BMS (Block Manuring System)
artinya, sistem pemupukan yang terkonsentrasi dan dikerjakan pada blok per blok
dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, mandor lebih fokus dan
produktivitas yang lebih tinggi. BMS ini memiliki beberapa kelebihan yaitu
pekerjaan pemupukan lebih terpola, tenaga pengawas untuk penguntil dan
penabur lebih sedikit sehingga dapat menekan biaya operasional, output pupuk
lebih tinggi dan mutu pemupukan lebih baik. Akan tetapi dengan berkurangnya
tenaga pengawas menyebabkan pengawasan tenaga kerja pupuk menjadi
berkurang. Secara teknis pelaksanaannya kegiatan pemupukan dengan sistem
BMS memiliki prinsip kerja 4T (tepat waktu, tepat dosis, tepat tempat, dan tepat
jenis).
 Tepat waktu artinya pemupukan dilakukan pada waktu yang tepat.
Tujuannya penerapan BMS diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pemupukan.
 Tepat jenis artinya pemupukan dilakukan dengan jenis pupuk yang sesuai
(sifat material dasar pupuk). Tujuannya pupuk dapat diserap oleh tanaman
semaksimal mungkin.
 Tepat dosis artinya pemupukan dilakukan dengan dosis yang sesuai
takaran (setiap pokok mendapatkan dosis pupuk yang sama) sesuai
rekomendasi. Tujuannya mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas
kelapa sawit seoptimal mungkin.
 Tepat tempat artinya pemupukan dilakukan pada tempat yang tepat dan
dengan cara yang benar. Tujuanya agar didapatkan prestasi kerja
pemupukan seoptimal mungkin.
Jenis pupuk anorganik yang diaplikasikan di Kebun GKE yaitu Urea,
MOP (KCl), RP (Rock Phosphate) dan HGFB, selain pupuk anorganik juga
dilakukan pemupukan organik berupa pupuk janjang kosong. Aplikasi pemupukan
pada tanaman menghasilkan (TM) dilakukan secara manual yaitu menggunakan
tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja perempuan yang telah terlatih.
BMS sangat mengedepankan organisasi, dan masing-masing organisasi
saling mendukung satu sama lain sehingga tujuan diterapkannya BMS dapat
tercapai. Organisasi tersebut adalah:
1. Organisasi kerja penguntilan
2. Organisasi kerja pelangsiran
3. Organisasi kerja pengeceran
4. Organisasi kerja penaburan
5. Organisasi kerja penggulungan karung untilan
Untuk menjamin ketepatan dosis pemupukan di lapangan, pemupukan
perlu dilakukan dengan sistem penguntilan. Sistem untilan merupakan metode
aplikasi pupuk dari karung goni berukuran 50 kg menjadi karung goni yang diisi
sesuai dengan kebutuhan dan memudahkan operasional pemupukan di lapangan
(biasanya antara 12-14 kg per untilan). Persiapan until pupuk yaitu takaran (sesuai
kelipatan dosis pupuk/pokok), alas tempat untilan, karung untilan, papan
administrasi rencana pemupukan, tenaga penguntil pupuk. Tenaga kerja penguntil
merupakan tenaga kerja borongan, sehingga jam kerja tidak mengikuti peraturan
perusahaan.
Mekanisme kegiatan penguntilan yakni keluarkan pupuk dari gudang
sesuai BPB (dahulukan stok lama dan atau yang karung goninya rusak, atas
prinsip FIFO). Kemudian mempersiapkan alas pupuk, karung until, dan takaran
untilan. Buka karung dengan cara menarik benang jahitannya. Hancurkan atau
haluskan pupuk yang telah menggumpal dan membatu. Menguntil pupuk sesuai
kg/until dengan takaran yang telah dipersiapkan (berat tiap untilan berkisar antara
12,5-13,5 kg). Susun untilan dengan rapi dan teratur (10 susun) agar mudah dalam
perhitungan. Terakhir yaitu membersihkan dan merapikan gudang until setelah
selesai.
Karung goni untuk untilan menggunakan bekas karung pupuk sebelumnya
tidak boleh menggunakan karung goni yang baru dibuka. Hal ini perlu karena
jumlah karung goni bukaan baru merupakan kontrol jumlah dalam kg atau zak.
Pupuk yang sudah diuntil harus segera ditabur esok harinya agar tidak terjadi
proses penggumpalan. Tenaga kerja penguntil merupakan tenaga kerja borongan
sehingga tidak dituntut jam kerjanya, tetapi lebih diutamakan output pupuknya.

Persiapan dan Organisasi Kerja Pengeceran


Persiapan dalam kegiatan pengeceran sebelum pupuk dilangsir yaitu
membuat rencana aplikasi pemupukan (hari dan tanggal pelaksanaan) yang dibuat
oleh asisten divisi. Mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan dalam kegiatan
pengeceran dan biasanya menggunakan tenaga kerja berjumlah 2-3 orang kenek
buah. Mempersiapkan kendaraan untuk membawa pupuk, dan faktor cuaca
merupakan hal yang paling penting, sehingga harus memperkirakan dengan tepat.
Membawa parang sebagai antisipasi apabila hujan turun.
Mekanisme kerjanya yaitu kendaraan pengangkut pupuk dari gudang ke
lapangan menggunakan dua unit transportasi angkut buah. Pada pukul 06.00
WITA kendaraan pertama harus sudah mulai memuat untilan pupuk dan selesai
diecer di lapangan pukul 07.00 WITA. Tidak diperbolehkan memuat untilan
dengan gancu karena akan merusak karung until. Pengeceran pupuk per
karungnya dilakukan dari atas kendaraan kemudian diletakan di depan pasar
rintis. Peletakan karung untilan harus tepat tempat dan jumlahnya sehingga
memudahkan pekerjaan pelangsiran pupuk dan setiap pokok mendapatkan dosis
pupuk yang sama. Mandor pupuk bertanggung jawab terhadap keamanan pupuk
dari pencurian atau disembunyikan di gawangan, parit atau tempat lain. Pupuk
yang telah di langsir diusahakan ditabur pada hari itu juga.

Persiapan dan Organisasi Kerja Pelangsiran


Persiapan pelangsiran yaitu mempersiapkan tenaga kerja ecer (dengan
perbandingan 1 : 2 dengan tenaga kerja penabur). Memperkirakan kondisi cuaca
pada saat pelangsiran. Membawa parang yang digunakan untuk kegiatan tebas
apabila turun hujan.
Mekanisme kerja pelangsiran pupuk yaitu pelangsiran pupuk ke dalam
barisan tanaman menggunakan tenaga kerja perempuan. Pelangsiran disesuaikan
dengan rencana kerja pemupukan yang dibuat oleh asisten divisi yang dimulai
dari tepi blok ke blok berikutnya. Berat dan jumlah untilan disesuaikan dengan
kelipatan dosis per pokok dan untilan diletakan pada pokok no 1, 8, 17, dan 25
(atau disesuaikan dengan dosis dan kebutuhannya). Pastikan semua untilan yang
ada di tempat peletakan pupuk terangkut semua ke dalam barisan tanaman pada
setiap blok yang akan dipupuk.

Persiapan dan Organisasi Kerja Penabur Pupuk


Persiapan penaburan yaitu mempersiapkan tenaga kerja tabur (berjumlah
14 orang penabur yang terdiri atas tenaga kerja perempuan). Dan peralatan pupuk
diantaranya takaran tabur (sesuai dengan dosis per pokok), gendongan until,
sarung tangan dan rompi. Mekanisme kerjanya yaitu pertama pastikan jumlah
takaran sesuai dengan jumlah tenaga kerja tabur pupuk. Penaburan pupuk di
masing-masing blok dimulai dari pokok pertama sampai dengan blok terakhir.
Untuk pupuk urea, ditabur secara melingkar dan merata di permukaan
piringan, agar secara cepat dapat meresap ke tanah dan dapat segera direspon oleh
tanaman, dikarenakan sifat pupuk Urea yang mudah larut dan manguap.
Sementara untuk pupuk RP dan MOP ditabur di luar lingkaran piringan atau di
pinggir tumpukan pelepah dan aplikasi janjang kosong dengan berbentuk “U”
(termasuk di tanah kering), dikarenakan pupuk MOP dan RP bersifat tidak mudah
larut ataupun menguap. Sehingga terjadinya kehilangan pupuk (losses) akibat air
hujan karena tertahan oleh rumpukan pelepah. Sementara tujuan dari penaburan
pemupukan dengan berbentuk seperti huruf “U” yaitu agar dapat mengurangi
losses di pasar rintis yang sering terlewati oleh pekerja.

Gambar 1. Penaburan Pupuk Urea pada Tanaman Menghasilkan

Pengaplikasian pupuk organik di Kebun GKE yaitu menggunakan pupuk


janjang kosong. Janjang kosong ini diaplikasikan dengan dosis 200 kg/antar
tanaman. Janjang kosong diletakkan diantara tanaman dalam barisan tanaman dan
harus satu lapisan. Pemupukan dilakukan membentuk setengah lingkaran atau
seperti huruf “U” dimaksudkan agar pertimbangan untuk menghindari aplikasi
pupuk di pasar rintis. Mandor pupuk, mandor I, dan asisten harus mengerti
penaburan yang tepat di masing-masing dosis sehingga secara visual dapat
mengetahui adanya penaburan pupuk di luar piringan. Sisa untilan yang ditabur
tidak boleh ditaburkan pada pokok terakhir, melainkan harus dipindahkan ke
barisan berikutnya yang jumlah pupuknya kurang. Karung bekas untilan dibawa
dan disimpan dengan rapi di pinggir kaki lima ancaknya. Asisten dan mandor
pupuk harus memastikan bahwa semua pokok sudah dipupuk sesuai dengan
tempat dan dosisnya.

Persiapan dan Organisasi Kerja Gulung Karung Untilan


Persiapan penggulungan karung yaitu mempersiapkan tenaga kerja
penggulung karung (tenaga kerja perempuan berjumlah tiga orang) dan
memperkirakan kondisi cuaca pada saat penggulungan karung. Membawa parang
yang digunakan untuk kegiatan tebas apabila hujan turun.
Mekanisme kerjanya yaitu tenaga kerja penggulung karung mengikuti arah
kerja penabur pupuk, tetapi sebatas pada collection road saja, sehingga
memudahkan kerja penggulung karung dan karung yang telah dibuka tidak
tercecer ke mana-mana. Karung yang telah dibuka tersebut dirapikan dan
digulung sebanyak sepuluh karung until, dengan tujuan agar memudahkan dalam
penghitungan karung di gudang untilan. Selanjutnya karung dibawa dan ditumpuk
di tepi collection road untuk dibawa oleh truk.

Gambar 2. Penguntilan Pupuk RP di Gudang Penguntilan

Pelaksanaan dan pengawasan pemupukan sangat diperlukan karena biaya


yang dikeluarkan untuk pemupukan lebih besar dibandingkan dengan biaya
perawatan lainnya. Dengan demikian diharapkan pemupukan dilaksanakan
dengan lebih efektif lagi guna memperoleh produksi yang tinggi. Pada saat
pelaksanaan pemupukan diperlukan mandor yang dapat mengawasi dan mengatur
pekerjaan pemupukan. Untuk mengontrol karyawan, mandor melakukan
pengecekan dimulai dari pasar rintis sampai pasar tengah setelah pemberian
pupuk.
Realisasi pemupukan akan dilaporkan dan digambarkan pada peta blok
pemupukan guna mengetahui blok mana yang sudah terpupuk dan perencanaan
program berikutnya. Sistem kerja pemupukan adalah sistem ancak giring tetap,
dimana penabur pupuk memasuki barisannya secara berurutan, kemudian pindah
ke ancak berikutnya sesuai nomer urut. Norma untuk pemupukan telah diatur oleh
perusahaan berdasarkan dosis pupuk, apabila lebih dari basis pemupukan maka
tenaga kerja berhak mendapat premi dengan nilai yang telah ditentukan. Prestasi
kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 604 kg sementara norma kerja karyawan
adalah 741 kg.
Contoh perhitungan premi karyawan:
1. Pemupukan dilakukan di blok T4, dengan tahun tanam 1989 seluas 31 ha
dan jumlah pokok 3 743. Blok T5 dengan tahun tanam 1990 seluas 31 ha
dan jumlah pokok 3 823. Blok T6 dengan tahun tanam 1990 seluas 31 ha
dan jumlah pokok 3 118. Pupuk yang digunakan MOP dengan dosis 1.5
kg/pokok, basis borong pupuk MOP sebesar 600 kg.
2. Dalam sehari seorang penabur mendapatkan total pupuk MOP sebesar
736 kg. Premi karyawan pemupuk sebesar Rp. 75/kg. maka
perhitungannya
 kebutuhan pupuk :
 Blok T4 (tahun tanam 1989 seluas 31 ha, jumlah pokok 3 743).
Dosis 1.5 kg/pokok maka akan membutuhkan pupuk sebanyak = (5
614 kg ÷ 50 kg) = 112 karung, dan (5 614 kg ÷ 12.5 kg until) = 449
untilan.
 Blok T5 (tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 823).
dosis 1.5 kg/pokok maka membutuhkan pupuk sebanyak = (3 823
pokok x 1.5 kg) = 5 734 kg. (5 734 kg ÷ 50 kg) = 115 karung, dan (5
734 kg ÷ 12.5 kg until) = 459 untilan.
 Blok T6 (tahun tanam 1990 seluas 31 ha dan jumlah pokok 3 118).
dosis 1.5 kg/pokok maka membutuhkan pupuk sebanyak = (3 118
pokok x 1.5 kg) = 4 677 kg. (4 677 kg ÷ 50 kg) = 93 karung, dan (4
677 kg ÷ 12.5 kg until) = 374 untilan.
 Premi karyawan = (736 kg – 600 kg) = 136 kg dan (136 kg x Rp. 75/kg) =
Rp. 10 200 maka lebih borongnya adalah Rp. 1 500 sehingga premi yang
didapatkan seorang penabur adalah Rp. 10 200 + Rp. 1 500 = Rp. 11 700

Penunasan Progresif (Progressive Prunning)


Penunasan adalah pekerjaan membuang pelepah daun yang tidak produktif
agar menjaga standar jumlah pelepah tiap tanaman kelapa sawit berdasarkan umur
tanaman, keadaan tanaman, dan keadaan lapang. Tujuan penunasan adalah
memudahkan kegiatan panen, menghindari tersangkutnya brondolan,
memudahkan penyerbukan oleh angin dan serangga, mengurangi pertumbuhan
pakis-pakisan, mencegah hama dan penyakit, mempermudah dalam melihat buah
yang matang dan memudahkan kegiatan sensus produksi dan hama penyakit.
Dalam pelaksanaan penunasan dan sanitasi pada umur 8 – 15 tahun
diusahakan untuk mempertahankan jumlah pelepah optimal pada kisaran 48 – 56
pelepah per pokok atau 5 – 6 pelepah per spiral. Apabila penunasan terlalu berat
(over pruning) mengakibatkan pembentukan bunga betina akan menurun dan
bunga jantan akan meningkat yang berakibat jumlah tandan buah yang terbentuk
juga akan menurun. Penunasan yang kurang dari standar mengakibatkan produksi
berkurang.
Sistem penunasan yang dilakukan di GKE adalah sistem progressif
prunning. Sistem progressif prunning adalah penunasan dilakukan secara
bertahap dan terus-menerus sepanjang tahun bersamaan dengan pelaksanaan
panen. Pelepah yang ditunas yaitu menggunakan sistem songgo dua, yaitu
meninggalkan dua pelepah di bawah tandan buah terbawah. Pelepah ditunas
secara melingkar dan serapat mungkin membentuk tapal kuda dengan tujuan agar
brondolan tidak tersangkut di ketiak pelepah. Pelepah yang sudah ditunas ditata
dengan rapi di gawangan mati agar pelepah yang sudah kering dapat menjadi
mulsa bagi tanaman kelapa sawit. Premi penunasan didasarkan pada jumlah
pokok yang ditunas yaitu Rp 400/pokok. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan
penunasan adalah 5 ha/HK, sementara norma kerja karyawan adalah 8.5 ha/HK.

