Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KESUBURAN, PEMUPUKAN, DAN KESEHATAN

TANAH
ACARA II
UJI CEPAT TANAH DAN PUPUK

Disusun oleh :
Nama : Sri Devi Miranty (12329)
Okvita Musdalifah (12465)
Hanifah Lutfia (12344)
Ferli Madawvossi (12472)
Rizvy Maryam A (12365)
Gol. / Kelompok : A3 Siang / 3
Asisten : Nadia Ayu Pitaloka



LABORATORIUM KIMIA TANAH DAN KESUBURAN TANAH
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013

ABSTRAKSI
Praktikum Kesuburan, Pemupukan dan Kesehatan Tanah Acara II yang berjudul Uji cepat tanah dan
Pupuk dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,
Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan praktikum ini
adalah mengetahui fungsi dan cara kerja dari Perangkat Uji Tanah Sawah dan Perangkat Uji Tanah
Kering, mengetahui kandungan N, P, K, bahan organik dan pH dari sampel tanah, serta mengetahui
rekomendasi yang sesuai terhadap tanah yang diuji. Alat yang digunakan adalah alat tulis, kamera,
Perangkat Uji tanah Sawah (PUTS), dan perangkat Uji tanah Kering (PUTK). Bahan yang digunakan
adalah tanah Inceptisol, tanah Alfisol, tanah Imogiri, dan tanah Pogung. Pengujian ini dilakukan dengan
menguji tanah sampel yang telah disediakan dengan Perangkat Uji Tanah Kering untuk tanah Inceptisol
dan tanah Alfisol, sedangkan dengan Perangkat uji tanah Sawah untuk tanah Imogiri dan tanah Pogung.
Dari hasil pengamatan diperoleh pada tanah kering Inseptisol kadar hara P sangat tinggi, kadar hara K
sedang, kadar pH tanah agak masam (pH 5-6) dan kadar C-organik tanah agak masam. Pada tanah
kering Alfisol kadar hara P sangat tinggi, kadar hara K rendah, kadar pH tanah agak masam (pH 5-6)
dan kadar C-organik tanah agak masam. Pada tanah sawah Pogung kadar hara N sangat tinggi, kadar
hara P sedang, kadar hara K sedang dan kadar pH tanah agak masam (pH 5-6). Pada tanah sawah
Imogiri kadar hara N sangat tinggi, kadar hara P rendah, kadar hara K sedang dan kadar pH tanah
agak masam (pH 5-6). Rekomendasi untuk tanah kering Inseptisol adalah pupuk SP- 36 50 kg/ha, pupuk
KCl 50kg/ha + 5 ton/ha jerami, sistem drainase konvensional, pupuk N dalam bentuk urea dan C-organik
2 ton/ha. Rekomendasi untuk tanah kering Alfisol adalah pupuk SP- 36 250 kg/ha untuk jagung sedang
untuk kedelai dan pagi gogo diperlukan 200 kg/ha, pupuk KCl 75kg/ha, sistem drainase konvensional,
pupuk N dalam bentuk urea dan C-organik 2 ton/ha. Rekomendasi untuk tanah sawah Pogung adalah
pupuk Urea 200 kg/ha, pupuk SP- 36 75 kg/ha, pupuk KCl 50kg/ha + 5 ton/ha jerami, sistem drainase
konvensional dan pupuk N dalam bentuk urea. Rekomendasi untuk tanah sawah Imogiri adalah pupuk
Urea 200 kg/ha, pupuk SP- 36 50 kg/ha, pupuk KCl 50kg/ha + 5 ton/ha jerami, sistem drainase
konvensional dan pupuk N dalam bentuk urea.











I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan media tanam yang paling utama dalam kegiatan pertanian. Karena
itu, perlu diketahui berbagai macam sifat fisika dan kimia tanah, terutama kandungan hara
yang terdapat dalam tanah tersebut. Untuk dapat mengetahui secara cepat kandungan hara
di dalam tanah, dapat digunakan seperangkat alat pengujian tanah.
Perangkat uji tanah dapat menguji secara cepat kandungan hara seperti N, P, K dan
juga kandungan bahan organic maupun pH dari tanah yang diuji. Perangkat uji tanah ini
dapat menguji jenis tanah kering dan juga tanah sawah secara cepat di lapangan. Hasil dari
pengujian tanah ini dapat memberikan gambaran kasar terhadap kondisi tanah yang diuji.
Selain itu perangkat uji tanah juga dapat memberikan rekomendasi perlakuan yang tepat
untuk membuat tanah yang diuji memjadi lebih subur. Oleh karena itu, penting
mengetahui cara penggunaan dan juga perinsip kerja dari perangkat pengujian tanah, baik
tanah kering maupun tanah sawah.
B. Tujuan
1. Mengetahui fungsi dan cara kerja dari Perangkat Uji Tanah Sawah dan Perangkat Uji
Tanah Kering.
2. Melakukan pengujian tanah untuk mencari kandungan N, P, K, bahan organik dan pH
dari sampel tanah.
3. Mengetahui rekomendasi yang sesuai terhadap tanah yang diuji.







