1 ISSN 1858-4330
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman Sawi (Bransica juncea). Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk
percobaan lapangan yang dilakukan di Kampus STPP Gowa. Waktu pelaksanaan dimulai
pada Mei sampai Agustus 2009. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 4 (empat) perlakuan, yaitu P0 = Kontrol, P1 = 25 mL L-1 air, P2
= 50 mL L-1 air dan P3 = 75 mL L-1 air. parameter yang diamati adalah: Tinggi tanaman,
jumlah daun, dan berat tanaman yang akan diambil pada saat panen. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah dengan menggunakan 75 mL pupuk organik
cair kotoran sapi yang dicampurkan dengan 1 liter air atau setara dengan 180 liter pupuk
organik cair kotoran sapi ha-1.
Kata kunci: Pupuk organik cair, tanaman sawi
ABSTRACT
This study aims to verify the effect of liquid organic fertilizer on the growth and yield of
mustard (Bransica juncea). The research was conducted in the Campus of STPP Gowa,
from May to August 2009. The study was arranged in a randomized block design with 4
treatment, namely: P0 = Control, P1 = 25 mL L-1 of water, P2 = 50 mL L-1 of water and P3
= 75 mL L-1 of water. Parameters measured were: plant height, number of leaf, and weight
plant. Statistical analysis showed that the best yield was gained from treatment of 75 mL of
liquid organic fertilizer of cow manure miluted with 1 liter of water or equivalent with 180
liters of liquid cow manure organic fertilizer ha-1.
Keywords: Liquid organic fertilizer, mustard
47
Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 1858-4330
kepada masyarakat petani. Selanjutnya di- Penelitian ini bertujuan untuk melihat
jelaskan oleh Kriswanta (2006), bahwa seberapa besar pengaruh pupuk organik
banyak sistem pertanian organik yang cair terhadap pertumbuhan dan produksi
telah dihasilkan tetapi cara untuk meng- tanaman sawi dan mencari penggunaan
komunikasikan kepada petani sangat su- takaran pupuk organik cair yang paling
sah karena memerlukan metode-metode efektif dan efisien.
khusus untuk mencapai hal tersebut. Hal
ini karena sifat masyarakat yang sangat
tergantung dengan penggunaan pupuk BAHAN DAN METODE
buatan masih sangat sulit untuk ditinggal-
Tempat dan Waktu
kan. Untuk itu suatu teknologi harus diuji
lebih lanjut sehingga lebih dipercaya dan Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk
diyakini oleh petani. percobaan lapangan yang dilakukan di
Kelurahan Romanglompoa, Kecamatan
Pertanian organik juga menimbulkan ke- Bontomarannu, Kabupaten Gowa. Se-
khawatiran pada masyarakat karena pros- dangkan waktu pelaksanaan dimulai pada
pek pasar dan produksi yang dihasilkan Mei sampai Agustus 2009.
tidak sama dengan yang dihasilkan oleh
penggunaan bahan-bahan sintetik. Hal ini
Alat dan Bahan
dibantah oleh Kriswanta (2006), yang
mengatakan bahwa prospek pasar untuk Alat dan bahan penelitian yang digunakan
produk yang bersifat organik sangat di- adalah: ember plastik, jerigen, saringan
butuhkan, terbukti selama ini produk per- kelapa, cangkul, tali, mistar, dan alat tulis
tanian organik berasal dari luar negeri. menulis. Sedangkan bahan yang diguna-
Sedangkan produksi pertanian organik kan adalah: kotoran padat sapi, tepung
kalau dilakukan dengan pengelolaan yang darah, tepung kerang, molases, dan EM4.
benar produksinya akan melebihi per-
tanian sintetik. Semuanya ini diakibatkan Pelaksanaan
karena kesadaran masyarakat tentang ke- Pengolahan Kotoran Padat Sapi.
sehatan semakin meningkat.
Kotoran sapi yang padat mengandung gas
Penggunaan pupuk organik cair kotoran metana yang dapat merugikan tanaman.
sapi yang dibuat dari kotoran sapi padat Kotoran sapi tersebut terlebih dahulu di-
yang difermentasikan dengan mengguna- cairkan dengan perbandingan 5 (lima) kg
kan mikroorganisme diharapkan akan kotoran sapi dengan 10 L air. setelah di-
memberikan kontribusi yang besar. Kon- cairkan maka kotoran sapi tersebut di-
tribusi ini dimaksudkan dalam mendukung diamkan selama 6 (enam) minggu sampai
upaya penerapan pertanian organik. Ba- gas tersebut benar-benar hilang. Kemu-
nyak pihak menganggap bahwa persoalan dian kotoran sapi tersebut difermentasikan
pertanian organik terletak pada bahan dengan menggunakan EM4 sebagai mikro-
baku yang kurang tersedia, tetapi dalam ba fermentasi. Untuk meningkatkan kua-
penilaian di lapangan persoalan tersebut litas pupuk tersebut dicampurkan dengan
bukan hal yang perlu dipersoalkan. Hal ini tepung darah, tepung kerang dan bawang
diakibatkan karena rata-rata pupuk kotor- merah yang menjadi sumber zat perang-
an sapi tersebut belum dapat dimanfaatkan sang tumbuh.