Konsolidasi Sisip
Konsolidasi sisip adalah merupakan salah satu kegiatan perawatan yang
sangat penting bagi tanaman sisip karena pokok sisip harus terjamin
pertumbuhannya sampai pokok tersebut siap untuk berproduksi. Perawatan yang
perlu dilakukan di lapangan yaitu menegakan pokok doyong yang terjadi akibat
angin kencang dan hujan lebat setelah penanaman di lapangan, pembentukan
piringan pokok, penunasan, sanitasi dan lain-lain. Akan tetapi selama
pelaksanaannya, penulis tidak menemukan pokok sisip yang doyong ataupun
roboh sehingga pekerjaan konsolidasi sisip hanya berupa penunasan dan
pembersihan piringan dari brondolan yang telah busuk dan kentosan pada pokok
sisipan.
Tujuan dari penunasan sisip (tunas selektif) yaitu sanitasi pelepah sesuai
standar penunasan agar jumlah pelepah tetap optimal dan mempersiapkan pokok
untuk dipanen. Tunas selektif dilakukan pada tanaman berumur 3 – 4 tahun. Suatu
blok sudah siap ditunas selektif jika sekurang-kurangnya 40 % telah mempunyai
tandan buah yang pada ketinggian ± 90 cm dari tanah (diukur dari permukaan
tanah ke pangkal tandan tertua).
Mekanisme pekerjaan ini adalah jumlah pelepah dan yang harus
dipertahankan pada setiap pokok adalah 56 pelepah. Dalam prakteknya di
lapangan, batas tunas sering digunakan istilah 3 pelepah di bawah buah terendah
atau lazim disebut songgo 3. Alat untuk tunas selektif adalah dodos besar yang
dipakai juga untuk potong buah pada tanaman muda. Pelepah dipotong rapat ke
pangkal dari arah samping dan membentuk tapak kuda untuk menghindari
pelukaan pokok. Pelepah dirumpuk di gawangan mati dan dibentuk seperti huruf
“U”.
Pembersihan piringan dari brondolan bertujuan untuk mencegah
tumbuhnya kentosan dan timbulnya penyakit busuk buah akibat buah terlambat
dikastrasi, sehingga buah menjadi busuk. Buah yang sudah busuk tersebut harus
dipotong dan dijauhkan dari pokok. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini
adalah 60 pokok, sementara norma karyawan adalah 60 pokok.

Pengendalian Gulma Pada Tanaman Menghasilkan (TM)

Kegiatan pengendalian gulma secara kimia pada tanaman menghasilkan di


GKE antara lain pemberantasan alang-alang, gawangan chemist, piringan dan
pasar rintis chemist, dan oles anak kayu.

Pemberantasan Lalang
Pemberantasan alang-alang harus dilakukan secara rutin dan terpola untuk
mengupayakan agar areal bebas dari alang-alang. Pemberantasan alang-alang di
kebun GKE dilaksanakan dengan menggunakan teknik semprot lalang dan metode
spot spraying. Metode spot spraying akan lebih efektif dibandingkan dengan
metode blangket spraying karena tipe pertumbuhan alang-alang yang sporadik
(terpencar-pencar).
Tujuan pengendalian alang-alang yaitu untuk menghentikan
perkembangan biakannya karena alasan sebagai berikut:
 Pertumbuhan populasi alang-alang sangat cepat karena bereproduksi
dengan cara vegetatif (rhizome) dan generatif (bunga).
 Ditinjau dari segi penyediaan bahan organik, alang-alang tidak atau
kurang memberikan kontribusi.
 Pada kondisi populasi yang sangat tinggi, alang-alang sangat
berperan sebagai penyulut terjadinya kebakaran.
 Alang-alang menyerap unsur hara yang disimpan dalam rhizome.
Kunci sukses pengendalian lalang yaitu rotasi yang konsisten, segmentasi
areal (prioritas pengendalian dimulai dari kondisi lalang yang paling ringan
menuju kondisi berat, ketepatan jenis herbisida dan dosis atau konsentrasi,
penyemprotan dilakukan pada masa vegetatif aktif, monitoring dan evaluasi
secara ketat untuk langkah selanjutnya. Jenis pekerjaan pengendalian alang-alang
secara kimia dilakukan dengan rotasi 3 kali dalam setahun. Herbisida yang
digunakan adalah Round Up atau Touchdown dengan konsentrasi 1.7 %. Alat
yang digunakan adalah knapsack sprayer jenis solo 15 liter, sementara jenis nozel
yang digunakan adalah nozzle full cone (kerucut penuh) volume rendah vlv 200.

Gambar 3. Pengendalian Gulma dengan MHS pada Tanaman


Menghasilkan

Mekanisme pekerjaan ini adalah tim semprot alang-alang berangkat ke


lapangan bersamaan dengan MHS (micron herbi sprayer) akan tetapi semprot
lalang dilakukan khusus unuk lokasi sisipan dan daerah rendahan karena lalang
akan tumbuh cepat di tempat terbuka yang tidak terjangkau oleh alat MHS.
Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 1,2 ha/HK sementara norma kerja
karyawan adalah 1.5 ha/HK. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja
perempuan yang telah menjadi SKU.

Gawangan Chemist
Pengendalian gulma pada gawangan kelapa sawit bertujuan untuk
mengurangi kompetisi hara, air, dan sinar matahari; mempermudah kontrol
pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lainnya; menekan populasi hama,
terutama pada TBM; dan untuk mempertahankan kondisi agar areal tetap murni
legume cover crop (LCC).
Tidak semua gulma harus diberantas, terutama jenis tanaman beneficial
plant, misalnya rumput-rumput lunak, lumut, pakis Nephrolepis sp.,Tunera
subulata, Casia cobanensis, dan kacangan. Tanaman tersebut dianggap
menguntungkan karena kemampuan tanaman untuk menyediakan unsur hara,
menekan populasi gulma dan hama, serta dapat melembabkan tanah. Tanah yang
gundul (bebas dari vegetasi) tidak diinginkan karena mendorong terjadinya erosi
yang sangat merugikan.
Pemunculan gulma harus ditangani sedini mungkin, karena dengan cara ini
pengendalian gulma lebih mudah, lebih murah, dan gulma tidak berkesempatan
menimbulkan persaingan yang merugikan produksi buah. Menurut Semangun
(2000) gulma jenis Mikania micrantha pada tanaman menghasilkan (TM) akan
menurunkan produksi sebanyak 20 – 25 % karena gulma ini tumbuh secara
merambat dan menyebar dengan biji dan potongan batang. Jenis gulma berkayu
yang tumbuh dominan di Divisi I yaitu Chromolaena odorata, nama daerah
putihan; Melastoma malabatricum, nama daerah senduduk; dan Lantara camara,
nama daerah tembelekan.
Pengendalian gulma pada gawangan memiliki 6 sasaran gulma yang harus
diberantas yaitu : anak kayu, pakis kawat, kentosan, gelagah, krisan dan gulma
menjalar. Sementara 6 sasaran yang tidak boleh disemprot adalah : tanah, rumput
lunak, Nephrolepis, kacangan, lumut dan Beneficial Plant. Alat yang digunakan
dalam pekerjaan ini adalah knapsack sprayer jenis inter pump volume 16 liter,
dengan nozzel kuning, masker, baju rompi, bendera dan kendaraan pengangkut
bahan herbisida. Bahan herbisida yang dipakai terdiri atas 2 campuran bahan
herbisida yaitu gramoxon bersifat kontak artinya, membunuh gulma berdaun lebar
dengan cara kontak langsung ke daun atau batang dan merusak lapisan epidermis
pada daun dan batang, dengan dosis 0.2 l/ha dan konsentrasi 0.2 %. Metaprima
yang bersifat sistemik artinya membunuh gulma dengan cara merusak jaringan
yang berklorofil, dengan dosis 0.02 l/ha dan konsentrasi 0.02 %.
Khusus untuk divisi I dan II kegiatan penyemprotan gawangan chemist
dilakukan oleh satu tim penyemprotan. Mekanisme pekerjaan ini adalah air yang
telah diisi dalam tangki dicampur dengan bahan herbisida pada pagi harinya
sebelum penyemprotan dimulai dilakukan di traksi. Jumlah konsentrasi yang akan
digunakan tergantung pada jumlah air yang digunakan. Sementara konsentrasi
yang dipakai yaitu 0.02 % dan 0.2 % sebagai contoh, untuk kebutuhan volume
semprot sebanyak 3 000 liter air, akan membutuhkan 6 liter Gramoxon dan 0.6
gram Metaprima. Seanjutnya mandor semprot akan membagi ancak kepada
masing-masing tenaga kerja dengan sistem ancak tetap. Tenaga kerja yang
digunakan terdiri atas perempuan yang berjumlah 18 orang dan terbagi dalam 2
kelompok yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

Penyemprotan Piringan dan Pasar Rintis Chemist


Kegiatan penyemprotan piringan merupakan salah satu teknik
pemeliharaan tanaman di sekeliling pokok atau piringan tanaman kelapa sawit.
Penyemprotan piringan dilakukan setelah kegiatan oles anak kayu selesai
dikerjakan, sehingga hasil pekerjaan dapat lebih optimal. Piringan, pasar rintis,
dan TPH merupakan beberapa sarana yang terpenting dari produksi dan
perawatan. Supaya berfungsi sebagaimana mestinya, maka sarana tersebut mutlak
memerlukan pemeliharaan yang berkesinambungan. Secara umum semakin
bertambahnya umur tanaman, pertumbuhan gulma semakin berkurang karena
ternaungi oleh pelepah kelapa sawit yang tinggi. Oleh karena itu untuk efisiensi
pengendalian biaya, maka rotasi semprot dan dosis per hektar semprot bukan
merupakan harga mati namun rotasi dan dosis semprot dapat dikurangi sesuai
dengan kondisi gulma di lapangan.
Herbisida yang digunakan di Kebun GKE adalah Round Up, bekerja
secara sistemik, berbentuk cairan dosis Round Up adalah 0.18 l/ha dengan
konsentrasi 1.7 %. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan knapsack
sprayer volume 10 liter, nozzle atomizer dengan ketinggian semprot 30 – 40 cm di
atas permukaan tanah.
Mekanisme pekerjaan ini adalah pengacakan kerja pada prinsipnya sama
dengan pengacakan pada penyemprotan di gawangan yaitu, menggunakan ancak
tetap dan terdiri atas 2 kelompok semprot. Adapun areal yang harus disemprot
adalah piringan, pasar rintis, jalan angkong, pasar tengah, TPH, dan kaki lima
blok. Penyemprotan dimulai dari collection road sampai pasar tengah.
Penyemprotan masuk ke dalam blok melalui pasar rintis dengan menyemprot
gulma sampai basah di sepanjang pasar rintis tersebut. Dengan arah semprotan
searah jarum jam dan lebar semprotan 2 meter (sesuai dengan jari-jari piringan
pokok). Penyemprotan pada TPH harus disesuaikan dengan luas TPH yaitu 52
m2. Rotasi kegiatan ini adalah 3 kali setahun. Prestasi kerja penulis untuk
kegiatan ini adalah 3.7 ha/HK sementara norma kerja karyawan adalah 4.2 ha/HK.

Penyisipan
Penyisipan adalah penanaman kelapa sawit pada tempat yang kosong
dalam satu areal pertanaman yang sebelumnya sudah ditanami. Tanaman yang
harus disisip adalah tanaman mati, rusak berat, sakit, serta abnormal. Semakin
cepat dilakukan penyisipan maka pertumbuhannya akan semakin baik dan
menjadi tidak ketinggalan. Penyisipan sangat penting untuk menjaga agar
populasi tanaman tetap dalam keadaan penuh (full stand), karena populasi
tanaman yang penuh akan memberikan hasil yang maksimal dari blok tersebut.
Aturan ideal dalam menyisip adalah setiap ada 2 pohon yang mati,
dilakukan penyisipan satu pokok di tengah-tengah pohon tersebut. Teknis
penyisipan sama dengan penanaman awal kelapa sawit, akan tetapi perencanaan,
persiapan, dan penguasaan teknisnya perlu lebih mendetail, karena pekerjaan
tersebut memiliki resiko kegagalan yang fatal. Penyisiapan yang dilakukan harus
menjamin kelangsungan hidup tanaman untuk berproduksi.
Kegiatan pertama tanam sisip adalah pemancangan, arah pergeseran dari
pancang harus ke bagian barat atau bagian timur berdasarkan pokok yang telah
ada. Hal ini dimaksudkan agar penempatan dari pokok sisip tepat. Tahap kedua
yaitu pembuatan lubang tanam dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, dengan
ketentuan top soil bagian sisi barat dan sub soil bagian sisi timur. Kemudian
pemberian pupuk agroblem dengan dosis 300 gram per pokok sebanyak 2 kali
aplikasi. Pertama sebeluk pokok ditanam, kedua setelah pokok ditanam dengan
tanah sekitar setengah dari tinggi lubang tanam. Pembukaan plastik polybag harus
dilakukan hati-hati agar bola tanah tidak hancur.
Pokok yang ditanam harus berdiri tegak, tanah timbunan harus dipadatkan,
dan bola tanah sama dengan permukaan tanah. Hal tersebut harus dilakukan
dengan tepat agar pertumbuhan dari bibit sawit optimal. Tahap terakhir yaitu
pemberian klerat dengan dosis sebanyak 2 butir kemudian plastik dari polybag
dipasang pada pancang dengan maksud sebagai tanda bahwa bibit sawit telah
selesai disisip. Kegiatan penyisipan ini dilakukan oleh tenaga kerja borongan
sehingga tidak dituntut jam kerjanya. Bibit sisipan berasal dari kebun tetangga
yaitu berasal dari Mustika Estate. Untuk kegiatan penyisipan ini prestasi kerja
penulis yaitu 5 bibit tanaman, sementara untuk norma kerja karyawan ialah 10
bibit tanaman.

Sensus Pokok
Sensus pokok merupakan kegiatan mendata seluruh pokok yang terdapat
di suatu blok. Sensus pokok yang dilakukan secara teliti dan teratur dapat
memberikan gambaran mengenai keadaan blok yang sebenarnya. Sensus pokok
dilakukan secara berkala menurut ketentuan dan secara umum bertujuan untuk
mendapatkan data yang lengkap tentang keadaan yang sebenarnya di lapangan
yang berkaitan dengan produktivitas tanaman agar diperoleh hasil yang maksimal.
Manfaat hasil sensus adalah kemudahan mengelola kebun yaitu : mengetahui
jumlah pokok, termasuk keperluan menyisip tanaman, pokok sakit atau abnormal,
pokok mati atau kosong, data parit, pengendalian hama dan penyakit, dan kegiatan
pemupukan. Data pokok normal dan abnormal yang didapatkan lebih awal akan
sangat bermanfaat untuk menyusun program penyisipan, sehingga didapatkan
produksi per hektar yang maksimal.
Kegiatan sensus pokok ini dilakukan hanya satu kali dalam setahun dan
biasanya dilakukan pada akhir tahun. Data-data tanaman ditulis pada blanko
sensus pokok, yang terdapat di dalamnya yaitu pokok normal, pokok mati, pokok
sisipan, pokok kosong, pokok gajah atau non valuer, pokok tergenang, pokok
ganda, parit, batas rendahan dan sungai. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini
adalah 7.5 ha/HK, sementara norma kerja karyawan adalah 7.5 ha/HK.