II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan komponen hidup dari lingkungan yang penting yang dapat
dimanipulasi untuk mempengaruhi penampilan tanaman (Setyati, 2002). Tanah mendukung
pertumbuhan tanaman dengan menyediakan media tumbuh bagi perakarannya, serta
memberikan berbagai unsure hara dan air yang diperlukan tanaman dalam proses
metabolismenya. Produktivitas lahan merupakan hasil dari kemampuan lahan (termasuk
kesuburan tanah, lereng, kelembaban, suhu dan lainnya) untuk menampung dan menyediakan
kondisi lingkungan terbaik yang dibutuhkan fungsi-fungsi perakaran tanaman (Johnson et.
al., 2000).
Setiap jenis tanah dengan kelas tekstur yang berbeda nyata akan mempunyai distribusi
ukuran pori yang berbeda dan akan berpengaruh terhadap karakteristik atau perilaku
kelembaban tanah yang berbeda. Begitu juga tanah yang bertekstur sama apabila berbeda
strukturnya akan memiliki karakter kelembaban tanah yang berbeda pula. Tanah berstruktur
berbeda punya distribusi ukuran pori berbeda (Murtilaksono dan Wahyuni, 2004). Kualitas
tanah mempunyai arti yang sangat penting dalam produksi pertanian. Kesuburan tanah dapat
diartikan sebagai kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara, air dan oksigen bagi
tanaman atau kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman (Aune, 2006).
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman dalam hal ini termasuk
bahan pembenah tanah (soil conditioner) (Artiola, 2004). Rekomendasi pemupukan
merupakan salah satu komponen yang mendukung keberhasilan peningkatan produktivitas
padi (Badan Litbang Pertanian. 2007). Salah satu rekomendasi pemupukan yang telah
dideseminasikan adalah pemupukan dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) untuk
pupuk N, dan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) untuk pupuk P dan K (Purwani, J dan
Rasti, 2009).
Penelitian uji tanah ditujukan untuk menentukan pemupukan N, P, dan K yang akurat
dan efisien, sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman. Dari penelitian
ini, Balittanah berhasil membuat alat untuk menganalisis dengan cepat dan akurat, yaitu (1)
status hara N, P, K, dan pH tanah lahan sawah di lapangan, yang dinamakan Perangkat Uji
Tanah Sawah (PUTS), (2) status hara P, K, C-organik, pH tanah, dan kebutuhan kapur lahan
kering di lapangan, yang dinamakan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK), (3) analisis kadar
hara N, P, dan K dalam pupuk padat, yang dinamakan Perangkat Uji Pupuk (PUP)
(Nursyamsi, 2008).
Pembuatan rekomendasi pemupukan khusus untuk beraneka jenis tanah dan tanaman
tidaklah mudah. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jenis dan
jumlah pupuk yang digunakanpada sebidang lahan bagi tanaman tertentu (Tisdale et al.
1990). Pemilihan cara pemupukan yang baik, tergantung pada berbagai faktor, diantaranya
jenis tanah, kadar lengas, daya semat tanah terhadap berbagai hara, pengolahan, macam
tanaman, system perakaran tanaman, kemampuan tanaman mengekstraksi hara dalam tanah,
dan macam pupuk yang digunakan (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Untuk tanah inceptisol pembanding digunakan pupuk N, P, dan K tunggal yang dosis
pupuk P dan K-nya ditentukan berdasarkan uji tanah menggunakan Perangkat Uji Tanah
Kering (PUTK) dari Balai Penelitian Tanah. Berdasarkan PUTK takaran pupuk rekomendasi
yang digunakan adalah 300 kg urea ha-1, 50 kg SP 36 ha-1, dan 100 kg KCl/ha. Selain pupuk
majemuk NPK, semua perlakuan diberi pupuk kandang 2 ton ha-1 dan kaptan 1,5 ton/ha
(Turekhih, E. dan I. A. Sipahutar, 2010).





















