Disusun oleh :
KELOMPOK 4
KELAS H
Kami mengucapkan puji syukur atas penyertaan Allah SWT yang telah
memberikan kenikmatan iman, islam, kesehatan dan kesabaran. Tak lupa pula shalawat
serta salam selalu kami limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Kami
yakin karena kehendak-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SOP
(Standard Operasional Prosedur) Budidaya Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)”
ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknologi Produksi Tanaman II. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan
untuk menambah pengetahuan mengenai standar operasional prosedur atau SOP
budidaya tanaman karet baik teori maupun penerapannya. Makalah ini dibuat
berdasarkan berbagai sumber yang didapatkan. Kami menyadari sepenuhnya masih
banyak kekurangan baik itu pengetahuan, pengalaman maupun kemampuan. Oleh
karena itu kami mengharapkan saran maupun kritik membangun yang bertujuan agar
hasil makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua.
Akhir kata kami berharap, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi
pembaca. Semoga Allah SWT akan senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta
taufik-Nya kepada kita semua. Amin.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
maupun pohon penghasil kayu (contohnya meranti dan tembesu) yang
sengaja ditanam atau tumbuh sendiri secara alami. Sebaliknya, perkebunan
besar dikelola dengan teknik budidaya yang lebih maju dan intensif dalam
bentuk perkebunan monokultur, yaitu hanya tanaman karet saja, untuk
memaksimalkan hasil kebun.
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Muell Arg
3
terdiri dari 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau, berpanjang
3,5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong-
oblong atau oblong-obovate, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi
atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan
lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001). Daun karet berwarna hijau. Apabila akan
rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Daun mulai rontok
apabila memasuki musim kemarau. Daun karet terdiri dari tangkai daun
utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama sekitar 3-20 cm.
Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm. Biasanya terdapat 3 anak daun
pada setiap helai daun karet. Anak daun karet berbentuk elips, memanjang
dengan ujung yang meruncing, tepinya rata dan tidak tajam (Marsono dan
Sigit, 2005).
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdapat dalam
malai payung yang jarang. Pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit.
Panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga betina berambut, ukurannya sedikit
lebih besar dari bunga jantan dan mengandung bakal buah yang beruang
tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah
tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun
menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan dan tersusun
lebih tinggi dari yang lain (Marsono dan Sigit, 2005). Bunga majemuk ini
terdapat pada ujung ranting yang berdaun. Tiap-tiap karangan bunga
bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh pada ujung cabang, sedangkan
bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah bunga
jantan jauh lebih banyak daripada bunga betina. Bunga berbentuk “lonceng”
berwarna kuning. Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga jantan.
Apabila bunga betina terbuka, putik dengan tiga tangkai putik akan tampak.
Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang
berwarna kuning. Bunga karet mempunyai bau dan warna yang menarik
dengan tepung sari dan putik yang agak lengket (Setyamidjaja, 1993).
4
sampai enam ruang. Garis tengah buah sekitar 3-5 cm. Bila telah masak,
maka buah akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan biji ini berhubungan
dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami yaitu biji terlontar
sampai jauh dan akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Marsono
dan Sigit, 2005). Tanaman karet dapat diperbanyak secara generatif (dengan
biji) dan vegetatif (okulasi). Biji yang akan dipakai untuk bibit, terutama
untuk penyediaan batang bagian bawah harus sungguh-sungguh baik
(Setyamidjaja, 1993).
2.1.3 Penyebaran
2.1.5 Manfaat
5
Sebagai tanaman penghasil getah karet untuk berbagai keperluan
industri.
Batangnya dapat dijadikan sebagai kayu bakar dan kayu olahan.
Menghasilkan biji karet yang dapat menghasilkan minyak untuk industri
serta dapat dijadikan bahan pangan dan keperluan lainnya.
Salah satu komoditi penghasil devisa negara.
Tempat persediaan lapangan kerja bagi penduduk.
Sumber penghasilan bagi petani karet
1. Tanah
- Tanah harus gembur
- Kedalaman antara 1-2 meter
- Tidak bercadas
- PH tanah 3,5 – 7,0
- Ketinggian tempat anatara 0 – 400 meter, paling baik pada
ketinggian 0 – 200 meter, setiap kenaikan 200 meter matang sedap
terlambat 6 bulan.