Sensus Buah
Persiapan panen dimulai dari kegiatan taksasi produksi yang dapat
dilakukan secara semesteran maupun harian. Tujuan utama dilakukannya sensus
buah yaitu untuk mengetahui potensi produksi suatu blok untuk satu semester.
Taksasi produksi secara semesteran dilakukan dengan melakukan penghitungan
bunga betina yang sudah mengalami penyerbukan sehingga seludang buah telah
membuka sampai buah yang siap dipanen.
Penghitungan ini dilaksanakan setiap blok tanaman. Mekanisme
pelaksanaan sensus buah yaitu penentuan pokok sampel yang dimulai dari titik
sensus (TS) no.1. Penentuan pokok sampel adalah dengan mengambil selang 5
barisan dan dalam tiap baris berselang 5 pokok. Pemberian nomer awal barisan
sensus sampel dimulai dari arah Barat Daya (BD) blok tanaman. Pada barisan
sensus sampel terdapat tapak jala yang menandakan bahwa dalam barisan tersebut
terdapat titik sensus dan pokok sensus.
Pokok sensus adalah pokok yang mengelilingi titik sensus sehingga total
berjumlah 6 pokok untuk satu titik sensus. Kemudian kayu disangkutkan pada
salah satu janjang (sebagai tanda awal penghitungan) selanjutnya penulis
menghitung semua janjang yang ada pada pokok tersebut. Janjang yang dihitung
adalah mulai dari bunga betina yang sudah dibuahi atau anthesis (bunga cengkih)
yang diperkirakan siap dipanen 5 – 6 bulan berikutnya. Janjang yang diperkirakan
akan dipanen pada bulan Desember (untuk sensus produksi semester I) dan atau
bulan Juni (untuk sensus produksi semester II) tidak dihitung. Setelah
penghitungan semua buah, penulis langsung menuliskannya pada batang pokok
sawit dari tiap-tiap pokok sensus. Penulisan menggunakan paku atau cat minyak
berwarna putih.
Sebelum pelaksanaan sensus buah dimulai biasanya asisten divisi akan
melakukan simulasi terlebih dahulu kepada pekerja, tujuannya untuk
mengingatkan kembali tata cara sensus buah yang baik dan benar. Untuk luasan
satu blok terdiri dari dua tim sensus, dalam satu tim berjumlah 2 – 3 orang.
Pekerjaan ini biasanya menggunakan tenaga kerja perawatan yang semuanya
terdiri dari tenaga kerja perempuan. Pekerjaan ini harus dilakukan oleh tenaga
kerja tetap dan terspesialisasi sehingga faktor kelalaian dalam menghitung buah
sedikit. Pengamatan dilakukan dengan cara mengelilingi pokok sampel sambil
melihat ke bagian buah. Pekerjaan ini pada prinsipnya terdapat 3 tempat yang
tidak boleh terjadi dalam penghitungan buah yaitu pokok (batang), blanko sensus
buah dan jumlah buah itu sendiri.
Banyak faktor yang menyebabkan hasil sensus ini menyimpang dari hasil
produksi aktual diantaranya kesalahan pekerja dalam menghitung buah, pelepah
yang tidak ditunas menyebabkan buah terjepit sehingga tidak terlihat oleh mata
dan kesalahan pekerja itu sendiri dalam merekap hasil sensus buah tersebut secara
keseluruhan. Kesalahan sedikit saja maka akan berakibat fatal bagi suatu kebun
kaitannya dengan produksi dan budget baik dalam semesteran maupun tahunan.
Asisten divisi akan membuat target kepada pekerja sensus buah untuk
menyelesaikan semua blok selesai dalam waktu 15 hari. Pada kegiatan ini penulis
tidak berkesempatan melakukan sensus produksi secara keseluruhan disebabkan
penulis hanya mengikuti sensus produksi hanya sehari. Prestasi kerja penulis
untuk kegiatan ini adalah 49 titik sensus. Sementara norma kerja karyawan adalah
49 titik sensus.

Pelaksanaan Teknis Panen


Pemanen tiba di lapangan pada pukul 06.45 WITA. Mandor panen akan
melakukan absensi dan pengarahan kepada pemanen sebelum pemanen memasuki
ancaknya masing-masing. Pukul 07.00 WITA kegiatan panen sudah dimulai.
Pemanen memotong semua tandan buah yang telah memenuhi kriteria
panen. Pelepah yang menyangga dan menghalangi pemanenan TBS dipotong
sependek mungkin dan berbentk seperti tapal kuda, dengan tujuan agar brondolan
tidak tersangkut pada ketiak pelepah. Pelepah yang dipotong dirumpuk di
gawangan mati. Tandan buah yang telah dipotong kemudian diangkut ke TPH
dengan angkong, brondolan yang tersangkut di ketiak pohon, piringan dan pasar
rintis diambil dan dimasukan ke dalam karung goni kemudian diletakan di TPH.
Tandan dan brondolan harus bersih dari kotoran atau sampah (batu, pasir, tanah,
atau kotoran lainnya), karena hal ini dapat membahayakan pada saat proses
pengolahan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Tangkai tandan buah yang panjang
dipotong sependek mungkin (< 3 cm) dengan menggunakan kapak sehingga
menyerupai “cangkem kodok” kemudian diberi nomer sesuai dengan nomer
pemanen.

Panen
Tanaman kelapa sawit dianggap sudah menghasilkan pada tahun ketiga
hingga keempat setelah ditanam. Sementara itu, buah kelapa sawit biasanya sudah
dianggap matang sekitar 6 bulan setelah penyerbukan (Sunarko, 2007). Panen
adalah kegiatan memotong tandan matang, mengutip brondolan, mengumpulkan
serta mengangkut hasil ke TPH dan pabrik. Tujuan kegiatan panen adalah untuk
mendapatkan rendeman minyak yang tinggi dan kadar ALB yang rendah dan
memelihara tanaman agar tetap dalam kondisi baik. Hal ini dapat dicapai dengan
menerapkan kriteria, sistem rotasi, premi, dan denda, pengawasan, administrasi
panen dengan cara dan waktu yang tepat. Cara yang tepat akan mempengaruhi
kuantitas produksi minyak (rendeman). Waktu yang tepat akan mempengaruhi
mutu minyak (ALB).

Persiapan Panen
Persiapan panen perlu dilakukan agar pelaksanaan panen dapat berjalan
dengan baik. Kegiatan persiapan panen ini adalah perbaikan dan pengerasan jalan,
perawatan TPH, pembuatan dan perawatan pasar rintis (pasar panen),
pembersihan pokok piringan, pemasangan jembatan dan titi panen, dan lain-lain.
Persiapan panen ini dilakukan secara bertahap sampai kegiatan panen
berlangsung.

Kriteria Matang Panen


Suatu areal pertanaman kelapa sawit dinyatakan dapat dipanen jika (1) 60
% dari seluruh pohon yang hidup dalam areal tersebut sudah mencapai matang
panen, (2) sebagian buah sudah membrondol secara alamiah, dan (3) bobot rata-
rata tandan sudah mencapai 3 kg (Yahya, 1990).
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen
agar memotong TBS pada saat yang tepat yaitu pada saat kandungan minyak
dalam daging buah maksimum dan kandungan asam lemak bebas minimum. Di
GKE menetapkan aturan untuk tandan buah yang layak dipanen adalah minimum
terdapat 5 brondolan lepas yang bukan brondolan parthenokarpi atau brondolan
muda karena serangan tikus, atau penyakit.

Angka Keraparan Panen


Angka kerapatan panen adalah angka yang menunjukan persentase jumlah
buah yang matang pada suatu seksi yang akan dipanen. Angka kerapatan panen
digunakan untuk mengetahui taksasi prosuksi, cara mencarinya adalah dengan
menghitung jumlah pohon yang diperiksa dibagi dengan jumlah pohon yang akan
dipanen (terdapat buah matang) maka rumusnya adalah :

jumlah pokok sampel dipanen


Angka Kerapatan Panen (AKP) = x 100 %
total pokok sampel

Pohon yang akan diamati yaitu diambil pokok sampel sebanyak 120 – 200
pokok dalam penempatan pokok sampel tersebut harus dapat mewakili dari semua
pokok dalam satu blok yaitu sebanyak 5 pokok secara horizontal dan 5 pokok
secara vertikal dalam setiap barisnya, sehingga akan menyerupai bentuk zig-zag,
yang disajikan dalam Gambar Lampiran 1. Sementara jumlah blok yang akan
diamati adalah 7 blok. Nilai AKP pada umumnya berbeda tiap bloknya hal ini
dipengaruhi oleh iklim, umur tanaman, dan lokasi tanaman. Untuk tanaman yang
baru dikonversi dari status TBM menjadi TM, masih berproduksi maksimal.

Sistem Panen dan Rotasi Panen


Sistem panen yang digunakan di Kebun GKE adalah Block Harvesting
System (BHS). BHS adalah sistem panen yang kegiatannya setiap hari kerja
terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah
ditentukan dan pindah bersama-sama ke seksi lainnya. Setiap pemanenan
memiliki ancaknya masing-masing dengan luasan tertentu pada setiap seksi
panen. Seksi panen merupakan luasan areal yang dipanen oleh beberapa pemanen
dalam satu hari panen. Rotasi panen yang dilaksanakan di GKE adalah 6/7 hari.
Rotasi panen 6/7 artinya areal dibagi menjadi 6 seksi panen sehingga terdapat 6
hari panen dengan rotasi ulang 7 hari.

Tenaga Pemanen
Tenaga pemanen merupakan ujung tombak perusahaan sebagai elemen
yang paling fital bagi perusahaan dibanding dengan tenaga kerja perawatan,
tenaga panen sebaiknya merupakan karyawan yang terspesialisasi dengan
pekerjaan panen dan merupakan karyawan yang tetap, sehingga nantinya kualitas
produksi yang akan dicapai semakin baik. Kebutuhan tenaga pemanen disesuaikan
dengan luas seksi untuk setiap hari panen. Sementara untuk kebutuhan tenaga
kerja panen di Divisi I masih kurang dari standar sehingga untuk mencapai umur
pusingan normal dengan tingkat kematangan buah tinggi, biasanya panen akan
dilaksanakan pada hari libur (kontanan). Luas ancak panen masing-masing
pemanen sekitar 3 – 4 ha yang tergantung dari luas blok dan jumlah pemanen
yang hadir pada setiap mandoran. Pada saat tertentu, apabila pemanen tidak dapat
hadir maka ancak panennya akan dikerjakan oleh pemanen lain yang tergabung
dalam satu kelompok kecil pemanen (KKP) dan diatur oleh mandor panen.
Pengaturan tenaga pemanen juga disesuaikan dengan keadaan produksi di
lapangan. Pada saat musim prosuksi tinggi, mandor panen akan menambah jumlah
tenaga kerja pemanen dengan cara menyuruh tenaga kerja perawatan untuk
membantu mengutip brondolan dengan persetujuan asisten divisi atau dengan
menambah jam kerja pemanen, sedangkan pada saat musim produksi rendah,
mandor panen dapat mengalihkan tenaga pemanen untuk melakukan kegiatan
tunas progresif. Untuk menghitung penggunaan tenaga kerja pemanenan buah
berdasarkan sensus buah maka dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Taksasi Bulanan ÷ 25 Hari
Kebutuhan Tenaga Kerja Panen =
Output Panen
Contoh perhitungan : produksi pada bulan Mei sebanyak 1 635 630 kg, dan output
panen dalam satu hari yaitu 1 250 kg/HK maka kebutuhan tenaga panen untuk
bulan Mei adalah :
1 635 630 kg ÷ 25 Hari
Kebutuhan Tenaga Kerja Panen = = 52 orang
1 250 kg/HK

Peralatan Panen
Untuk memotong tandan buah dan mengangkutnya ke TPH diperlukan
sarana pendukung yaitu peralatan panen. Alat yang paling fital dalam kegiatan
panen adalah egrek dan dodos. Egrek yang digunakan dalam panen pun memiliki
spesifikasi khusus TM yang tinggi pohonnya masih rendah dan TM yang tinggi
pohonnya sudah tinggi.
Alat dan perlengkapan panen yang digunakan harus sesuai dengan kondisi
dan umur tanaman. Alat dan perlengkapan panen tersebut harus sudah tersedia
pada saat panen. Alat panen yang digunakan di Kebun GKE adalah angkong,
egrek dan sambungannya, kampak, batu asah, karung goni, dodos, dan gancu.
Alat dodos kecil dengan lebar mata 8 cm, panjang 18 cm digunakan untuk
potong buah pada tanaman umur 3 – 4 tahun. Alat dodos besar dengan lebar mata
14 cm, panjang 18 cm digunakan untuk potong buah pada tanaman umur 5 – 8
tahun, potong buah harus membuang cabang yang menyangga buah tersebut.
Egrek digunakan pada tanaman berumur > 8 tahun atau sejak tanaman mencapai
tinggi 3 m. Karung goni digunakan untuk mengumpulkan brondolan, batu asah
digunakan untuk mengasah dodos atau egrek, gancu dipergunakan untuk
mengangkat janjang ke tempat lain, kampak digunakan untuk memotong pelepah
atau cabang kelapa sawit dan memotong tangkai tandan, angkong digunakan
untuk mengangkut buah ke TPH. Sementara untuk memberi nomer pemanen di
TPH yaitu menggunakan tanah yang ada di sekitar blok.
Alat-alat kerja untuk panen yang akan digunakan berbeda berdasarkan
tinggi tanaman. Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
alat untuk memotong TBS, alat untuk membongkar muat TBS, dan alat untuk
memuat TBS ke TPH. Kualitas dari alat dan perlengkapan panen yang ada kurang
diperhatikan oleh pemanen. Dodos yang kurang diasah menyebabkan lamanya
buah turun. Pengecekan ban angin angkong juga perlu diperhatikan karena ketika
angkong penuh dengan TBS dapat menyebabkan ban kempes sehingga
menghambat pengangkutan TBS ke TPH.

Basis dan Premi Panen


Pada Kebun GKE ada dua jenis basis panen yang diterapkan yaitu siap
borong dan basis borong. Siap borong adalah jumlah tandan yang harus
diselesaikan dalam satu hari kerja (7 jam) oleh setiap pemanen. Basis borong
adalah batas minimal TBS yang harus diperoleh seorang pemanen dalam satu hari
kerjanya. Basis borong ini berbeda-beda menurut tahun tanam (umur tanaman),
berat janjang rata-rata (BJR), dan jumlah jam kerja.
Selisih antara siap borong dan basis borong adalah premi bagi pemanen.
Apabila pemanen mampu mencapai basis tugas pada hari itu, maka selain
mendapat premi TBS pemanen juga mendapat premi kerajinan. Premi panen
adalah suatu insentif atau penghargaan yang diberikan perusahaan bagi pemanen
yang telah melakukan tugas dengan baik sesuai ketentuan perusahaan. premi yang
diberikan kepada pemanen adalah premi siap borong dan premi lebih borong.
Premi siap borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah
janjang panen sama dengan atau lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah
ditentukan. Besarnya premi basis borong (dinyatakan dalam Rp/HK), nilai adalah
sama untuk seluruh tahun tanam.
Premi lebih borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada
saat pemanen mendapat jumlah janjang panen lebih dari jumlah janjang basis
borong yang telah ditentukan. Besarnya premi lebih borong (dinyatakan dalam
Rp/janjang), nilainya berbeda untuk setiap tahun tanamnya tergantung berat
janjang rata-rata. Pemberian premi panen bertujuan memotivasi pemanen untuk
memperoleh hasil yang tinggi sesuai dengan tata tertib panen.
Untuk pokok tua jumlah basis borongnya lebih rendah dari pokok dewasa
karena faktor kesulitan dalam panen kelapa sawit tua lebih besar dibanding
dengan tanaman dewasa, karena pada umumnya pokok sawit akan berproduksi
lebih sedikit sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Selain itu pada pokok
tua lebih tinggi dari pokok dewasa dan bisa mencapai ketinggian 15 m, sehingga
memerlukan egrek yang lebih panjang. Berat janjang rata-rata suatu blok juga
menentukan basis borong potong buah dengan norma standar potong buah bagi
seorang pemanen ialah sebesar 1 250 – 1 308 kg/HK, sehingga untuk BJR yang
tinggi maka basis borongnya lebih rendah dibanding dengan BJR yang rendah.
Untuk pemanen premi basis borongnya bila mencapai P 0 adalah sebesar
Rp 2 000, mencapai P 1 sebesar Rp 4 000, dan mencapai P 2 sebesar RP 6 500
sehingga total bila ia mencapai basis P 2 adalah sebesar Rp 12 500. Pada sistem
BHS Dol 2 tenaga pembrondol tidak diberikan premi basis borong melainkan
hanya premi lebih borong.
Contoh perhitungan premi :
Seorang pemanen mendapatkan TBS sebanyak 170 janjang, panen
dilaksanakan di blok T1 dengan tahun tanam 1990 pada hari Senin, premi lebih
borong Rp. 325/janjang, premi basis borong untuk P2 sebesar Rp. 12 500,
sehingga pemanen tersebut mendapatkan premi sebesar = (Total janjang – P 2);
(170 janjang – 120 janjang) = 50 janjang;
pemanen mendapatkan premi basis borong 50 janjang x Rp. 325 / janjang = Rp.
16 250. Total pemanen tersebut mendapatkan premi yaitu Rp. 16 250 + Rp. 12
500 = Rp. 28 750.
Ketentuan basis borong dan lebih borong yang berlaku di kebun GKE dapat
dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Premi Siap Borong, Basis Borong, dan Lebih Borong


Berdasarkan Divisi, Tahun Tanam dan BJR di Gunung Kemasan Estate.