III. METODOLOGI
Praktikum Kesuburan, Pemupukan dan Kesehatan Tanah Acara II dengan judul Uji
Cepat Tanah dan Pupuk dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Oktober 2013 di Laboratorium
Kimia dan Kesuburan Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Alat yang digunakan adalah alat tulis, kamera, Perangkat Uji tanah Sawah
(PUTS), dan perangkat Uji tanah Kering (PUTK). Bahan yang digunakan adalah tanah
Inceptisol, tanah Alfisol, tanah Imogiri, dan tanah Pogung.
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah menguji tanah yang telah
disediakan dengan Perangkat Uji Tanah Kering untuk tanah Inceptisol dan tanah Alfisol,
sedangkan dengan Perangkat uji tanah Sawah untuk tanah Imogiri dan tanah Pogung. Untuk
Perangkat Uji Tanah Kering dilakukan pengujian P, K, pH dan C-Organik sedangkan untuk
Perangkat Uji Tanah Sawah dilakukan pengujian N, P, K dan pH. Pengujian secara teknis
dilakukan berdasarkan tata cara yang sudah tersedia di dalam buku petunjuk yang sudah
berada pada perangkat uji, baik Perangkat Uji Tanah Kering maupun Perangkat Uji Tanah
Sawah dengan pengamatan yang intensif sehingga dapat ditentukan rekomendasi perlakuan
bagi tanah yang diuji (tanah Inseptisol, tanah Alfisol, tanah Pogung dan tanah Imogiri).












IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK)
Tabel 1 Hasil uji cepat tanah dengan Perangkat Uji Tanah Kering
2. Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)
Tabel 2 Hasil uji cepat tanah dengan Perangkat Uji Tanah Sawah



