Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No.

1 ISSN 1858-4330

APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN


DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI
LIQUID ORGANIC FERTILIZER APPLICATION ON
GROWTH AND PRODUCTION OF MUSTARD

Abd. Rahman Arinong dan Chrispen Dalrit Lasiwua


Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa
Jl Malino KM 7 Kabupaten Gowa

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman Sawi (Bransica juncea). Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk
percobaan lapangan yang dilakukan di Kampus STPP Gowa. Waktu pelaksanaan dimulai
pada Mei sampai Agustus 2009. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 4 (empat) perlakuan, yaitu P0 = Kontrol, P1 = 25 mL L-1 air, P2
= 50 mL L-1 air dan P3 = 75 mL L-1 air. parameter yang diamati adalah: Tinggi tanaman,
jumlah daun, dan berat tanaman yang akan diambil pada saat panen. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah dengan menggunakan 75 mL pupuk organik
cair kotoran sapi yang dicampurkan dengan 1 liter air atau setara dengan 180 liter pupuk
organik cair kotoran sapi ha-1.
Kata kunci: Pupuk organik cair, tanaman sawi

ABSTRACT
This study aims to verify the effect of liquid organic fertilizer on the growth and yield of
mustard (Bransica juncea). The research was conducted in the Campus of STPP Gowa,
from May to August 2009. The study was arranged in a randomized block design with 4
treatment, namely: P0 = Control, P1 = 25 mL L-1 of water, P2 = 50 mL L-1 of water and P3
= 75 mL L-1 of water. Parameters measured were: plant height, number of leaf, and weight
plant. Statistical analysis showed that the best yield was gained from treatment of 75 mL of
liquid organic fertilizer of cow manure miluted with 1 liter of water or equivalent with 180
liters of liquid cow manure organic fertilizer ha-1.
Keywords: Liquid organic fertilizer, mustard

PENDAHULUAN dapatkan perhatian yang serius dalam


mengatasi adanya permasalahan tersebut.
Teknologi sistem pertanian organik se-
Menurut Prasetyo (2007), di Indonesia
bagai bagian dari sistem pertanian ber-
sistem pertanian organik ini masih me-
kelanjutan yang merupakan salah satu
rupakan gerakan yang sangat terbatas,
jawaban atas terjadinya degradasi ter-
yang belum mendapat dukungan sepenuh-
hadap lahan, ketergantungan petani ter-
nya dari pihak pemerintah, peneliti mau-
hadap komponen revolusi hijau dan
pun petani, sehingga diperlukan langkah-
lunturnya kearifan-kearifan lokal pada diri
langkah strategis untuk mengkomunikasi-
petani adalah sangat penting untuk men-
kan teknologi sistem pertanian organik