Basis Borong Cutter Basis Jum’at


Lebih Borong
Basis
Divisi

Tahun Basis
Borong
Tanam P0 P1 P2 Jum’at P0 P1 P2
Picker
2000

4000

6500

2000

4000

6500
Cutter Picker
Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp
1989 80 95 110 175 71% 57 67 78 350 50
1990 90 105 120 175 71% 64 75 85 325 50
1991 105 120 135 175 71% 75 85 96 300 50
I 1992 125 140 155 175 71% 89 99 110 300 50
1993 125 140 155 175 71% 89 99 110 300 50
1998 175 200 225 175 71% 124 142 160 200 50
2000 165 190 215 175 71% 117 135 153 200 50
1991 100 115 129 175 71% 71 82 92 325 50
1992 120 137 154 175 71% 85 97 109 300 50
II 1993 165 189 212 175 71% 117 134 151 300 50
1998 175 200 225 175 71% 124 142 106 200 50
2000 165 189 212 175 71% 117 134 151 200 50
1990 90 105 120 175 71% 64 75 85 325 50
1991 105 120 135 175 71% 75 85 98 300 50
1992 110 125 140 175 71% 78 89 99 300 50
III 1993 105 120 135 175 71% 75 85 96 300 50
1996 120 137 154 175 71% 85 97 109 250 50
1998 130 149 167 175 71% 92 106 119 200 50
2000 120 137 154 175 71% 85 97 109 250 50
Sumber : Kantor Besar GKE (2008)
Premi mandor panen diberikan apabila terdapat pemanen yang dibawahinya
dapat mencapai basis borong. Secara umum pemberian premi kepada mandor
pada sistem organisasi BHS Dol 2 disajikan pada Tabel Lampiran 4.

Sistem Pengawasan
Pengawasan panen di Kebun GKE dilakukan oleh krani panen, mantri
buah, mandor panen, mandor I, asisten divisi, dan staf Quality Assurance (QA)
yang ditunjuk dari perwakilan PKS. Pengawasan dilakukan dengan memeriksa
ancak panen buah di TPH. Pengawasan bertujuan agar mutu ancak dan buah dapat
terjaga.
Pemerikasaan ancak dilakukan setiap hari oleh mandor panen, sedangkan
mantri buah memeriksa ancak dua kali pada setiap rotasi. Ancak panen yang
diperiksa meliputi buah matang tidak dipanen, brondolan tidak dikutip, tandan
matang tidak diangkut ke TPH, pelepah sengkleh dan rumpuk, brondolan hitam
atau busuk, dan kondisi pokok. Buah yang berada di TPH diperiksa oleh krani
panen yang meliputi jumlah buah yang dipanen, buah mentah, buah kurang
matang, buah matang, buah busuk atau buah lewat matang, dan gagang panjang.
Mantri buah bertanggung jawab langsung kepada estate maneger. Pemeriksaan
yang dilakukan mantri buah meliputi pemeriksaan mutu ancak, mutu buah, dan
persentase brondolan secara bergilir pada setiap divisi.
Pemanenan yang melakukan kesalahan akan memperoleh hukuman berupa
denda dan sanksi dengan tujuan agar pemanen dapat melaksanakan ketentuan
panen secara benar dan tidak mengulangi kesalahan yang telah diperbuat. Apabila
pemanen tetap melakukan kesalahan yang sama, maka pemanen tersebut akan
mendapatkan surat peringatan yang diberikan oleh mendor dengan persetujuan
asisten divisi. Denda yang ditetapkan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5.
Pemeriksaan yang dilakukan dapat meningkatkan mutu buah, mutu ancak,
produksi dan dapat diketahui pemanen yang berprestasi dan malas. Pemanen yang
berprestasi dapat terlihat dari mutu ancak dan besarnya premi potong buah yang
diterimanya, sedangkan pemanen yang malas terlihat dari ancak yang tidak
terjaga, dan kecilnya premi potong buah yang diterimanya.
Pengangkutan Tandan Buah Segar
Pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari TPH
ke PKS pada setiap hari panen. TBS dan brondolan harus diangkut secepatnya ke
PKS untuk diolah pada hari itu juga (maksimal 24 jam), tidak boleh ada restan di
TPH dan brondolan harus bersih dari kotoran. Hal ini dilakukan supaya minyak
yang dihasilkan tetap bermutu baik.
Pengelolaan pengangkutan TBS pada prinsipnya memiliki sasaran yaitu,
meningkatkan produktivitas kendaraan, menjaga agar FFA atau ALB produksi
harian berkisar antara 2 – 3 %, kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik,
keamanan TBS di lapangan, dan biaya (Rp/kg TBS) unit transport yang murah.
Dalam kegiatan pengangkutan TBS terdapat tiga mata rantai atau faktor terpenting
dan saling mempengaruhi, seperti tercantum pada Gambar 4 di bawah ini.
Panen

Pengolahan Pengangkutan

Gambar 4. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kegiatan pengangkutan


TBS
Sumber : Vademicum Minamas Plantation (2008)

Pengangkutan pada kegiatan panen meliputi pengangkutan TBS ke TPH


dan dari TPH ke PKS. Pengangkutan TBS ke TPH menggunakan alat bantu
angkong. Dalam satu angkong berisi 7 – 9 janjang tergantung BJR. Pengangkutan
TBS ke TPH harus hati-hati karena pengangkutan TBS ke TPH dapat
meningkatkan ALB (asam lemak bebas) akibat guncangan dan penggoresan pada
saat menaikan dan menurunkan buah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kelancaran pengangkutan TBS dari TPH ke PKS yaitu sebagai berikut :
1. Organisasi potong buah
 Potong buah untuk setiap harinya diusahakan terkonsentrasi dan
jangan terpencar-pencar antara mandoran yang satu dengan
mandoran yang lain.
 Hindari adanya potongan-potongan ancak panen setiap mandoran,
artinya kegiatan panen diusahakan satu seksi tersebut harus selesai
dalam satu hari panen.
 Setiap selesai panen pada satu pasar rintis, maka TBS yang
dipanen harus langsung dikeluarkan ke TPH. Hal ini perlu
dilakukan agar kegiatan pengangkutan TBS dapat segera dimulai
paling lambat pukul 09.00 WITA setiap harinya.
 Oleh karena itu, krani buah harus secepatnya memeriksa dan
menerima buah di TPH.
 Taksasi panen dan realisasi panen harus diusahakan seakurat
mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan jumlah
kendaraan yang harus disediakan untuk mengangkut TBS pada hari
itu.
2. Bentuk atau pola jalan
 Desain jalan diusahakan agar lurus dan jarak antara jalan
pengumpul buah (collection road) maksimum ± 300 m (33 – 34
pokok).
 Jalan-jalan buntu (tidak tembus) agar diminimalkan dan sebaiknya
tidak ada.
 Desain jalan pada areal berbukit diusahakan bentuknya tidak
terlalu terjal atau curam, bila diperlukan jalan pengumpul dibangun
di kaki bukit.
3. Kondisi atau perawatan jalan
 Faktor utama kelancaran TBS adalah kondisi dan perawatan jalan
yang sesuai. Hal ini dimaksudkan agar kondisi jalan senantiasa
baik dan bisa dilalui termasuk pada kondisi musim hujan.
 Untuk menjaga kondisi jalan agar tetap baik, maka penggunaan
road greader harus lebih efektik.
 Perawatan jalan dengan menggunakan batu padas terutama pada
permukaan jalan sebaiknya diminimalkan, karena hal ini dapat
mengganggu kegiatan perawatan jalan dengan menggunakan road
greader yakni menimbulkan kerusakan pada mata pisau (blits).
 Selain itu batu padas juga dapat menyebabkan kerusakan garden
pada kendaraan lain yang melewatinnya.
Banyaknya unit pengangkutan TBS di Divisi I adalah tiga unit, yang
terdiri dari satu unit jenis dump truck kapasitas 5 – 6 ton, satu unit jenis dump
truck kapasitas 7 – 8 ton milik perusahaan, dan satu jenis dump truck kapasitas 5
– 6 ton milik kontraktor. Setiap unit pengangkut TBS memiliki ancaknya
masing-masing yang terbagi dalam setiap mandoran. Pengangkutan TBS dengan
truk milik perusahaan sendiri dan truk sistem kontrak memiliki keuntungan dan
kerugian.
Keuntungan truk milik perusahaan sendiri :
 Sebelum mengangkut buah dapat digunakan untuk mengangkut
aplikasi janjang kosong dan tenaga kerja.
 Dalam pengisian TBS ke dalam truk tidak akan melebihi kapasitas
truk sehingga jalan tidak cepat hancur dan truk terawat dengan
baik.
Kerugian truk milik perusahaan sendiri :
 Biaya pemeliharaan truk cukup tinggi sehingga perusahaan
terpaksa menambah biaya pemeliharaan.
 Pada saat panen rendah hanya sebagian truk yang terpakai
sehingga keuntungan perusahaan berkurang.
Pengangkutan TBS dengan sistem kontrak memiliki keuntungan :
 Perusahaan dapat menyewanya sesuai dengan kebutuhan.
 Tidak perlu mengeluarkan biaya pemeliharaan.
Kerugian pengangkutan TBS dengan sistem kontrak :
 Pengisian TBS yang melebihi kapasitas mengakibatkan jalan cepat
hancur.
 Jika digunakan untuk pengangkutan pupuk dan tenaga kerja
perusahaan harus mengeluarkan biaya lembur atas pekerjaan
tersebut.
Mekanisme pengangkutan TBS yaitu truk berangkat pertama kali sekitar
pukul 09.00 WITA, saat sebagian ancak panen telah selesai. Pengangkutan
dilakukan paling lambat 12 jam setelah buah dipotong. Tujuannya adalah untuk
menghindari peningkatan kadar asam lemak bebas. Pada umumnya untuk satu
unit transport TBS kapasitas 5 – 6 ton selesai mengangkut TBS dari TPH
menghabiskan waktu sekitar 2.5 jam untuk pemberangkatan pertama. Sementara
unit dengan kapasitas 7 – 8 ton menghabiskan waktu sekitar 3 jam untuk
pemberangkatan pertama.
Pengangkutan dilakukan dengan mendatangi semua TPH dalam blok yang
dipanen. TBS yang telah tersusun rapi dicatat terlebih dahulu oleh krani buah
kemudian dimuat ke truk oleh tenaga kerja pemuat buah dengan menggunakan
tojok besi sebagai gancu yang berguna untuk menyusun buah di atas truk. Apabila
truk sudah memenuhi kapasitas muat, maka TBS diangkut ke PKS untuk diolah
selanjutnya.

Organisasi Panen
Pengorganisasian panen sangat penting agar tandan buah yang matang
panen dapat dipanen berdasarkan penyebaran panen dan dapat diselesaikan sesuai
dengan jadwal pemanenan. Pada Kebun GKE, mandor panen memberi ancak
kepada masing-masing pemanen. Mandor panen membawahi sekitar 16 – 18
orang pemanen per mandoran, sementara di Divisi I memakai 3 mandor panen.
Pemeriksaan ancak dilakukan pada saat kegiatan panen berlangsung dan
pencatatan jumlah TBS pemanen dilakukan oleh krani buah setelah setengah
ancak terselesaikan. Mandor panen bertanggung jawab langsung kepada mandor I
dan asisten divisi. Krani buah melakukan koordinasi dengan mandor panen untuk
pengangkutan TBS, sehingga tidak ada TBS yang tertinggal di TPH pada hari
panen tersebut. Selain itu juga krani buah bertugas untuk menyeleksi tandan di
TPH sebelum kernet buah mengangkutnya ke unit transport. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan mutu buah dan sistem pengawasan yang ketat.

Aspek Manajerial

Pendamping Mandor
Manajemen tingkat karyawan non staf meliputi karyawan yang bertugas
membantu jalannya kegiatan, baik di kebun maupun pada administrasi kantor.
Karyawan non staf terdiri atas mandor, krani estate yang dibantu oleh krani divisi
dan krani buah. Mamajemen tingkat karyawan non staf meliputi pengelolaan di
bidang administrasi dan menyangkut kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan mandor, petugas administrasi kebun maupun krani lainnya.
Mandor bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilaksanakan
anggotanya, di bawah pengawasan mandor I dan asisten kebun. Kegiatan yang
dilaksanakan selama menjadi pendamping mandor adalah mengetahui tahapan
pekerjaan, mengabsensi semua tenaga kerja yang digunakan, mengawasi pekerja,
mengawasi penggunaan bahan serta mengisi laporan harian mandor, hal-hal yang
perlu dicatat dalam laporan mandor antara lain : jumlah tenaga kerja dan bahan
yang digunakan, prestasi yang dicapai oleh pekerja dan luas areal yang
dikerjakan. Selama penulis menjadi pendamping mandor, kegiatan yang diawasi
adalah panen, penyemprotan, pemupukan, krani divisi dan krani buah.

Krani Buah
Tugas dari krani buah adalah menghitung jumlah buah yang diangkut ke
pabrik serta menyortasi buah yang telah disusun di TPH. Apabila pada TPH
ditemukan buah yang mentah, kurang matang maka krani buah akan mencatatnya
ke dalam buku laporan penerimaan buah sawit sebagai denda atau sangsi kepada
pemanen. Khusus untuk buah mentah di TPH krani panen akan menyuruh
pemanen untuk membelah buah tersebut sebagai tanda, bahwa buah tersebut tidak
masuk ke dalam sampel grading di PKS.
Tugas yang dilakukan penulis saat menjadi krani buah adalah mencatat
jumlah buah yang diperoleh oleh pemanen pada setiap bloknya, serta memastikan
TPH bersih dari brondolan. Pencatatan jumlah buah yang dilakukan krani buah
harus lebih dahulu dari pada pengangkutan buah yang dilakukan oleh kenek buah.
Sehingga masalah pencatatan jumlah buah yang tidak valid dapat dihindari. Oleh
karena itu, harus ada kerjasama antara krani buah dengan kenek buah.

Krani Transportasi
Tugas dari krani transportasi adalah memastikan buah dari kebun sampai
ke PKS, menghitung kebutuhan truk, mengabsensi tenaga kerja kenek buah,
memeriksa dan melaporkan buah restan, melaporkan truk yang terjebak di jalan
rusak dan menginformasikan kondisi keadaan jalan yang akan dilalui. Mandor
transportasi mengawasi 3 unit transportasi pengangkut buah, truk pemupukan,
truk pengangkut tenaga kerja dan unit berat lainnya seperti greder, TLB, ford, dan
lain-lain. Tugas yang dilakukan penulis saat menjadi pendamping mandor
transportasi adalah mengabsensi tenaga kerja kenek buah, memeriksa dan
melaporkan buah restan dan melaporkan truk yang terjebak di jalan rusak.
Pengangkutan buah dimulai jam 9 pagi sampai semua buah terkirim ke PKS.