No Jenis tanah Uji Hasil Rekomendasi
1 Inseptisol P Sangat tinggi 50 kg SP-36/ ha
K Sedang 50 kg Kcl/ha- Kcl+Jerami 5 ton/ha
pH Agak masam Sistem drainase konvensional, pupuk N
dalam bentuk Urea
C-org Agak masam 2 ton/ha
2 Alfisol P Sangat tinggi Untuk Jagung 250 Kg/ha SP-36 dan untuk
kedelai dan padi gogo 200 Kg/ha SP-36
K Rendah Untuk jagung,kedelai,dan padi gogo 75
kg/ha
pH Agak masam Sistem drainase konvensional, pupuk N
dalam bentuk Urea
C-org 2 ton/ha
No
Lokasi Tanah
sawah
Uji Hasil Rekomendasi
1 Pogung N Sangat tinggi 200 kg urea/ha
P Sedang 75 kg SP-36/ha
K Sedang KCl (50 kg/ha) ; KCl+jerami (50 t
jerami/ha)
pH Agak masam Sistem drainase konvensional, pupuk N
dalam bentuk Urea
2 Imogiri N Sangat tinggi 200 kg/ha
P Rendah 50 kg SP-36/ha
K Sedang KCl (50 kg/ha) ; KCl+jerami (5t jerami/ha)
pH Agak masam Sistem drainase konvensional, pupuk N
dalam bentuk Urea
B. Pembahasan
Kebutuhan unsur hara didalam tanah menjadi salah satu faktor yang penting untuk
pertumbuhan tanaman. Kebutuhan hara makro/mikro yang cukup akan membantu
peningkatan hasil produksi tanaman. Pemupukan berimbang tidak harus memberikan semua
unsur makro/mikro yang dibutuhkan, tetapi memberikan unsur yang jumlahnya tidak cukup
tersedia untuk tanaman. Penerapan pemupukan berimbang berdasar uji tanah memerlukan
data analisa tanah. Perolehan data tersebut dapat diketahui dengan perangkat uji tanah cepat.
Penggunaan perangkat uji tanah dapat memberikan data langsung dilapangan beserta
rekomendasi jumlah pupuk yang dibutuhkan.
Teknik uji cepat adalah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan
analisis kualitatif secara langsung di lapangan dengan cepat, tepat dan akurat. Ion-ion dapat
diidentifikasi berdasarkan sifat fisika dan kimianya. Beberapa metode analisis kualitatif
modern menggunakan sifat fisika seperti warna dan pembentukan endapan untuk
mengidentifikasi ion pada tingkat konsentrasi tertentu. Namun demikian dapat juga
menggunakan sifat fisika dan kimia untuk mengembangkan suatu metode analisis kualitatif
menggunakan alat-alat yang sederhana yang dapat dilakukan untuk menjadi dasar metode uji
cepat tanah.
Perangkat uji cepat tanah terdiri dari Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), Perangkat
Uji Tanah Kering (PUTK) dan Perangkat Uji Pupuk (PUP). PUTS bekerja dengan cara
mengukur hara N, P, dan K yang terdapat di dalam tanah. PUTK ini digunakan untuk
mengukur kadar P, K, C-Organik, pH, dan kebutuhan kapur dalam tanah. Sedangkan PUP
merupakan perangkat yang digunakan untuk mengukur kadar N,P, dan K pada pupuk. Ketiga
jenis perangkat uji tersebut bekerja secara semi kuantitatif dengan metode kolorimetri atau
pewarnaan yang dibandingkan dengan bagan standar warna untuk mengetahui rekomendasi
pemupukan yang dibutuhkan.
Satu unit PUTK, PUTS dan PUP terdiri dari satu paket bahan kimia dan alat untuk
penetapan hara tanah sesuai kategori perangkat ; bagan warna hara yang diuji ; buku petunjuk
penggunaan serta rekomendasi pemupukan. Ketiga perangkat uji tersebut dibedakana hanya
bedasarkan unsur hara yang diujikan. Perangkat bahan kimia telah disediakan berdasarkan
pengujian yang ingin dilakuakan sehingga mudah dilakukan oleh semua kalangan termasuk
petani. Pengujian dengan perangkat ini masih bernilai semi kualitatif dan ahnay dapat
digunakan untuk teknik dilapangan, karena nilai valid kandungan unsur hara dapat dilakukan
secara laboratorium. Buku petunjuk yang ada didalam setiap perangkat berisi petunjuk
pemakaaian dan rekomendasi jumlah pupuk yang digunakan untuk jenis tanaman tertentu,
terutama padi, jagung dan kedelai.
Prinsip kerja PUTK adalah mengukur hara P, dan K tanah yang terdapat dalam
bentuk tersedia secara semi kuantitatif. Penetapan P dan pH dengan metode
kolorimetri (pewarnaan). Hasil analisis P dan K tanah selanjutnya digunakan sebagai
dasar penentuan rekomendasi pemupukan P dan K spesifik lokasi untuk tanaman
jagung, kedelai dan padi gogo.
Prinsip kerja PUTS ini adalah mengukur kadar hara N, P, dan K tanah dalam
bentuk tersedia, yaitu hara yang larut dan atau terikat lemah dalam kompleks jerapan
koloid tanah. Kadar atau status hara N, P, dan K dalam tanah ditentukan dengan cara
mengekstrak dan mengukur hara tersedia di dalam tanah. Oleh karena itu, Pereaksi
atau bahan kimia yang digunakan dalam alat uji tanah ini terdiri atas larutan
pengekstrak dan pembangkit warna. Bentuk hara yang diekstrak dengan PUTS untuk
nitrogen adalah NO3-N dan NH4-N, untuk fosfat adalah orthophosphate (PO4
3-
,
HPO4
+
, dan H2PO4-) dan kalium adalah K
+
. Pengukuran kadar hara dilakukan secara
semi kuantitatif dengan metode kolorimetri (pewarnaan). Hasil analisis N, P,dan K
tanah ini selanjutnya digunakan sebagai kriteria penentuan rekomendasi pemupukan
N, P, dan K spesifik lokasi untuk tanaman padi sawah dengan produktivitas setara IR-
64. Prinsip kerja PUP adalah mengukur kadar hara nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium
(K) dalam pupuk secara semi kuantitatif dengan metode kolorimetri (pewarnaan) dan
pembentukan endapan.
A. Nitrogen
Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai NO
3
-
dan NH
4
+
kemudian dimasukkan
ke dalam semua gas amino dan Protein. Ada juga bentuk pokok nitrogen dalam
tanah mineral, yaitu nitrogen organik, bergabung dengan humus tanah ; nitrogen
amonium dapat diikat oleh mineral lempung tertentu, dan amonium anorganik
dapat larut dan senyawa nitrat.
Nitrogen yang tersedia tidak dapat langsung digunakan, tetapi harus mengalami
berbagai proses terlebih dahulu. Pada tanah yang immobilitasnya rendah nitrogen
yang ditambahkan akan bereaksi dengan pH tanah yang mempengaruhi proses
nitrogen. Begitu pula dengan proses denitrifikasi yang pada proses ini ketersediaan
nitrogen tergantung dari mikroba tanah yang pada umumnya lebih menyukai
senyawa dalam bentuk ion amonium daripada ion nitrat. Nitrogen banyak didapat
dari udara. Udara merupakan sumber nitrogen paling besar yang dalam proses
pemanfaatannya oleh tanaman melalui perubahan terlebih dahulu, dalam bentuk
amonia dan nitrat yang sampai ketanah melalui air hujan, atau yang di ikat oleh
bakteri pengikat nitrogen.
Adapun fungsi daripada unsur nitrogen pada tanaman adalah (1) meningkatkan