47
Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 1858-4330

kepada masyarakat petani. Selanjutnya di- Penelitian ini bertujuan untuk melihat
jelaskan oleh Kriswanta (2006), bahwa seberapa besar pengaruh pupuk organik
banyak sistem pertanian organik yang cair terhadap pertumbuhan dan produksi
telah dihasilkan tetapi cara untuk meng- tanaman sawi dan mencari penggunaan
komunikasikan kepada petani sangat su- takaran pupuk organik cair yang paling
sah karena memerlukan metode-metode efektif dan efisien.
khusus untuk mencapai hal tersebut. Hal
ini karena sifat masyarakat yang sangat
tergantung dengan penggunaan pupuk BAHAN DAN METODE
buatan masih sangat sulit untuk ditinggal-
Tempat dan Waktu
kan. Untuk itu suatu teknologi harus diuji
lebih lanjut sehingga lebih dipercaya dan Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk
diyakini oleh petani. percobaan lapangan yang dilakukan di
Kelurahan Romanglompoa, Kecamatan
Pertanian organik juga menimbulkan ke- Bontomarannu, Kabupaten Gowa. Se-
khawatiran pada masyarakat karena pros- dangkan waktu pelaksanaan dimulai pada
pek pasar dan produksi yang dihasilkan Mei sampai Agustus 2009.
tidak sama dengan yang dihasilkan oleh
penggunaan bahan-bahan sintetik. Hal ini
Alat dan Bahan
dibantah oleh Kriswanta (2006), yang
mengatakan bahwa prospek pasar untuk Alat dan bahan penelitian yang digunakan
produk yang bersifat organik sangat di- adalah: ember plastik, jerigen, saringan
butuhkan, terbukti selama ini produk per- kelapa, cangkul, tali, mistar, dan alat tulis
tanian organik berasal dari luar negeri. menulis. Sedangkan bahan yang diguna-
Sedangkan produksi pertanian organik kan adalah: kotoran padat sapi, tepung
kalau dilakukan dengan pengelolaan yang darah, tepung kerang, molases, dan EM4.
benar produksinya akan melebihi per-
tanian sintetik. Semuanya ini diakibatkan Pelaksanaan
karena kesadaran masyarakat tentang ke- Pengolahan Kotoran Padat Sapi.
sehatan semakin meningkat.
Kotoran sapi yang padat mengandung gas
Penggunaan pupuk organik cair kotoran metana yang dapat merugikan tanaman.
sapi yang dibuat dari kotoran sapi padat Kotoran sapi tersebut terlebih dahulu di-
yang difermentasikan dengan mengguna- cairkan dengan perbandingan 5 (lima) kg
kan mikroorganisme diharapkan akan kotoran sapi dengan 10 L air. setelah di-
memberikan kontribusi yang besar. Kon- cairkan maka kotoran sapi tersebut di-
tribusi ini dimaksudkan dalam mendukung diamkan selama 6 (enam) minggu sampai
upaya penerapan pertanian organik. Ba- gas tersebut benar-benar hilang. Kemu-
nyak pihak menganggap bahwa persoalan dian kotoran sapi tersebut difermentasikan
pertanian organik terletak pada bahan dengan menggunakan EM4 sebagai mikro-
baku yang kurang tersedia, tetapi dalam ba fermentasi. Untuk meningkatkan kua-
penilaian di lapangan persoalan tersebut litas pupuk tersebut dicampurkan dengan
bukan hal yang perlu dipersoalkan. Hal ini tepung darah, tepung kerang dan bawang
diakibatkan karena rata-rata pupuk kotor- merah yang menjadi sumber zat perang-
an sapi tersebut belum dapat dimanfaatkan sang tumbuh.
oleh petani. Dengan pembuatan pupuk
organik cair akan menambah variasi peng- Rancangan Penelitian
gunaan pupuk sehingga akan memberikan
beberapa pilihan kepada petani. Penelitian ini disusun menggunakan ran-
cangan acak kelompok (RAK) dengan 4

48
Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 1858-4330

(empat) perlakuan yaitu P0 = Kontrol, P1 dangkan pengukuran berat tanaman di-


= 25 mL L-1 air, P2 = 50 mL L-1 air dan lakukan sebanyak 1 (satu) kali pada saat
P3 = 75 mL L-1 air dan diulang sebanyak panen.
3 (tiga), sehingga jumlah seluruhnya 12
bedengan. dalam setiap bedengan terdapat
18 tanaman. sehingga secara keseluruhan HASIL DAN PEMBAHASAN
jumlah populasi terdapat 216 tanaman.
Hasil
Pengambilan sampel tanaman setiap
bedengan ditentukan sebanyak 30%. Tinggi Tanaman
Hasil uji BNT α(0.05) pada Tabel 1
Parameter Pengamatan menujukan bahwa pada minggu pertama,
Parameter yang diamati adalah: tinggi kedua dan ketiga dari semua perlakuan
tanaman, jumlah daun dan bobot segar pemberian pupuk organik cair kotoran
tanaman diambil pada saat panen. sapi, ternyata Perlakuan P3 (75 mL L-1
air), memperlihatkan pertumbuhan yang
Pengukuran tinggi tanaman dan jumlah paling tinggi jika dibandingkan dengan
daun dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali perlakuan lain P0, P1, dan P2.
dengan interval waktu 7 (tujuh) hari. Se-

Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman sawi (cm) untuk setiap perlakuan yang
diamati pada minggu I, II, dan III setelah tanam
Minggu
Perlakuan
I II III
P0 11.49a 20.77a 25.72a
P1 12.11a 20.71a 27.94b
P2 12.99ab 22.16a 29.10b
P3 13.88bc 23.72ab 31.71c
BNT α (0,05) 1.3 2.2 1.8
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5%.