oleh petani. Dengan pembuatan pupuk
organik cair akan menambah variasi peng- Rancangan Penelitian
gunaan pupuk sehingga akan memberikan
beberapa pilihan kepada petani. Penelitian ini disusun menggunakan ran-
cangan acak kelompok (RAK) dengan 4
48
Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 1858-4330
Tabel 1. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman sawi (cm) untuk setiap perlakuan yang
diamati pada minggu I, II, dan III setelah tanam
Minggu
Perlakuan
I II III
P0 11.49a 20.77a 25.72a
P1 12.11a 20.71a 27.94b
P2 12.99ab 22.16a 29.10b
P3 13.88bc 23.72ab 31.71c
BNT α (0,05) 1.3 2.2 1.8
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5%.
Pada minggu kedua dan ketiga menun- hasil tertinggi dan memperlihatkan hasil
jukan perlakuan pemberian pupuk organik yang berbeda nyata dibandingkan dengan
cair kotoran sapi 75 cc L-1 air (P3) perlakuan P0, P1, dan P2.
merupakan perlakuan yang memberikan
49
Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 1858-4330
35
30 P0 (Kontrol)
25
Tinggi Tanaman
10
P3 (75 mL/L air)
5
0
1 MST 2 MST 3 MST
Umur Tanaman
Gambar 1. Pertumbuhan tinggi tanaman sawi (cm) Minggu I, II, dan III setelah tanam
pada setiap perlakuan
Pada Gambar 1. memperlihatkan pertum- kuan (P0). Tetapi pada umur tanaman 2
buhan tinggi tanaman berbeda pada setiap MST sampai 3 MST pertumbuhan tinggi
perlakuan. Perlakuan dengan mengguna- tanaman terlihat perbedaan yang sangat
kan pupuk organik cair kotoran sapi 75 jelas pada semua perlakuan.
mL L-1 air (P3) merupakan perlakuan
yang terbaik mulai dari tanaman berumur Jumlah Daun
1 MST sampai dengan tanaman berumur 3 Hasil analasis dengan menggunakan uji
MST. Perlakuan dengan menggunakan BNT α(0.05) pada Tabel 2 menunjukan
pupuk organik cair kotoran sapi 50 mL L-1 bahwa pada minggu pertama seluruh per-
air (P2) yang berada pada urutan kedua.
lakuan tidak menujukan perbedaan dalam
Perlakuan dengan menggunakan pupuk hal pertambahan jumlah daun.
organik cair kotoran sapi 25 mL L-1 air
tidak berbeda jauh dengan tanpa perla-
Tabel 2. Rata-rata pertambahan jumlah daun (helai) Minggu I, II dan III setelah tanam
pada setiap perlakuan
Minggu
Perlakuan
I II III
a a
P0 3.77 5.36 5.79a
a a
P1 3.94 5.58 6.66b
P2 4.05a 5.66a 6.77b
a b
P3 4.33 6.40 7.11b
BNT α (0,05) 0.70 0.72 0.80
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5%.
50
Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 1858-4330
Pada minggu kedua perlakuan (P3) de- tambahan jumlah daun pada taraf uji
ngan menggunakan pupuk organik cair BNT α(0.05), tetapi pada minggu ketiga
kotoran sapi 75 mL L-1 air menunjukan. perlakuan P1, P2, dan P3 menujukan per-
Perbedaan yang signifikan dengan perla- bedaan yang nyata dengan perlakuan P0.
kuan lain P0, P1, dan P2 dalam hal per-
7.50
7.00
6.50
P0 (Kontrol)
6.00
Jumlah Daun
5.00
P2 (50 mL/L air)
4.50
3.50
3.00
1 MST 2 MST 3 MST
Umur Tanaman
Gambar 2. Pertambahan jumlah daun sawi (helai) Minggu I, II, dan III setelah tanam pada
setiap perlakuan
51
Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 1858-4330
52
Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 1858-4330
53
Jurnal Agrisistem, Juni 2011, Vol. 7 No. 1 ISSN 1858-4330
54