pertumbuhan tanaman, (2)meningkatkan kadar protein dalam tanah, (3)
meningkatkan tanaman penghasil dedaunan seperti sayuran dan rerumputan ternak,
(4)meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah, (5) berfungsi
untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman. Ciri-ciri tanaman yang
kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau
kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan
mati, jaringan tanaman mengering dan mati, buah kerdil, kecil dan cepat masak
lalu rontok.
Selain daripada ciri tanaman kekurangan nitrogen, kelebihan nitrogen juga dapat
berdampak negatif pada tanaman, yaitu:
Menghasilkan tunas muda yang lembek / lemah dan vegetatif
Kurang menghasilkan biji dan biji-bijian
Menperlambat pemasakan / penuaan buah dan biji-bijian
Mengasamkan reaksi tanah, menurunkan PH tanah, dan merugikan tanaman,
sebab akan mengikat unsur hara lain, sehingga akan sulit diserap tanaman.
Pemupukan jadi kurang efektif dan tidak efisien.
Pupuk anorganik yang mengandung unsur N yang tinggi adalah Urea, ZA,
Amonium Sulfat.
Unsur N mudah bergerak (mobile) dan berubah bentuk menjadi gas dan unsur
lain serta hilang melalui penguapan (volatilisasi) dan pencucian (leaching). Oleh
karena itu, dalam aplikasinya di lapangan, efisiensi pupuk N hanya sekitar 30- 40%
dari jumlah pupuk yang diberikan. Rendahnya efisiensi pupuk N dapat diatasi
dengan:
a. Membagi pupuk (split application) menjadi 2-3 kali pemberian pada saat
pertumbuhan tanaman optimal, yaitu setelah tanam, pembentukan anakan
maksimal, dan menjelang berbunga;
b. Membenamkan urea ke dalam lapisan reduksi di dalam tanah (10-15 cm);
penggunaan urea briket atau urea granul yang dibenamkan dapat meningkatkan
efisiensi pupuk N hingga 20-30%;
c. Menggunakan pupuk N yang dilapisi belerang atau silika (silica coated
urea/SiCU)
d. Menggunakan penghambat nitrifikasi dan urease inhibitor, seperti
dicyandiamide.Dari keempat cara di atas, yang paling banyak diaplikasikan dan
mudah diterapkan adalah cara pertama.
Untuk meningkatkan ketelitian rekomendasi N dengan PUTS dapat digunakan
bagan warna daun (BWD) yang dikembangkan olehInternational Rice Research
Institute (IRRI) dan Balai Penelitian Tanaman Padi. BWD digunakan untuk
memantau kebutuhan N tanaman padi secara periodik selama masa
pertumbuhannya.
B. Phospor
Phospor merupakan unsur macro yang dibutuhkan tanaman untuk menyusun
protoplasma dan intisel. Unsur ini oleh tanaman diserap dalam bentuk H2PO4
dan HPO4 . Fungsi utama dari unsur ini adalah mempercepat pertubuhan akar
semia, mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi
dewasa, mempercepat pembungaan dan pemasakan biji serta meningkatkan
produksi biji.
Adapun pentingnya unsur P bagi tanaman adalah :
Sebagai senyawa utama untuk membentuk Atp dan ADP, yaitu senyawa yang
dihasilkan pada proses respirasi siklus Krebs. Sehingga tanaman dapat melakukan
segala aktifitasnya.
Membentuk DNA dan RNA untuk pembentukan intisel.
Membentuk senyawa Fosfolipid yang berfungsi dalam mengatur keluar
masuknya zat-zat makanan dalam sel.
Fosfor di dalam tanah tidak mudah bergerak (immobile) dan sebagian besar
terikat atau terfiksasi oleh oksida, mineral liat, dan bahan organik. Karena tidak
mudah bergerak, keberadaan hara P mudah dideteksi di dalam tanah. Hal ini sesuai
dengan hasil pengujian nilai kesesuaian pengekstrak P dengan PUTS yaitu 90%.
Perangkat Uji Tanah Sawah V.01.16 Ketersediaan hara P di dalam tanah sangat
rendah karena:
Jumlah P-tanah sedikit,
Sebagian besar P terdapat dalam bentuk yang tidak dapat diambil tanaman
P terikat oleh Al dan Fe dalam bentuk Al-P dan Fe-P pada tanah masam serta
dalam bentuk Ca-P pada tanah alkalin. Pada pH masam, P dalam tanah akan segera
terikat oleh Fe dan Al sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Begitu pula bila P
diberikan pada tanah alkalin akan diikat oleh Ca dan CaCO3 sebagai Ca-P yang
tidak larut. Namun demikian, pada kondisi tanah sawah, pH tanah yang semula
masam atau alkalin akan berubah menuju pH netral (6-7). Pada pH netral, bentuk P
tanah terdapat dalam kondisi yang paling mudah diserap tanaman.
C. Kalium
Kalium merupakan unsur utama yang dibutuhkan tanaman. Sangat penting
peranannya dalam pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan
bagian kayu, meningkatkan kualitas biji atau buah. Unsur Kalium diserap tanaman
dalam bentuk ion K+. Dalam beberapa sumber dijelaskan, bahwa peranan K yang
penting dalam tanaman diantaranya sebagai elemen penting yang bersifat
higroskopis (muddah menyerap dan menahan air). Unsur K biasanya terdapat pada
stomata daun. Dengan sifatnya yang higroskopis tersebut, Kalium mampu
membuat persediaan air yang ada dan dibutuhkan dalam proses transpirasi,
fotosintesis, absorpsi, maupun transportasi unsur hara dalam tanaman tersebut
menjadi optimal.
Sumber-sumber Kalium adalah :
1. Beberapa jenis mineral.
2. Sisa-sisa tanaman dan lain-lain bahan organis.
3. Air irigasi serta larutan dalam tanah.
4. Pupuk buatan (KCL, ZK, dan lain-lain)
Cadangan K dalam tanah cukup banyak, namun hanya sebagian kecil yang
tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman, yaitu yang terlarut dalam air serta K
yang dapat dipertukarkan. Ion K tergolong unsur yang mudah bergerak sehingga
mudah sekali hilang dari tanah melalui pencucian, karena K tidak ditahan dengan
kuat di permukaan koloid tanah. Mengingat sifat K yang mudah hilang dari dalam
tanah, maka efisiensinya rendah seperti halnya N, sehingga pemberian pupuk K
perlu dibagi minimal dua kali. Sebagian besar K yang diserap tanaman padi berada
dalam jerami (80%). Oleh karena itu, pengembalian jerami ke lahan sawah sama
dengan memupuk K. Selain dari pupuk, sumber K untuk tanah sawah adalah air
irigasi dan jerami.
D. Kemasaman Tanah (pH)
pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan
menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. SiIat asam mempunyai pH antara 0
hingga 7 dan siIat basa mempunyai nilai pH antara 7 hingga 14. pH tanah
menunjukan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H dan
OH dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih
banyak dari OH , maka suasana larutan tanah menjadi asam. Sebaliknya bila