Pada minggu kedua dan ketiga menun- hasil tertinggi dan memperlihatkan hasil
jukan perlakuan pemberian pupuk organik yang berbeda nyata dibandingkan dengan
cair kotoran sapi 75 cc L-1 air (P3) perlakuan P0, P1, dan P2.
merupakan perlakuan yang memberikan

49
Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 1858-4330

35

30 P0 (Kontrol)

25
Tinggi Tanaman

P1 (25 mL/L air)


20

15 P2 (50 mL/L air)

10
P3 (75 mL/L air)
5

0
1 MST 2 MST 3 MST

Umur Tanaman

Gambar 1. Pertumbuhan tinggi tanaman sawi (cm) Minggu I, II, dan III setelah tanam
pada setiap perlakuan

Pada Gambar 1. memperlihatkan pertum- kuan (P0). Tetapi pada umur tanaman 2
buhan tinggi tanaman berbeda pada setiap MST sampai 3 MST pertumbuhan tinggi
perlakuan. Perlakuan dengan mengguna- tanaman terlihat perbedaan yang sangat
kan pupuk organik cair kotoran sapi 75 jelas pada semua perlakuan.
mL L-1 air (P3) merupakan perlakuan
yang terbaik mulai dari tanaman berumur Jumlah Daun
1 MST sampai dengan tanaman berumur 3 Hasil analasis dengan menggunakan uji
MST. Perlakuan dengan menggunakan BNT α(0.05) pada Tabel 2 menunjukan
pupuk organik cair kotoran sapi 50 mL L-1 bahwa pada minggu pertama seluruh per-
air (P2) yang berada pada urutan kedua.
lakuan tidak menujukan perbedaan dalam
Perlakuan dengan menggunakan pupuk hal pertambahan jumlah daun.
organik cair kotoran sapi 25 mL L-1 air
tidak berbeda jauh dengan tanpa perla-

Tabel 2. Rata-rata pertambahan jumlah daun (helai) Minggu I, II dan III setelah tanam
pada setiap perlakuan
Minggu
Perlakuan
I II III
a a
P0 3.77 5.36 5.79a
a a
P1 3.94 5.58 6.66b
P2 4.05a 5.66a 6.77b
a b
P3 4.33 6.40 7.11b
BNT α (0,05) 0.70 0.72 0.80
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5%.

50
Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 1858-4330

Pada minggu kedua perlakuan (P3) de- tambahan jumlah daun pada taraf uji
ngan menggunakan pupuk organik cair BNT α(0.05), tetapi pada minggu ketiga
kotoran sapi 75 mL L-1 air menunjukan. perlakuan P1, P2, dan P3 menujukan per-
Perbedaan yang signifikan dengan perla- bedaan yang nyata dengan perlakuan P0.
kuan lain P0, P1, dan P2 dalam hal per-

7.50

7.00

6.50
P0 (Kontrol)
6.00
Jumlah Daun

5.50 P1 (25 mL/L air)

5.00
P2 (50 mL/L air)
4.50

4.00 P3 (75 mL/L air)

3.50

3.00
1 MST 2 MST 3 MST
Umur Tanaman

Gambar 2. Pertambahan jumlah daun sawi (helai) Minggu I, II, dan III setelah tanam pada
setiap perlakuan

Pada Gambar 2 terlihat pertambahan jum- 3. Bobot Segar Sawi


lah daun tanaman sawi setiap perlakuan Hasil analisis dengan menggunakan uji
berbeda. Pertambahan jumlah daun ta- BNT α(0,05) pada Tabel 3 menunjukan
naman dengan perlakuan pupuk organik perlakuan dengan menggunakan pupuk
cair kotoran sapi 75 mL L-1 air (P3) mem- organik cair kotoran sapi 75 cc L-1 air (P3)
perlihatkan pertambahan jumlah daun berbeda nyata dengan perlakuan yang
yang tertinggi dibanding perlakuan lain. lainnya P0, P1, dan P3 serta memberikan
Tetapi dari semua perlakuan P0 mem- hasil yang tertinggi dalam hal bobot segar
perlihatkan pertambahan jumlah daun ta- tanaman.
naman yang sangat lambat jika diban-
dingkan dengan perlakuan lainnya.