2. Iklim
6
2.3 Budidaya Tanaman Karet
Para petani karet di Indonesia saat ini masih banyak yang menggunakan
bibit karet cabutan, anakan liar, atau hasil semaian biji dari pohon karet alam yang
dibudidayakan sebelumnya. Meskipun demikian, bibit karet unggul sebenarnya
sudah dikenal luas oleh petani. Bibit karet unggul dihasilkan dengan teknik
okulasi antara batang atas dengan batang bawah yang tumbuh dari biji-biji karet
pilihan. Okulasi dilakukan untuk mendapatkan bibit karet berkualitas tinggi.
Batang atas dianjurkan berasal dari karet klon PB260, IRR118, RRIC100 dan
batang bawah dapat menggunakan bibit dari biji karet klon PB20, GT1, dan
RRIC100 yang diambil dari pohon berumur lebih dari 10 tahun.
Bahan dan alat yang digunakan untuk okulasi adalah:
• Pisau okulasi, plastik okulasi, meteran kain, penggaris, batu asah, spidol,
dan lap kain.
• Batang bawah yang memiliki payung dorman atau berdaun hijau tua dengan
lilit batang 5–7 cm pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah.
Proses okulasi mencakup tahap-tahap sebagai berikut:
a. Membuat jendela okulasi:
• Pilih batang bawah yang memiliki paying dorman dan bersihkan.
Pembuatan jendela okulasi (Delabarre, 1994)
• Buat jendela okulasi pada ketinggian 5–10 cm dari permukaan tanah dengan
cara membuat irisan tegak sepanjang 5–7 cm dan lebar sepertiga lilit batang.
7
di bagian dalam terdapat titik putih yang merupakan mata entres yang siap
ditempelkan.
c. Penempelan perisai mata okulasi:
• Tempelkan perisai mata okulasi dengan cepat setelah jendela okulasi
dibuka.
• Tutup jendela okulasi, tekan dengan tangan, lalu balut dengan plastik yang
sudah disiapkan.
• Pembalutan dimulai dari bawah bila bukaan jendela okulasi dari bawah,
sebaliknya dibalut dari atas bila bukaan jendela okulasi dari atas.
• Hasil okulasi berupa stum mata tidur yang kemudian ditanam di polybag
selama beberapa bulan. Setelah stum bertunas dan tumbuh hingga memiliki
1–2 payung (kira– kira 3–6 bulan), bibit karet tersebut bias dipindahkan ke
kebun.
(a) (b)
Gambar 2. (a) Pembuatan jendela okulasi, (b) Pembuatan perisai mata okulasi.
Sumber : Panduan Budidaya Karet untuk Petani Skala Kecil. Lembar
InformasiAgroFor Sulawesi (Agroforestry dan Forestry)
8
2. PERSIAPAN LAHAN
A. Pengolahan Lahan.
1. Penebangan dan pembakaran pohon yang ada pada lahan.
2. Penyacaran lahan dari rumput yang ada.
3. Pembajakan dengan traktor atau penggarpuan/pencangkulan
dilakukan 3 kali, dengan tenggang waktu 1 bula, setelah pembajakan ke
3 lahan dibiarkan 2 minggu baru digaru.
B. Pencegahan Erosi
1. Pembuatan teras, baik teras individu maupun teras bersambung di
sesuaikan dengan kemiringan lahan.
2. Pembuatan parit dan rorak, parit dibuat sejajar dengan lereng,saluran
drainase memotong lereng dan rorak dibuat diantara barisan.
3. Pengajiran, untuk menentukan letak tanaman dan meluruskan dalam
barisan dengan cara sebagai berikut :
- Tentukan arah Timur-Barat (TB) atau Utara-Selatan (US).
- Ukur pada TB jarak 6 meter atau 7 meter dan 3 meter dari arah
US.
9
4. Penanaman penutup tanah, kegunaaanya : melindungi tanah dari sinar
matahari langsung, erosi, menekan pertumbuhan gulma, dan sebagai
media hidup cacing.
3. PENANAMAN
1. Pembuatan lubang tanam dan pengajiran kedua.
2. Jarak tanam untuk tanah ringan 45X45X30 Cm, untuk tanah berat 60 X 60
X 40 Cm.