konsentrasi OH lebih banyak dari konsentrasi H+ maka suasana menjadi basa. pH
tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah
mengandung unsur hara seperti nitrogen (N), Kalium (K), Phospor (P), dan unsur
lain yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang,
dan bertahan dari penyakit. pH tanah merupakan salah satu sifat kimia tanah.
Banyak petani yang sudah mendengar tentang pH tanah, akan tetapi belum bisa
mengerti pentingnya mengetahui pH tanah dan bagaimana cara mengukurnya.
Apalagi untuk mengukur pH tanah dibutuhkan alat yang mahal, sehingga petani
tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengukur langsung pH tanah mereka.
Padahal dengan mengetahui pH tanah yang ada di dalam lahan, mereka dapat
menjaga kesuburan tanah. Pentingnya mengetahui pH tanah adalah sebagai berikut
:
Mengetahui mudah tidaknya unsur-unsur hara dalam tanah diserap oleh
tanaman. Unsur hara akan mudah diserap oleh tanaman (akar tanaman) pada pH
netral.
Menunjukan adanya kemungkinan unsur-unsur beracun. Tanah dengan pH
masam banyak ditemukan ion-ion Al yang memfiksasi unsur P, sehingga unsur
P sulit diserap oleh tanaman.
Mempengaruhi perkembangan organisme. Bakteri akan berkembang biak dalam
pH lebih dari 5,5, apabila pH kurang dari itu maka perkembangannya akan
terhambat. Jamur dapat berkembang biak pada pH dibawah 5,5 dan diatas itu
jamur harus bersaing dengan bakteri.
. Tanah sawah pada umumnya mempunyai pH sekitar netral (6-7). Pada kondisi
ini, ketersediaan semua unsur hara dalam kondisi optimal. Informasi tentang pH
tanah sawah berguna dalam pemilihan jenis pupuk, pengelolaan tata air, dan
mendeteksi peluang terjadinya keracunan suatu unsur mikro seperti Fe dan Mn
pada tanah masam dan Na pada tanah alkalin. Reaksi tanah, yang dinyatakan
dengan nilai pH, menunjukkan tingkat kemasaman tanah. Tanah sawah umumnya
mempunyai pH tanah netral sekitar 6-7. Jika tanah mineral disawahkan
(digenangi), maka pH tanah akan mengarah ke netral, atau dengan kata lain tanah
awal yang mempunyai pH masam akan meningkat pH-nya menuju netral,
sebaliknya tanah awal yang mempunyai pH alkalin akan turun menuju pH netral.
Perubahan pH tanah menuju netral mempunyai manfaat terhadap tingkat
ketersedian hara tanah. Pada tanah sawah ber-pH netral ketersediaan hara dalam
kondisi optimal dan unsur hara tertentu yang dapat meracuni tanaman mengendap.
Pada tanah masam, ketersediaan beberapa hara lebih rendah dari tanah netral, serta
kemungkinan besar muncul keracunan besi (Fe++) pada pH tanah <4.5. Ciri tanah
yang banyak mengandung besi umumnya pada permukaan air genangan terlapisi
seperti karat/ minyak, berbau menyengat, dan pada daun padi terdapat bintik karat
Pada kondisi terjadi keracunan Fe, disarankan untuk menerapkan sistem drainase
berselang (intermittent drainage) dengan tujuan untuk membuang larutan tanah
yang mengandung besi (Fe) tinggi. Cara lain adalah dengan menambahkan bahan
organik ke dalam tanah, dimana senyawa organik akan mengikat besi. Selanjutnya
pada tanah basa atau alkalin, ketersediaan haranya juga rendah dan terdapat
kemungkinan kelebihan Na. Salah satu metoda untuk mengurangi keracunan Na
adalah melakukan pencucian tanah dengan air ber-pH netral. Ciri tanah yang
kelebihan Na adalah pada permukaan tanah pada saat kering akan dilapisi kristal
putih (garam), tanaman tumbuh tidak normal, akar tanaman berwarna kehitaman
sehingga mengasilkan produksi gabah sangat rendah.
Dari hasil yang di dapat PUTK pada tanah inseptisol, didapat hasil P tinggi
dengan di dapat rekombinasi dosisi pupuk P yang di perlukan sebesar 50 kg SP-36/ha.
Sedangkan pada hasil percobaan tanah Alfisol didapat unsur hara P sangat rendah
sehingga di butuhkan Pupuk P yang lebih tinggi berkisar 200 kg SP-36/ha. Sedangkan
untuk unsur K pada tanah Inseptisol didapat bahwa unsur K nya rendah sehingga di
anjurkan memberi dosis K 50-100 kg KCL/ha dan pada tanah alfisol lebih rendah dari
inseptisol sehingga di anjurkan memberi dosis pupuk yg lebih berkisar 75 Kg
KCL/ha. Pada pengujian untuk pH didapat pada tanah iseptisol dan tanah alfisol di
anjurkan untuk membuat sistem drainase konvensional. Dan pada uji C-organik
didapat hasil yang sama untuk rekomendasi yaitu hanya 2 ton/ha. Menurut Nuryani et
al, 2003 Karakteristik tanah inseptisol adalah memiliki solum tanah agak tebal yaitu
1-2 meter, warnanya hitam atau kelabu sampai dengan cokelat tua, teksturnya pasir,
debu, dan lempung, struktur tanahnya remah berkonsistensi gembur, memiliki pH 5,0
sampai 7,0, memiliki bahan organik cukup tinggi, yaitu antara 10% sampai 31%,
memiliki kandungan unsur hara yang sedang sampai tinggi, produktivitas tanahnya
sedang sampai tinggi. Jenis tanah Alfisol memiliki lapisan solum tanah yang cukup
tebal yaitu antara 90-200 cm, tetapi batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna
tanah adalah coklat sampai dengan merah. Tekstur agak bervariasi dari lempung
sampai liat, dengan struktur gumpal bersusut. Kandungan unsur hara tanaman seperti
N, P, K dan Ca umumnya rendah dan reaksi tanahnya (pH) sangat tinggi (Sarief,
1979). Hal ini menunjukan hasil yang sesuai dengan sifat tanah tersebut.
Pada hasil Percobaan untuk Prangkat Uji Tanah Sawah yang di bagi menjadi tua
jenis tanah yaitu tanah Pogung dan tanah Imogiri Didapat hasil nilai N pada tanah
Pogung dan imogiri didapat status haranya rendah sehingga di butuhkan dosis N
berkisar 200kg/ha. Pada pengujian fosfat pada tanah di pogung berstatus sedang
sehingga di butuhkan 75kg SP-36/ha sedangkan tanah di imogiri didapat hasil nilai P
tinggi sehingga di butuhkan dosis P sekitar 50 kg SP-36/ha. Dan pada pengujian nilai
K didapat hasil yang sama untuk status K tanah yaitu sedang sehingga di perlukan
dosisi K sekitar 50 kg KCL/ha.dan pada uji pH di anjurkan untuk kedua daerah
tersebut membuat sistim drainase konvensional dengan pupuk N dalam bentuk urea.
Dari hasil tersebut didapat bahwa untuk nilai N dan K pada tanah di pogung dan di
imogiri dikarenakan pada tanah yang subur kadar K dalam jaringan hampir sama
dengan N. Dan dapat di lihat bahwa tanah di daerah pogung dapat di katakan lebih
baik di banting tanah di imogiri jika di lihat dari unsur N, P, K dan pH.