51
Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 1858-4330

Tabel 3. Bobot segar sawi (kg) pada setiap perlakuan


Produksi
Perlakuan BNT α (0,05)
(kg)
P0 0.83a
P1 1.06b 0.15
P2 1.06b
P3 1.22c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
5%.

Pembahasan berat basah tumbuhan disebabkan oleh


kandungan air. Lebih lanjut menurut
Perlakuan aplikasi pupuk organik cair
Gardner et. al. (1985) berat basah tanaman
kotoran sapi dengan dosis yang berbeda-
umumnya sangat berfluktuasi, tergantung
beda memberikan pengaruh terhadap para-
pada keadaan kelembaban tanaman, Se-
meter pertumbuhan dan produksi tanaman
dangkan menurut Jumin (2002) menje-
sawi yang diamati, seperti tinggi tanaman,
laskan bahwa besarnya kebutuhan air se-
pertambahan jumlah daun dan bobot segar
tiap fase pertumbuhan berhubungan lang-
sawi.
sung dengan proses fisiologi, morfologi
Hasil penelitian menunjukan bahwa per- serta faktor lingkungan.
lakuan yang terbaik adalah pada level
Pupuk organik cair kotoran sapi akan
pemberian pupuk organik cair kotoran
menambah ketersediaan hara di dalam
sapi dengan dosis mL L-1 air (P3) yang
tanah. Selain ketersediaan hara di dalam
berpengaruh nyata terhadap seluruh para-
tanah struktur udara dan tata udara tanah
meter yang diamati hal ini menunjukkan
sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
bahwa ketersediaan hara melalui pem-
perkembangan akar tanaman. Perkem-
berian pupuk organik cair mampu me-
bangan sistem perakaran tanaman yang
nunjang pertumbuhan vegetatif tanaman
baik sangat menentukan pertumbuhan
secara optimal. Ketersediaan unsur hara
vegetatif tanaman yang pada akhirnya
merupakan salah satu faktor lingkungan
akan menentukan produksi tanaman sawi.
yang sangat menentukan laju pertum-
Kebutuhan akan bemacam-macam pupuk
buhan tanaman (Gardner et al, 1985).
selama pertumbuhan tidak sama, ter-
Sehingga dibutuhkan lebih banyak unsur
gantung dari umur dan jumlah pupuknya
hara esensial yang tersedia yang dapat di-
Sutedjo et al. (1991).
peroleh melalui peningkatan dosis pupuk
cair. Pemberian pupuk organik cair dalam jum-
lah yang besar merupakan suatu pembo-
Penigkatan hasil bobot segar tanaman
rosan. Sehingga perlu disesuaikan dengan
dapat mencapai hasil yang optimal, karena
kebutuhan tanaman. Sedangkan pemberi-
tanaman memperoleh hara yang dibutuh-
an dengan jumlah yang kecil tidak mem-
kan sehingga peningkatan jumlah maupun
berikan pengaruh. Tersedianya unsur hara
ukuran sel dapat mencapai optimal serta
dalam jumlah yang cukup dan seimbang
memungkinkan adanya peningkatan kan-
untuk pertumbuhan tanaman, dapat me-
dungan air tanaman yang optimal pula.
nyebabkan proses pembelahan, pembe-
Menurut Loveless (1987) sebagian besar