3. Lubang dibiarkan satu bulan atau lebih.
4. Jenis penutup tanah; Puecaria Javanica, Colopogonium moconoides dan
centrosema fubercens,penanaman dapat diatur atau ditugal setelah tanah
diolah dan di bersihkan, jumlah bibit yang ditanam 15 – 20 Kg/Ha dengan
perbandingan 1 : 5 : 4 antara Pueraria Javanoica : Colopoganium
moconoides dan cetrosema fubercens
5. Penanaman ; bibit ditanam pada lubang tanah yang telah dsiberi tanda dan
ditekan sehingga leher akan tetap sejajar dengan permukaan tanah, tanah
sekeliling bibit diinjak-injak sampai padat sehingga bibit tidak goyang,
untuk stump mata tidur mata menghadap ke sekatan atau di sesuaikan
dengan arah angin.
10
Gambar 5. Pertumbuhan tanaman karet < 3 tahun
Sumber : 2008. Teknologi Budidaya Karet. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknoloi Pertanian
4. PEMELIHARAAN
1. Penyulaman
Bibit yang baru ditanam selama tiga bulan pertama setelah tanam diamati
terus menerus.
Tanaman yang mati segera diganti.
Klon tanaman untuk penyulaman harus sama.
Penyulaman dilakukan sampai unsur 2 tahun.
Penyulaman setelah itu dapat berkurang atau terlambat pertumbuhannya.
2. Pemotongan Tunas Palsu
Tunas palsu dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 1 kali 2 minggu,
sedangkan tunas liar dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian 1,80
meter.
3. Merangsang Percabangan
11
Bila tanaman 2 – 3 tahun dengan tinggi 3,5 meter belum mempunyai
cabang perlu diadakan perangsangan dengan cara :
Dosis (gram/pohon)
Umur
Urea Rock MOP Kleresit
(Bulan) Pospat
(Rp)
Pupuk
dasar
- 200 - -
2–3
75 150 50 50
7–8
75 150 50 50
12
100 175 62 50
18
100 175 62 50
24
250 400 150 100
36
275 400 200 100
48
300 400 200 100
Cat : Jenis Pupuk dapat diganti asalkan kandungan unsur haranya setara.
12
5. Pemeliharaan Penutupan Tanah
6. Tumpangsari/Tanaman sela/intercroping
13
- Topografi tanah maksimum 11 (8%)
- Pengusahaan tanaman sela diantara umur tanaman karet 0 – 2 tahun.
- Jarak tanam karet sistem larikan 7 X 3 meter atu 6 X 4 meter.
- Tanaman sela harus di pupuk.
- Setelah tanaman sela dipanen segera diusahakan tanaman penutup
tanah.
(a) (b)
Gambar 7. (a) karet ditanam campur dengan kacang tanah, (b) karet ditanam campur
dengan padi gogo
Terdapat beberapa hama dan penyakit yang sering ditemukan pada tanaman karet
yang dapat menurunkan produktivitas tanaman karet sendiri.
Hama
a. Rayap
Rayap yang biasa menyerang tanaman karet adalah Microtermes
inspiratus dan Captotermes curvignathus. Gejala yang ditimbulkan berupa
rusaknya bagian ujung stum atau tanaman karet muda. Di bagian ini juga
terlihat bekas gerekan. Bagian dalam batang terdapat lubang besar dari ujung
stum sampai akar. Akar tanaman terputus-putus, bahkan tidak ada lagi ujung
akar.
Pengendalian dan pencegahan serangan rayap dilakukan dengan cara
kultur teknis, mekanis, dan kimia. Secara kultur teknis, rayap dapat
dikendalikan dengan membersihkan kebun dari tunggul dan sisa-sisa akar.
14
Secara mekanis, rayap dapat dikendalikan dengan dipancing atau diumpan
keluar dari stum. Umpan yang sering digunakan, yaitu sungkai dan ubi kayu.
Secara kimia, rayap dapat dikendalikan menggunakan Furadan, Agrolene, atau
Lindamul.
b. Uret tanah
Beberapa jenis uret yang biasa menyerang pertanaman karet, yaitu
Helatrichia serrate, Helotrichia rufoflava, Leucopholis sp., Exopholis sp., dan
Lepidiota sp. Tanaman yang terserang hama ini akan menjadi layu dan
berwarna kuning daun-daunnya atau bahkan mati. Pengendaliannya dengan
penyemprotan Endosulfan 0,1%, Furadan 3 gram, Diazon 10 gram atau
Basudin 10 gram disekitar batang.