V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) dan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)
adalah perangkat uji cepat tanah yang digunakan secara langsung pada lapangan
untuk mengetahui kandungan hara dalam tanah secara praktis, cepat dan mudah
namun belum memiliki hasil yang akurat sehingga dibutuhkan penelitian lebih
lanjut di laboratorium. PUTS bekerja dengan cara mengukur hara N, P, dan K yang
terdapat di dalam tanah. PUTK ini digunakan untuk mengukur kadar P, K, C-Organik, pH,
dan kebutuhan kapur dalam tanah
2. Pada tanah kering Inseptisol kadar hara P sangat tinggi, kadar hara K sedang, kadar
pH tanah agak masam (pH 5-6) dan kadar C-organik tanah agak masam. Pada
tanah kering Alfisol kadar hara P sangat tinggi, kadar hara K rendah, kadar pH
tanah agak masam (pH 5-6) dan kadar C-organik tanah agak masam. Pada tanah
sawah Pogung kadar hara N sangat tinggi, kadar hara P sedang, kadar hara K
sedang dan kadar pH tanah agak masam (pH 5-6). Pada tanah sawah Imogiri kadar
hara N sangat tinggi, kadar hara P rendah, kadar hara K sedang dan kadar pH tanah
agak masam (pH 5-6).
3. Rekomendasi untuk tanah kering Inseptisol adalah pupuk SP- 36 50 kg/ha, pupuk
KCl 50kg/ha + 5 ton/ha jerami, sistem drainase konvensional, pupuk N dalam
bentuk urea dan C-organik 2 ton/ha. Rekomendasi untuk tanah kering Alfisol
adalah pupuk SP- 36 250 kg/ha untuk jagung sedang untuk kedelai dan pagi gogo
diperlukan 200 kg/ha, pupuk KCl 75kg/ha, sistem drainase konvensional, pupuk N
dalam bentuk urea dan C-organik 2 ton/ha. Rekomendasi untuk tanah sawah
Pogung adalah pupuk Urea 200 kg/ha, pupuk SP- 36 75 kg/ha, pupuk KCl 50kg/ha
+ 5 ton/ha jerami, sistem drainase konvensional dan pupuk N dalam bentuk urea.
Rekomendasi untuk tanah sawah Imogiri adalah pupuk Urea 200 kg/ha, pupuk SP-
36 50 kg/ha, pupuk KCl 50kg/ha + 5 ton/ha jerami, sistem drainase konvensional
dan pupuk N dalam bentuk urea.