Mandor Pupuk
Rencana kerja pemupukan dibuat oleh asisten yang diajukan kepada
manejer kebun. Rencana kerja terdiri atas tahun tanam, luas areal dan blok,
jumlah tanaman, jenis pupuk, dosis serta waktu pemupukan. Krani divisi
membuat bon permintaan dan pengeluaran barang yang telah direncanakan asisten
untuk satu kali aplikasi yang ditujukan kepada kepala gudang. Pembuatan bon ini
dilakukan sehari sebelum hari aplikasi.
Pada kegiatan pemupukan, asisten, mandor I serta mandor pupuk saling
berkoordinasi untuk mengawasi kegiatan pemupukan sehingga permasalahan
losses pupuk dapat dikurangi. Pada saat melakukan pengawasan pekerjaan
pemupukan penulis melakukan pengawasan mulai dari pengangkutan dari gudang,
pengeceran dari truk ke lapangan, pelangsiran pupuk di lokasi pemupukan sampai
kegiatan penaburan pupuk pada pokok kelapa sawit. Jumlah karyawan yang
diawasi penulis pada saat melakukan pemupukan selama dua hari adalah 21 orang
yang merupakan tenaga kerja perempuan dengan luas areal 124 ha, sedangkan
pupuk yang digunakan adalah pupuk dolomit sebanyak 16 125 kg. Realisasi
pemupukan dilaporkan setelah kegiatan pemupukan berlangsung oleh mandor
pupuk yang dimasukan ke dalam buku kegiatan mandor.

Mandor Penyemprotan
Sebagai pendamping mandor penyemprotan, penulis ikut membantu dalam
pengawasan tenaga kerja dan bahan yang digunakan. Untuk permintaan herbisida,
divisi terlebih dahulu membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB)
yang dibuat oleh krani divisi. Selanjutnya bon tersebut diperiksa oleh asisten
divisi untuk kemudian disetujui, kemudian diajukan kepada kepala gudang untuk
mengambil bahan kimia tersebut. Sebelumnya air untuk mencampur bahan kimia
telah diisi pada hari sebelumnya setelah penyemprotan selesai. Air yang
digunakan tersebut harus bersih dari kotoran, dengan tujuan agar menghindari
kerusakan pada alat semprot, kran tersumbat pada tangki mobil, serta daya kerja
herbisida yang optimal.
Tugas mandor penyemprotan di lapangan yaitu : mengabsensi tenaga
kerja, menentukan areal yang disemprot, mengawasi kegiatan kerja, mengawasi
kegiatan kerja, mengawasi penggunaan herbisida di lapangan serta mengisi buku
kegiatan mandor. Selama menjadi pendamping mandor penyemprotan hal yang
harus diperhatikan adalah pengawasan penggunaan herbisida. Pengawasan
penggunaan herbisida sangat penting karena kebutuhan herbisida sudah
ditentukan, sehingga apabila ada kekurangan, pengendalian gulma menjadi kurang
efektif.

Mandor Panen
Panen merupakan bagian yang berkaitan dengan produksi. Pengawasan
produksi adalah salah satu kegiatan manajemen yang harus dilakukan untuk
melihat kemajuan usaha yang telah dicapai, rencana ke depan maupun tingkat
efesiensi yang telah dilakukan. Pencatatan produksi dilakukan menurut aturan
atau format tertentu yang sudah dibakukan dan up to date. Pengawasan dilakukan
dari tingkat mandor sampai asisten divisi yang bersifat kontrol setiap hari.
Tugas dan tanggung jawab mandor panen adalah mengancakan tenaga
kerja pemanen untuk pemanenan setiap hari. Mengawasi dan mencatat seluruh
kegiatan panen dan lokasi panen dalam ancaknya setiap hari dalam pekerjaan di
lapangan berkoordinasi dengan krani buah dan melapor kepada mandor I.
Bertanggung jawab atas hasil panen atau produksi kualitas maupun kuantitas
dalam ancak divisi dan bertanggung jawab langsung kepada mandor I dan asisten
divisi.
Krani Divisi
Krani divisi merupakan manajemen tingkat divisi dalam suatu divisi, dan
seorang krani harus bertanggung jawab terhadap administrasi dalam divisinya.
Krani divisi bertugas membuat bon permintaan bahan, mengisi laporan rencana
dan realisasi pekerjaan bulanan, mengisi daftar hadir karyawan, mengisi buku
prestasi kerja karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian, mengarsir dan
membuat peta pekerjaan, membuat dan merangkum data produksi panen.
Kegiatan yang dilakukan penulis saat menjadi krani divisi adalah mengisi
laporan rencana dan realisasi pekerjaan bulanan, mengisi daftar hadir karyawan,
mengisi buku prestasi kerja karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian.

Pendamping Asisten
Manajemen tingkat staf terdiri dari manajer kebun dan asisten yang
dibantu oleh unsur pendukung lainnya. Tugas dan tanggung jawab asisten divisi
adalah mengelola kegiatan divisi untuk mencapai target produksi divisi dan
mengelola seluruh kegiatan divisi. Asisten divisi juga bertugas melaksanakan
adminsitrasi divisi dengan tertib, pembinaan sumber daya manusia yang ada di
divisi, pengendalian biaya yang telah disetujui manajer, dan berwenang untuk
memberi persetujuan atas buku mandor serta bertanggung jawab terhadap manajer
kebun secara langsung. Asisten kebun juga bertanggung jawab secara penuh
terhadap kondisi kebun selama 24 jam, yang meliputi semua pekerjaan yang ada
di divisi maupun dalam lingkungan kemasyarakatan.
Selama menjadi pendamping asisten, penulis melakukan pengawasan
terhadap semua pekerjaan yang ada di divisi I, secara keseluruhan baik terhadap
pekerja maupun mandor. Penulis ikut mengontrol semua pekerjaan bersamaan
dengan asisten divisi ke setiap blok yang ada pekerjaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pencapaian Produksi
Kuantitas produksi merupakan jumlah nyata produksi yang ingin dicapai
oleh suatu perusahaan, yang dalam hal ini berarti tonase TBS yang dihasilkan
ataupun jumlah minyak kelapa sawit yang berhasil diekstraksi dari TBS yang
dihasilkan. Selain itu juga inti kelapa sawit dapat juga memberikan pendapatan
kepada perusahaan yaitu dengan menjualnya kepada perusahaan lain.
Perencanaan produksi di Kebun GKE ditetapkan berdasarkan hasil sensus
buah. Sensus buah dilakukan untuk memperkirakan produksi tanaman pada
semester atau enam bulan berikutnya. Sensus buah untuk semester I dilakukan
pada bulan Januari, sementara untuk semester II dilakukan pada bulan Juni. Data
produksi harian, bulanan, dan semesteran dipantau secara intensif oleh perusahaan
untuk mengetahui persentase pencapaian target bulanan, semesteran, dan tahunan
yang ditargetkan dengan batas toleransi penyimpangan sebesar 3 %. Data
produksi TBS disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Output TBS Kebun GKE


Tahun Luas Produksi Produktivitas
Areal (ha) (ton) (ton/ha/thn)
2003 3167 34 909 11.02
2004 3167 39 110 12.34
2005 3286 39 192 11.92
2006 3286 48 630 14.79
2007 3286 48 913 14.88
Sumber : Kantor Besar GKE (2008)

Tingkat produksi kelapa sawit juga di Kebun Gunung Kemasan Estate


mengalami peningkatan produksi yaitu pada tahun 2003 – 2007. Sementara antara
rentang tahun 2004 ke tahun 2005 luas areal pertanaman di kebun GKE
mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya kerjasama antara kebun
GKE dengan kebun tetangga dengan adanya penambahan blok. Sehingga produksi
meningkat. Produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh jumlah pokok produktif,
bahan tanaman, kondisi iklim, curah hujan, topografi, kultur teknis, kebijakan
perusahaan, dan faktor sosial seperti pencurian TBS. Menurut Rankine dan
Fairhurst (1998), terjadinya fluktuasi produksi pada setiap bulan dipengaruhi oleh
lima faktor yaitu produksi daun, nisbah kelamin, keguguran bunga, bobot janjang
dan iklim. Curah hujan yang tinggi juga akan mendorong pembentukan bunga,
sedangkan curah hujan yang rendah akan menghambat produksi bunga
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2000).

Kriteria Matang Panen


Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen
agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada
saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free
fatty acid (ALB atau FFA) minimal (Fauzi et al. 2002). Kriteria matang panen
yang ideal dipanen adalah 2 brondolan per kg TBS yang jatuh secara alami di
piringan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Kriteria matang panen di
Kebun GKE adalah 5 brondolan yang jatuh secara alami di piringan. Tingkat
kematangan dan Kriteria panen di Kebun GKE dapat dilihat pada Tabel 4.
Hubungan rendeman minyak dan kadar asam lemak bebas pada tandan disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 4. Tingkat Kematangan Buah Pada Tanaman Kelapa Sawit Untuk
Kriteria Panen
Tingkat Batas
Jumlah Brondolan
Kematangan Toleransi
Buah tidak membrondol sama sekali, jumlah Mentah 0%
brondolan lepas 0 % (Unripe)
Brondolan lepas kurang dari 5 brondol/kg berat Kurang matang 8%
janjang atau 12.5 % - 25 % buah luar (Under ripe)
membrondol
Brondolan lepas 5 brondol/kg berat TBS atau Matang (Ripe) 85 %
buah bagian luar telah membrondol 26 % - 50
%
Buah sudah membrondol 51 % - 100 % buah Lewat matang 5%
luar membrondol atau bagian dalam ikut (Over ripe)
membrondol
Buah sudah membrondol keseluruhan yang Janjang kosong 2%
lepas lebih dari 95 % (Empty bunch)
Total 100 %
Sumber : Vademicum Minamas Plantation (2008)

Menurut Mangoensoekarjo (2000) panen buah mentah akan merugikan


perusahaan karena produktivitas minyak kelapa sawit menurun. Selain itu
pengolahan inti kelapa sawit menjadi sulit karena tempurung buah yang belum
matang cukup keras. Kandungan minyak sawit meningkat dari tahap mentah ke
matang, kemudian menurun pada tahap lewat matang, sedangkan kandungan ALB
meningkat dari buah matang sampai lewat matang. Hubungan antara tingkat
kematangan buah dengan rendeman minyak dan kadar ALB disajikan pada Tabel
5.
Tabel 5. Hubungan Rendeman Minyak dan Kadar ALB Berdasarkan Fraksi
Kadar Asam Lemak
Fraksi Rendeman Minyak (%)
Bebas (%)
0 16.0 1.6
1 21.4 1.7
2 22.1 1.8
3 22.2 2.1
4 22.2 2.6
5 21.9 3.8
Sumber : Lubis (1992)

Pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan terhadap kualitas


mutu buah dengan unsur yang diamati adalah tingkat kematangan buah.
Pengamatan dilakukan dengan mengambil sample tujuh tim pemanen dalam satu
kemandoran pada satu hari seksi panen.
Hasil pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa jumlah tandan
mentah fraksi 00 dan 0 sebanyak 3.28 %. Hal yang menyebabkan besarnya
persentase buah mentah yang dipanen adalah pemanen ingin memperoleh premi
yang tinggi. Pemanen pada buah mentah akan merugikan perusahaan dikarenakan
tandan mentah memiliki rendeman yang rendah. Selain itu, tandan mentah akan
disortasi oleh pabrik, sehingga mengurangi pemasukan dari hasil penjualan TBS.
Tandan fraksi I sebanyak 8.63 %. Tandan matang fraksi 2 dan 3 sebanyak 82.53
%.
Nilai persentase pada tandan fraksi 2 dan 3 ini belum memenuhi standar
kriteria panen tandan yang ideal yaitu minimal sebesar 85 % (Pedoman Teknis
Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Minamas Plantation). Faktor penyebabnya
adalah pada umumnya pemanen ingin memperoleh lebih borong lebih cepat dan
apabila target basis borong belum tercapai biasanya pemanen enggan berjalan
lebih jauh, sehingga pemanen akan memotong buah yang seharusnya belum dapat
dipanen. Pada tandan fraksi 4 dan 5 sebanyak 3.17 % dan 2.40 %. Hal ini terjadi
karena kekurangtelitian pemanen pada rotasi sebelumnya ketika memanen di
ancaknya.
Tabel 6. Hasil Pengamatan Tingkat Kematangan Buah di Divisi I
Tingkat Fraksi Jumlah Persentase
Kematangan No Pemanen TBS (%)
12 13 14 15 17 18 20
Mentah 00 0 0 1 0 1 2 0 4 0.44
0 5 3 4 3 6 2 3 26 2.84
Kurang 1 9 9 8 10 15 11 17 79 8.63
Matang
Matang 2 57 63 69 43 58 69 55 414 45.26
3 45 49 56 45 53 55 38 341 37.27
Lewat 4 6 5 3 2 5 4 4 29 3.17
Matang 5 5 4 2 2 4 4 1 22 2.40
Jumlah 127 133 143 105 142 147 118 915 100

Sumber : Hasil Pengamatan di lapangan (2008)

Gambar 5. Krani Panen Melakukan Sortasi TBS

Kriteria panen dengan melihat brondolan yang jatuh di piringan kurang


diperhatikan oleh pemanen di lapangan. Hal ini disebabkan terkadang brondolan
tersangkut di pelepah dan tidak terlihat di piringan. Pemanen lebih melihat pada
perubahan warna kulit buah dan mesokarp buah sehingga acuan pengamatan
warna kulit dan warna mesokarp ini mengakibatkan tingkat kesalahan panen yang
tinggi yaitu masih ditemukannya buah mentah yang dipanen. Pengamatan warna
kulit ini tidak dianjurkan karena perubahan warna kulit dapat dipengaruhi oleh
musim dan intensitas cahaya matahari. Pengamatan warna mesokarp dengan cara
melukai buah juga tidak dianjurkan karena akan meningkatkan kadar ALB pada
buah.