15
dengan sanitasi lingkungan, memasang jaring, perangkap, memberi pagar dan
parit di areal kebun, pemberian umpan beracun.
Penyakit
a. Penyakit jamur upas
Penyebab penyakit ini adalah Corticium salmonicolor . Bagian tanaman
yang terserang akan mengeluarkan cairan lateks berwarna cokelat kehitaman
yang meleleh di permukaan batang tanaman. Lama-kelamaan kulit tanaman
yang terserang akan membusuk dan berubah menjadi warna hitam, mengering,
dan terkelupas. Pengendalian dapat dilakukan melalui cara mengoleskan
fungisida Fylomac, Calixin, Dowco, atau bubur Bordo pada bagian yang
terkena serangan
16
membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga kekuning-kuningan pada
pangkal akar. Pada serangan berat akar tanaman menjadi busuk dan tanaman
akan tumbang dan mati. Penyakit ini bisa menular pada tanaman yang sehat di
sekitarnya melalui kontak akar. Pencegahannya dengan pembongkaran atau
pemusnahan tunggul akar tanaman, dengan menanam tanaman antagonis
seperti lidah mertua, kunyit, lengkuas dan lain-lain, penanaman bibit sehat,
taburi belerang pada tempat rawan penyakit ini sebanyak 100-200 gr/pohon
selebar 100 cm, yang kemudian dibuat alur agar belerang masuk kedalam
perakaran. Pemberian belerang ini diberikan setiap tahun sekali sampai dengan
tanaman berumur lima tahun.
(a) (
b
(b)
(c)
(a) (b)
Gambar 8. (a) Tanaman karet yang daunnya pucat kuning dan melipat ke dalam, (b)
Akar tanaman yang terkena JAP
Sumber : Panduan Budidaya Karet untuk Petani Skala Kecil. Lembar
InformasiAgroFor Sulawesi (Agroforestry dan Forestry)
17
1. Penentuan matang sadap dan peralatan penyadap
Penyadapan merupakan Suatu tindakan membuka pembuluh lateks agar lateks
yang terdapat di dalam tanaman karet keluar. Syarat penyadapan yang baik
dalam penyadapan karet adalah dengan melakukan 3 cara, yaitu:
1. Menghasilkan lateks banyak
2. Biayanya rendah
3. Tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman.
Selain syarat dalam penyadapan yang baik, dalam penyadapan karet juga
mempunyai tahapan penyadapan yang sesuai aturan, antara lain:
a. Menentukan matang sadap
Standar Lilit Batang Umur (bln) : 12 18 24 30 60
Lilit Batang (Cm) : 10.58 14.35 18.55 23.05 45.25
Umur (bln) : 36 42 48 54
Lilit Batang (Cm) : 27.69 32.34 36.88 38.35
18
2. Matang Sadap Kebun
Apabila pada kebun, jumlah tanaman matang sadap sudah mencapai >60%.
Misalkan, jarak tanam: 6x3 m (555 pohon/ha), maka pohon matang sadapnya
sudah mencapai 333 pohon/ha. Hal ini didasarkan pada produksi yang
dihasilkan secara ekonomis cukup menguntungkan untuk memproduksi
sejumlah pohon tersebut.
Alat yang biasanya digunakan dalam proses penyadapan tanaman karet adalah
19
1. Dilakukan pada pohon dan kebun yang sudah matang sadap
2. Ditetapkan berdasarkan:
a. Tinggi bukaan sadap
b. Arah dan sudut kemiringan irisan sadap
c. Panjang irisan sadap
d. Letak bidang sadap
3. Penggambaran bidang sadap:
a. Tanaman okulasi 130 cm dpo
b. Tanaman seedling 100 cm
c. Arah: dari kiri atas ke kanan bawah Alasannya:
d. Pembuluh lateks posisinya dari kanan atas ke kiri bawah membentuk sudut
3.7° dengan bidang datar.
4. Sudut kemiringan sadap
a. Bidang sadap bawah: 30°-40° terhadap bidang datar.
b. Bidang sadap atas: 45°. 30°-40°
20
1) Setelah penggambaran bidang sadap
3) Mangkuk sadap diletakkan di atas cincin mangkuk dan diikat dengan tali ke
batang.