B. Saran
Alat PUTS harus digunakan secara teliti, karena menentukan tindakan
manajemen tanah sawah yang akan digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
Artiola, J.F. 2004. Environmental chemical properties and processes. In Artiola,J.F., Pepper,
I.L. & Brusseau, M. (eds) Environmental monitoring and characterization. Elsevier,
Inc., Amsterdam, 241-261.
Aune, J. 2006. Soil Fertility Management. <http://athene.umb.no/emner/pub/EDS215/
LectureSoil.html>. Diakses pada 13 Oktober 2013.
Badan Litbang Pertanian. (2007). Petunjuk Teknis Lapang Pengelolaan Tanaman dan
Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian.
Johnson GV, Raun WR, Zhang H, Hattey JA. 2000. Oklahoma Soil Fertility Handbook. First
Edition. Department of Plant and Soil Sciences. Stillwater: Oklahoma State University
Murtilaksono, K. Dan E.D. Wahyuni. 2004. Hubungan Ketersediaan Air Tanah dan Sifat-
sifat Dasar Fisika Tanah. Jurnal Tanah dan Lingkungan 6 (2) : 46- 50.
Nursyamsi,D. 2008. Kimia dan Kesuburan Tanah. Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Purwani, J dan Rasti S. 2009. Teknik Aplikasi Pupuk Hayati Untuk Efisiensi Pemupukan San
Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah. Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Rosmarkam, A dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Sarief. S. 1979. Ilmu Tanah Umum. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran,
Bandung.
Setyati, S. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tisdale, S. L., W. L. Nelson, dan J. D. Beaton. 1990. Soil Fertility and Fertilizers 4
th
edition.
Macmillan Publising Company, New York.
Tuherikh, E. dan I.A.Sipahutar. 2010. Pengaruh pupuk NPK majemuk (16:16:15) terhadap
pertumbuhan dan hasil jagung (Zea mays L) di tanah inceptisol. Balai Penelitian Tanah,
Bogor.







LAMPIRAN


Gambar Perangkat Uji Tanah Sawah



Pereaksi Uji N Pereaksi Uji P + Bagan Warna Hara P




Pereaksi Uji K Pereaksi Uji pH




Bagan Warna Hara K Bagan Warna Hara N Bagan Warna pH

Anda mungkin juga menyukai