Block Harvesting System (BHS)


Tanaman kelapa sawit pada umur 3 sampai 4 tahun akan memasuki masa
tanaman menghasilkan (TM) dimana pada masa tersebut buah kelapa sawit sudah
mulai dapat dipanen. Pemanenan dapat terus dilakukan sampai tanaman mencapai
umur kurang lebih 25 tahun. Perencanaan yang baik dalam pemanenan mutlak
sangat diperlukan. Hal ini perlu dilakukan mengingat panen buah kelapa sawit
dilakukan pada areal yang luas dan intensitas panen dapat berlangsung setiap hari
jika semua areal pertanaman sudah memasuki masa tanaman menghasilkan.
Penentuan sistem panen yang digunakan merupakan salah satu bagian dari
perencanaan pemanenan.
Penentuan sistem panen yang digunakan pada dasarnya bertujuan untuk
memperoleh produktivitas dan efisiensi kerja yang optimal. Menurut Tobing
(1992) bahwa beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan
sistem panen, antara lain potensi produksi menurut umur tanaman, keadaan
topografi areal, dan kondisi tenaga kerja panen baik jumlah maupun kualitasnya.
Sistem panen yang umumnya diterapkan di perkebunan-perkebunan kelapa sawit
di Indonesia, yaitu sistem ancak tetap dan sistem ancak giring. Kedua sistem ini
mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam penerapannya di lapangan.
Penerapan sistem ancak tetap dimaksudkan agar para pemanen dari setiap
kemandoran panen diberikan ancak panen dengan luas tertentu untuk dapat
diselesaikan pada hari itu tanpa ada perpindahan ancak. Kelebihan dari sistem ini,
diantaranya pemanen tidak perlu melakukan perpindahan ancak yang berarti dapat
menghindari kemungkinan terlalu banyak jalan, mandor panen mempunyai cukup
waktu untuk mengawasi atau mengontrol pelaksanaan pemanenan, mempermudah
mandor panen untuk langsung menegur atau mendenda kesalahan pemanen, dan
mencatat hasil yang dilakukan oleh krani panen relatif lebih sederhana karena
tidak ada perpindahan. Kelemahan dari sistem ini, diantaranya mandor panen
kurang kreatif dalam usaha pengaturan atau penyusunan kerja yang lebih efektif,
pengangkutan TBS dan brondolan yang cepat kurang dapat diharapkan terutama
bila tidak dibarengi dengan adanya keharusan segera mengangkat dan
mengumpulkan TBS dan brondolan ke TPH, dan sistem ini hanya berorientasi
penyelesaian ancak panen bukan peningkatan hasil output panen, namun kualitas
ancak juga seringkali kurang diperhatikan.
Penerapan sistem ancak giring dimaksudkan agar pemanen dari setiap
kemandoran panen diberikan ancak panen tertentu dalam waktu tertentu, dimana
apabila pemanen telah menyelesaikan ancak panen tahapan pertama, maka harus
pindah ke ancak panen berikutnya yang telah ditetapkan atau dutunjuk oleh
mandor panen sehingga perpindahan dapat terjadi lebih dari dua kali tergantung
pada kerapatan buah yang masak. Kelebihan dari sistem ini adalah, TBS dan
brondolan dapat sampai di TPH pada waktu yang diinginkan, pengawasan oleh
mandor panen lebih intensif karena rentang pengawasan ancak diperkecil, dan
pengangkutan tandan buah segar dan brondolan lebih mudah diatur, kelemahan
dari sistem ini, diantaranya perpindahan ancak panen akan menimbulkan
terjadinya penambahan waktu dan jarak tempuh akan lebih panjang, mandor
panen tekadang salah dalam menegur atau mendenda kesalahan pemanenan
dikarenakan mandor panen terkadang lupa dengan pemanen yang menyelesaikan
ancak tersebut, dan sistem ini hanya berorientasi pada peningkatan output
sehingga seringkali pemanen kurang memperhatikan kualitas ancak panen.
Kedua sistem panen tersebut diatas pada dasarnya menghendaki hasil
output TBS dan brondolan yang tinggi baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Beberapa tahun belakangan ini, sistem panen yang biasa digunakan
mengalami perkembangan. Perkebunan kelapa sawit yang termasuk dalam
lingkup Group Guthrie yang ada di Indonesia mengembangkan suatu konsep
sistem panen terbaru yang dinamakan dengan Block Harvesting System (BHS).
Sistem panen ini sudah mulai diterapkan sejak tahun 2002 walaupun pada awal
penerapannya mengalami banyak kendala dan kesulitan. BHS merupakan
penggabungan dari sistem ancak panen tetap dan sistem ancak panen giring yang
berorientasi pada peningkatan hasil output dari masing-masing pemanen dan
penyelesaian ancak sehingga dapat mengurangi kehilangan produksi.
Dalam mencapai tujuan pelaksanaan BHS yang berorientasi pada
peningkatan output pemanen dan penyelesaian ancak panen, perlu disusun
langkah-langkah yang sistematis dalam pelaksanaannya di lapangan. Tujuannya
agar setiap komponen yang terlibat dalam pelaksanaan BHS mengerti tugas dan
tanggung jawabnya sehingga problem produksi yang ada sebelumnya sedikit
banyak dapat diatasi. Langkah-langkah pelaksanaan BHS adalah sebagai berikut :
1. Setiap divisi dibagi menjadi enam seksi panen pada peta kebun, dimana
setiap seksi panen diberi nama dengan huruf dan dibedakan warnanya
dalam peta kebun. Arah perputaran seksi panen ditentukan dan arahnya
harus teratur dengan memberikan tanda panah pada peta kebun. Setiap
pemanen atau kelompok kecil pemanen (KKP) atau kemandoran panen
harus mempunyai ancak panen yang tetap disetiap blok dalam satu seksi
panen dimana batas antar pemanen atau antar KKP atau antar kemandoran
panen diberi tanda.
2. Penjelasan dan pengertian mengenai Standard Operating Procedure
(SOP) panen harus diberikan kepada seluruh pemanen. Tugas mandor dan
krani panen adalah memonitor produktivitas, kualitas panen, dan
pencatatan administrasi panen.
3. Mandor panen memastikan bahwa seluruh ancak panen sudah dipanen
seluruhnya pada hari tersebut dan apabila ada ancak panen yang kosong
harus diselesaikan oleh pemanen lain dalam satu KKP.
4. Asisten divisi wajib mengawasi pengangkutan buah dan memastikan hasil
panen pada hari tersebut terangkut seluruhnya serta melakukan penilaian
terhadap kemajuan pelaksanaan panen, produktivitas, dan efisiensi dengan
menganalisa data dari administrasi panen agar dapat dilakukan perbaikan-
perbaikan.
Beberapa ketentuan yang dapat dijadikan acuan untuk mendukung
langkah-langkah pelaksanaan BHS, antara lain :
1. Setiap divisi hanya mempunyai satu seksi panen per hari sehingga dalam
seminggu setiap divisi mempunyai enam seksi panen.
2. Seluruh kemandoran panen dalam satu divisi melakukan panen pada seksi
panen yang sama per hari.
3. Ancak panen tiap kemandoran panen atau KKP atau pemanen di dalam
blok tiap seksi panen harus jelas dan bersifat tetap.
4. Pemanen dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama dan arah perputaran
seksi panen harus selaras antar divisi.
5. Panen diselesaikan blok per blok secara berkelanjutan ke arah jalan
koleksi.
6. Mobilisasi pemanen antar blok dalam satu seksi panen harus efisien dan
efektif.
7. Kebutuhan tenaga kerja panen tiap seksi panen harus sama. Apabila
kerapatan panen rendah, maka tenaga kerja panen dapat diperbantukan ke
dalam pekerjaan pemeliharaan yang lain.

Pelaksanaan Block Harvesting System (BHS)


Pada dasarnya, sistem BHS memerlukan kerjasama yang baik antar
sesama tenaga kerja panen maupun tenaga kerja panen dengan supervisi (asisten,
mandor I, dan mandor panen). Hal ini mutlak diperlukan, karena dalam
menyelesaikan satu seksi panen baik seluruh tenaga kerja panen dalam satu
kemandoran panen maupun antar kemandoran panen harus salalu bersama-sama
dalam setiap perpindahan blok sampai selesai satu seksi panen pada hari tersebut.
Keuntungan yang diperoleh apabila hal ini berjalan dengan baik adalah buah yang
sudah dipanen dapat terangkut semua karena posisi buah berada pada jalur yang
sama dan mengurangi kehilangan produksi akibat buah tertinggal di dalam blok
maupun di TPH. Komunikasi dan koordinasi antar tenaga kerja panen maupun
tenaga kerja panen dengan mandor panen harus dapat berjalan dengan baik.
Pembentukan KKP sangat membantu mandor panen dalam mengarahkan
tenaga kerja panen untuk dapat menyelesaikan satu seksi panen dalam sistem
BHS ini. Secara keseluruhan, pelaksanaan BHS di Kebun GKE dari segi
pelaksanaan prosedur kerja sudah berjalan cukup baik.
Kelebihan lain dari sistem BHS ini adalah jumlah mandor dapat dikurangi
sehingga dapat menekan biaya upah tenaga kerja, mandor tidak terlalu banyak
menyediakan waktu untuk membagi ancak pemanen, pemanen tidak perlu
berpindah-pindah sehingga kegiatan panen terkonsentrasi, administrasi pencatatan
lebih mudah dan sederhana, pengawasan panen lebih efektif, dan pemanen
menjadi lebih giat untuk menyelesaikan ancaknya.

Rotasi Panen
Rotasi atau pusingan panen merupakan faktor pembatas dalam
menentukan produksi TBS, kualitas mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS
di PKS, serta biaya eksploitasi. Sementara rotasi panen yang berlaku di Kebun
GKE yaitu 6/7. Artinya dalam satu minggu terdapat 6 hari kerja dengan interval 7
hari, sehingga dalam satu bulan setiap seksi dipanen sebanyak 4 kali. Hari kerja
setiap pemanen dari hari Senin sampai Sabtu dan jumlah jam kerja setiap hari
adalah 7 jam kerja kecuali hari Jumat yaitu hanya 5 jam, maka rincian jam
kerjanya ialah sebagai berikut :
- Senin sampai Sabtu (5 x 7) jam + (1 x 5) jam = 40 jam.
- Persentase jumlah seksi yang dipanen setiap hari adalah :
 Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu (7 / 40) x 100 % = 17.5 %

 Jumat (5 / 40) x 100 % = 12.5 %

Rotasi Panen Terlambat (Umur Pusingan > 9 hari)


Rotasi / pusingan panen terlambat akan menyebabkan buah cenderung
over ripe (terlalu masak), bahkan bisa menjadi empty bunch (janjang kosong).
apabila ini terjadi maka akan mengakibatkan :
 Jumlah brondolan meningkat sehingga akan memperlambat penyelesaian
ancak panen bahkan basis borongnya sulit tercapai (output kg/HK rendah
dan biaya panen meningkat).
 Peluang losses yaitu janjang masak tertinggal di pokok dan brondolan
tidak terkutip menjadi sangat tinggi.
 Kualitas minyak rendah (FFA > 3 %).
Rotasi Panen Terlalu Cepat (Umur Pusingan < 7 hari)
Rotasi / pusingan panen yang terlalu cepat akan mengakibatkan :
 Pemanen cenderung memotong buah under ripe (agak matang) dan unripe
(mentah) untuk memenuhi basis kerjanya.
 Akibat meningkatnya buah under ripe (agak matang) dan unripe (mentah)
dapat menurunkan % OER (Oil Extraction Rate).
 Meningkatnya biaya pengolahan karena menurunnya kapasitas olah PKS
akibat tingginya % buah mogul (unstripe bunch) sehingga proses
perebusannya memerlukan waktu yang lebih lama.
Pada saat panen rendah biasanya asisten divisi menyuruh mandor panen
untuk melaksanakan kegiatan tunas progresif, sebagai langkah untuk mengatasi
rotasi panen yang terlalu cepat. Sedangkan pada saat panen puncak umur pusingan
bisa mencapai > 9 hari, hal ini disebabkan oleh tingkat kematangan buah yang
tinggi, serta dalam sebulannya banyak hari libur sehingga seksi panen yang
biasanya dapat selesai dalam satu hari panen menjadi tidak selesai. Untuk
mengatasi hal ini biasanya asisten divisi menyuruh mandor panen untuk
melakukan kegiatan kontanan. Yang dimaksud dengan kontanan yaitu kegiatan
panen yang dilaksanakan pada hari libur serta sistem pembayaran upah dilakukan
pada hari itu juga berdasarkan ketentuan yang dibuat oleh perusahaan tersebut.
Selain itu jumlah tenaga kerja pengutip brondolan ditambah dengan cara
mengalokasikan tenaga kerja perawatan pada kegiatan panen. Rata-rata pusingan
potong buah di Divisi I pada bulan Mei 2008 adalah 3.4 dan umur pusingannya 8
– 9 hari.

Angka Kerapatan Panen (AKP)


Angka kerapatan panen adalah perkiraan jumlah tandan matang yang
dapat dipanen pada suatu areal atau blok. Tujuan dilakukannya taksasi harian ini
adalah untuk memperkirakan berapa unit angkutan yang dibutuhkan untuk
mengangkut hasil panen dan untuk mengetahui jumlah tenaga pemanen yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan panen pada luasan tertentu. Hasil taksasi ini juga
digunakan oleh kebun sebagai laporan kepada pabrik pengolah kelapa sawit
(PKS) sebagai acuan mandor grading di PKS untuk menentukan berapa unit
angkutan yang harus di grading oleh PKS persentase. Angka kerapatan panen
diperoleh dengan membagi jumlah pokok produktif yang dipanen dengan total
pokok yang diperiksa dikalikan 100 %. Pokok sampel yang diamati sebesar 5 %.
Angka kerapatan panen berguna untuk menentukan berapa perkiraan produksi
esok hari yang berhubungan dengan penyediaan tenaga kerja dan angkutan panen.
Hasil pengamatan angka kerapatan panen disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengamatan Kerapatan Panen


Blok Tahun Total Pokok Pokok Persentase
Tanam Pokok Sampel Sampel Kerapatan
Produktif dipanen Panen (%)
T0 1991 2533 127 53 42
T1 1990 2089 105 43 41
T2 1990 3174 159 73 45
T3 1989 3776 189 56 30
T4 1989 3743 187 46 25
T5 1990 3823 191 61 32
T6 1990 3118 156 57 37
Sumber : Hasil Pengamatan di Lapangan (2008)

Pada Tabel 7. Dapat diketahui bahwa AKP dari blok yang diamati
berbeda. Nilai AKP yang diperoleh berkisar antara 25 – 46 %. Menurut Tobing
(1992) perbedaan AKP suatu areal dipengaruhi oleh iklim, umur tanaman, dan
tempat. Perbedaan AKP dari blok yang diamati diduga karena perbedaan umur
tanaman. Umur tanaman berpengaruh terhadap potensi pokok untuk berproduksi
yaitu semakin tua umur tanaman maka semakin sedikit pokok untuk berproduksi
atau sebaliknya, semakin muda umur tanaman maka samakin banyak pokok
berproduksi. Tobing (1992) menyatakan bahwa kisaran nilai AKP 100 % - 25 %
menunjukkan produksi tinggi, sedangkan nilai AKP 20 % - 15 % menunjukkan
produksi sedang.
Hasil perkiraan produksi melalui perhitungan angka kerapatan panen dapat
berbeda dengan produksi aktual di lapangan. Hal ini disebabkan oleh tingkat
ketelitian saat pengamatan masih rendah atau adanya kesalahan dari pemanen itu
sendiri baik adanya pemanenan tandan yang belum memenuhi kriteria matang
panen atau adanya buah matang tertinggal di pokok.
Dari nilai AKP 45 % dengan berat janjang rata-rata (BJR) sebesar 21.87 kg
dan total pokok produktif sebanyak 3 174 pokok, maka perkiraan produksi untuk
keesokan hari sebesar 31 237 kg. Dengan contoh perhitungan sebagai berikut :

Estimasi Produksi Harian = Jumlah Pokok Produktif x AKP x BJR


= 3 174 pokok x 45 % x 21.87 kg = 31 237 kg

Hasil perkiraan produksi melalui perhitungan angka kerapatan panen dapat


berbeda dengan produksi aktual di lapangan. Hal ini disebabkan oleh tingkat
ketelitian saat pengamatan, jumlah sampel yang sedikit dan adanya pemanenan
terhadap tandan yang belum memenuhi kriteria matang panen. Batas toleransi
untuk penyimpangan terhadap produksi yaitu sebesar 3 %.