2. Pelaksanaan penyadapan
Kedalaman Irisan Sadap dianjurkan 1-1.5 mm dari kambium
Dasar pemikiran:
1. Di dalam kulit batang terdapat pembuluh lateks, semakin ke dalam semakin
banyak
2. Jangan sampai terjadi kerusakan kambium agar kulit pulihan dapat
terbentuk dengan baik
3. Lamanya penyadapan 25-30 tahun.
Lingkaran Saluran Lateks yang Terpotong
Kedalaman irisan sadap dari:
kambium (mm) : 2.0 1.5 1.0 0.5
Saluran Latex yg Terpotong : 38 48 62 80
Ketebalan Irisan Sadap Dianjurkan ketebalan sadap sekitar 1.5-2.0 mm
setiap penyadapan.
21
Pada sadapan berkala atau secara periodik, lamanya penyadapan ditandai
dengan bilangan yang dibagi sedangkan lamanya putaran atau rotasi sampai
kulit kembali ditandai dengan bilangan pembagi. Pada sadapan yang berpindah
tempat, kulit batang disadap pada dua bidang sadap yang berbeda dengan cara
bergantia menurut selang waktu tertentu. Tanda dari site mini adalah
perkaliann dua faktor yang ditulis diantara tanda kurung.kedua faktor itu
adalah jumlah bidang sadap yang terpakai dengan nilai bagi dari lamanya
penyadapan. Sedangkan angka pembaginya adalah lamanya rotasi sadapan.
Intensitas ditentukan oleh panjang irisan dan frekuensi penyadapan. Pohon
yang baru disadap biasanya intensitas sadapnya sebesar 67% dan baru bisa
mencapai 100% pada tahun ketiga.
(a)
(d) (c)
Gambar 9.(a) Menyadap Karet, (b) Getah Karet Hasil Sadapan, (c) Slab Karet
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam
industri otomotif. Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari benua Amerika dan saat
ini menyebar luas ke seluruh dunia. Karet dikenal di Indonesia sejak masa
kolonial Belanda, dan merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
memberikan sumbangan besar bagi perekonomian Indonesia.
Peningkatan produksi karet dapat dilakukan dengan penerapan teknologi
budidaya yang dianjurkan dan sudah sesuai dengan standar operaisonal prosedur,
mulai dari pemilihan bibit, penanganan bibit, persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan, panen dan pasca panen.
3.2 Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, K. 2006. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Makalah pada pelatihan
“Tekno Ekonomi Agribisnis Karet”, Tanggal 18 Mei 2006 di Jakarta. PT. FABA
Indonesia Konsultan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26966/4/Chapter%20II.pdf diakses
pada Selasa, 14 Oktober 2014 pukul 23:00 WIB
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr301087.pdf diakses pada Selasa, 14
Oktober 2014 pukul 23:00 WIB
http://cybex.deptan.go.id/lokalita/syarat-penyadapan-tanaman-karet-yang-baik (diakses
pada tanggal 14 Oktober 2014, pukul 11.00)
Kiswanto, Purwanta, J.H dan Wijayanto,B. 2008. Teknologi Budidaya Karet. Bogor :
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian dan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Novia, dkk. 2009. Pemanfaatan Biji Karet Sebagai Semi Drying Oil dengan Metode
Ekstraksi Menggunakan Pelarut N-Heksana. Jurnal Teknik Kimia. No.4 Vol. 16
Rosyid, M.J. 2006. Teknis Budidaya karet Bagi Pengembangan Wilayah Pasang Surut
di Kalimantan Tengah. Sembawa : Balai Penelitian Karet.
Suwarto & Octavianty, Yuke. 2010. Budi daya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan.
Jakarta: Penebar Swadaya
Swadaya, Niaga. Karet.
http://books.google.co.id/books?id=B7sk0upj3WoC&pg=PA172&lpg=PA172&
dq=penetuan+matang+sadap+pada+karet&source=bl&ots=cOd1TnEh&sig=cUF
ZvPnYtM3YE0EXRrMsYwwL_Oc&hl=id&sa=X&ei=KKI8VLiyMdiXuATuk4
LQBw&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
24