52
Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 1858-4330

saran dan pemanjangan sel akan berlang- KESIMPULAN


sung dengan cepat yang mengakibatkan 1. Pupuk organik cair kotoran sapi ber-
beberapa organ tanaman tumbuh dengan pengaruh bagi pertumbuhan, tinggi
cepat (Palimbungan et.al., 2006). tanaman, pertambahan jumlah daun
Adanya respon pertumbuhan dan produksi dan produksi tanaman sawi.
yang baik pada pemberian pupuk organik 2. Perlakuan terbaik adalah perlakuan P3
cair kotoran sapi disebabkan oleh adanya dengan menggunakan 75 mL pupuk
nutrisi yang berupa hara yang terkandung. organik cair kotoran sapi yang
Pemberian dosis yang kecil pada pene-
dicampurkan dengan 1 L air atau
litian ini memberikan hasil yang kecil setara 180 liter pupuk organik cair
pula. Ini menunjukkan kandungan hara kotoran sapi ha.-1
dari pupuk organik yang sedikit belum
bisa dimanfatkan tanaman karena pupuk
organik memerlukan proses sehingga da-
DAFTAR PUSTAKA
pat tersedia oleh tanaman. Hardjowigeno
(2003) mengemukakan bahwa salah satu Gardner, F.P., B.R. Pearce, L.M. Roger,
kelemahan pupuk organik adalah kan- 1985. Physiology of Crop Plants.
dungan hara yang rendah serta pengaruh The Iowa State University Press,
terhadap tanaman sangat lamban. Iowa.
Pupuk organik cair kotoran sapi yang Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah.
diberikan pada tanaman sawi mengandung Penerbit Akademika Pressindo,
mikroorganisme yang dapat memfermen- Jakarta
tasikan bahan organik sehingga mengha- Jumin, H.B, 2002. Agroekologi. Suatu
silkan senyawa yang dapat diserap lang- Pendekatan Fisiologis. PT. Raja
sung oleh tanaman. Dengan kata lain Grafindo Persada, Jakarta
mikroorganisme yang diinokulasikan da-
lam bahan dasar bekerjasama memper- Kriswanta, G. 2006, Mewaspadai revo-
baiki tingkat kesuburan tanaman dengan lusi hijau II. [Diakses 6 Maret 2008
cara mengikat nitrogen dari udara bebas, pada situs http://nasih.staff.ugm.
mengkonsumsi gas beracun. Hasil fermen- ac.id.].
tasi bahan tersebut menjadi senyawa Lingga, P., 1995. Petunjuk Penggunaan
organik yang dapat diserap oleh tanaman, Pupuk. Penerbit Swadaya, Jakarta.
menghasilkan senyawa antibiotik yang
bersifat toksit terhadap pathogen/penyakit Loveless, A.R., 1987. Prinsip-prinsip
dan melarutkan ion fosfat dan ion mikro Biologi Tumbuhan untuk Daerah
lainnya (Wididana, 1996). Lebih lanjut Tropik. Penerbit PT. Gramedia,
Lingga (1995), menyatakan bahwa tanah Jakarta.
yang berstruktur baik, dengan kata lain Palimbungan N., R. Labatar, dan F.
tanah yang banyak mengandung mikro- Hamzah F., 2006. Pengaruh ekstrak
organisme dan kepadatan tanah yang daun lamtoro sebagai pupuk
kurang dapat menunjang pertumbuhan organik cair terhadap petumbuhan
akar menembus tanah melalui pori-pori dan produksi tanaman sawi. J.
tanah sehingga dapat menyerap air dan Agrisistem Vol 2 (2): 96 – 101.
unsur hara yang terlarut.

53
Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 1858-4330

Prasetyo S., 2007, Pertanian organik Sutedjo, M.M., Kartasaputra dan


gerakan bawah tanah petani Sastroatmodjo, 1991. Mikrobiologi
Indonesia melawan revolusi hijau. Tanah. Rineka cipta, Jakarta.
[Diakses 6 Maret 2008. pada situs Wididana. G.N., 1996. Tanya Jawab
http://www.sinarharapan.co.id/berit Efektif Mikroorganisme. Koperasi
a/0310/27/ipt02.html.] Karyawan, Departemen Kehutanan.

54

Anda mungkin juga menyukai