Penetapan Luas Ancak Panen


Dalam menetukan luasan ancak panen baik luas ancak setiap pemanen,
KKP, dan kemandoran panen, maupun luas seksi panen dan jumlahnya
mempunyai beberapa pertimbangan yang mempengaruhinya. Dalam menentukan
luas ancak panen setiap pemanen dipengaruhi oleh topografi, target output, daya
jelajah rata-rata pemanen, jumlah rata-rata output (TBS dan brondolan) setiap
rotasi panen, dan waktu penyelesaian ancak setiap pemanen. Penentuan luas ancak
panen setiap KKP dipengaruhi oleh fluktuasi kemasakan buah, daya jelajah
maksimum pemanen, absensi setiap tenaga kerja panen, hubungan sosial dan
kerjasama antar anggota KKP, dan waktu penyelesaian ancak setiap KKP.
Pertimbangan dalam menentukan luas ancak panen setiap kemandoran
panen antara lain jumlah tenaga kerja panen tiap kemandoran, waktu penyelesaian
ancak setiap kemandoran panen, dan rentang pengawasan dan pembinaan setiap
mandor panen yang optimal. Luas dan jumlah seksi panen untuk setiap divisi
sangat dipengaruhi oleh luas tanaman menghasilkan, jumlah hari panen dalam
seminggu, dan jam kerja harian.
Seksi panen adalah luasan areal panen yang dibagi menjadi 6 bagian, seksi
panen itu diperoleh dengan membagi seluruh luas areal divisi I ke dalam 6 hari
sesuai dengan proporsi jam kerjanya.
Contoh :
Luas tanaman menghasilkan divisi I : 1086 Ha
Luas seksi hari Jumat : (12.5/17.5) x (1086/5) = 155.08 Ha
Luas seksi hari biasa : (1086 – 155.08)/5 = 186.18 Ha

Tabel 8. Luas Seksi Panen Divisi I


Seksi Panen Blok Luas (ha)
Senin (A) T9, T8, T7, T6, T5, T4 188
Selasa (B) T3, T2, T1, T0, S0, S1, 185
S2, S3
Rabu (C) S4, S5, S6, S7, S8, S9 186
Kamis (D) R9, R8, R7, R6, R5, R4, 195
R3
Jumat (E) R2, R1, R0, Q0, Q1, Q2, 150
Q3
Sabtu (F) Q4, Q5, Q6, Q7, Q8, Q9 182
Sumber : Kantor Divisi I (2008)

Seksi panen rata-rata untuk hari Senin – Sabtu adalah 187.2. Sementara
untuk seksi panen hari Jumat atau seksi E memiliki luas yang lebih sedikit dari
seksi panen hari biasa karena pada hari Jumat panen dilakukan pada blok-blok
yang memiliki luasan panen yang kecil dan disesuaikan dengan jam kerja pada
hari Jumat yaitu hanya 5 jam. Seksi panen dianjurkan dapat selesai dalam satu
hari panen, hal ini bertujuan untuk menjaga agar rotasi dan umur pusingan tetap
normal.

Kehilangan Produksi (Losses)


Kehilangan produksi adalah salah satu hal yang harus dihindari dalam
mencapai kuantitas dan kualitas produksi yang optimal. Produksi yang optimal
hanya dapat dicapai apabila losses (kehilangan) produksi minimal. Dengan
demikian pengertian menaikkan produksi adalah memperkecil losses produksi.
Sumber losses produksi di lapangan yaitu : 1) Buah mentah yang terpanen, 2)
Buah masak tinggal di pohon (tidak dipanen), 3) Brondolan tidak dikutip, 4)
Brondolan di tangkai janjang.

Gambar 6. Pelepah Gondrong Meningkatkan Losses

Resiko merupakan suatu kemungkinan (possibility) terjadinya sesuatu


yang tidak terduga sebelumnya, yang bersifat merugikan dan dapat mempengaruhi
penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan yang berkaitan dengan produktivitas
kualitas dan biaya (Wideman, 1992). Kehilangan hasil produksi akibat resiko
panen per tahun tanam di Divisi I, Gunung Kemasan Estate dengan luas areal
contoh 15 ha yaitu 10% dari seksi panen (R2, R1, R0, Q0, Q1, Q2, Q3) dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Losses Produksi Akibat Resiko Pemanenan di Divisi I, Gunung
Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti.
Uraian Tahun Tanam
1989 1990 1991
1. Buah mentah - 5 -
(janjang/pemanen)
2. Buah panen tidak terangkut ke 1 4 -
TPH (janjang/pemanen)
3. Buah tinggal (janjang/pemanen) 5 11 1
4. Brondolan di bunga matahari 30 68 12
(butir/pemanen)
5. Brondolan di piringan 76 204 35
(butir/pemanen)
6. Brondolan di ketiak pelepah 45 136 11
(butir/pemanen)
7. Brondolan di potongan tangkai 8 25 -
(butir/pemanen)
8. Rata-rata losses janjang setiap 5 18 3
pemotong TBS (janjang)
9. Rata-rata jumlah brondolan 61 74 56
yang losses setiap pengutip
brondolan (kg)
Sumber : Pengamatan di lapangan (2008)

Berdasarkan pengamatan di lapangan, faktor penyebab terjadinya


kehilangan produksi di Divisi I dapat dibagi dalam tiga kelompok, yakni faktor
kondisi tanaman, faktor manusia serta faktor lahan. Faktor kondisi tanaman yang
mengakibatkan losses misalnya, adalah adanya tanaman-tanaman yang steril
(tidak berbuah), tanaman yang over pruning, serta tanaman yang gondrong
(pelepahnya belum diprunning). Faktor manusia menyangkut kedisiplinan dan
ketelitian pemanen dan supervisi (mandor). Pada saat panen tidak semua pemanen
bekerja sesuai dengan instruksi kerja, masih juga ditemui pemanen yang tidak
disiplin yaitu memanen buah yang tidak tepat fraksi, brondol yang tidak dikutip
dengan bersih, tangkai tandan buah kelapa sawit tidak sesuai ukuran standar.
Selain itu, masih kurangnya ketegasan dari mandor panen untuk menegur dan
memberikan sangsi kepada pemanen yang melakukan pelanggaran, karena
umumnya mandor panen masih memberikan batas toleransi kepada pemanen.
Faktor lahan juga dapat menyebabkan terjadinya kehilangan produksi.
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah kebersihan lahan dan gawangan mati,
kondisi lahan yang semak pada daerah piringan, pasar pikul maupun TPH akan
membuat pemanen malas untuk masuk ke lahan dan mempersulit dalam mengutip
brondolan. Gawangan mati pun harus diusahakan bersih, karena gawangan mati
yang tidak bersih dapat dijadikan tempat untuk menyembunyikan tandan mentah
yang tidak sengaja terpotong.
Buah tinggal banyak terdapat pada tahun 1990, hal ini disebabkan karena
kondisi tanaman yang tinggi sehingga pemanen kesulitan dalam memanen, selain
itu pemanen malas membawa egrek. Hal ini menyebabkan buah pada tanaman
yang tinggi tidak dapat dijangkau. Kehilangan hasil tertinggi melalui tidak
dikutipnya brondolan di piringan ada pada tahun 1990, hal ini disebabkan masih
banyaknya gulma yang tumbuh sehingga menghalangi pembrondol untuk
mengutip brondolan. Manajemen panen yang baik dalam pelaksanaan pemanenan
akan dapat meminimalkan kehilangan hasil produksi yang terjadi.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Pelaksanaan kegiatan magang di Perkebunan Gunung Kemasan Estate
secara umum memberikan manfaat yang cukup banyak. Selama menjadi pekerja
harian lepas (PHL) dapat terlibat langsung melaksanakan pekerjaan yang ada di
kebun. Manfaat yang dapat langsung dirasakan selama magang adalah menambah
keterampilan dan pengetahuan secara teknis ataupun manajerial.
Pengendalian gulma merupakan salah satu pekerjaan yang penting, karena
kegiatan pengendalian gulma menunjang pekerjaan panen. Piringan dan jalan
pasar rintis harus dalam keadaan bersih, karena piringan yang bersih memudahkan
dalam pemungutan brondolan dan jalan pasar rintis yang bersih memudahkan
dalam pengangkutan TBS ke TPH.
Kehilangan produksi merupakan salah satu hal yang harus dihindarkan
dalam mencapai kuantitas produksi yang optimal. Produksi yang optimal hanya
dapat dicapai apabila losses (kehilangan) produksi minimal. Sumber losses
produksi di lapangan ialah : 1) Buah mentah yang terpanen sebanyak 5 janjang, 2)
Buah matang tidak terangkut ke TPH sebanyak 5 janjang, 3) Buah tinggal
sebanyak 17 janjang, 4) Brondolan di bunga matahari sebanyak 110 butir, 5)
Brondolan di piringan sebanyak 315 butir, 6) Brondolan di ketiak pelepah
sebanyak 192 butir, dan 7) Brondolan di potongan tangkai sebanyak 33 butir.
Tingkat produksi kelapa sawit juga di Kebun Gunung Kemasan Estate
mengalami peningkatan produksi yaitu pada tahun 2003 – 2007. Sementara antara
rentang tahun 2004 ke tahun 2005 luas areal pertanaman di kebun GKE
mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya kerjasama antara kebun
GKE dengan kebun tetangga dengan adanya penambahan blok. Sehingga produksi
TBS ikut meningkat.
Saran

Sumber-sumber losses di lapangan perlu diperhatikan lagi serta


dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat dari mandor panen. Pemberian penalty
panen yang lebih tegas wajib diberikan kepada pemanen yang melakukan
pelanggaran panen serta pemberian insentif yang sesuai kepada pemanen sebagai
motivasi sehingga kegiatan panen dapat berjalan dengan baik. Selain itu, penulis
menyarankan untuk melakukan penambahan tenaga kerja pemanen sehingga
didapatkan kualitas panen yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Perkebunan. 2007. Volume dan nilai ekspor, impor Indonesia.
http://ditjenbun.deptan.go.id/web/images/stories/fruit/komoditi%20sawit.p
df. Diakses tanggal 10 Desember 2007.

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2002. Kelapa Sawit.


Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal.
Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat
Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. Pematang Siantar. 435 Hal.

Mangoensoekarjo,S. dan H. Semangun. 2000. Manajemen Agrobisnis Kelapa


Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 Hal.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis Dari


Hulu Hingga Hilir. Penebar swadaya. Jakarta. 411 Hal.

Rankine, I., T. Fairhurst. 1998. Buku Lapangan : Seri Tanaman Kelapa Sawit
:Tanaman Menghasilkan. Oxford Graphic Printers Pte. Ltd. Singapore.
120 Hal.

Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit.
Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 Hal.

Tobing, M. O. S. L. 1992. Pemanenan dan Pengangkutan Hasil Panen Kelapa


Sawit. Lembaga Penelitian Perkebunan Kampus Medan. Medan. 38 hal.

Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit. Jurusan Budidaya Pertanian. IPB:


Bogor. 51 hal.

Vademicum. 2006. Pedoman Teknik Kultura Tanaman Kelapa Sawit. Minamas


Plantation. Jakarta.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di Gunung Kemasan Estate (GKE)
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (Satuan/HK) Lokasi
Penulis Karyawan Standar
14-02-2008 Orientasi Kebun Kebun
15-02-2008 Panen (pengutip brondolan) 152 Kg 336 Kg 175 Kg Blok T9-T4 (Divisi I)
16-02-2008 Panen (pengutip brondolan) 30 Kg 47 Kg 175 Kg Blok T4-S4 (Divisi I)
17-02-2008 Libur
18-02-2008 Panen (pengutip brondolan) 150 Kg 267 Kg 175 Kg Blok S3-R4 (Divisi I)
19-02-2008 Panen (pengutip brondolan) 170 Kg 480 Kg 175 Kg Blok Q9-Q0 (Divisi I)
20-02-2008 Panen (pengutip brondolan) 224 Kg 432 Kg 175 Kg Blok R9-R5 (Divisi I)
21-02-2008 Tunas Progresif 5 Ha 8.5 Ha 12.8 Ha Blok R4-R6 (Divisi I)
22-02-2008 Tunas Progresif 7 Ha 12.8 Ha 12.8 Ha Blok R6-R9 (Divisi I)
23-02-2008 Panen (potong TBS) 232 Kg 840 Kg 1250 Kg Blok T9-T2 (Divisi I)
24-02-2008 Libur
25-02-2008 Panen (potong TBS) 337 Kg 1250 Kg 1250 Kg Blok T4-T0 (Divisi I)
26-02-2008 Panen (potong TBS) 345 Kg 1068 Kg 1250 Kg Blok S0-S5 (Divisi I)
27-02-2008 Panen (potong TBS) 447 Kg 1380 Kg 1250 Kg Blok S6-R9 (Divisi I)
28-02-2008 Panen (potong TBS) 473 Kg 1430 Kg 1250 Kg Blok R9-R2 (Divisi I)
29-02-2008 Panen (potong TBS) 352 Kg 1152 Kg 1250 Kg Blok Q4-Q9 (Divisi I)
01-03-2008 Panen (potong TBS) 237 Kg 978 Kg 1250 Kg Blok Q0-R0 (Divisi I)
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (Satuan/HK) Lokasi
Penulis Karyawan Standar
02-03-2008 Libur
03-03-2008 Gawangan Chemist 2 Kap 12 Kap 12 Kap Blok T8-T9 (Divisi I)
04-03-2008 Gawangan Chemist 4 Kap 11 Kap 12 Kap Blok T8-T9 (Divisi I)
05-03-2008 Tabas 0.28 Ha 0.28 Ha 0.28 Ha Blok T6-T5 (Divisi I)
06-03-2008 Gawangan Chemist 6 Kap 12 Kap 12 Kap Blok T7-T6 (Divisi I)
07-03-2008 Libur
08-03-2008 Gawangan Chemist 8 Kap 12 Kap 12 Kap Blok T6-T5 (Divisi I)
09-03-2008 Libur
10-03-2008 Gawangan Chemist 10 Kap 10 Kap 12 Kap Blok T5-T4 (Divisi I)
11-03-2008 Panen (kutip brondolan) 122 Kg 448 Kg 175 Kg Blok T9-T4 (Divisi I)
12-03-2008 Panen (kutip brondolan) 158 Kg 322 Kg 175 Kg Blok T3-S3 (Divisi I)
13-03-2008 Oles Anak Kayu 0.125 Ha 0.14 Ha 1 Ha Blok W18 (Divisi III)
14-03-2008 Konsolidasi Sisip 9 Pokok 30 Pokok 40 pokok Blok W8-W9 (Divisi III)
15-03-2008 Aplikasi Janjang Kosong 10 Titik 20 Titik 34 Titik Blok S13 (Divisi II)
16-03-2008 Libur
17-03-2008 Konsolidasi Sisip 60 Pokok 60 Pokok 60 Pokok Blok W9 (Divisi III)
18-03-2008 Rawat Jembatan 100 Meter 100 Meter 100 Meter Blok V2 (Divisi III)
19-03-2008 Oles Anak Kayu 0.2 Ha 0.25 Ha 1 Ha Blok W18 (Divisi III)
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (Satuan/HK) Lokasi
Penulis Karyawan Standar
20-03-2008 Libur
21-03-2008 Libur
22-03-2008 Libur
23-03-2008 Oles Anak Kayu 0.25 Ha 0.29 Ha 1 Ha Blok W18 (Divisi III)
24-03-2008 Oles Anak Kayu 0.19 Ha 0.21 Ha 1 Ha Blok W18 (Divisi III)
25-03-2008 Oles Anak Kayu 0.125 Ha 0.14 Ha 1 Ha Blok W18 (Divisi III)
26-03-2008 Konsolidasi Sisip 0.14 Ha 0.16 Ha 1 Ha Blok W9 (Divisi III)
27-03-2008 Konsolidasi Sisip 0.16 Ha 0.2 Ha 1 Ha Blok W9 (Divisi III)
28-03-2008 Until Pupuk RP 1 Ton 1 Ton 1 Ton Gudang Divisi III
29-03-2008 Until Pupuk RP & MOP 1 Ton 2 Ton 1 Ton Gudang Divisi III
30-03-2008 Libur
31-03-2008 Langsir Buah 480 Kg 700 Kg 700 Kg Blok V10-V11 (Divisi III)
01-04-2008 Gulung Karung Pupuk RP 522 Kg 579 Kg 550 Kg Blok R0-R3 (Divisi I)
02-04-2008 Tabur Pupuk MOP 697 Kg 741 Kg 600 Kg Blok Q0-Q3 (Divisi I)
03-04-2008 Gulung Karung Pupuk MOP 731 Kg 808 Kg 600 Kg BlokQ4-Q6 (Divisi I)
04-04-2008 Until Pupuk MOP 2 Ton 2 Ton 1 Ton Gudang Divisi III
05-04-2008 Gulung Karung Pupuk MOP 646 Kg 714 Kg 600 Kg Blok R0-R3 (Divisi I)
06-04-2008 Libur
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (Satuan/HK) Lokasi
Penulis Karyawan Standar
07-04-2008 Piringan & Pasar Rintis Chemist 3 Ha 3.3 Ha 4 Ha Blok T15-T16
08-04-2008 Piringan & Pasar Rintis Chemist 3.2 Ha 3.5 Ha 4 Ha Blok T14-T15
09-04-2008 Piringan & Pasar Rintis Chemist 3.4 Ha 3.8 Ha 4 Ha Blok T13-T14
10-04-2008 Piringan & Pasar Rintis Chemist 3.7 Ha 4.2 Ha 4 Ha Blok T18, Blok S18
11-04-2008 Pengendalian Lalang 1.2 Ha 1.5 Ha 4 Ha Blok S18 (Divisi III)
12-04-2008 Piringan & Pasar Rintis Chemist 3 Ha 3.3 Ha 4 Ha Blok S16-S17 (Divisi III)
13-04-2008 Libur
14-04-2008 Kunjungan Ke PTE
15-04-2008 Rawat Titi Panen 2 Titi Panen 2 Titi Panen 2 Titi Panen Blok V9 (Divisi III)
16-04-2008 Tanam Sisip 5 Pokok 9 Pokok 9 Pokok Blok U12 (Divisi III)
Tabel 1 (Lanjutan). Jurnal Harian Sebagai Pendamping Mandor & Pendamping Asisten di Gunung Kemasan Estate (GKE)
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis
Jumlah Karyawan yang Prestasi Kerja Lama Kegiatan
Diawasi (Orang) Karyawan (Satuan/HK) (Jam)
17-04-2008 Pendamping Krani Divisi - 7 Jam 7 Jam
18-04-2008 Pendamping Krani Divisi - 5 Jam 5 Jam
19-04-2008 Pendamping Krani Divisi - 7 Jam 7 Jam
20-04-2008 Libur
21-04-2008 Pendamping Krani Divisi - 7 Jam 7 Jam
22-04-2008 Pendamping Krani Divisi - 7 Jam 7 Jam
23-04-2008 Pendamping Krani Divisi - 7 Jam 7 Jam
24-04-2008 Pendamping Krani Transportasi 13 Orang 1250 Kg 7 Jam
25-04-2008 Pendamping Krani Divisi - 5 Jam 5 Jam
26-04-2008 Pendamping Mandor MHS 18 Orang 4 Ha 7 Jam
27-04-2008 Libur
28-04-2008 Pendamping Mandor MHS 17 Orang 3.4 Ha 7 Jam
29-04-2008 Pendamping Mandor MHS 17 Orang 3.2 Ha 7 Jam
30-04-2008 Pendamping Mandor MHS 16 Orang 3 Ha 7 Jam
01-05-2008 Libur
02-05-2008 Pendamping Mandor MHS 18 Orang 4 Ha 5 Jam
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis
Jumlah Karyawan yang Prestasi Kerja Lama Kegiatan
Diawasi (Orang) Karyawan (Satuan/HK) (Jam)
03-05-2008 Pendamping Mandor MHS 18 Orang 3.8 Ha 7 Jam
04-05-2008 Libur
05-05-2008 Pendamping Krani Transportasi 13 Orang 1345 Kg 7 Jam
06-05-2008 Pendamping Mandor MHS 16 Orang 3.2 Ha 7 Jam
07-05-2008 Pendamping Mandor MHS 15 Orang 2.9 Ha 7 Jam
08-05-2008 Pendamping Mandor MHS 17 Orang 3.7 Ha 7 Jam
09-05-2008 Pendamping Krani Buah 17 Orang 1250 Kg 5 Jam
10-05-2008 Pendamping Krani Transportasi 10 Orang 1003 Kg 7 Jam
11-05-2008 Libur
12-05-2008 Pendamping Mandor Inter Pump 16 Orang 12 Kap 7 Jam
13-05-2008 Pendamping Mandor Inter Pump 16 Orang 12 Kap 7 Jam
14-05-2008 Pendamping Mandor Inter Pump 15 Orang 12 Kap 7 Jam
15-05-2008 Pendamping Mandor Inter Pump 15 Orang 12 Kap 7 Jam
16-05-2008 Pendamping Mandor Inter Pump 14 Orang 12 Kap 5 Jam
17-05-2008 Pendamping Mandor Pupuk 21 Orang 600 Kg 7 Jam
18-05-2008 Libur
19-05-2008 Pendamping Mandor Pupuk 21 Orang 600 Kg 7 Jam
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis
Jumlah Karyawan yang Prestasi Kerja Lama Kegiatan
Diawasi (Orang) Karyawan (Satuan/HK) (Jam)
20-05-2008 Libur
21-05-2008 Pendamping Mandor Panen 17 Orang 1378 Kg 7 Jam
22-05-2008 Pendamping Mandor Panen 17 Orang 1270 Kg 7 Jam
23-05-2008 Pendamping Mandor Panen 14 Orang 996 Kg 5 Jam
24-05-2008 Pendamping Mandor Panen 16 Orang 1149 Kg 7 Jam
25-05-2008 Libur
26-05-2008 Pendamping Mandor Panen 17 Orang 1250 Kg 5 Jam
27-05-2008 Pendamping Mandor Panen 18 Orang 1433 Kg 7 Jam
28-05-2008 Pendamping Mandor Panen 18 Orang 1310 Kg 7 Jam
29-05-2008 Pendamping Mandor Panen 17 Orang 1232 Kg 7 Jam
30-05-2008 Pengumpulan Data Sekunder 5 Jam
31-05-2008 Pengumpulan Data Sekunder 7 Jam
01-06-2008 Libur
02-06-2008 Pengumpulan Data Sekunder 7 Jam
03-06-2008 Pendamping Mandor I 7 Orang 7 Jam
04-06-2008 Pendamping Mandor I 7 Orang 7 Jam
Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis
Jumlah Karyawan yang Prestasi Kerja Lama Kegiatan
Diawasi (Orang) Karyawan (Satuan/HK) (Jam)
05-06-2008 Sensus Pokok 7.5 Ha 7 Jam
06-06-2008 Sensus Pokok 7.5 Ha 5 Jam
07-06-2008 Pendamping Mandor I 7 Orang 7 Jam
08-06-2008 Libur
09-06-2008 Pendamping Asisten 7 Jam
10-06-2008 Pendamping Asisten 7 Jam
11-06-2008 Pendamping Asisten 7 Jam
12-06-2008 Sensus Buah 49 Titik Sensus 7 Jam
13-06-2008 Pengumpulan Data Sekunder 5 Jam
14-06-2008 Kunjungan Ke PKS 7 Jam
15-06-2008 Libur
16-06-2008 Presentasi 7 Jam
17-06-2008 Pulang Ke Bogor
Tabel Lampiran 2. Data Curah Hujan dan Hari Hujan di Gunung Kemasan Estate Tahun 2003--2008
Tahun Rata- Rata-
Bulan 2003 2004 2005 2006 2007 2008 rata rata
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH

Januari 251 15 314 18 223 11 222 17 40 6 55 8 199 13

Februari 392 19 292 17 227 12 310 23 157 10 163 14 222 14

Maret 321 16 209 16 324 17 162 11 111 8 192 10 238 14

April 239 14 128 9 289 17 177 13 125 10 138 12 181 12

Mei 364 20 180 9 252 12 117 12 351 13 83 7 230 13

Juni 147 8 92 4 112 7 319 17 303 14 283 13

Juli 87 4 221 12 180 10 26 3 228 11 171 10

Agustus 14 2 25 2 66 5 0 0 71 3 162 6

September 99 3 7 1 41 3 33 2 103 7 122 6

Oktober 127 7 0 0 132 11 0 0 106 6 161 9

Nopember 284 15 148 9 262 18 26 5 97 7 194 13

Desember 344 16 293 14 207 19 111 6 268 14 273 14


Jumlah 2667.4 139 1909 111 2315 142 1503 109 1960 109 631 51
Rata-rata 222.3 11.6 159.1 9.3 192.9 11.8 125.3 9.1 163.3 9.1 126.2 10.2
Keterangan: HH = Hari Hujan (hari)
CH = Curah Hujan (mm)

Catatan: Klasifikasi iklim berdasarkan Schmidth-


Fergusson
A (sangat basah): Q ≤ 14,3%
B (basah): 14,3% ≤ Q ≤
33,3%
C (agak basah): 33,3% ≤ Q ≤
60%
D (sedang): 60% ≤ Q ≤ 100%
E (agak kering): 100% ≤ Q ≤ 167%
F (kering): 167% ≤ Q ≤ 300%
G (sangat kering): 300% ≤ Q ≤ 700%
H (ekstrim kering): Q ≥ 700%

Penentuan
Ratarata
BK 1101313151 17
Q  Q:
nilai 100 % 100 % 100 %18,28 %
Ratarata BB 81112118981079 93

Dengan demikian tipe iklim di Gunung Kemasan Estate adalah B


(basah)
Keterangan: BK= Jumlah Bulan Kering (CH < 60
mm/bulan)
BB = Jumlah Bulan Basah (CH > 100
mm/bulan)
Sumber : Kantor Besar GKE (2008)
Tabel Lampiran 3. Luas Areal dan Tata Guna Lahan GKE dan Kebun Sepupu
LUAS AREAL (HA)
KELOMPOK AREAL TOTAL
GAE GKE LTE PTE

I AREAL YANG DITANAM


1. Tanaman Menghasilkan ( TM )
Tahun Tanam 1981 299 - - - 299
Tahun Tanam 1986 336 - - - 336
Tahun Tanam 1987 847 - - - 847
Tahun Tanam 1988 247 - - - 247
Tahun Tanam 1989 468 281 - - 749
Tahun Tanam 1990 417 698 - - 1.115
Tahun Tanam 1991 386 962 - - 1.348
Tahun Tanam 1992 - 245 448 - 693
Tahun Tanam 1993 - 201 120 - 321
Tahun Tanam 1994 27 - 816 - 843
Tahun Tanam 1995 - - 218 460 678
Tahun Tanam 1996 - 242 1.132 1.164 2.538
Tahun Tanam 1997 - - - 354 354
Tahun Tanam 1998 7 205 399 - 611
Tahun Tanam 2000 - 452 - - 452
Sub Total TM 3.034 3.286 3.133 1.978 11.431
2. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Tahun Tanam 2003 - - 73 110 183
Tahun Tanam 2005 - 108 51 393 552
Sub Total TBM - 108 124 503 735
Tanaman Baru (TB) - - - 100 100
Total Areal Ditanam (TM + TBM + TB) 3.034 3.394 3.257 2.581 12.266
Land Clearing (LC) - - - 592 592
Total Areal Ditanam + LC 3.034 3.394 3.257 3.172 12.857
4. Areal Belum Ditanam/Lainnya :
Bibitan - - - 20 20
Pabrik 33 - - - 33
Emplasmen/Bangunan 25 24 32 38 119
Jalan & Jembatan 113 125 118 84 440
Okupasi 23 - - - 23
Cadangan - - - 150 150
Areal tidak diusahakan - 183 71 24 278
Total Areal Belum Ditanam/Lainnya 194 332 221 316 1.063

TOTAL AREA STATEMENT 3.228 3.726 3.478 3.488 13.920

Jalan Acces Kebun Bibitan


Batas Kebun Emplasmen
Batas Divisi Pabrik

Sumber: Kantor Besar GKE (2008)


Tabel Lampiran 4. Pemberian Premi Kepada Mandor Pada Sistem Organisasi BHS Dol2
Jenis premi supervisi volume Perhitungan premi
125 % x Rupiah rata-rata
2 mandoran
premi mandor panen
Mandor I
150 % x Rupiah rata-rata
> = 3 mandoran
premi mandor panen
125 % x Rupiah rata-rata
< 15 Tenaga Kerja
premi tenaga panen
Mandor panen
150 % x Rupiah rata-rata
> 15 Tenaga Kerja
premi tenaga panen
Panen
110 % x Rupiah rata-rata
< 15 Tenaga Kerja
premi tenaga panen
Krani panen
125 % x Rupiah rata-rata
> 15 Tenaga Kerja
premi tenaga panen
100 % x rata-rata premi
< 6 kernet
krani panen
Krani transport
110 % x rata-rata premi
> 6 kernet
krani panen
Sumber : Kantor Besar GKE (2008)
Tabel Lampiran 5. Denda yang Ditetapkan di Gunung Kemasan Estate
Jenis Kesalahan Kernet Harvester Cutter- Cutter Carier
(Rp) (Rp) Carier (RP) (RP)
(RP)
buah mentah - 5 000/jjg 5 000/jjg 5 000/jjg -
Buah masak tidak - 5 000/jjg 5 000/jjg 5 000/jjg -
dipotong
Buah tinggal di - 5 000/jjg 5 000/jjg - 5 000/jjg
piringan

Brondolan tidak - 500/pkk 500/pkk 500/pkk -


dikutip di pokok
Brondolan tidak - 500/pkk - - -
dikutip di piringan
Brondolan tidak - 250 250 - -
dikutip di pasar
rintis
Brondolan tidak 1 000 / - - - -
dikutip di TPH TPH
Memotong buah - 750/pkk 750/pkk 750/pkk -
tidak sempurna
Buah tidak - 250/TPH 250/TPH - 250/TPH
diantrikan
Brondolan dalam 15 000 - - - -
karung tidak / krg
diangkut
Pelepah tidak - 1 000 1 000 1 000 -
disusun
Buah busuk - 500 500 - 500
Sumber : Kantor Besar GKE (2008)
Gambar Lampiran 1. Penempatan Pokok Sampel Angka Kerapatan Panen (AKP)

Jalan utama

Jalan
pengumpul

Utara

Jalur rumpukan 1 000 m

Rintis Tengah

300 m
Gambar Lampiran 2. Struktur Organisasi Tingkat Divisi Kebun GKE
2 . 1. STRUKTUR ORGANISASI

ESTATE MANAGER
Staff = 1

SENIOR ASISTEN
Staff = 1

ASISTEN KEPALA SEKSI


TRAKSI DIVISI (KASIE)
Staff = 1 Staf = 1

KEPALA - Anggota CE : MANDOR MANTRI MANTRI MANTRI MANTRI KANTOR MANTRI KEAMANAN
TUKANG SEMPROT HAMA SENSUS BUAH TANAMAN BESAR POLIKLINIK
SKU-B = 3 SKU -B = SKU-B = SKU-B = 1 SKU-B = 1 SKU-B = 13 SKU-B = 3
SKU-B = SKU-B = 3
- Team Semprot = 75 H SKU-H = 5 SKU-H = 6
- Pembukuan : 1 B
KEPALA - Mekanik : 5B / 1H KRANI - Kasir : 1B
MANDOR I
BENGKEL - Tk. Las/Ban : 1B DIVISI - Personalia : 1 B
- Operator SKU-B = 3 - Pjs Asst divisi : 1 B
SKU-B = 1 SKU = 3 B
Genset : 1B / 2H - K. Klg. = B - Adm.Tnmn :
- K. Pnn. = 10 H - Opr.Komp. : 2 B
MANDOR - Supir : 11B - Opr. Ratel : 1 H
TRANS. - Opr.A.Berat : 3 B - Tng. Guru : 6 B/ 3 H
- Umum : 1 B MANDOR MANDOR - Tk. Kebun : 1 H
SKU-B =
PANEN PERAWATAN - Perawatan : 63 H - Humas KKPA.: 1 B
SKU-B = 7 SKU-B = 11 - Pekerja tak langsung : 55 H
KRANI SKU-H = 12 SKU-H = -
TRAKSI - Tenaga Panen = 144 H - Kepala Gudang : 1B
GUDANG
- Krani Panen = 8 H - Krani Gudang : 1B
SKU-B = 1

Sumber : Kantor Besar GKE (2008)

Anda mungkin juga menyukai